• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi dan Ekologi (Meso)

Pengukuran sikap keluarga petani miskin contoh dilakukan secara langsung. Keluarga contoh diminta untuk memberikan penilaian (sikap) terhadap pernyataan- pernyataan dengan menyatakan (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) setuju, (4) sangat setuju. Variabel sikap yang diukur adalah sikap keluarga contoh terhadap lingkungan sosial ekonomi dan ekologi (meso), dan dukungan sosial ekonomi dan kebijakan (makro). Lingkungan tataran meso, meliputi aspek : (1) potensi dan masalah sumber nafkah; (2) kerentanan sumberdaya; (3) keterdedahan budaya massa. Lingkungan tataran makro, meliputi aspek : (1) dukungan masyarakat dan lembaga sosial ekonomi, dan (2) bantuan pemerintah.

Potensi dan masalah sumber nafkah

Jumlah pernyataan yang diajukan kepada keluarga contoh mengenai potensi dan masalah sumber nafkah terdiri dari 18 butir. Skor yang diperoleh dari keluarga contoh minimal 18 dan maksimal 72. Hasil penelitian menunjukan sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori skor sikap terhadap potensi dan masalah sumber nafkah, hampir seluruhnya (99,2%) berada pada kategori tinggi (Tabel 14). Apabila dianalisis berdasarkan wilayah agroekosistem memperlihatkan keluarga contoh memiliki sikap pada kategori tinggi, baik pada wilayah dominan sawah (97,5%), lahan kering (100,0%), hutan (100,0%), atau ketiganya (99,2%).

Tabel 14. Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori sikap terhadap sumber nafkah pada 3 agroekosistem

Kategori

Zona dominan (persen) Total (n = 40)

Sawah (n=40) L. kering (n=40) Hutan (n=40)

n % n % n % n %

Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0

Sedang 1 2.5 0 0 0 0 1 0.8

Tinggi 39 97.5 40 100 40 100 119 99.2

Total 40 100 40 100 40 100 120 100

Keterangan : Skor : Rendah : 18-42, Sedang: 43-58, Tinggi: 59-72

Hasil analisis sikap keluarga contoh terhadap potensi dan masalah sumber nafkah, menunjukkan bahwa kekuatan modal manusia, fisik, finansial, alam, dan modal sosial menjadi hal yang penting, dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok. Kekuatan modal manusia menjadi hal yang penting dalam rangka penerapan berbagai strategi nafkah. Kekuatan modal manusia tersebut, diantaranya berkaitan dengan ketersediaan tenaga kerja keluarga dalam jumlah besar akan

mempengaruhi strategi nafkah dan peningkatan pendapatan. Selain itu, pendidikan dan keterampilan anggota keluarga akan hubungan dengan pengelolaan sumber nafkah dalam pemenuhan kebutuhan pokok. Kreatifitas atau inisiatif baik dan pengalaman anggota keluarga erat kaitannya dengan pengelolaan nafkah, untuk peningkatan pendapatan keluarga. Faktor kesehatan jasmani anggota keluarga juga mendukung pencarian sumber nafkah, atau pemenuhan kebutuhan pokok keluarga;

Kekuatan modal fisik menjadi hal yang penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok. Keluarga harus dan untuk dapat berbagi dengan keluarga lain. Kekuatan modal fisik tersebut, diantaranya berkaitan dengan asset (cadangan makanan, ternak, perkakas) keluarga, merupakan sumber pemenuhan kebutuhan pokok. Selain itu, jalan raya, sarana transfortasi yang baik, dan adanya pasar desa, sebagai faktor pendukung strategi nafkah, untuk peningkatan pendapatan keluarga. Sarana sanitasi dan fasilitas air bersih akan mempengaruhi kesehatan, salah satu pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Prasarana pertanian, seperti irigasi sebagai sarana pendukung dalam peningkatan pendapatan keluarga, untuk pemenuhan pangan dan gizi keluarga.

Kekuatan modal finansial menjadi hal yang penting dalam rangka keluarga agar bisa berhemat (coping), atau mendapatkan bantuan. Kekuatan modal finansial tersebut, diantaranya hidup hemat (uang, tabungan) merupakan simpanan pendapatan, sumber pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Selain itu, pinjaman, kredit yang tidak terkontrol akan mempengaruhi pengeluaran, dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Dana BLT sangat membantu meningkatkan pendapatan keluarga.

