• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara

direklasifikasi dari fungsi pelayanan umum menjadi fungsi kesehatan

MENURUT SUMBER DANA

4.1.2.2 Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara

Dalam APBN Tahun 2016, belanja pemerintah pusat melalui BA BUN dialokasikan sebesar

Rp541.425,7 miliar (40,8 persen dari belanja pemerintah pusat). Jumlah tersebut dialokasikan antara lain untuk: (1) pemenuhan kewajiban pemerintah terhadap pihak lain, seperti pembayaran manfaat pensiun, iuran jaminan kesehatan aparatur pemerintah, dan kewajiban pembayaran bunga utang; (2) penyaluran berbagai jenis subsidi, (3) penyediaan dana cadangan untuk keperluan mendesak, seperti antisipasi terhadap risiko yang timbul akibat ketidaksesuaian asumsi dasar ekonomi makro dengan realisasinya dan dana cadangan bencana alam. Pengalokasian belanja melalui BA BUN dikelompokkan ke dalam beberapa program, yaitu: Program Pengelolaan Utang Negara, Program Pengelolaan Subsidi, Program Pengelolaan Hibah,

Program Pengelolaan Belanja Lainnya, dan Program Pengelolaan Transaksi Khusus. Penjelasan

lebih lanjut untuk masing-masing program adalah sebagai berikut. Program Pengelolaan Utang Negara

Alokasi anggaran Program Pengelolaan Utang Negara untuk pembayaran bunga utang dalam

APBN Tahun 2016 mencapai Rp184.940,4 miliar (1,5 persen dari PDB) atau mengalami kenaikan

sebesar Rp29.209,8 miliar (18,8 persen) dari pagunya dalam APBNP tahun 2015. Jumlah tersebut terdiri atas: (1) pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp168.510,9 miliar

(1,3 persen dari PDB), atau mengalami kenaikan sebesar Rp27.307,2 miliar (19,3 persen) dari

pagunya dalam APBNP tahun 2015; (2) pembayaran bunga utang luar negeri sebesar Rp16.429,5 miliar atau mengalami kenaikan sebesar Rp1.902,6 miliar (13,1 persen) dari pagunya dalam

Rupiah Murni Pagu Penggunaan PNBP Pagu Penggunaan BLU Pinjaman Luar Negeri Hibah Luar Negeri Pinjaman Dalam Negeri SBSN PBS Jumlah

61 087 ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 198,0 8,7 - - - - - 206,7 62 088 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA 555,2 - - - - - - 555,2 63 089 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 1.357,0 18,2 - 258,2 - - - 1.633,4 64 090 KEMENTERIAN PERDAGANGAN 3.908,4 44,3 - - - - - 3.952,7 65 092 KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 3.302,3 - - - - - - 3.302,3 66 093 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI 1.061,5 - - - - - - 1.061,5 67 095 DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) 1.027,0 - - - - - - 1.027,0 68 100 KOMISI YUDISIAL RI 148,9 - - - - - - 148,9 69 103 BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA 1.186,9 - - - - - - 1.186,9 70 104BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

INDONESIA 415,0 - - - - - - 415,0 71 105 BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO (BPLS) 500,0 - - - - - - 500,0 72 106 LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH 240,8 - - - - - - 240,8 73 107 BADAN SAR NASIONAL 2.432,4 - - - - - - 2.432,4 74 108 KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA 116,5 - - - - - - 116,5 75 109 BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU 318,6 - - - - - - 318,6 76 110 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA 146,3 - - - - - - 146,3 77 111 BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN 200,6 - - - - - - 200,6 78 112BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN

