• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN DAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA DALAM APBN TAHUN 2016 DAN

PROYEKSI JANGKA MENENGAH PERIODE 2017-2019

5.1 Kebijakan dan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana

Desa Tahun 2016

Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa merupakan bagian dari Belanja Negara dalam

rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal. Sebagai instrumen untuk mempercepat pembangunan daerah, implementasi kebijakan desentralisasi fiskal diarahkan untuk dapat mendukung pelaksanaan rencana pembangunan nasional, sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016 sesuai visi dan misi presiden terpilih periode tahun 2015-2019 seperti tertuang dalam Nawa Cita. Sesuai agenda ketiga dari Nawa Cita, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara

Kesatuan, kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa, sebagai salah satu instrumen penting

dari desentralisasi fiskal, diarahkan untuk memperkuat pendanaan pembangunan daerah dan desa guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, pada tahun 2016 akan dilakukan beberapa perubahan yang fundamental dalam kebijakan Transfer ke Daerah

dan Dana Desa.

Pertama, meningkatkan alokasi anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa, agar dapat mempercepat penguatan peran daerah dalam penyediaan pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang merupakan perwujudan dari ciri Indonesia sebagai negara

desentralisasi fiskal. Kedua, melakukan perubahan struktur dan ruang lingkup Transfer ke

Daerah dan Dana Desa agar lebih sesuai dengan pembagian kewenangan antara pemerintah

pusat dan daerah dan kebutuhan pendanaan daerah. Ketiga, melakukan reformulasi dan penguatan kebijakan alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa, khususnya kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Insentif Daerah (DID).

Perubahan kebijakan tersebut berimplikasi terhadap perubahan postur Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Lebih dari itu, perubahan postur DAK pada tahun 2016 terutama ditujukan untuk mendukung pelaksanaan Nawa Cita, khususnya:

1. Cita ketiga: membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan

desa dalam kerangka negara kesatuan;

2. Cita kelima: meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;

3. Cita keenam: meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; dan

4. Cita ketujuh: mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik.

Secara lengkap, perubahan postur Transfer ke Daerah dan Dana Desa dari tahun 2015 ke tahun

Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa, dimulai pada APBN tahun 2016 ini, dilakukan perubahan mendasar atas klasifikasi

penganggaran transfer ke daerah dan dana desa. Pertama, Transfer ke Daerah dikelompokan ke dalam 3 (tiga) klasifikasi besar, yaitu: (i) Dana Perimbangan; (ii) Dana Insentif Daerah; dan

(iii) Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta. Kedua, Dana Perimbangan

yang selama ini terdiri atas 3 (tiga) komponen, yaitu Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) diubah menjadi 2 (dua) komponen utama yakni Dana

Transfer Umum(General Purpose Grant) dan Dana Transfer Khusus (Spesific Purpose Grant)

yang masing-masing terdiri atas 2 (dua) subkomponen. Dana Transfer Umum terdiri atas DBH dan DAU, sedangkan Dana Transfer Khusus, terdiri atas DAK Fisik dan DAK Nonfisik. DAK Fisik mencakup: (1) DAK Reguler yang pendanaannya lebih difokuskan pada bidang-bidang yang menjadi prioritas nasional sebagaimana ditetapkan dalam RKP tahun 2016 dan RPJMN 2015-2019 serta sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah; (2) DAK Infrastruktur Publik Daerah, yang diarahkan untuk mendukung percepatan pembangunan/penyediaan infrastruktur yang menjadi kebutuhan dan prioritas daerah dan nasional; dan (3) DAK Afirmasi yang diarahkan untuk mendukung percepatan pembangunan/penyediaan infrastruktur daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan. Sementara itu, DAK Nonfisik mencakup pengalihan beberapa

TABELII.5.1

POSTUR TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA TAHUN 2015 DAN 2016

2015 2016

I. Transfer ke Daerah I. Transfer ke Daerah

A Dana Perimbangan A Dana Perimbangan

1 Dana Bagi Hasil 1 Dana Transfer Umum ( General Purpose Grant )

2 Dana Alokasi Umum a Dana Bagi Hasil

3 Dana Alokasi Khusus a. DAK Reguler b. DAK Tambahan

1. DAK Afirmasi 2. DAK P3K2

c. DAK Usulan Daerah yang disetujui DPR

b Dana Alokasi Umum

B Dana Otonomi Khusus 2 Dana Transfer Khusus ( Specific Purpose Grant )

