• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keluarga melakukan strategi coping aspek akonomi, diantaranya dengan adaptasi. Tindakan yang diambil sebagai respon terhadap keterbatasan ekonomi. Menurut Conger dan Elder (1994), kondisi ekonomi yang tidak baik (pendapatan per kapita rendah, pekerjaan tidak tetap, rasio hutang dan aset yang tidak seimbang, dan kehilangan pendapatan), berhubungan secara signifikan dengan tekanan ekonomi. Keluarga contoh melakukan strategi coping aspek ekonomi, untuk efisiensi usahatani; penghematan pengeluaran pangan, pendidikan, kesehatan, lain-lain, serta peningkatan pendapatan.

a. Usahatani

Keluarga contoh melakukan coping untuk efisiensi usahatani pada musim tidak panen. Terdapat sebelas perilaku yang ditanyakan kepada keluarga contoh untuk menggali strategi coping yang dilakukan untuk efisiensi usahatani. Analisis Cohran dilakukan untuk melihat perilaku-perilaku yang menjadi tindakan kolektif (signifikan) dari strategi coping yang dilakukan oleh keluarga contoh berdasarkan agroekosistem. Hasil analisis menunjukkan perilaku yang menjadi tindakan kolektif (signifikan) dari strategi coping adalah perilaku 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8. Pada ke-3 wilayah keputusan terima Ho pada pengujian ke-5, dimana nilai Q tabel (12,59) lebih besar dari Q hitung (Tabel 19). H0 adalah semua butir yang diuji memiliki proporsi jawaban ya yang sama.

Tabel 19. Sebaran keluarga contoh hasil analisis Cochran aspek usahatani pada 3 agroekosistem musim tidak panen

T. uji

Item-item yang diuji X2(α,db) Sawah L. kering Hutan Simpulan

Q hit Q hit Q hit

1 Semua item 18,31 124,01 108,84 90,04 Tolak Ho

2 1,2,3,4,6,7,8,9,10,11 16,92 58,62 75,61 59,25 Tolak Ho

5 1,2,3,4,6,7,8 12,59 2,23 7,77 10,53 Terima Ho

1. input prod. yarnen, 2. kurangi 1, 3. olah tanah/iuran yarnen, 4. optimal lahan, 5. IP > 300, 6. kurang air kacang, 7. limbah – masak, 8. limbah – pakan, 9. penggarap, 10. pesanggem, 11. Ijon,

Tindakan kolektif (signifikan) dari strategi coping musim tidak panen tersebut adalah input produksi (biaya pembelian pupuk, pestisida, insektisida) bayar panen (yarnen) (1). Jika 1 tidak dapat dilakukan, maka dengan pengurangan takaran, jenis input produksi (2). Bayar panen (yarnen) untuk pengolahan tanah dan iuran air (3). Optimalisasi pemanfaatan lahan (4). Saat musim kemarau (kurang air) lahan ditanami dengan komoditas tahan kekeringan, seperti kacang putih (6). Pemanfaatan limbah pertanian (batang, tongkol jagung) untuk memasak (7). Pemanfaatan limbah pertanian (jagung, padi, kacang-kacangan) untuk pakan ternak (8).

Hasil analisis Cochran pada seluruh wilayah, menunjukkan bahwa perilaku yang menjadi tindakan kolektif (signifikan) dari strategi coping adalah perilaku 1, 2, 3, 4, 7. Selain itu, keputusan terima Ho pada pengujian ke-7, dimana nilai Q tabel (9,49) lebih besar dari Q hitung (3,19). Sedangkan pada musim panen, keluarga contoh tidak melakukan coping untuk efisiensi usahatani. Hasil analisis menunjukkan bahwa perilaku yang menjadi tindakan kolektif dari strategi coping tidak ada (Tabel 20).