BEBAS BATAM 170,5 - 834,9 164,4 - - - 1.169,8 79 113 BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME 531,9 - - - - - - 531,9 80 114 SEKRETARIAT KABINET 222,8 - - - - - - 222,8 81 115 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 446,9 - - - - - - 446,9 82 116 LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA 864,4 - - - - - - 864,4 83 117 LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA 930,3 - - - - - - 930,3 84 118BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS & PELABUHAN BEBAS SABANG 257,9 - 3,5 - - - - 261,4 85 119 BADAN KEAMANAN LAUT 334,8 - - - - 334,8 86 120 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN 500,0 - - - - - - 500,0 87 121 BADAN EKONOMI KREATIF 1.113,8 - - - - - - 1.113,8 678.465,8 23.118,4 33.740,5 29.942,9 1.470,9 3.710,0 13.677,2 784.125,7 Sumber: Kementerian Keuangan

TABEL II.4.9

(miliar rupiah)

APBN Tahun 2016

JUMLAH

BELANJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA MENURUT SUMBER DANA (LANJUTAN)

No Kode

APBNP tahun 2015. Alokasi program pengelolaan utang negara untuk pembayaran bunga utang pada tahun 2015-2016 dapat dilihat pada Tabel II.4.10.

Peningkatan pembayaran bunga utang dalam APBN Tahun 2016 seiring dengan peningkatan outstanding utang yang antara lain merupakan konsekuensi pengadaan utang untuk menutup

defisit anggaran. Secara rinci, perhitungan besaran pembayaran bunga utang tahun berjalan

meliputi pembayaran bunga atas: (1) outstanding utang yang berasal dari akumulasi utang tahun-tahun sebelumnya (legacy debts); (2) rencana penambahan utang tahun anggaran berjalan; (3) rencana utang terkait dengan program pengelolaan portofolio utang (liabilities management). Sementara itu, perhitungan besaran pembayaran bunga utang juga didasarkan pada

asumsi-asumsi antara lain: (1) asumsi-asumsi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama US$, YEN, dan EURO; (2) tingkat bunga SPN 3 bulan yang digunakan juga sebagai referensi bunga untuk

instrumen surat berharga negara (SBN) seri variable rate; (3) asumsi yield dan imbalan SBN;

(4) asumsi referensi tingkat suku bunga pinjaman London Interbank Offerred Rate (LIBOR)

dan Jakarta Interbank Offerred Rate (JIBOR) serta asumsi spread-nya; (5) asumsi diskon penerbitan SBN; (6) perkiraan biaya pengadaan utang baru.

Dalam situasi kecenderungan peningkatan pembayaran bunga utang, Pemerintah tetap berupaya

untuk secara konsisten menjaga dan menurunkan imbal hasil (yield) penerbitan SBN melalui

langkah-langkah, antara lain: (1) efisiensi dalam pengelolaan utang; (2) meningkatkan likuiditas pasar SBN dalam negeri; (3) meningkatkan kepercayaan pasar melalui pengelolaan fiskal yang

kredibel dan pengelolaan utang yang prudent; (4) mengoptimalkan pilihan tenor penerbitan dan pilihan instrumen yang tepat sehingga dapat mengurangi realisasi diskon yang harus dibayarkan oleh Pemerintah.

Sejalan dengan langkah-langkah tersebut, kebijakan pemerintah untuk pembayaran bunga utang dalam APBN Tahun 2016 masih tetap diarahkan untuk: (1) memenuhi kewajiban pemerintah secara tepat waktu dan tepat jumlah dalam rangka menjaga kredibilitas dan kesinambungan

pembiayaan; (2) meminimasi dan menjaga efisiensi pembayaran bunga utang antara lain

melalui pemilihan komposisi instrumen utang yang optimal dan melaksanakan transaksi lindung nilai. Berdasarkan langkah-langkah dan kebijakan tersebut, pembayaran bunga utang di masa mendatang diupayakan tetap berada dalam batas kemampuan ekonomi, menjaga agar batas alokasi anggaran untuk pembayaran bunga utang tetap aman dan terkendali, serta tidak menimbulkan tekanan berlebihan terhadap APBN.

