Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Strategi Coping
Strategi coping keluarga petani miskin pada aspek ekonomi merupakan adaptasi, tindakan yang diambil sebagai respon terhadap keterbatasan ekonomi yang dialami. Aspek ekonomi dari strategi coping meliputi : (a) efisiensi usahatani; (b) penghematan pengeluaran pangan, (c) penghematan biaya pendidikan, (d) penghematan untuk kesehatan, (e) penghematan lain-lain, serta (f) peningkatan pendapatan. Perbedaan potensi sumberdaya ekonomi pada desa-desa dominan sawah, lahan kering, atau hutan akan berimplikasi terhadap akses dan kontrol yang berbeda dalam pemanfaatanya oleh keluarga petani miskin pada ketiga wilayah tersebut. Perbedaan potensi sumberdaya ekonomi tersebut diduga berkaitan dengan karakteristik keluarga, sikap keluarga terhadap lingkungan sosial ekonomi dan ekologi (meso), dan dukungan sosial ekonomi dan kebijakan (makro). Perbedaan potensi dan komoditi unggulan sumberdaya ekonomi juga berimplikasi pada perbedaan pemanfaatan sumberdaya tersebut pada kondisi tidak panen dan panen dalam kaitannya dengan strategi coping aspek ekonomi.
Pada wilayah dominan sawah, sebagian besar memiliki pola tanam, atau indeks pertanaman (IP) padi 300, dengan sumber air sungai Bengawan Solo, dan sebagian memiliki IP padi 200. Pada IP padi 200 memiliki pola tanam padi – padi –
jagung, atau padi – padi – kacang tanah/hijau, sehingga IP 300 tetap terjadi dalam setahun, yang didukung bangunan infrastruktur pengairan yang dibangun P4MI, Badan Litbang Pertanian tahun 2006-2007. Artinya, investasi infrastruktur irigasi dapat meningkatkan luas pertanaman, intensitas tanam, dan perubahan pola tanam setahun, serta keanekaragaman tanaman.
Pada wilayah dominan lahan kering atau hutan, maksimal memiliki IP padi 200 terutama pada kondisi hari hujan dan curah hujan (mm) pertahun normal, dengan pola tanam padi – padi – jagung/kacang tanah (IP 300), atau padi – padi – sayuran/ semangka (400 < IP < 300). Nafkah ganda, seperti pencarian daun jati untuk dijual ke pasar, tunggul, akar kayu jati untuk bahan kerajinan untuk peningkatan pendapatan; kepompong/ulat daun jati atau belalang untuk menambah pendapatan atau langsung dikonsumsi. Pencarian ranting, tunggul, akar, dan rencekan kayu jati sebagian untuk kayu bakar memasak, dan sebagian di jual guna menambah pendapatan dari hutan jati pada wilayah dominan hutan dapat menjadi sumber ekonomi, selain tetap berusaha tani tanah milik sendiri, maro, atau menjadi buruh tani. Pergeseran luas tanaman jagung oleh padi tidak mengurangi luas total
tanaman jagung (keseluruhan masih meningkat ± 40 %), terutama pada dominan lahan kering, atau hutan, sebagian sumber karbohidrat (kalori) masyarakat Kab. Blora, terutama pada usia tua sebagai bahan makanan.
Hasil analisis regresi linier berganda untuk menduga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap strategi coping (Tabel 61) menghasilkan nilai determinan (R²) sebesar 0,614. Artinya strategi coping dapat diterangkan dengan peubah-peubah pendidikan, ukuran keluarga, sikap keluarga terhadap lingkungan sosial ekonomi dan ekologi (meso), sikap keluarga terhadap dukungan sosial ekonomi dan kebijakan (makro), dan nafkah berbasis modal sosial sebesar 61,1 persen. Sementara sisanya diterangkan oleh peubah-peubah lain di luar model.