Tabel 20. Sebaran keluarga contoh hasil analisis Cochran aspek usahatani pada 3 agroekosistem musim panen

T. uji

Item-item yang diuji X2(α,db) Sawah L.kering Hutan Simpulan

Q hit Q hit Q hit

1 Semua item 18,31 232,40 298,17 298,17 Tolak Ho

2 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 3,84 6,87 8,14 8,14 Tolak Ho

Ket. : n setiap zona agroekosistem = 40 responden

Keluarga contoh melakukan strategi coping yang bertujuan efisiensi usaha tani, menghasilkan 2 alternatif dampak, yaitu bersifat positif, atau negatif. Contoh perilaku coping yang berdampak negatif, diantaranya input produksi bayar panen. Jika bayar panen dengan bunga tinggi, akan menimbulkan masalah baru yang terus bergulir sepanjang waktu. Selain itu, apabila pada musim panen petani belum, atau tidak mampu melunasinya. Takaran, jenis input produksi yang dikurangi akan berdampak terhadap produktivitas usahatani, atau tanaman menjadi rentan terhadap serangan penyakit. Perilaku coping memanfaatkan limbah pertanian untuk pakan ternak, atau bahan bakar memasak, bersifat positif dan sekaligus telah penerapan sistem usahatani ramah lingkungan yang berkelanjutan.

Keluarga contoh melakukan pemanfaatan lahan seoptimal mungkin melalui : (a) sistem tumpang sari di areal lahan kering/darat (kacang tanah – jagung pinggiran areal ubi kayu), (b) menanam sayuran (cabai, terong, kacang panjang,

dll.) pada galengan antar petakan, (c) pemanfatan lahan pekarangan yang sempit untuk menanam sayuran, tanaman obat keluarga. Pada area lahan dengan irigasi cukup baik (dekat Sungai Bengawan Solo), dalam setahun berpola tanam padi –

padi – padi. IP padi 300 tersebut memiliki resiko serangan hama penyakit lebih dominan, input produksi tinggi dibandingkan IP padi 200. IP padi 200 berpola padi –

padi – jagung/kacang tanah, atau padi – padi – sayuran. Pada areal lahan sulit air, pada musim kemarau, atau kurang air ditanami dengan komoditas kacang koro

(Canavalia eusiformis) yang toleran kekeringan. Keluarga contoh yang

memanfaatkan limbah batang jagung, tongkol jagung untuk bahan bakar memasak. Limbah tersebut berasal dari lahan sendiri, buruh pemilik lahan sedang, luas. Sedangkan pemanfaatan limbah pertanian (jerami padi, jagung, kacangan) untuk pakan ternak berbentuk segar, atau dikeringkan, silase. Limbah untuk pakan sapi hanya oleh sebagian petani miskin (pemelihara sistem bagi hasil), stok musim kemarau.

Hasil penelitian sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori, berbeda sangat nyata (p-value < 0,01) antara musim panen dan tidak panen. Pada musim panen, seluruhnya (100,0%) berada pada kategori rendah (Tabel 21). Apabila dianalisis berdasarkan wilayah agroekosistem memperlihatkan keluarga contoh memiliki kategori rendah (100,0%), baik wilayah dominan sawah, lahan kering, hutan. Sebaliknya, pada musim tidak panen sebagian besar kategori sedang.

Tabel 21. Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori aspek usahatani pada saat panen dan tidak panen 3 agroekosistem

Kategori

Zona dominan : (persen)

Sawah (n = 40) Lahan kering (n = 40) Hutan (n = 40)

Non panen Panen Non panen Panen Non panen Panen

Rendah 0 100,0 0 100,0 0 100,0

Sedang 100,0 0 92,5 0 75,0 0

Tinggi 0 0 7,5 0 25,0 0

Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Keterangan : Rendah: 0-3 Sedang: 4-7 Tinggi: 8-11

Artinya keluarga contoh melakukan strategi coping dari berbagai aspek pada musim tidak panen. Hal ini akibat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, tetapi tetap tidak terjadi efisiensi usahatani. Bahkan, sebagian dapat menimbulkan masalah baru, atau masalah yang tanpa berujung dengan penyelesaian (coping yang bersifat negatif).

Hasil uji-t, berbeda sangat nyata (p-value = 0,000) antara agroekosistem sawah dengan lahan kering, atau hutan. Antara lahan kering dengan hutan tidak

berbeda nyata (p > 0,05). Hasil ANOVA (p-value = 0.000), berbeda sangat nyata antar ketiga agroekosistem. Hasil yang berbeda ini terjadi karena perbedaan karakteristik, potensi, dan sumber daya ekonomi yang dimiliki setiap agroekosistem. Lahan sawah sumber bercocok tanam usahatani tanaman pangan (padi, jagung), atau pangan lain (kacang-kacangan), memiliki luasan tanam, indeks pertanaman (IP), produktivitas lebih tinggi dari lahan kering, hutan, karena faktor utama ketersedian air. Hal ini terjadi, apabila dalam setahun dengan pola tanam yang sama komoditas pangan tersebut di tanam pada 3 zona agroekosistem. Selain itu, akan berpengaruh terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan pangan selama musim panen, atau tidak panen

.