2016

APBNP APBN

a. Pembayaran Bunga Utang Dalam negeri 141.203,8 168.510,9 b. Pembayaran Bunga Utang Luar Negeri 14.526,9 16.429,5

Jumlah 155.730,7 184.940,4

Sum ber : Kem enterian Keuangan

TABEL II.4.10

PROGRAM PENGELOLAAN UT ANG NEGARA

(miliar rupiah)

Uraian

2015

Program Pengelolaan Subsidi

Anggaran Program Pengelolaan Subsidi dalam belanja negara dialokasikan dalam rangka meringankan beban masyarakat untuk memperoleh kebutuhan dasarnya, dan sekaligus untuk menjaga agar produsen mampu menghasilkan produk, khususnya yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat, dengan harga yang terjangkau. Pemberian subsidi ditujukan untuk menjaga stabilitas harga barang dan jasa di dalam negeri, memberikan perlindungan pada masyarakat berpendapatan rendah, meningkatkan produksi pertanian, serta memberikan insentif bagi

dunia usaha dan masyarakat. Dengan subsidi tersebut diharapkan bahan kebutuhan pokok

masyarakat tersedia dalam jumlah yang cukup, dengan harga yang stabil, dan terjangkau oleh masyarakat. Selain itu, penyaluran subsidi diupayakan lebih tepat sasaran kepada masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi subsidi menuju pencapaian belanja yang berkualitas,

maka arah kebijakan subsidi tahun 2016 mencakup antara lain: (1) menjaga stabilisasi harga; (2) membantu masyarakat miskin dan menjaga daya beli masyarakat; (3) meningkatkan

produktivitas dan menjaga ketersediaan pasokan dengan harga terjangkau; (4) meningkatkan daya saing produksi dan akses permodalan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Berdasarkan berbagai kebijakan tersebut, maka anggaran Program Pengelolaan Subsidi dalam APBN Tahun 2016 mencapai Rp182.571,1 miliar. Jumlah tersebut menurun Rp29.533,3 miliar bila dibandingkan dengan pagu Program Pengelolaan Subsidi dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp212.104,4 miliar. Sebagian besar anggaran tersebut akan dialokasikan untuk subsidi energi

sebesar Rp102.080,2 miliar, yaitu subsidi BBM, LPG tabung 3 kg, dan LGV sebesar Rp63.692,8

miliar, dan subsidi listrik sebesar Rp38.387,4 miliar. Sementara itu, untuk subsidi nonenergi sebesar Rp80.490,9 miliar, terdiri atas: (1) subsidi pangan sebesar Rp20.993,4 miliar; (2) subsidi

pupuk sebesar Rp30.063,2 miliar; (3) subsidi benih sebesar Rp1.023,8 miliar; (4) subsidi PSO

sebesar Rp3.752,5 milar; (5) subsidi bunga kredit program sebesar Rp16.474,5 miliar; (6) subsidi

pajak ditanggung pemerintah (DTP) sebesar Rp8.183,6 miliar.

Subsidi Energi

Pokok-pokok kebijakan subsidi BBM, LPG tabung 3 kg dan LGV pada tahun 2016 antara lain: (1) melanjutkan pemberian subsidi tetap untuk BBM jenis minyak solar dan subsidi (selisih harga) untuk minyak tanah dan LPG tabung 3 kg; (2) melaksanakan efisiensi dan meningkatkan efektivitas subsidi LPG tabung 3 kg; (3) meningkatkan penggunaan energi baru

dan terbarukan untuk transportasi dan tenaga listrik; (4) meningkatkan dan mengembangkan pembangunan jaringan gas kota untuk rumah tangga; (5) meningkatkan pengawasan penyaluran

BBM bersubsidi dan LPG tabung 3 kg antara lain melalui penggunaan data dan teknologi; (6) meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam pengendalian dan pengawasan BBM bersubsidi dan LPG tabung 3 kg.

Besaran subsidi BBM, LPG tabung 3 kg, dan LGV dalam APBN Tahun 2016 sangat tergantung pada parameter, antara lain: ICP, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan volume konsumsi BBM bersubsidi yang diperkirakan mencapai 16,7 juta kiloliter (kl) serta volume konsumsi LPG tabung 3 kg sebesar 6,6 metrik ton.

