• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat APBN Tahun 2016 APBN Tahun 2016

PEMERINTAH PUSAT APBN 2016 DAN PROYEKSI JANGKA MENENGAH PERIODE 2017-2019

4.1. Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat APBN Tahun 2016 APBN Tahun 2016

Sebagai bagian integral dari anggaran belanja negara, kebijakan dan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat dalam APBN Tahun 2016 disusun dengan mengacu kepada strategi pembangunan berikut sektor-sektor prioritas dalam rencana kerja pemerintah (RKP) tahun

2016 serta kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM PPKF) tahun 2016. RKP dan KEM PPKF tahun 2016 telah disepakati antara Pemerintah dengan DPR RI

dalam pembicaraan pendahuluan pembahasan RAPBN Tahun 2016 pada bulan Juli 2015.

Dengan memerhatikan pencapaian sasaran dan arah kebijakan dari masing-masing prioritas

dalam tiga dimensi pembangunan (pembangunan manusia, pembangunan sektor unggulan, serta pembangunan pemerataan dan kewilayahan), dan untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan negara, maka kebijakan umum belanja pemerintah pusat dalam APBN Tahun 2016 akan diarahkan pada: Pertama, mempertahankan tingkat kesejahteraan aparatur

pemerintah dengan memerhatikan tingkat inflasi untuk memacu produktivitas dan peningkatan

pelayanan publik, melalui pemberian tunjangan hari raya sebesar gaji pokok bagi PNS/TNI/Polri dan sebesar 50 persen pensiun pokok bagi para pensiunan. Kedua, mendukung pelaksanaan berbagai program dan sasaran pembangunan, antara lain di bidang: (1) pendidikan, kesehatan, dan penyediaan perumahan (dimensi pembangunan manusia); (2) kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman, serta pariwisata dan industri (dimensi pembangunan sektor unggulan); (3) pemerataan dan pengurangan kesenjangan baik antarkelas pendapatan dan antarwilayah. Ketiga, memperkuat kepastian dan penegakan hukum, stabilitas pertahanan dan keamanan, politik dan demokrasi. Keempat, melanjutkan kebijakan efisiensi subsidi yang

tepat sasaran dan penajaman/perluasan program kredit usaha rakyat; Kelima, melanjutkan dan memperkuat pembangunan infrastruktur untuk memperbaiki kualitas pembangunan. Keenam,

meningkatkan efektivitas pelayanan serta keberlanjutan program SJSN di bidang kesehatan

(baik dari sisi demand maupun supply) dan ketenagakerjaan. Ketujuh, menyelaraskan upaya

desentralisasi fiskal dengan mengalihkan sebagian belanja K/L (termasuk dana dekonsentrasi/

tugas pembantuan) ke dana alokasi khusus (DAK). Kedelapan, mendukung upaya pemenuhan

anggaran kesehatan sebesar 5 persen dari belanja negara. Kesembilan, menyediakan dukungan

bagi pelaksanaan Program Sejuta Rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Berdasarkan isu-isu strategis dan kebijakan umum tersebut di atas, maka anggaran belanja pemerintah pusat dalam APBN Tahun 2016 dialokasikan sebesar Rp1.325.551,4 miliar (10,4

persen dari PDB). Alokasi anggaran belanja pemerintah pusat dalam APBN Tahun 2016 tersebut

akan digunakan terutama untuk mendukung pendanaan berbagai program pembangunan, baik

yang dilaksanakan oleh K/L sesuai tugas dan fungsinya, maupun program-program yang bersifat

lintas sektoral atau yang dialokasikan melalui Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum

Negara (non K/L), sesuai dengan program-program pembangunan yang ditetapkan dalam RKP

2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 17 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD dan dalam rangka menindaklanjuti Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/ PUU-XI/2013 tanggal 22 Mei 2014, maka anggaran belanja pemerintah pusat dirinci menurut

fungsi dan organisasi.