Kemampuan efisiensi usahatani akan menguntungkan bagi kehidupan keluarga, dan lebih lanjut berpotensi mengatasi kerawanan pangan.

b. Pangan

Keluarga contoh melakukan coping untuk penghematan pengeluaran pangan pada musim tidak panen. Terdapat tujuh belas perilaku yang ditanyakan kepada keluarga contoh untuk menggali strategi coping, penghematan pengeluaran pangan. Hasil analisis Cochran menunjukkan bahwa perilaku yang menjadi tindakan kolektif (signifikan), selaras dengan kata asosiasi dari strategi coping adalah perilaku 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 16, 17. Pada ketiga wilayah keputusan terima Ho pada pengujian ke-4, 5, dimana nilai Q tabel (14,7) lebih besar dari Q hitung (Tabel 22).

Tabel 22. Sebaran keluarga contoh hasil analisis Cochran aspek pangan pada 3 zona

agroekosistem musim tidak panen T.

uji

Item yang diuji

Sawah Item yang

diuji

L.kering Item yang

diuji

Hutan X2(α,db) Sim-

pulan

Q hit Q hit Q hit

1 Semua asosiasi 143,54 Semua asosiasi 121,42 Semua asosiasi 105,09 23,69 Tolak H0

4 Aso:2,3,4,5,6, 7,9,10,14,16,17 28,32 Aso:1,2,3,4,5, 6,9,10,14,16,17 15,57 A: 1,2,3,4,5, 6, 9,10,13,14,16,17 15,06 15,51 Tolak H0 Terima H0 5 Aso:2,4,5,6,7, 9,10,14,16,17 13,30 Aso: 1,2,3,4,5, 6,9,10,16,17 6,79 14,07

Ket. : n setiap zona agroekosistem = 40 responden

1. kurangi konsumsi beras, 2. diversifikasi k.hidrat, 3. beras – pangan murah, 4. stok pangan, 5. tak konsumsi daging, 6. kurangi lauk lain, 7. makan – sayur, 8. olah mak.; kurangi beli : 9. pangan, 10. kopi/teh, 11. frek makan; cari pangan di : 12. sungai, 13. hutan, 14. pinjam beras, 15. minta sayuran, 16. bawa bekal, 17. sisa makan – stok

Tindakan kolektif strategi coping musim tidak panen tersebut adalah mengu-rangi konsumsi beras (1), diantaranya mengumengu-rangi jumlah/takaran, dan pengolahan yang maksimal, menanak nasi menjadi bubur. Asosiasi diversifikasi sumber karbohidrat (2), penggantian beras dengan bahan pangan lebih murah (3), antara lain mengganti sebagian takaran beras dengan pangan pokok yang lebih murah (beras jagung, ubi kayu), mengurangi konsumsi beras, menambah sumber

karbohidrat lain : jagung, umbi-umbian. Asosiasi stok pangan (4), yaitu penyediaan stok pangan pokok (beras, jagung) dan menunda bayar utang. Asosiasi tidak pernah konsumsi daging dan susu (5), yaitu tidak pernah mengkonsumsi sumber protein asal daging sapi, kambing/domba, ayam dalam setahun. Item kurangi lauk lain (tahu, tempe, ikan). Asosiasi kurangi lauk lain (tahu, tempe, ikan) (6), yaitu mengurangi jumlah lauk asal tempe, tahu, ikan pindang (sumber protein murah), bahkan jika tidak memungkinkan makan hanya dengan sayur, atau meminta bahan sayuran dari lahan tetangga. Asosiasi kurangi beli pangan (9), kurangi minum kopi/teh manis (10), bahkan pada kondisi tertentu ditiadakan minum kopi/teh manis. Asosiasi bawa bekal (16), yaitu membawakan bekal saat bekerja, pada anak yang masih sekolah (kurangi jajan anak). Asosiasi simpan sisa makanan (17), yaitu menyimpan sisa-sisa makanan untuk persediaan esok hari. Khusus pada dominan hutan ditambah mencari pangan di hutan (13), yaitu mencari bahan pangan (nabati, hewani) dari hutan jati. Asosiasi meminjam beras (14), yaitu meminjam beras dari tetangga pemilik lahan sedang/luas, penggantian dengan bekerja jadi buruh.