Berdasarkan berbagai kebijakan dan parameter tersebut, maka anggaran subsidi BBM, LPG tabung 3 kg dan LGV dalam APBN Tahun 2016 sebesar Rp63.692,8 miliar atau turun sebesar

Rp982,0 miliar bila dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar

Rp64.674,8 miliar. Subsidi tersebut antara lain terdiri atas: subsidi jenis BBM tertentu (JBT) tahun berjalan sebesar Rp18.692,0 miliar, subsidi harga atas LPG tabung 3 kg sebesar

Rp31.010,4 miliar dan subsidi LGV sebesar Rp6,4 miliar. Lebih tingginya alokasi subsidi tersebut dikarenakan besarnya alokasi untuk pembayaran kurang bayar subsidi BBM, LPG tabung 3 kg dan LGV tahun sebelumnya.

Kebijakan fiskal terkait subsidi listrik tahun 2016 dapat diuraikan sebagai berikut:

(1) meningkatkan rasio elektrifikasi, khususnya melalui program listrik perdesaan dan instalasi listrik gratis bagi masyarakat tidak mampu dan nelayan; (2) meningkatkan efisiensi penyediaan

tenaga listrik, melalui optimalisasi pembangkit listrik berbahan bakar gas dan batu bara, dan

menurunkan komposisi pemakaian BBM dalam pembangkit tenaga listrik; (3) memberikan

subsidi untuk pelanggan rumah tangga miskin dan rentan miskin dengan daya 450 VA dan 900 VA; (4) mengembangkan energi baru dan terbarukan khususnya di pulau-pulau terdepan

yang berbatasan dengan negara lain dan untuk mensubstitusi PLTD di daerah-daerah terisolasi; (5) meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan investasi pembangunan infrastruktur

ketenagalistrikan.

Selain berbagai kebijakan di atas, perhitungan beban subsidi listrik dalam tahun 2016 juga didasarkan pada asumsi dan parameter-parameter, antara lain yaitu ICP, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan penjualan tenaga listrik.

Berdasarkan berbagai kebijakan dan parameter tersebut di atas, maka alokasi anggaran subsidi listrik dalam APBN Tahun 2016 sebesar Rp38.387,4 miliar atau turun Rp34.761,9 miliar apabila dibandingkan dengan anggaran belanja subsidi listrik dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp73.149,2 miliar. Subsidi tersebut terdiri atas subsidi listrik tahun berjalan sebesar Rp38.387,4 miliar. Penurunan tersebut disebabkan karena ada perbaikan mekanisme pemberian subsidi listrik terutama untuk rumah tangga miskin dan rentan miskin pada tahun 2016 secara lebih tepat sasaran dan perkiraan kekurangan tahun sebelumnya yang dicarry over ke tahun berikutnya.

Subsidi Nonenergi

Arah kebijakan subsidi nonenergi tahun 2016 akan difokuskan pada beberapa kebijakan sebagai berikut. Pertama, memberikan subsidi pangan (raskin) kepada rumah tangga sasaran (RTS) yang didukung dengan peningkatan akuntabilitas pengelolaan dan alokasi anggaran subsidi pangan. Kedua, memberikan subsidi pupuk dan benih untuk membantu petani memperoleh pupuk dan benih dengan harga terjangkau. Ketiga, memperbaiki pelayanan umum bidang transportasi dengan memberikan bantuan subsidi/public service obligation (PSO) untuk

angkutan penumpang kereta api, angkutan kapal laut kelas ekonomi, serta Lembaga Kantor

Berita Nasional (LKBN) Antara untuk penugasan informasi publik bidang pers. Keempat,

meningkatkan daya saing usaha dan akses permodalan bagi UMKM dan petani melalui

penyempurnaan bantuan subsidi bunga kredit program dan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap akses air minum. Kelima, menyediakan dukungan bagi pelaksanaan Program Sejuta

Rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Keenam, mendukung perluasan dan

penajaman program kredit usaha rakyat (KUR). Ketujuh, memberikan subsidi pajak DTP sebagai insentif atas pengembangan sektor panas bumi dan untuk menarik minat investor asing atas

obligasi pemerintah, serta pemberian fasilitas bea masuk.