Tabel 61. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi coping yang dilakukan keluarga (skor)
Variabel b SE b β
Konstanta 84,407 14,645
Pendidikan (1:≥ SD/MI,0=<SD/MI) -12,391 2,470 -0,311***
Besar Keluarga (orang) -2,992 0,835 -0,236***
Sikap pada tatanan meso (skor) 1) -0.055 0,012 -0,275***
SIkap pada tatanan makro (skor) 2) 0,036 0,081 0,026
Strategi nafkah berbasis modal sosial (skor) -0,386 0,062 -0,412***
R2 0,614
Adjusted R2 0,597
F 36,324***
Ket. : *** : signifikan pada level 0.01,
Peubah pekerjaan tidak dapat dianalisis karena variannya nol dan peubah pendapatan keluarga dikeluarkan karena alasan multikolinearitas
1) : keluarga – lingkungan sosial ekonomi dan ekologi, 2) : dukungan sosial ekonomi dan kebijakan
Peubah yang berpengaruh signifikan pada level 0,01 terhadap strategi coping yang dilakukan keluarga adalah pendidikan, besar keluarga, sikap keluarga pada tataran meso, dan strategi nafkah berbasis modal sosial. Keempat variabel memiliki koefisien regresi negatif yang menunjukan bahwa semakin rendah pendidikan kepala kelaurga, semakin kecil ukuran keluarga, semakin rendah skor sikap pada tataran meso, atau semakin jarang strategi nafkah dilakukan keluarga petani miskin akan meningkatkan/memperbesar strategi coping yang dilakukan.
Hasil analisis regresi linier berganda musim panen dan tidak panen untuk menduga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap strategi coping (Tabel 61a) menghasilkan nilai determinan (R²) yang tinggi, yaitu 0,841 saat panen, dan 0,826 saat tidak panen. Artinya strategi coping dapat diterangkan dengan peubah-peubah pendapatan keluarga, pendidikan, ukuran keluarga, sikap keluarga terhadap lingkungan sosial ekonomi dan ekologi (meso), sikap keluarga terhadap dukungan
sosial ekonomi dan kebijakan (makro), dan strategi nafkah berbasis modal sosial sebesar 84,1 persen saat panen, dan 82,6 persen saat tidak panen. Sementara sisanya diterangkan oleh peubah-peubah lain di luar model.
Tabel 61a. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi coping panen, tidak panen
Variabel Panen Tidak Panen
b SEb β b SEb β
Ukuran keluarga (orang) -2.162 0.812 -0.207*** -2.121 0.794 -0.223***
Pendidikan (1:≥ SD/MI,0=<SD/MI) 4.483 0.764 0.266*** -3.995 1.174 -0.161***
Sikap meso (skor) 1) -0.042 0.037 -0.254 -0.045 0.029 -0.241
Sikap makro (skor) 2) -0.022 0.052 -0.038 0.040 0.080 0.046
Nafkah basis modal sosial -0.380 0.064 -0.456 0.734 0.58 0.415
R2 0.841 0.826
Adjusted R2 0.832 0.817
F 99.436*** 89.484***
Ket. : *** : signifikan pada level 0.01,
Peubah pekerjaan tidak dapat dianalisis karena variannya nol dan peubah pendapatan keluarga dikeluarkan karena alasan multikolinearitas
Peubah yang berpengaruh signifikan pada level 0,01 terhadap strategi coping yang dilakukan keluarga pada musim panen dan tidak panen adalah pendidikan, besar keluarga, sikap keluarga pada tataran meso, dan strategi nafkah berbasis modal sosial. Keempat variabel memiliki koefisien regresi negatif yang menunjukan bahwa semakin rendah pendidikan kepala kelaurga, semakin kecil ukuran keluarga, semakin rendah skor sikap pada tataran meso, atau semakin jarang strategi nafkah dilakukan keluarga petani miskin akan meningkatkan/ memperbesar strategi coping yang dilakukan.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nafkah Berbasis Modal Sosial
Tradisi-tradisi yang bersifat lokalitas, seperti gotong royong dalam membangun rumah yang masih ada di daerah Blora, merupakan sebuah potensi modal sosial yang dapat dijadikan sebagai aset menguntungkan dalam mengatasi krisis apapun yang terjadi akibat kemiskinan, termasuk kerawanan pangan. Bentuk-bentuk aktifitas sosial sebagai manifestasi nilai-nilai tersebut berupa gotong royong dan kerjasama dalam pembagunan, musyawarah dalam memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan, saling menolong antar keluarga, tetangga, kerabat, dan saling mengingatkan apabila ada suatu keluarga, tetangga yang melakukan perbuatan yang merugikan keluarga, tetangga lain, atau masyarakat.