Kekuatan modal alam menjadi hal yang penting dalam rangka agar keluarga dapat meningkatkan pendapatan. Kekuatan modal alam, diantaranya luasan kepemilikan lahan pertanian akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan, dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Selain itu, ketersediaan air untuk pertanian faktor pendukung peningkatan pendapatan. Lingkungan sekitar, seperti lahan hutan adalah sumber nafkah, mempengaruhi peningkatan pendapatan, pemenuhan pokok. Kekuatan modal sosial menjadi hal yang penting dalam rangka keluarga agar bisa menjalin kepercayaan, hubungan, dan kualitas hubungan. Kekuatan modal sosial, diantaranya jaringan kerja (pertemanan) yang luas akan mempengaruhi strategi nafkah dan pendapatan, pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Selain itu, aturan (norma) dan nilai budaya harus dijunjung tinggi dalam mengatur strategi nafkah untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Tingkat kepercayaan (trust) yang tinggi sebagai sarana pendukung pencarian nafkah, pendapatan, dan

pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Hubungan timbal balik yang baik akan mempengaruhi strategi nafkah, dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga.

Hasil uji-t pada sikap keluarga contoh terhadap potensi dan masalah sumber nafkah, tidak berbeda nyata (p-value = 0,782; 0,804; 0,832) antar agroekosistem. Hasil ANOVA (p-value = 0.806), tidak berbeda nyata antar ketiga zona. Terjadi operasi irisan (interseksi) himpunan A (dominan sawah) dan himpunan B (dominan

lahan kering) = A п B = (X : x є A dan x є B), A dan B tidak saling lepas, peristiwa

bersamaan (Hasan, 2003). Menurut Samovar (1981), kesamaan budaya responden memberikan sikap terhadap suatu objek yang hampir sama pula (homofili) (Gambar 16), terjadi interseksi dan operasi irisan besar (homofili).

Gambar 16. Interseksi sikap : potensi sumber nafkah antar agroekosistem Terjadi operasi irisan (interseksi) antar ketiga agroekosistem, di mana himpunan A (sikap : dominan sawah), himpunan B (sikap : dominan lahan kering), dan C (sikap : dominan hutan) = A п B п C = (X : x є A, x є B, x є C), A, B, C tidak saling lepas

(homofili), seperti pada Gambar 17.

Kerentanan sumberdaya

Jumlah pernyataan yang diajukan kepada keluarga contoh mengenai kerentanan sumberdaya terdiri dari 16 butir. Skor yang diperoleh dari keluarga contoh minimal 16, dan maksimal 64. Hasil penelitian menunjukan sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori skor sikap terhadap kerentanan sumberdaya, sebagian besar (81,8%) pada kategori tinggi (Tabel 15). ). Apabila dianalisis berdasarkan wilayah agroekosistem memperlihatkan keluarga contoh memiliki sikap pada kategori tinggi, baik pada wilayah dominan sawah (100,0%), lahan kering (75,0%), hutan (67,5%), atau ketiganya (81,8%).

Dominan sawah Dominan hutan Dominan sawah Dominan lahan kering Dominan lahan kering Dominan hutan

terjadi opersi irisan (interseksi) 98,5 persen : homofili

Dominan Sawah

Dominan Lahan kering

Operasi irisan (interseksi) : 97,5 persen : HOMOFILI

Dominan Hutan Gambar 17. Interseksi sikap : potensi sum-ber nafkah antar 3 zona agroekosistem

Tabel 15. Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori sikap terhadap kerentanan sumberdaya pada 3 zona agroekosistem

Kategori

Zona dominan (persen) Total (n = 120)

Sawah (n = 40) L. kering (n=40) Hutan (n=40)

n % n % n % n %

Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0

Sedang 0 0 10 25 13 32.5 23 19.2

Tinggi 40 100 30 75 27 67.5 97 81.8

Total 40 100 40 100 40 100 120 100

Keterangan : Skor : Rendah : 16-38, Sedang: 39-51, Tinggi: 52-64

Hasil analisis sikap keluarga contoh terhadap kerentanan sumberdaya, menunjukkan bahwa marginal lahan, kekeringan berkepanjangan, krisis ekonomi dan pangan, fluktuasi harga kebutuhan pokok, dan perkembangan teknologi pertanian menjadi hal yang penting, dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok. Tipe dan marginal lahan menjadi hal yang penting dalam hal kualitas dan produktivitas lahan. Tipe dan marginal lahan, diantaranya lahan sawah, lahan kering, dan marginalnya lahan, berpengaruh terhadap produktivitas, pendapatan, pemenuhan kebutuhan pokok. Selain itu, pengelolaan lahan marginal membutuhkan biaya tinggi, berpengaruh terhadap pengeluaran, pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Penurunan produktivitas lahan harus diatasi agar pendapatan tidak menurun, dan tidak mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pokok keluarga.