Belanja subsidi nonenergi terdiri atas alokasi anggaran untuk subsidi pangan, subsidi pupuk,

subsidi benih, subsidi PSO, subsidi bunga kredit program, dan subsidi pajak ditanggung pemerintah (DTP). Dalam APBN Tahun 2016, subsidi nonenergi sebesar Rp80.490,4 miliar,

lebih tinggi Rp6.210,5 miliar bila dibandingkan dengan alokasi anggaran subsidi nonenergi dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp74.280,3 miliar (lihat Tabel II.4.11).

Dalam APBN Tahun 2016, anggaran subsidi pangan sebesar Rp20.993,4 miliar, atau lebih

tinggi Rp2.053,5 miliar bila dibandingkan dengan pagunya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp18.939,9 miliar. Kebijakan penyediaan subsidi pangan ini diberikan dalam bentuk penjualan beras kepada rumah tangga sasaran (RTS) masyarakat berpenghasilan rendah dengan harga

terjangkau. Dalam tahun 2016, program subsidi pangan ini disediakan untuk menjangkau

15,5 juta RTS, dalam bentuk penyediaan beras murah melalui Perum Bulog. Penyaluran beras kepada RTS akan diberikan untuk 12 kali penyaluran, dengan kuantum sebanyak 15 kg per RTS per bulan dan harga jual sebesar Rp1.600,0 per kg. Kenaikan alokasi anggaran subsidi pangan

terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) Gabah/Beras per 17 Maret 2015, dari semula Rp6.600,0 per kg menjadi Rp7.300,0 per kg sesuai Inpres

Nomor 5 Tahun 2015 dan pembayaran kekurangan bayar subsidi tahun 2013 (hasil audit BPK).

Dalam rangka mendukung program ketahanan pangan nasional dan membantu petani

mendapatkan pupuk dengan harga terjangkau, Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk subsidi pupuk. Volume pupuk bersubsidi tahun 2016 direncanakan sebanyak 9,55 juta ton.

Subsidi pupuk tetap diberikan dengan sistem tertutup melalui mekanisme rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK). Namun, mekanisme pelaksanaan subsidi langsung kepada petani akan dilakukan secara bertahap. Di samping itu, Pemerintah terus berupaya agar HPP ditetapkan mendekati harga keekonomian dan mengusulkan rencana kenaikan harga eceran tertinggi (HET)

untuk mengurangi disparitas harga pupuk. Selain itu, Pemerintah terus mendorong peningkatan penggunaan pupuk organik dan pupuk majemuk berimbang, serta penyempurnaan basis data yang berbasis orang dan lahan. Untuk mendukung kebijakan tersebut, anggaran subsidi pupuk dalam APBN Tahun 2016 sebesar Rp30.063,2 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah Rp9.412,5

miliar bila dibandingkan pagunya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp39.475,7 miliar. Lebih

rendahnya alokasi anggaran subsidi pupuk tersebut dikarenakan pada tahun 2016 hanya

1 . Subsidi Pangan 1 8.939,9 20.993,4 2. Subsidi Pupuk 39.47 5,7 30.063,2 3. Subsidi Benih 939,4 1 .023,8 4. Subsidi PSO 3.261 ,3 3.7 52,5 a. PT KA I 1 .523,8 1 .827 ,4 b. PT Pelni 1 .607 ,2 1 .7 87 ,0 c. LKBN Antara 1 30,3 1 38,1 5. Subsidi Bunga Kredit Program 2.484,0 1 6.47 4,5 6. Subsidi Pajak DTP 9.1 80,0 8.1 83,6

