• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proyeksi Ekonomi Global Tahun 2016

ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO APBN TAHUN 2016 DAN PROYEKSI JANGKA MENENGAH PERIODE

2.1 Proyeksi Ekonomi Global Tahun 2016

Berdasarkan proyeksi World Economic Outlook (WEO), yang dirilis oleh IMF pada bulan Oktober 2015, pertumbuhan ekonomi global tahun 2016 diperkirakan sebesar 3,6 persen, lebih tinggi dari proyeksi pencapaian tahun 2015 sebesar 3,1 persen. Secara umum, angka proyeksi yang lebih baik ini menunjukkan adanya potensi perbaikan perekonomian global di tahun 2016. Pertumbuhan di negara maju diproyeksikan menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan perekonomian global. Perbaikan pertumbuhan di negara maju diperkirakan akan terus berlanjut didorong oleh perbaikan kondisi perekonomian Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Sementara itu, pertumbuhan negara-negara berkembang diperkirakan masih di bawah tingkat yang diharapkan, meskipun relatif lebih baik dibandingkan dengan tahun 2015. Dalam tahun 2016 laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang

diperkirakan mencapai 4,5 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang diperkirakan mencapai 4,0 persen. Sejumlah risiko seperti tren perlambatan perekonomian Tiongkok, masih rendahnya harga komoditas global, serta kondisi pasar keuangan global yang semakin ketat menjadi beberapa penyebab belum optimalnya pertumbuhan negara-negara berkembang.

2.1.1 Perekonomian Negara Maju

Kinerja perekonomian negara-negara maju diprediksi akan kembali menguat dan membantu menopang pertumbuhan ekonomi global. Hal ini juga erat kaitannya dengan proyeksi pencapaian pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Walaupun terdapat beberapa risiko dan pelemahan pertumbuhan pada beberapa indikator Amerika Serikat, momentum positif pergerakan perekonomian Amerika Serikat diperkirakan akan berlanjut pada tahun 2016. Berdasarkan WEO IMF bulan Juli 2015, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat di tahun 2016 diperkirakan sebesar 2,8 persen, lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan tahun 2015 sebesar 2,6 persen. Adanya indikasi peningkatan kinerja sektor manufaktur Amerika Serikat menjadi faktor penting prospek pertumbuhan perekonomian Amerika Serikat dimasa depan. Namun demikian, risiko terjadinya apresiasi berlebih pada mata uang dolar Amerika Serikat juga berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.

Sama halnya dengan perekonomian Amerika Serikat, proses pemulihan perekonomian Eropa juga diperkirakan akan berlanjut di tahun 2016. Pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa pada

1 ,4 1 ,8 2 ,0 2 ,4 5,0 4 ,6 4 ,0 4 ,5 3,4 3,4 3,1 3,6 0 1 2 3 4 5 6 2013 2014 2015f 2016f % , y o y GRAFIKII.2.1

PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL 2013-2016

Negara Maju AS Dunia

tahun 2016 diperkirakan sebesar 1,6 persen, lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan di tahun 2015 sebesar 1,5 persen. Kondisi pemulihan ekonomi Eropa ini, antara lain didukung oleh kebijakan Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang melaksanakan kebijakan pelonggaran moneter (quantitative easing). Kebijakan tersebut direncanakan berjalan sampai akhir September 2016, dan dapat diperpanjang hingga perekonomian Eropa mendekati target

inflasi sekitar 2,0 persen.

Selanjutnya, perekonomian Jepang di tahun 2016 diperkirakan tumbuh sebesar 1,0 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 0,6 persen. Upaya Bank Sentral Jepang (BOJ) mengeluarkan kebijakan pelonggaran moneter di tahun 2015 untuk mendukung pertumbuhan

dan menciptakan inflasi diperkirakan akan membantu mendorong positifnya pertumbuhan

ekonomi Jepang. Namun perekonomian Jepang masih dihadapkan pada berbagai risiko seperti pertumbuhan produksi industri dan pertumbuhan penjualan retail yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.

Terlepas dari berbagai potensi pertumbuhan di 2016, perekonomian negara-negara maju tetap akan menghadapi berbagai tantangan. Turunnya jumlah angkatan kerja yang disebabkan oleh

perkembangan kondisi demografi menjadi

salah satu risiko pertumbuhan ekonomi di masa depan. Kanada, Jerman, dan Jepang adalah negara yang diperkirakan paling merasakan perubahan angkatan kerja ini. Selain itu, kawasan Eropa juga masih dihadapkan pada beberapa risiko

seperti deflasi, peningkatan defisit fiskal,

dan rasio utang yang relatif tinggi. Masih belum meratanya kondisi ekonomi di negara anggota Eurozone menjadi tantangan tambahan, terutama kaitannya dengan nilai mata uang dan pasar keuangan.

2.1.2 Perekonomian Negara Berkembang

Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang pada tahun 2016 diperkirakan akan kembali mengalami penguatan, dimana diperkirakan tumbuh sekitar 4,5 persen, naik dibandingkan tahun 2015 sebesar 4,0 persen. Prospek kinerja pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang akan bergantung pada kinerja beberapa negara emerging utama seperti BRICS (Brazil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan) dan negara-negara berkembang di kawasan Asia, khususnya ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura). Meskipun lebih baik dibandingkan dengan perkiraan kinerja tahun sebelumnya, prospek kinerja pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang di tahun 2016 akan dihadapkan pada tantangan yang cukup berat khususnya terkait tren perlambatan ekonomi di Tiongkok. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi moderasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Moderasi ini diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun 2016 seiring dengan proses re-balancing struktur ekonomi Tiongkok. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan kembali mengalami perlambatan di tahun 2016 ke level 6,3 persen. Dengan semakin tingginya keterkaitan hubungan ekonomi antarnegara serta semakin besarnya skala ekonomi Tiongkok, proyeksi perlambatan Tiongkok tentunya dapat memberikan pengaruh negatif pada negara-negara berkembang di kawasan. -0,3 1 ,5 1 ,6 0,9 2 ,4 -0,1 1 ,5 2 ,6 0,6 1 ,6 2 ,8 1 ,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0