4.1.1 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi

Menurut klasifikasi fungsi, alokasi anggaran Belanja Pemerintah Pusat dirinci menjadi 11 fungsi

yang menggambarkan tugas Pemerintah dalam melaksanakan fungsi-fungsi pelayanan dan

pemerintahan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Fungsi-fungsi tersebut

terdiri atas: (1) fungsi pelayanan umum; (2) fungsi pertahanan; (3) fungsi ketertiban dan keamanan; (4) fungsi ekonomi; (5) fungsi lingkungan hidup; (6) fungsi perumahan dan fasilitas umum; (7) fungsi kesehatan; (8) fungsi pariwisata dan ekonomi kreatif; (9) fungsi agama;

(10) fungsi pendidikan; dan (11) fungsi perlindungan sosial. Dalam APBN Tahun 2016, alokasi

anggaran Belanja Pemerintah Pusat yang terbesar menuru fungsi adalah fungsi ekonomi, yaitu sebesar 27,2 persen dari total anggaran Belanja Pemerintah Pusat, sedangkan sebesar 72,8 persen tersebar pada fungsi-fungsi lainnya. Relatif tingginya porsi fungsi ekonomi pada APBN tahun 2016 tersebut dikarenakan perubahan dan penyesuaian pada ruang lingkup dan

terminologi pada klasifikasi fungsi sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 127/ PMK.2/2015 tentang klasifikasi anggaran. Sebagai konsekuensi atas penyesuaian tersebut terdapat beberapa kebijakan dan program yang sebelumnya masuk dalam fungsi pelayanan

umum dilakukan reklasifikasi ke dalam fungsi yang lain, seperti program subdisi energi dan non energi diklasifikasikan ke dalam fungsi ekonomi. Perkembangan alokasi anggaran Belanja Pemerintah Pusat menurut fungsi dalam tahun 2015-2016 disajikan dalam Tabel II.4.1 serta diuraikan di dalam penjelasan sebagai berikut.

APBNP % thd

BPP APBN % thd

BPP

1 PELAY ANAN UMUM 695.286,3 52,7 31 6.532,6 23,9 2 PERTAHANAN 1 02.27 8,6 7 ,8 99.648,9 7 ,5 3 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 54.681 ,0 4,1 1 09.7 94,0 8,3 4 EKONOMI 21 6.290,6 1 6,4 360.226,7 27 ,2 5 LINGKUNGAN HIDUP 1 1 .7 28,1 0,9 1 2.087 ,8 0,9 6 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 25.587 ,2 1 ,9 34.651 ,1 2,6 7 KESEHATAN 24.208,5 1 ,8 67 .21 3,7 5,1 8 PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 3.7 65,5 0,3 7 .432,7 0,6 9 AGAMA 6.920,5 0,5 9.7 85,1 0,7 1 0 PENDIDIKAN 1 56.1 86,9 1 1 ,8 1 50.090,0 1 1 ,3 1 1 PERLINDUNGAN SOSIAL 22.61 5,8 1 ,7 1 58.088,8 1 1 ,9

1.319.549,0

100,0 1.325.551,4 100,0

Sumber : Kementerian Keuangan

T O T A L

TABEL II.4.1

BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT FUNGSI, 2015 - 2016

(Miliar Rupiah)

NO. FUNGSI

Fungsi Pelayanan Umum

Alokasi anggaran pada fungsi pelayanan umum berkaitan dengan fungsi utama Pemerintah

yaitu untuk menjamim kualitas dan kelancaran pelayanan kepada masyarakat. Dalam APBN

tahun 2016, anggaran pada fungsi pelayanan umum dialokasikan sebesar Rp316.532,6 miliar, menunjukkan penurunan sebesar 54,5 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp695.286,3 miliar. Penurunan alokasi fungsi pelayanan umum pada APBN Tahun 2016 tersebut dikarenakan penyesuaian dan penataan ulang pada ruang lingkup dan terminologi fungsi seperti yang disebutkan sebelumnya.

Arah kebijakan dan langkah langkah yang ditempuh Pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi pelayanan umum pada tahun 2016 antara lain: (1) penguatan kapasitas pengelolaan reformasi birokrasi (RB) nasional, melalui penguatan kelembagaan dan tata kelola di bidang aparatur negara dan fasilitasi pelaksanaan RB pada instansi pemerintah daerah, dan

penyempurnaan sistem evaluasi pelaksanaan RBN; (2) penerapan manajemen aparatur sipil

negara (ASN) yang berbasis sistem merit secara konsisten berlandaskan asas-asas antara lain profesionalitas, netralitas, akuntabilitas, dan keterbukaan; dan (3) peningkatan pengelolaan utang dan hibah negara.