Hasil analisis Cochran pada musim panen, menunjukkan bahwa perilaku yang menjadi asosiasi strategi coping adalah perilaku 4, 5, 16, 17. Keputusan terima Ho pada pengujian ke-6, dimana nilai Q tabel (3,84) lebih besar dari Q hitung (3,13; 2,72) (Tabel 23). Uji t, berbeda nyata (p < 0,05) antara musim panen dan tidak panen. Hasil analisis Cochran pada seluruh wilayah, menunjukan bahwa pada pengujian ke-4 diperoleh hasil Q tabel (12,59) lebih besar dari Q hitung (7,14), keputusan terima Ho. Perilaku yang menjadi asosiasi strategi coping adalah 1, 2, 4, 5, 6, 9, 10, 16, 17.

Tabel 23. Sebaran keluarga contoh hasil analisis Cochran aspek pangan pada 3 zona

agroekosistem musim panen T.

uji

Item yang diuji

Sawah Item yang diuji

L.kering Item yang

diuji

Hutan X2

(α,db) Sim- pulan

Q hit Q hit Q hit

1 Semua asosiasi 275,43 Semua asosiasi 261,02 Semua asosiasi 270,55 23,69 Tolak H0

6 Aso:4,5,16,17 2,72 Aso:4,5,16,17 3,13 Aso. 4,5,16,17 2,72 3,84 Terima H0

Ket. : n setiap zona agroekosistem = 40 responden

Perilaku yang menjadi asosiasi strategi coping yang berdampak positif adalah perilaku 2, 4, 10, 16, 17. Diversifikasi pangan dari beras, beras jagung, jagung, ubi kayu/umbi-umbian, dengan frekwensi makan keluarga miskin mencapai 15 kali/minggu, 2 – 3 kali/hari. Hal ini tidak berpengaruh terhadap input kecukupan kalori (70%) dari 2.000 kalori. Asosiasi strategi coping, perilaku mengurangi minum kopi/teh manis (10), bawa bekal (16), simpan sisa makanan (17) berdampak positif

untuk penghematan pengeluaran pangan. Asosiasi strategi coping yang berdampak negatif adalah tidak pernah konsumsi daging, susu (5), kurangi lauk lain (tahu, tempe, ikan) (6), kurangi beli pangan (9), kurangi konsumsi beras (1). Hal ini terutama pada anak balita dalam taraf tumbuh kembang, atau anak-anak sekolah yang sangat membutuh kan kecukupan kalori dan protein.

Hasil penelitian sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori, berbeda sangat nyata (p-value < 0,01) antara musim panen dan tidak panen. Pada musim panen, sebagian besar (74,2%) berada pada kategori rendah (Tabel 24). Apabila dianalisis berdasarkan wilayah agroekosistem memperlihatkan keluarga contoh memiliki kategori rendah, baik wilayah dominan sawah (75,0%), lahan kering (72,5%), hutan (75,0%). Sebaliknya, pada musim tidak panen sebagian besar memiliki kategori sedang sampai tinggi, baik wilayah dominan sawah (80,0%), lahan kering (80,0%), hutan (92,5%).

Tabel 24. Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori aspek pangan pada musim panen dan tidak panen di 3 agroekosistem

Kategori

Zona dominan (persen)

Sawah (n = 40) Lahan kering (n=40) Hutan (n = 40)

Non panen Panen Non panen Panen Non panen Panen

Rendah 20,0 75,0 10,0 72,5 7,5 75,0

Sedang 50,0 25,0 47,5 27,5 45,0 25,0

Tinggi 30,0 0 42,5 0 47,5 0

Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Keterangan : Rendah: 0-5 Sedang: 6-11 Tinggi: 12-17

Artinya kemampuan penghematan pengeluaran pangan pada musim tidak panen, menguntungkan bagi kehidupan keluarga, akan dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan pokok, berpotensi mengatasi kerawanan pangan. Keluarga contoh telah mengoptimalkan strategi coping dari berbagai aspek, terutama pada saat tidak panen. Hal ini akibat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, bahkan sebagian coping dapat menimbulkan masalah baru. Masalah baru yang tanpa berujung dengan penyelesaian (coping yang bersifat negatif), terutama pada anak balita, anak usia sekolah, ibu hamil, ibu menyusui.

