• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN APBN TAHUN 2016

1.2 Tantangan dan Sasaran Pokok Kebijakan Fiskal

1.2.1 APBN Tahun 2016

Dengan memerhatikan berbagai tantangan dalam perekonomian yang diperkirakan terjadi, maka tahun 2016 merupakan momentum untuk melakukan langkah-langkah terobosan dalam

menghadapi tantangan-tantangan dalam pelaksanaan kebijakan fiskal dan penganggaran. Permasalahan keterbatasan ruang fiskal yang disebabkan oleh tingginya proporsi belanja negara

yang dialokasikan untuk belanja yang sifatnya wajib (mandatory spending), memerlukan

upaya-upaya riil efisiensi belanja negara dengan tanpa mengganggu capaian sasaran prioritas

pembangunan. Selain itu, Pemerintah juga harus melakukan optimalisasi pendapatan negara

untuk tetap menjaga kesinambungan fiskal, serta memberikan ruang gerak yang lebih leluasa

agar Pemerintah bisa melakukan intervensi dalam menghadapi tantangan pembangunan. Sementara itu, permasalahan penyerapan anggaran yang belum optimal dan pola penyerapan anggaran yang menumpuk pada akhir tahun, akan diminimalkan oleh Pemerintah melalui pengembangan sistem penganggaran terintegrasi, dimulai dari proses pengalokasian hingga pencairan yang diharapkan dapat menyederhanakan proses bisnis, serta dengan melakukan proses penyerahan dokumen anggaran sebelum dimulainya tahun anggaran. Proses pelaksanaan kegiatan juga akan didorong agar lebih cepat, melalui perbaikan aturan proses lelang yang memungkinkan pelaksanaan penyiapan lelang dilakukan pada tahun sebelumnya dan penandatanganan kontrak dilakukan setelah pengesahan DIPA, sehingga kegiatan sudah dapat dilakukan pada awal tahun.

Upaya-upaya untuk mewujudkan kondisi fiskal yang sehat dan berkelanjutan terus dilaksanakan

melalui peningkatan produktivitas APBN, penciptaan iklim investasi yang kondusif namun juga ramah terhadap lingkungan, penguatan fiscal buffer, serta pengelolaan keuangan negara yang

fleksibel dan bijaksana. Sama pentingnya dengan hal tersebut adalah perumusan kebijakan fiskal senantiasa mempertimbangkan harmonisasi dan keseimbangan antara upaya pemenuhan

pelayanan publik, percepatan pencapaian target-target pembangunan nasional, dan peningkatan perlindungan sosial.

Arah kebijakan fiskal dalam tahun 2016 tersebut, selanjutnya akan dituangkan ke dalam

kebijakan dan alokasi APBN tahun 2016, baik dari sisi pendapatan, belanja, maupun pembiayaan, dengan memperhitungkan perkiraan asumsi dasar ekonomi makro tahun 2016. Dengan memerhatikan perkembangan perekonomian global dan kinerja perekonomian domestik terkini serta perkiraan realisasi tahun 2015, maka asumsi dasar ekonomi makro yang menjadi dasar perhitungan besaran-besaran APBN tahun 2016 adalah sebagai berikut. Pertama, pertumbuhan

ekonomi pada tahun 2016 diharapkan mencapai sekitar 5,3 persen. Kedua, inflasi pada tahun

2016 dijaga pada kisaran 4,7 persen. Ketiga, rata-rata nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak relatif stabil pada level sekitar Rp13.900 per dolar Amerika Serikat. Keempat, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan diperkirakan pada tingkat 5,5 persen. Kelima, harga minyak mentah Indonesia diperkirakan sebesar 60 dolar Amerika Serikat per barel. Keenam, lifting minyak mentah sekitar 830 ribu barel per hari dan gas bumi sekitar 1.155 ribu barel setara minyak per hari.

Selanjutnya, arah kebijakan dalam APBN tahun 2016 dapat dikelompokkan dalam pokok-pokok kebijakan pendapatan negara, belanja negara, dan pembiayaan anggaran. Pertama, pokok-pokok kebijakan dalam bidang pendapatan negara adalah: (1) kebijakan perpajakan diarahkan untuk optimalisasi penerimaan perpajakan tanpa mengganggu iklim investasi dunia usaha; (2) kebijakan perpajakan yang diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional dengan tetap mempertahankan daya beli masyarakat, meningkatkan daya saing dan nilai tambah industri nasional; (3) kebijakan perpajakan yang diarahkan untuk mengendalikan konsumsi barang kena cukai; (4) peningkatan lifting minyak mentah dan gas yang bersumber dari optimalisasi sumber migas yang sudah ada dan peningkatan investasi di lapangan baru; (5) penyesuaian target dividen Pemerintah atas laba BUMN sektor perminyakan, pertambangan, dan perkebunan sesuai dengan kondisi ekonomi makro terkini; (6) perbaikan pengawasan pengelolaan sumberdaya alam termasuk mineral dan batubara, perikanan, dan kehutanan; dan (7) penyesuaian tarif pengenaan PNBP secara berkala (revisi PP tarif dan jenis PNBP).