Secara umum sasaran yang diharapkan dapat tercapai pada tahun 2016 melalui alokasi anggaran pada fungsi pelayanan umum, antara lain: (1) meningkatnya sistem informasi pelayanan publik

dan inovasi yang terintegrasi; (2) meningkatnya efektivitas pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi reformasi birokrasi, akuntabilitas aparatur negara dan pengawasan wilayah di pusat

dan daerah; dan (3) terpenuhinya kewajiban pemerintah secara tepat waktu dan tepat jumlah dalam rangka menjaga kredibilitas dan kesinambungan pembiayaan.

Fungsi Pertahanan

Alokasi anggaran pada fungsi pertahanan berkaitan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara dalam upaya melindungi segenap bangsa dan

seluruh tumpah darah Indonesia. Dalam APBN Tahun 2016, anggaran pada fungsi pertahanan

sebesar Rp99.648,9 miliar, menunjukkan penurunan sebesar 2,6 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp102.278,6 miliar.

Arah kebijakan dan langkah-langkah yang ditempuh Pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi pertahanan pada tahun 2016 antara lain: (1) mendukung pemenuhan dan pengadaan alutsista dengan didukung pembiayaan dari dalam dan luar negeri, dengan prioritas pembiayaan dalam negeri; (2) meningkatkan upaya pemeliharaan dan perawatan alutsista; (3) meningkatkan kontribusi industri pertahanan bagi alutsista TNI; (4) penguatan keamanan laut dan daerah perbatasan; (5) penguatan intelijen dan peningkatan fasilitas yang memadai.

Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2016 melalui alokasi anggaran pada fungsi pertahanan, antara lain: (1) meningkatnya kontribusi industri pertahanan dalam negeri terhadap pemenuhan minimum essential force (MEF) yang dapat mencapai 14 persen; (2) meningkatnya kesejahteraan

prajurit melalui pembangunan perumahan dinas dan peningkatan kesiapan TNI dengan penyelenggaraan 5 latihan gabungan, 543 latihan dan penataran matra darat, 22 latihan operasi matra laut, 30 latihan operasi matra udara; (3) penguatan keamanan laut dan daerah perbatasan dengan pengadaan 1 kapal patroli baru serta peralatan pendukung, pengadaan 1 paket peralatan surveillance, dan pembangunan pos pengamanan perbatasan darat baru.

Fungsi Ketertiban dan Keamanan

Alokasi anggaran pada fungsi ketertiban dan keamanan mencerminkan besaran anggaran yang dialokasikan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang ketertiban dan keamanan. Alokasi anggaran belanja pemerintah pusat pada fungsi ketertiban dan keamanan dalam APBN Tahun 2016 sebesar Rp109.794,0 miliar, yang menunjukkan peningkatan sebesar 100,8 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp54.681,0

miliar.

Tingginya peningkatan alokasi pada fungsi ketertiban dan keamanan pada APBN tahun 2016 apabila dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2015 terutama disebabkan oleh

penyesuaian dan penataan ulang pada ruang lingkup dan terminologi pada klasifikasi menurut fungsi sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 127/PMK.2/2015 tentang Klasifikasi

Anggaran. Sebagai konsekuensi atas penataan ulang tersebut, terdapat beberapa program yang

sebelumnya diklasifikasikan sebagai fungsi pelayanan umum direklasifikasi menjadi fungsi

ketertiban dan keamanan, antara lain program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas

teknis lainnya Polri pada subfungsi kepolisian dan Program Pengelolaan Belanja Lainnya yang

terdiri dari dana cadangan benaca alam dan cadangan bahan bakar minyak dan pelumas. Arah kebijakan dan langkah-langkah yang ditempuh Pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi ketertiban dan keamanan pada tahun 2016 antara lain: (1) peningkatan pelayanan keamanan pada masyarakat; (2) peningkatan profesionalisme Polri; (3) penguatan intelijen; (4) peningkatan peralatan dan fasilitas kepolisian; dan (5) penguatan pencegahan dan penanggulangan narkoba.