C Dana Keistimewaan DIY a DAK Fisik

1.DAK Reguler (10 Bidang) 2.DAK Infrastruktur Publik

Daerah 3.DAK Afirmasi D Dana Transfer Lainnya

1. Tunjangan Profesi Guru PNSD 2. BOS

3. Tamsil PNSD 4. Dana P2D2

5. Dana Insentif Daerah

b DAK Non Fisik 1.Dana BOS 2.Dana BOP PAUD 3.Dana TPG PNSD 4.Dana Tamsil Guru PNSD 5.Dana P2D2

6.Dana BOK

7.Dana PK2 UKM dan Ketenagakerjaan B Dana Insentif Daerah

C Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan DIY

II Dana Desa II Dana Desa

jenis dana yang sebelumnya termasuk dalam pos Dana Transfer Lainnya, yaitu dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dana Tunjangan Profesi Guru PNSD, dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD, dan dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2). Selain itu, pada DAK Nonfisik ini juga ditampung pengalihan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan dari beberapa K/L ke DAK, diantaranya yaitu: (1) dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), yang sebelumnya dikelola sebagai dana dekonsentrasi pada anggaran Kementerian Kesehatan; (2) dana Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD), yang sebelumnya dikelola sebagai dana dekonsentrasi pada anggaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; dan (3) dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, UKM, dan Ketenagakerjaan, yang sebelumnya dikelola sebagai dana dekonsentrasi pada anggaran Kementerian Koperasi dan UMKM dan

Kementerian Ketenagakerjaan.

Ketiga, Dana Insentif Daerah (DID), yang semula merupakan bagian dari dana transfer lainnya, dikelompokkan terpisah sehingga berdiri sendiri sebagai klasifikasi baru dalam dana transfer ke daerah, dengan tujuan untuk memberikan penekanan pentingnya anggaran dimaksud sebagai instrumen dalam pemberian insentif bagi daerah kabupaten/kota/provinsi yang berkinerja baik dalam pengelolaan fiskal dan keuangan daerah yang sehat, pelayanan dasar publik yang prima, dan pengelolaan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkualitas. Dalam format baru kebijakan dana transfer ke daerah tersebut, pada pos DID tersebut tidak hanya jumlah anggarannya diperbesar, tetapi juga dilakukan perubahan yang mendasar pada sistem dan kriteria penilaian prestasi kerja (kinerja) suatu daerah.

Keempat, Dana Otonomi Khusus (Otsus Papua, Papua Barat, dan Aceh), dana tambahan infrastruktur pada Otsus Papua dan Papua Barat, dan dana keistimewaan D.I. Yogyakarta dikelompokan ke dalam klasifikasi sendiri dalam satu rumpun, mengingat ketiga jenis dana transfer tersebut mempunyai fungsi dan tujuan yang sama, yaitu memenuhi amanat UU mengenai kekhususan suatu daerah, terutama terkait dengan kewajiban pemenuhan atau penyediaan anggaran dalam rangka pembiayaan kekhususan atau keistimewaan daerah

dimaksud.

Sejalan dengan berbagai perubahan fundamental tersebut, maka kebijakan umum Transfer ke Daerah dan Dana Desa tahun 2016 diarahkan pada 5 (lima) perubahan sebagai berikut:

1. peningkatan alokasi anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa mendekati alokasi anggaran belanja kementerian negara dan lembaga (belanja K/L);

2. reformulasi alokasi DAU guna meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah (sebagai equalization grant);

3. reformulasi dan penguatan DAK untuk mendukung Nawa Cita dan pencapaian prioritas nasional, dengan:

a. meningkatkan besaran alokasi DAK untuk lebih mengakomodasi aspirasi daerah guna mempercepat pembangunan/penyediaan infrastruktur sarana dan prasarana publik; dan b. meningkatkan efektivitas pelaksanaan DAK melalui penyesuaian dana pendamping

dengan kemampuan keuangan daerah, percepatan penetapan petunjuk teknis, serta perbaikan pola penyaluran, pelaporan, monitoring dan evaluasi.

4. reformulasi DID untuk memberikan penghargaan yang lebih besar kepada daerah yang berkinerja baik dalam pengelolaan keuangan, perekonomian dan kesejahteraan daerah; 5. peningkatan alokasi Dana Desa minimal 6 persen dari dan di luar Transfer ke Daerah sesuai

Road Map Dana Desa tahun 2015-2019, guna memenuhi amanat UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Dengan memerhatikan arah kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagaimana diuraikan

di atas, dalam APBN tahun 2016 anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa dialokasikan sebesar Rp770.173,3 miliar. Pagu alokasi tersebut naik 15,9 persen dari pagunya dalam APBNP tahun 2015. Selengkapnya, Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun 2016 disajikan pada

Tabel II.5.2.