Hasil uji-t, berbeda nyata (p-value = 0,016) antara agroekosistem sawah dengan hutan, lainnya tidak berbeda nyata (p-value = 0,106 – 0,919). Hasil ANOVA (p-value = 0.000), berbeda sangat nyata antar ketiga agroekosistem. Hasil yang berbeda ini terjadi karena perbedaan karakteristik, potensi, dan sumber daya ekonomi yang dimiliki setiap agroekosistem. Perbedaan terjadi karena karakteristik, potensi, sumber daya ekonomi berbeda pada dominan sawah, lahan kering, hutan.

Namun, tingkat pemenuhan kebutuhan pangan tidak selalu berkorelasi positif, karena pola kecukupan pada lahan kering, hutan tidak hanya bersumber dari beras, namun bisa dari jagung, ubi kayu terutama pada musim tidak panen.

Pendidikan

Keluarga contoh melakukan coping untuk penghematan pengeluaran pendidikan pada musim tidak panen. Terdapat lima perilaku yang ditanyakan kepada keluarga contoh untuk menggali strategi coping, penghematan pengeluaran pendikikan. Hasil analisis Cochran menunjukkan bahwa perilaku yang menjadi tindakan kolektif (signifikan), yang sepadan kata asosiasi dari strategi coping adalah perilaku 1, 2, 3, 4. Pada ketiga wilayah keputusan terima Ho pada pengujian ke-2, dimana nilai Q tabel (7,81) lebih besar dari Q hitung (0,82; 1,23; 1,43) (Tabel 25). Tabel 25. Sebaran keluarga contoh hasil analisis Cochran aspek pendidikan pada 3 zona agroekosistem musim tidak panen

T. uji

Item-item yang

diuji X

2

(α,db) Sawah L.kering Hutan Sim- pulan

Keterangan

Q hit Q hit Q hit 1. min. uang saku,

2. beli seragam bekas

3. min. beli buku, 4. biaya – yarnen, 5. berhenti

1 Semua item 9,49 23,59 25,55 21,89 Tolak Ho

2 Asosiasi :1,2,3,4 7,81 1,23 1,43 0,82 Terima Ho Ket. : n setiap zona agroekosistem = 40 responden

Asosiasi strategi coping musim tidak panen tersebut adalah meminimalisasi, bahkan meniadakan uang saku anak sekolah (jalan kaki, menumpang teman) (1). Asosiasi membeli seragam/sepatu bekas keperluan sekolah (2), meminimalisasi pembelian buku sekolah (3); menunda (hutang bayar panen) iuran/biaya yang diwajibkan sekolah (4).

Hasil analisis Cochran pada musim panen, menunjukkan bahwa perilaku yang menjadi asosiasi strategi coping adalah perilaku 2, 3. Keputusan terima Ho pada pengujian ke-3, dimana nilai Q tabel (3,84) lebih besar dari Q hitung (0,00; 0,01; 0,02) (Tabel 26). Uji t, berbeda nyata (p < 0,05) antara musim panen dan tidak panen. Hasil analisis Cochran pada seluruh wilayah, menunjukan bahwa pada pengujian ke-3 diperoleh hasil Q tabel (3,84) lebih besar dari Q hitung, keputusan terima Ho. Perilaku yang menjadi asosiasi strategi coping adalah 1, 2, 4.

Tabel 26. Sebaran keluarga contoh hasil analisis Cochran aspek pendidikan pada 3 zona agroekosistem musim panen

T. uji

Item-item yang

diuji

X

2(α,db) Sawah L.kering Hutan Sim-

pulan

Keterangan

Q hit Q hit Q hit 1. min. uang saku,

2. beli seragam bekas 3. min. beli buku, 4. biaya – yarnen,

1 Semua item 9,49 38,98 45,11 40,23 Tolak Ho

3 Asosiasi : 2,3, 3,84 0,0 0,01 0,02 Terima Ho 5. berhenti Ket. : n setiap zona agroekosistem = 40 responden

Perilaku yang menjadi asosiasi strategi coping (1, 2, 3, 4), merupakan coping yang bersifat positif. Hal ini memiliki kecenderungan sulit diterapkan secara optimal oleh keluarga contoh.