Sasaran pembangunan yang ingin dicapai melalui alokasi anggaran untuk fungsi ketertiban dan keamanan pada tahun 2016 tersebut, diantaranya: (1) meningkatnya profesionalisme Polri pada aspek pelayanan publik melalui perbaikan kualitas dan peningkatan operasi kepolisian yang menjadi prioritas kebutuhan masyarakat sebesar 45 persen, penempatan 1 (satu) bhabinkantibmas di setiap desa/kelurahan secara bertahap, pelaksanaan 150 kegiatan penyuluhan hukum kepada masyarakat; (2) menguatnya koordinasi intelijen dengan membentuk 7 organisasi komunitas intelijen yang memanfaatkan data sharing, penambahan 1 infrastruktur jaringan analisis sinyal (JAS) baru; (3) meningkatkan kapasitas rehabilitasi penyalahgunaan

narkoba, terkendalikannya laju prevalensi penyalahgunaan narkoba hingga angka 0,05 persen; (4) meningkatnya efektivitas sistem keamanan nasional melalui perbaikan kualitas dan jumlah

policy brief yang dihasilkan sistem informasi Wantannas. Fungsi Ekonomi

Alokasi anggaran pada fungsi ekonomi dalam APBN Tahun 2016 sebesar Rp360.226,7 miliar, menunjukkan peningkatan sebesar 66,5 persen apabila dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp216.290,6 miliar.

Selanjutnya, arah kebijakan dan langkah-langkah yang akan ditempuh Pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi ekonomi pada tahun 2016 antara lain: (1) pembangunan sarana dan prasarana penghubung menuju dan antarkoridor ekonomi dan kawasan-kawasan pertumbuhan ekonomi dalam bentuk pembangunan bandara perintis, pelabuhan, dan jaringan jalan tol; (2) melanjutkan pengembangan moda angkutan laut, kereta api, dan angkutan penyeberangan sistem logistik nasional melalui pengembangan jaringan kereta api di pulau besar, dan pembangunan tol laut; (3) penguatan kelembagaan usaha dan koperasi, kemitraan usaha berbasis

rantai nilai (value change), revitalisasi dan modernisasi koperasi; (4) mendukung program

ketahanan pangan dan energi nasional; (5) peningkatan cadangan pasokan energi primer dan

bahan bakar, serta energi baru dan terbarukan (EBT); (6) peningkatan produksi padi dan sumber

pangan protein; (7) pemberantasan illegal, unreported, and unregulated (IUU) fishing. Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2016 melalui alokasi anggaran fungsi ekonomi diantaranya yaitu: (1) meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda (dilihat dari indikatornya yaitu dikembangkannya jalan nasional; terbangunnya jalan baru; terbangunnya jalur KA; terbangunnya dermaga sungai dan danau, serta meningkatnya kapasitas pelabuhan utama pendukung tol laut sebanyak 24 pelabuhan strategis); (2) meningkatnya kinerja pelayanan

dan industri transportasi nasional untuk mendukung konektivitas nasional, Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dan konektivitas global, salah satunya dapat dilihat dari meningkatnya

jumlah armada pelayaran nasional berumur maksimal 25 tahun sebesar 10 persen; (3) perkuatan ketahanan pangan dan ketahanan air untuk kedaulatan pangan nasional, antara lain dilihat dari indikatornya yaitu meningkatnya produksi bahan pokok antara lain padi, jagung, dan kedelai; (4) terlaksananya pembangungan/peningkatan daerah irigasi baru dan percepatan rehabilitasi jaringan irigasi untuk mendukung kedaulatan pangan, dilihat dari indikatornya antara lain yaitu pembangunan/peningkatan layanan jaringan irigasi dan rehabilitasi jaringan irigasi; (5) perkuatan kedaulatan energi melalui peningkatan produksi sumber daya energi (minyak bumi, gas bumi, dan batubara); (6) meningkatnya pelayanan ketenagalistrikan melalui

peningkatan rasio elektrifikasi sebesar 90,15 persen; penambahan kapasitas pembangkit dan

konsumsi listrik perkapita menjadi sebesar 985 kWh. BOKS II.4.1