Kekeringan berpanjangan menjadi hal yang penting mencakup hari hujan dan curah hujan/tahun. Kekeringan berpanjangan, diantaranya hari, curah hujan rendah (kekeringan) lahan yang berpanjangan akan menurunkan produksi usahatani, akan mempengaruhi pendapatan keluarga. Selain itu, tingkat kekeringan lahan berpanjangan, membutuhkan biaya tinggi, berdampak pada pemenuhan kebutuhan pokok. Tingkat kekeringan lahan berpanjangan, masalah yang harus diatasi karena berpengaruh pada pendapatan, dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga.

Krisis ekonomi dan pangan menjadi hal yang penting tentang nilai rupiah dan harga pangan tinggi. Krisis ekonomi dan pangan, diantaranya krisis ekonomi akan menurunkan pendapatan, dibutuhkan strategi coping, agar pemenuhan kebutuhan pokok terpenuhi. Selain itu, krisis ekonomi dan pangan berkepanjangan menurunkan daya beli, perlu strategi coping jitu, agar pemenuhan kebutuhan pokok keluarga terpenuhi. Krisis ekonomi dan pangan di desa sebagai suatu masalah, perlu diatasi karena sumber pemenuhan kebutuhan pangan keluarga dan masyarakat.

Fluktuasi harga kebutuhan pokok menjadi hal yang penting dalam hal harga pangan dan non pangan pokok, dan obat. Fluktuasi harga kebutuhan pokok, diantaranya harga pangan berfluktuasi - tinggi harus diimbangi dengan nafkah

ganda, atau strategi coping yang baik, agar pemenuhan kebutuhan pokok terpenuhi. Selain itu, tingginya harga obat pabrik berkorelasi dengan pengeluaran, butuh strategi coping baik, agar pemenuhan kebutuhan pokok terpenuhi. Tingginya biaya pengobatan berpengaruh pada pengeluaran, gunakan bahan obat murah di desa (strategi coping) keluarga. Tingginya biaya pendidikan berpengaruh pengeluaran, perlu strategi nafkah dan coping keluarga yang memadai dan kreatif.

Perkembangan teknologi pertanian menjadi hal yang penting dalam pertanian tradisional ke semi intensif dan intensif. Perkembangan teknologi pertanian, diantara-nya perkembangan teknologi (moderen) perlu input produksi tinggi, butuh strategi coping baik agar produktivitas tetap tinggi, agar memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Selain itu, teknologi dengan input produksi tinggi harus diimbangi dengan strategi nafkah dan coping keluarga yang memadai dan kreatif, agar pemenuhan kebutuhan pokok terpenuhi. Teknologi pertanian yang tidak ramah lingkungan sebagai suatu masalah karena dalam jangka panjang akan mempengaruhi pengeluaran dan pemenuhan kebutuhan pokok.

Hasil uji-t pada sikap keluarga contoh terhadap kerentanan sumberdaya, tidak berbeda nyata (p-value = 0,824; 0,832; 0,858) antar agroekosistem. Hasil ANOVA (p-value = 0.838), tidak berbeda nyata antar ketiga zona. Terjadi operasi irisan (interseksi) yang besar (60,0 – 70,5%) (homofili), tidak saling lepas, peristiwa bersamaan.

Keterdedahan budaya massa

Jumlah pernyataan yang diajukan kepada keluarga contoh mengenai keterdedahan budaya massa terdiri dari 19 butir. Skor yang diperoleh dari keluarga contoh minimal 19, dan maksimal 76. Hasil penelitian menunjukan sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori skor sikap terhadap keterdedahan budaya massa, sebagian besar (71,8%) pada kategori tinggi (Tabel 16).

Tabel 16. Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori sikap terhadap keterde- dahan budaya massa 3 agroekosistem

Kategori

Zona dominan (persen) Total

Sawah (n=40) L. kering (n = 40) Hutan (n = 40)

n % n % n % n %

Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0

Sedang 12 30 10 25 13 32.5 35 29.2

Tinggi 28 70 30 75 27 67.5 85 71.8

Total 40 100 40 100 40 100 120 100

Apabila dianalisis berdasarkan wilayah agroekosistem memperlihatkan keluarga contoh memiliki sikap pada kategori tinggi, baik pada wilayah dominan sawah (70,0%), lahan kering (75,0%), hutan (67,5%), atau ketiganya (71,8%).