Hasil penelitian sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori, berbeda sangat nyata (p-value < 0,01) antara musim panen dan tidak panen. Pada musim panen, keseluruhan (100,0%) berada pada kategori rendah sampai sedang (Tabel 27). Apabila dianalisis berdasarkan wilayah agroekosistem memperlihatkan keluarga contoh memiliki kategori rendah sampai sedang, baik wilayah dominan sawah, lahan kering, hutan. Sebaliknya, pada musim tidak panen sebagian besar memiliki kategori tinggi, baik wilayah dominan sawah (75,0%), lahan kering (75,0%), hutan (80,0%).

Tabel 27. Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori aspek pendidikan musim panen dan tidak panen pada 3 zona agroekosistem

Kategori

Zona dominan : persen

Sawah (n = 40) Lahan kering (n=40) Hutan (n = 40)

non panen Panen non panen Panen non panen Panen

Rendah 12,5 50,0 12,5 45,0 15,0 50,0

Sedang 12,5 50,0 12,5 55,0 5,0 50,0

Tinggi 75,0 0 75,0 0 80,0 0

Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Keterangan : Rendah: 0-1 Sedang: 2-3 Tinggi: 4-5

Artinya kemampuan penghematan pengeluaran pendidikan menguntungkan bagi kehidupan keluarga, akan dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan pendidikan, dan berpotensi peningkatan sumberdaya manusia yang tinggi, mengatasi kerawanan pendidikan anak usia sekolah. Hal ini berbeda nyata pada ketiga agroekosistem, karena karakteristik, potensi, sumber daya ekonomi yang berbeda.

Hasil uji-t, tidak berbeda nyata (p-value = 0,641 – 0,926) antar agroekosistem. Hasil uji paired sample t-test (p-value = 0.000), berbeda sangat nyata antar ketiga agroekosistem. Hasil yang berbeda ini terjadi karena perbedaan karakteristik, potensi, dan sumber daya ekonomi yang dimiliki setiap agroekosistem, walaupun akses layanan pendidikan cenderung sama. Hasil uji t, tidak berbeda nyata antar agro-ekosistem, diduga faktor isian kuesioner yang bermakna ganda (meminimalisasi, meniadakan) diduga memiliki andil terhadap jawaban yang diberikan responden.

Kesehatan

Keluarga contoh melakukan coping untuk penghematan pengeluaran kesehat-an pada musim tidak panen. Terdapat enam perilaku yang ditanyakan kepada keluarga contoh, untuk menggali strategi coping penghematan pengeluaran kesehat-an. Hasil analisis Cochran menunjukkan bahwa perilaku yang menjadi tindakan kolektif (signifikan), sepadan dengan kata asosiasi dari strategi coping adalah perilaku 1, 3, 4, 5. Pada ketiga wilayah keputusan terima Ho pada pengujian ke-2, 3, 4, dimana nilai Q tabel (7,81; 5,99) lebih besar dari dari Q hitung {4,70 (uji ke-3); 0,86 (uji ke-4) atau 3,44 (uji ke-2)} (Tabel 28).

Tabel 28. Sebaran keluarga contoh hasil analisis Cochran aspek kesehatan 3 zona agroekosistem musim tidak panen

T. uji

Item yang diuji

Sawah L.kering Item yang diuji

Hutan X2(α,db) Sim- pulan

Q hit Q hit Q hit

1 Semua asosi. 46,48 49,91 Semua aso. 18,68 11,07 Tolak H0

2 Asosiasi : 1,2,3, 4,5 21,10 29,05 Asosiasi : 1,3,4, 5,6 3,44 9,49 Tolak H0 Terima H0 3 Aso. : 1,3,4,5 4,70 9,73 7,81 4 Asos. : 1,3,4 0,86* 5,99

Ket. : n setiap zona agroekosistem = 40 responden 1 = kurangi rokok, 3 = obat alternatif, 4. obat paten – tradisional, 5 = obat dari lahan, 6 = obat dari hutan jati,

Asosiasi strategi coping musim tidak panen tersebut adalah mengurangi pembelian, atau menghisap rokok (1). Asosiasi yang lain, berobat ke pengobatan alternatif (3); mengganti obat paten dengan obat-obatan tradisional/herbal alami yang lebih murah (4); menggunakan bahan obat tradisional dari lahan pekarangan, meminta ke tatangga (5). Khusus pada dominan lahan hutan jati menggunakan bahan obat tradisional asal hutan jati (6).