5.1.1 Transfer ke Daerah

Transfer ke Daerah dibagi dalam 3 komponen, yaitu: (1) Dana Perimbangan; (2) Dana Insentif Daerah; serta (3) Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta. Anggaran

Transfer ke Daerah dalam APBN tahun 2016 dialokasikan sebesar Rp723.191,2 miliar atau men

-ingkat 12,3 persen dari pagunya dalam APBNP tahun 2015. Pen-ingkatan tersebut antara lain disebabkan oleh peningkatan Dana Transfer Khusus yang bertujuan mendukung pelaksanaan Nawa Cita, khususnya cita ketiga, kelima, keenam, dan ketujuh.

5.1.1.1 Dana Perimbangan

Sejalan dengan arah kebijakan Dana Perimbangan, yaitu untuk mengurangi ketimpangan

sumber pendanaan antara pusat dan daerah (vertical imbalance), dan antardaerah (horizontal

Transfer ke Daerah 643.834,5 723.191,2 79.356,7 I. Dana Perimbangan 521.760,5 700.429,4 178.668,8

A. Dana Transfer Umum 462.939,8 491.498,1 28.558,2

1. Dana Bagi Hasil 110.052,0 106.137,2 (3.914,8) a. Pajak 54.216,6 51.523,1 (2.693,5) b. Sumber Daya Alam 55.835,4 54.614,1 (1.221,3) 2. Dana Alokasi Umum 352.887,8 385.360,8 32.473,0

B. Dana Transfer Khusus 58.820,7 208.931,3 150.110,6

1. Dana Alokasi Khusus Fisik 58.820,7 85.453,6 26.632,9 2. Dana Alokasi Khusus Non Fisik - 123.477,7 123.477,7

II. Dana Insentif Daerah 1.664,5 5.000,0 3.335,5 III. Dana Otonomi Khusus Dan Dana Keistimewaan D.IY 17.663,0 17.761,9 98,9

A. Dana Otsus 17.115,5 17.214,4 98,9 1. Dana Otsus Prov. Papua dan Prov. Papua Barat 7.057,8 7.707,2 649,5 - Provinsi Papua 4.940,4 5.395,1 454,6 - Provinsi Papua Barat 2.117,3 2.312,2 194,8 2. Dana Otsus Provinsi Aceh 7.057,8 7.707,2 649,5 3. Dana Tambahan Otsus Infrastruktur 3.000,0 1.800,0 (1.200,0)

- Provinsi Papua 2.250,0 1.200,0 (1.050,0) - Provinsi Papua Barat 750,0 600,0 (150,0) C. Dana Keistimewaan D.I Yogyakarta 547,5 547,5

-IV. Dana Transfer Lainnya 102.746,6 - (102.746,6)

Dana Desa 20.766,2 46.982,1 26.215,9

664.600,7

770.173,3 105.572,6

Sumber: Kementerian Keuangan

Selisih thd APBNP 2015

J U M L A H

TABEL II.5.2

TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA, 2015-2016 (Miliar Rupiah)

URAIAN

2015 2016

imbalance), serta mengurangi kesenjangan layanan publik antardaerah, maka untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, pada APBN tahun 2016 dialokasikan Dana Perimbangan sebesar Rp700.429,4 miliar, atau naik 34,2 persen dibandingkan dengan pagunya dalam APBNP tahun 2015. Dana Perimbangan tersebut terdiri atas Dana Transfer Umum dan Dana Transfer Khusus.

5.1.1.1.1 Dana Transfer Umum

Dana Transfer Umum merupakan nomenklatur baru yang mulai digunakan dalam APBN

tahun 2016. Sesuai dengan namanya, Dana Transfer Umum lebih bersifat block grant, yang

penggunaannya sepenuhnya menjadi kewenangan daerah. Dengan demikian, daerah mempunyai diskresi untuk menggunakan Dana Transfer Umum sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah, guna mempercepat pembangunan, memperluas akses daerah, meningkatkan kualitas layanan publik, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dana Transfer Umum yang terdiri atas DBH dan DAU dialokasikan sebesar Rp491.498,1 miliar dalam APBN tahun 2016.