Kedua, pada sisi belanja negara, pokok-pokok kebijakan pada tahun 2016 diarahkan agar belanja

negara semakin efisien, produktif, dan berkualitas, serta melakukan penguatan pelaksanaan desentralisasi fiskal. Kebijakan-kebijakan utama akan ditempuh untuk memperkuat belanja

Pemerintah Pusat adalah sebagai berikut: (1) mendukung pelaksanaan berbagai program dan sarana pembangunan seperti infrastruktur konektivitas, kedaulatan pangan dan energi, serta

kemaritiman; (2) meningkatkan efisiensi belanja negara antara lain melalui pengendalian

belanja operasional, dan penajaman belanja nonoperasional; (3) mendukung pemantapan

reformasi birokrasi dalam rangka peningkatan pelayanan publik dan efisiensi birokrasi, termasuk

mempertahankan kesejahteraan aparatur; (4) mendukung stabilitas pertahanan dan keamanan nasional serta ketertiban umum melalui kepastian dan penegakan hukum, menjaga stabilitas politik dan demokrasi; (5) mendukung pengurangan kesenjangan antarkelompok pendapatan dan antarwilayah, antara lain melalui dukungan pembangunan di daerah perbatasan, perdesaan, pinggiran, pusat pertumbuhan di kawasan timur dan di luar Jawa. Selain itu juga melalui upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin melalui program bantuan sosial yang lebih tepat sasaran, termasuk perluasan cakupan penerima Bantuan Tunai Bersyarat; (6) meningkatkan efektivitas pelayanan dan keberlanjutan program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di bidang kesehatan (baik dari sisi demand maupun supply) dan ketenagakerjaan, termasuk

perbaikan kebijakan dan regulasinya; (7) memenuhi amanat UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan untuk mengalokasikan lima persen dari APBN untuk mendukung pembangunan dan pelayanan di bidang kesehatan; (8) menerapkan kebijakan subsidi yang lebih tepat sasaran, termasuk perluasan dan penajaman program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sudah dimulai tahun 2015; (9) menyediakan dukungan bagi pelaksanaan Program Sejuta Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR); dan (10) antisipasi ketidakpastian antara lain

dengan menyediakan cadangan risiko fiskal.

Di samping memperkuat belanja Pemerintah Pusat, dalam tahun 2016 juga akan ditempuh

kebijakan-kebijakan untuk memperkuat dan menyelaraskan desentralisasi fiskal dengan: (1)

meningkatkan alokasi transfer ke daerah dan dana desa sehingga mendekati alokasi Belanja K/L; (2) meningkatkan dana transfer khusus (dh. DAK) dan dana insentif daerah (DID) termasuk dengan mengalihkan alokasi dana dekonsentrasi/tugas pembantuan di K/L ke dana transfer khusus; dan (3) pemenuhan secara bertahap alokasi dana desa sesuai dengan amanat UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Mengacu pada UU No. 6 tahun 2014, serta sesuai dengan konsep Nawa Cita yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NKRI, maka pengalokasian dan pemanfaatan Dana Desa akan difokuskan untuk mengurangi kesenjangan antara desa-kota dan mendorong kemandirian desa. Untuk mencapai hal tersebut, maka alokasi Dana Desa tahun 2016 mengacu pada “Road Map” Dana Desa 2015-2019 yang dituangkan dalam PP No. 22 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang menggariskan pemenuhan secara bertahap sehingga dana desa mencapai 10 persen dari dan di luar transfer ke daerah pada tahun 2017. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam tahun 2016 dana desa dialokasikan sebesar 6,5 persen dari dan di luar transfer ke daerah. Dana desa tersebut merupakan bagian pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat, dengan terus mendorong pengelolaan dana desa secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, transparan, akuntabel,

efisien, efektif, dan bertanggung jawab.

Ketiga, sejalan dengan rencana kebijakan pendapatan negara dan belanja negara pada tahun 2016 tersebut, arah kebijakan pembiayaan anggaran tahun 2016 adalah: (1) menyempurnakan kualitas perencanaan investasi Pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah BUMN sebagai agen pembangunan, antara lain untuk mendukung pembangunan infrastruktur, kedaulatan pangan, dan kemaritiman; (2) mengendalikan rasio utang Pemerintah dalam batas yang aman; (3) membuka akses pembiayaan pembangunan dan investasi kepada masyarakat secara lebih luas antara lain melalui penerbitan obligasi ritel; (4) mengoptimalkan dana kelolaan BLU dalam rangka pembiayaan pembangunan, termasuk memperluas akses sektor UMKM, perumahan murah, dan pendidikan; (5) memprioritaskan skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) untuk mendukung pembangunan infrastruktur; (6) memberikan penjaminan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur; serta (7) mendukung program peningkatan akses terhadap pendidikan dan penyediaan kebutuhan rumah bagi MBR.

Sejalan dengan perkembangan berbagai kondisi tersebut, baik ekonomi makro domestik dan internasional, kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara, berbagai target pembangunan, maupun berbagai tantangan yang mungkin dihadapi, maka secara ringkas besaran APBN tahun 2016, adalah sebagai berikut: target pendapatan negara mencapai Rp1.822.545,8 miliar dan pagu belanja negara mencapai Rp2.095.724,7 miliar. Dengan demikian, APBN tahun 2016

PDB, yang akan dibiayai dengan pembiayaan dalam negeri sebesar Rp272.780,7 miliar dan pembiayaan luar negeri sebesar Rp398,2 miliar.