Hasil analisis sikap keluarga contoh terhadap keterdedahan budaya massa, menunjukkan bahwa akses dan keterdedahan pada televisi, radio, akses pada telepon selluler, motor, dan pola hidup konsumtif menjadi hal yang penting, dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok. Akses dan keterdedahan pada televisi menjadi hal yang penting sebagai budaya massa, dan pola hidup. Akses dan keterdedahan pada televisi, diantaranya akses & keterdedahan pada acara televisi secara kontinu berpengaruh terhadap pola hidup konsumtif, dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Selain itu, akses acara iklan kebutuhan pokok di televisi secara berulang dan kontinu salah satu faktor pendukung pola hidup konsumtif, dan pengeluaran keluarga. Akses acara sinetron di televisi secara kontinu akan mempengaruhi gaya hidup ke pola hidup konsumtif, peningkatan pengeluaran keluarga. Waktu menonton acara televisi cukup lama (> 6 jam/hari) dan kontinu secara tidak langsung akan meningkatkan pengeluaran, merubah strategi nafkah keluarga. Kepemilikan televisi di masyarakat sebagai budaya massa berkorelasi dengan pengeluaran dan pola hidup konsumtif keluarga dan masyarakat;

Akses dan keterdedahan pada radio menjadi hal yang penting sebagai budaya massa, dan pola hidup. Akses dan keterdedahan pada radio, diantaranya keterdedahan acara siaran radio kurang berpengaruh terhadap pola hidup konsumtif, pengeluaran, kebutuhan pokok keluarga. Selain itu, akses acara iklan kebutuhan pokok di radio secara berulang kurang erat hubungannya dengan pola hidup konsumtif, pemenuhan kebutuhan pokok. Akses acara hiburan di radio secara kontinu bukan faktor pendukung pola hidup konsumtif, dan peningkatan pengeluaran keluarga. Mendengarkan acara radio cukup lama (> 6 jam/hari) dan kontinu kurang berdampak terhadap pola hidup konsumtif, dan pengeluaran keluarga. Kepemilikan radio di masyarakat sebagai budaya massa kurang berkorelasi dengan pengeluaran, dan pola hidup konsumtif keluarga dan masyarakat.

Akses pada telepon selluler menjadi hal yang penting sebagai budaya massa, pola hidup (khusus anak muda/remaja). Akses pada telepon selluler, diantaranya kepemilikan telepon selluler, untuk kegiatan non produktif, sebagai budaya massa berkorelasi positif dengan pola hidup konsumtif keluarga. Selain itu, kepemilikan dan penggunaan telepon selluler tidak terkontrol berpengaruh terhadap pengeluaran, pola hidup konsumtif keluarga dan masyarakat. Akses telepon selluler

dari tetangga, kerabat/famili erat hubungannya dengan peningkatan pengeluaran, dan pola hidup konsumtif keluarga.

Akses pada motor menjadi hal yang penting sebagai budaya massa, pola hidup (khusus anak muda/remaja). Akses pada motor, diantaranya kepemilikan motor untuk kegiatan non produktif sebagai budaya massa, faktor pendukung terhadap pola hidup konsumtif keluarga. Selain itu, kepemilikan motor di keluarga untuk kegiatan non produktif akan mempengaruhi pengeluaran, pola hidup konsum-tif, pinjaman/kredit keluarga. Akses motor dari tetangga, kerabat/famili untuk kegiatan non produktif berkorelasi dengan pengeluaran, dan pola hidup konsumtif keluarga.

Akses pada pola hidup konsumtif menjadi hal yang penting sebagai budaya massa, pola hidup. Akses pada pola hidup konsumtif, diantaranya akses dan berpola hidup konsumtif di masyarakat sebagai budaya massa berkorelasi dengan pengeluaran, pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Selain itu, akses dan berpola hidup konsumtif di keluarga faktor pendukung besar pengeluaran, dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Akses berpola hidup konsumtif dari tetangga, famili cenderung akan mempengaruhi tingkat pengeluaran, dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga.

Hasil uji-t pada sikap keluarga contoh terhadap keterdedahan budaya massa, tidak berbeda nyata (p-value = 0,512; 0,480; 0,454) antar agroekosistem. Hasil ANOVA (p-value = 0.687), tidak berbeda nyata antar ketiga zona. Terjadi operasi irisan (interseksi) yang besar (62,0 – 72,0) (homofili), tidak saling lepas, peristiwa bersamaan.