Hasil analisis Cochran pada musim panen, menunjukkan bahwa perilaku yang menjadi asosiasi strategi coping adalah perilaku 1, 3, 4, 5, 6. Keputusan terima Ho pada pengujian ke-3, dimana nilai Q tabel (9,49) lebih besar dari Q hitung (Tabel 29). Uji t, tidak berbeda nyata (p < 0,05) antara musim panen dan tidak panen. Hasil analisis Cochran pada seluruh wilayah, menunjukan bahwa pada pengujian ke-3 diperoleh hasil Q tabel (7,81) lebih besar dari Q hitung, keputusan terima Ho. Perilaku yang menjadi asosiasi strategi coping adalah 1, 3, 4, 5.

Tabel 29. Sebaran keluarga contoh hasil analisis Cochran aspek kesehatan pada 3 agroekosistem musim panen

T. uji

Item yang diuji

Sawah L.kering Item yang diuji

Hutan X2

(α,db) Sim- pulan

1 Semua asosiasi 22,66 19,82 Semua asosiasi 10,42 11,07 Tolak H0 2 Asosiasi : 1, 2,3, 4,5 8,22 8,15 Asosiasi : 1, 3, 4, 5,6 5,35 9,49 Terima H0

Ket. : n setiap zona agroekosistem = 40 responden

Strategi coping keluarga contoh dengan tujuan penghematan pengeluaran kesehatan menghasilkan alternatif coping (1, 3, 4, 5) yang bersifat positif. Perilaku coping yang bersifat positif ini memiliki kecenderungan sulit diterapkan secara optimal oleh sebagian besar keluarga contoh.

Hasil penelitian sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori, berbeda nyata (p-value < 0,05) antara musim panen dan tidak panen. Pada musim panen, sebagian besar (70,0%) berada pada kategori rendah (Tabel 30). Apabila dianalisis berdasar-kan wilayah agroekosistem memperlihatkan keluarga contoh memiliki kategori rendah, baik wilayah dominan sawah, lahan kering, hutan. Sebaliknya, pada musim tidak panen sebagian besar memiliki kategori sedang, baik wilayah dominan sawah (82,5%), lahan kering (87,5%), hutan (62,5%).

Tabel 30. Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori aspek kesehatan pada musim panen dan tidak panen pada 3 zona agroekosistem

Kategori

Zona dominan : (persen)

Sawah (n = 40) Lahan kering (n=40) Hutan (n = 40) non panen Panen non panen Panen non panen Panen

Rendah 17,5 70,0 12,5 70,0 20,0 70,0

Sedang 82,5 30,0 87,5 30,0 62,5 30,0

Tinggi 0 0 0 0 17,5 0

Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Keterangan : Rendah: 0-2 Sedang: 3-4 Tinggi: 5-6

Strategi coping keluarga petani miskin mampu memanfaatkan secara optimal penghematan pengeluaran kesehatan saat tidak panen. Artinya kemampuan penghematan pengeluaran kesehatan menguntungkan bagi kehidupan keluarga, diharapkan dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan kesehatan, dan lebih lanjut berpotensi mengatasi masalah kesehatan masyarakat.

Hasil uji-t, berbeda sangat nyata (p-value = 0,000) antara agroekosistem sawah dengan hutan, lahan kering dengan hutan. Hasil uji paired sample t-test (p-value = 0.000), berbeda sangat nyata antar ketiga agroekosistem. Hasil yang berbeda ini terjadi karena perbedaan karakteristik, potensi, dan sumber daya ekonomi yang dimiliki setiap agroekosistem, walaupun akses layanan kesehatan cenderung sama.