7 4.280,3

80.490,9

Sumber: Kementerian Keuangan

Jum lah

TABEL II.4.11

SUBSIDI NONENERGI, APBNP 2015 DAN APBN 2016 (miliar rupiah)

No URAIAN 2015

APBNP

2016 APBN

dialokasikan bagi pembayaran subsidi pupuk tahun berjalan. Sementara itu, untuk tahun 2015 sebagian anggarannya dialokasikan untuk pembayaran kurang bayar tahun sebelumnya. Untuk mendorong peningkatan produksi pertanian, Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk subsidi benih. Seperti pola pelaksanaan tahun 2015, pemberian subsidi benih tersebut dalam rangka menyediakan benih padi dan kedelai yang berkualitas dengan harga terjangkau

oleh petani dan ketersediaan benih varietas unggul bersertifikat menjadi lebih terjamin, serta

mudah diakses petani/kelompok tani. Besaran subsidi benih dialokasikan berdasarkan daftar

usulan pembeli benih bersubsidi (DUPBB). Anggaran subsidi benih dalam APBN Tahun 2016

sebesar Rp1.023,8 miliar. Jumlah tersebut lebih tinggi Rp84,4 miliar bila dibandingkan pagunya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp939,4 miliar.

Kebijakan subsidi nonenergi selain bertujuan untuk menjaga ketahanan pangan nasional, juga ditujukan untuk meningkatkan pelayanan umum di bidang transportasi dan penyediaan

informasi publik. Alokasi anggaran untuk subsidi PSO dalam APBN Tahun 2016 sebesar

Rp3.752,5 miliar. Jumlah tersebut lebih tinggi Rp491,2 miliar bila dibandingkan dengan

pagunya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp3.261,3 miliar. Anggaran belanja subsidi PSO

tersebut dialokasikan kepada: PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebesar Rp1.827,4 miliar

untuk penugasan layanan jasa angkutan kereta api (KA Ekonomi Jarak Jauh, KA Ekonomi Jarak Sedang, KA Ekonomi Jarak Dekat, KRD Ekonomi, KRL Ekonomi, KA Ekonomi Angkutan

Lebaran serta KRL AC Commuterline Jabodetabek); PT Pelni sebesar Rp1.787,0 miliar untuk

penugasan layanan jasa angkutan penumpang kapal laut kelas ekonomi dan angkutan ke

daerah-daerah terpencil; dan Perum LKBN Antara sebesar Rp138,1 miliar untuk penugasan layanan informasi publik bagi masyarakat terutama di daerah terpencil, tertinggal, dan rawan konflik. Dalam tahun 2016, Pemerintah akan meneruskan kebijakan pemberian subsidi bunga kredit

program dalam rangka menunjang upaya peningkatan ketahanan pangan, mendukung

diversifikasi energi, dan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap akses air minum. Anggaran

subsidi bunga kredit program dalam APBN Tahun 2016 sebesar Rp16.474,5 miliar. Jumlah tersebut lebih tinggi Rp13.990,4 miliar bila dibandingkan dengan pagunya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp2.484,0 miliar. Peningkatan anggaran subsidi bunga kredit program dalam APBN Tahun 2016 terutama disebabkan adanya 3 (tiga) jenis subsidi baru untuk mendukung

Program Sejuta Rumah bagi MBR dan program kredit usaha rakyat (KUR). Pemerintah

mengalokasikan anggaran untuk subsidi bunga kredit perumahan dan subsidi bantuan uang

muka perumahan untuk mendukung pelaksanaan Program Sejuta Rumah bagi MBR. Selain itu,

dalam rangka mendukung kebijakan program KUR, Pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk subsidi bunga KUR. Pada tahun 2016, Pemerintah berupaya menurunkan suku bunga

KUR pada kisaran 9 persen sehingga dapat terjangkau oleh UMKM. Di samping itu, coverage

KUR juga ditingkatkan agar semakin banyak UMKM yang dapat dibantu oleh program KUR.

BOKS II.4.6