Eropa Amerika Serikat Jepang

%

Y

o

Y

GRAFIK II.2.2

PERKEMBANGAN EKONOMI NEGARA MAJU (%) 2013-2016

2013 2014 2015f 2016f

Selain faktor moderasi ekonomi Tiongkok, prospek ekonomi di negara-negara berkembang juga dihadapkan pada tantangan terkait perkembangan harga komoditas global. Kecenderungan penurunan harga komoditas global dalam beberapa tahun terakhir telah berdampak negatif pada beberapa negara berkembang, khususnya yang banyak mengandalkan ekspor komoditas primer. Selanjutnya, fenomena Super Dollar yakni kecenderungan menguatnya mata uang dolar Amerika Serikat terhadap mata uang regional juga menjadi tantangan tersendiri bagi prospek ekonomi di negara-negara berkembang.

Satu kondisi yang dapat memberikan potensi pada pertumbuhan perekonomian wilayah Asia, khususnya negara-negara di Asia Tenggara adalah mulai diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015. Adanya MEA diharapkan akan membantu kawasan Asia Tenggara dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sebagai dampak dari membesarnya skala ekonomi (economic of scale). IMF memperkirakan pertumbuhan kawasan ASEAN-5 di tahun 2016 akan tumbuh sebesar 4,9 persen, lebih tinggi dari tahun 2015 sebesar 4,6 persen.

2.1.3 Volume Perdagangan Dunia

Setelah mengalami perlambatan pertumbuhan pada tahun 2014, memasuki tahun 2015 volume perdagangan dunia diproyeksikan akan mengalami peningkatan. Volume perdagangan dunia diperkirakan tumbuh sebesar 3,3 persen pada tahun 2015, setelah pada tahun sebelumnya tumbuh sebesar 3,2 persen. Peningkatan pertumbuhan volume perdagangan dunia diperkirakan berlanjut di tahun 2016 menjadi 4,1 persen, seiring dengan perbaikan pertumbuhan perekonomian negara maju dan kemungkinan kenaikan harga komoditas internasional. Walaupun proyeksi pertumbuhan volume perdagangan diperkirakan mengalami kenaikan, namun perbaikan aktivitas perdagangan tersebut masih dihadapkan pada risiko dari dampak penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat terutama terkait instabilitas perekonomian di negara berkembang.

5,1 7 ,7 6 ,9 4 ,6 7 ,3 7 ,3 4 ,6 6 ,8 7 ,3 4 ,9 6 ,3 7 ,5 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0

ASEAN 5 Tiongkok India

%

Y

o

Y

GRAFIK II.2.3

PERKEMBANGAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG 2013-2016

2013 2014 2015f 2016f

Sum ber: World Economic Outlook - IMF, Oktober 2015

3,3 3,3 3,2 4,1 0 1 2 3 4 5 2013 2014 2015f 2016f % , y o y

Sum ber: Wo rld Economic Outlook - IMF, Oktober 2015 GRAFIK II.2.4

PERTUMBUHAN VOLUME PERDAGANGAN DUNIA 2013 - 2016 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 2013 2014 2015f 2016f % , y o y

Sum ber: Wo rld Economic Outlook - IMF, Oktober 2015 GRAFIK II.2.5

PERTUMBUHAN EKSPOR-IMPOR DUNIA 2013 - 2016

Ekspor Neg. Maju Impor Neg. Maju Ekspor Neg. Berkembang Impor Neg. Berkembang

2.1.4 Harga Komoditas Dunia

Perbaikan ekonomi dan permintaan global secara umum diharapkan akan kembali meningkatkan tingkat konsumsi dan aktivitas produksi yang pada akhirnya mendorong kebutuhan sumber energi untuk kegiatan produksi. Hal ini diperkirakan turut mendorong permintaan komoditas yang selanjutnya akan memengaruhi harga komoditas dunia. Menurut proyeksi dari World Bank, harga komoditas dunia untuk pertanian, energi, dan logam diperkirakan akan tetap menurun di tahun 2015 ini dikarenakan banyaknya pasokan dan berkurangnya permintaan industri, namun diperkirakan membaik di sepanjang tahun 2016 dan selanjutnya.

IMF memperkirakan laju inflasi global di tahun 2016 mencapai 3,4 persen, lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 3,3 persen. Kondisi ini didorong oleh kenaikan laju

inflasi di negara maju dari 0,3 persen di tahun 2015 menjadi 1,2 persen di tahun 2016. Tingkat pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang rendah dalam beberapa periode terakhir telah menjadi

salah satu isu penting di negara-negara maju seperti Jepang dan Kawasan Eropa.

Menyikapi hal ini otoritas moneter di negara-negara tersebut kemudian menyiapkan berbagai kebijakan stimulus untuk mendorong perekonomian. Hal ini akan berimbas dengan naiknya

tekanan inflasi global pada tahun 2016. Di sisi lain, inflasi di negara berkembang diperkirakan

mengalami perlambatan di tahun 2016 dibandingkan tahun sebelumnya dari 5,6 persen di tahun 2015 menjadi 5,1 persen di tahun 2016. Semakin baiknya struktur perekonomian dan

efektifnya kebijakan-kebijakan moneter di negara-negara berkembang menjadi salah satu faktor

pendukung moderasi perkembangan inflasi di negara berkembang.

2.2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN Tahun 2016