Lain-lain

Keluarga contoh melakukan coping untuk penghematan pengeluaran lain-lain pada musim panen. Terdapat tujuh perilaku yang ditanyakan kepada keluarga contoh, untuk menggali strategi coping tersebut. Hasil analisis Cochran menunjukkan perilaku yang menjadi tindakan kolektif (signifikan), setara asosiasi dari strategi coping adalah perilaku 2, 3, 4, 5, 6, 7. Pada ketiga wilayah keputusan terima Ho pada pengujian ke-

Tabel 31. Sebaran keluarga contoh hasil analisis Cochran aspek lain-lain pada 3 zona agroekosistem saat panen

T. uji

Item yang diuji

L.kering Sawah Item yang diuji

Hutan

X

2(α,db) Sim- pulan

Q hit Q hit Q hit

1 Semua aso. 69,64 100,86 Semua aso 27,86 12,59 Tolak H0 2 Asosiasi: 1,2,

4, 5,6,7 43,17 74,24 Asosiasi :

2,3,4, 5,6,7 7,80 11,07 Tolak H0 Terima H0

4 Asosia: 2,4,5,6 0,52 6,53 7,81

Ket. : n setiap zona agroekosistem = 40 responden

2 = kurangi listrik, 3 = kayu bakar hutan jati, 4 = masak – tongkol, 5. kurangi beli pakaian 6 = tiada rawatan rumah, 7 = hutan jati – perbaiki rumah

3, 4, dimana nilai Q tabel (11,07; 7,81) lebih besar dari dari Q hitung (Tabel 31). Asosiasi strategi coping musim panen tersebut adalah mengurangi penggunaan atau pemakaian listrik (2). Asosiasi yang lain, memasak dengan pemanfatan batang/tongkol jagung (4); mengurangi pembelian pakaian dalam setahun (5); atau meniadakan untuk perbaikan kecil, perawatan rumah (6). Khusus dominan hutan, yaitu memasak dengan kayu bakar dari hutan jati (3); memanfaatkan bahan dari hutan jati untuk perbaikan, perawatan rumah (7).

Hasil analisis Cochran pada musim tidak panen, menunjukkan bahwa perilaku yang menjadi asosiasi strategi coping adalah perilaku 2, 3, 4, 5, 6, 7. Keputusan terima Ho pada pengujian ke-2, 3, dimana nilai Q tabel (9,49) lebih besar dari Q hitung (Tabel 32). Uji t, berbeda sangat nyata (p < 0,01) antara musim panen dan tidak panen. Hasil analisis Cochran pada seluruh wilayah, menunjukan bahwa pada pengujian ke-3 diperoleh hasil Q tabel (7,81) lebih besar dari Q hitung, keputusan terima Ho. Perilaku yang menjadi asosiasi strategi coping adalah 2, 4, 5, 6.

Tabel 32. Sebaran keluarga contoh hasil analisis Cochran aspek lain-lain pada 3 zona agroekosistem musim tidak panen

T. uji

Item yang diuji Sawah L.kering Item yang diuji

Hutan

X

2(α,db) Sim- pulan

Q hit Q hit Q hit

1 Semua asosiasi 80,07 69,64 Semua asosiasi 17,96 12,59 Tolak H0

2 Asosiasi :1,2,4, 5,6 16,52 18,34 Asosiasi : 2,3,4,

5,6,7 2,65 9,49 Tolak H0

Terima H0

3 Asosi. : 2,4,5,6 1,02 0,52 7,81

Strategi coping dengan tujuan penghematan pengeluaran lain-lain menghasilkan alternatif coping (2, 3, 4, 5, 6) yang bersifat positif. Perilaku coping yang bersifat positif ini memiliki kecenderungan sulit diterapkan secara optimal oleh sebagian besar keluarga contoh.

Tabel 33. Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori aspek lain-lain pada musim panen dan tidak panen pada 3 zona agroekosistem

Kategori

Zona dominan (persen)

Sawah (n = 40) Lahan kering (n=40) Hutan (n = 40) non panen Panen non panen Panen non panen Panen

Rendah 12,5 20,0 2,5 2,5 12,5 12,5

Sedang 87,5 80,0 87,5 87,5 17,5 37,5

Tinggi 0 0 10,0 10,0 70,0 50,0

Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Keterangan : Rendah: 0-2 Sedang: 3-5 Tinggi: 6-7

Hasil penelitian sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori, berbeda nyata (p-value < 0,05) antara musim panen dan tidak panen. Pada musim panen,