Sementara itu, bagi keluarga petani miskin penghasilan dari usahatani dan buruh tani tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Sehingga mereka akan
mengalokasikan tenaga keluarga ke sektor non pertanian untuk mengerjakan berbagai jenis pekerjaan sebagai strategi bertahan hidup. Etika sosial-kolektif sebagai landasan moralnya, lebih banyak akan memanfaatkan modal sosial sebagai faktor penting dalam membangun sistem nafkahnya. Modal sosial berbasis kepercayaan, relasi sosial, dan jaringan sosial berkaitan dengan upaya strategi nafkah berbasis modal sosial.
Hasil analisis regresi linier berganda untuk menduga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nafkah berbasis modal sosial (Tabel 62) menghasilkan nilai determinan (R²) yang sedang, yaitu 0,233. Artinya nafkah berbasis modal sosial dapat diterangkan dengan peubah-peubah pendidikan, ukuran keluarga, sikap keluarga terhadap lingkungan sosial ekonomi dan ekologi (meso), dan sikap keluarga terhadap dukungan sosial ekonomi dan kebijakan (makro) sebesar 23,3 persen. Sekitar 76,7 persen nafkah berbasis modal sosial diterangkan oleh peubah-peubah lain di luar model.
Tabel 62. Faktor-faktor mempengaruhi nafkah berbasis modal sosial (skor)
Variabel b SE b β
Konstanta 80,160 18,712
Pendidikan (1:≥ SD/MI,0=<SD/MI) 8,090 3,622 0,190**
Besar Keluarga (orang) 5,257 1,151 0,389***
Sikap pada tatanan meso (skor) 1) 0,006 0,018 0,026
SIkap pada tatanan makro (skor) 2) 0,047 0,121 0,032
R2 0,233
Adjusted R2 0,206
F 8,714
Ket : **signifikan pada level 95%, ***signifikan pada level 99%
Meso : keluarga – lingkungan sosial ekonomi dan ekologi, makro : dukungan sosial ekonomi dan kebijakan.
Peubah pekerjaan tidak dapat dianalisis karena variannya nol. Peubah pendapatan keluarga dikeluarkan
dari model karena alasan multikolinearitas
Peubah strategi coping tidak mempengaruhi strategi nafkah berbasis modal sosial
Peubah yang berpengaruh signifikan terhadap nafkah berbasis modal sosial adalah besar keluarga (p<0,01) dan pendidikan kepala keluarga (p<0,05). Besar keluarga memiliki koefisien regresi positif yang menunjukan bahwa semakin besar ukuran keluarga yang petani miskin akan meningkatkan atau memperbesar strategi nafkah berbasis modal sosial yang dilakukan. Sementara itu, pendidikan kepala keluarga memiliki koefisien regresi positif yang berarti semakin tinggi pendidikan yang dilakukan keluarga, startegi nafkah berbasis modal sosial yang dilakukan keluarga akan semakin meningkatkan atau memperbesar.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberfungsian Keluarga
Keberfungsian keluarga dipandang sebagai kemampuan menyesuaikan diri keluarga (family adaptability), ikatan emosional (emotional bonding) anggota keluarga, atau kemampuan dalam memecahkan masalah dan keterampilan berkomunikasi (Hodges dalam Dubowitz dan De Panfilis 2000). Keberfungsian keluarga pada kajian ini meliputi aspek : koneksi, sumber daya lingkungan, perilaku terhadap pengelolaan sumberdaya, dan relasi, sehingga keberfungsian keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pokok (pangan, kesehatan, pendidikan, perumahan) bergantung koneksi, perilaku – pengelolaan sumberdaya, dan relasi.
Hasil analisis regresi linier berganda untuk menduga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberfungsian keluarga (Tabel 63) menghasilkan nilai determinan (R²) sebesar 0,371. Artinya, keberfungsian keluarga dapat diterangkan dengan peubah-peubah pendidikan, ukuran keluarga, sikap keluarga terhadap lingkungan sosial ekonomi dan ekologi (meso), sikap keluarga terhadap dukungan sosial ekonomi dan kebijakan (makro), strategi nafkah berbasis modal sosial, dan strategi coping sebesar 0,371. Sekitar 63 persen keberfungsian keluarga diterangkan peubah-peubah lain di luar model.
Tabel 63. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberfungsian keluarga (skor)
Variable b SE b β
Besar keluarga (orang) -0.662 0.373 -0.165*
Pendidikan (1=≥ SD/MI, 0=<SD/MI) -0.498 1.174 -0.040
Sikap meso (skor) -0.088 0.058 -0.283
Sikap makro (skor) 0.122 0.082 0.280
Strategi koping (skor) 0.079 0.030 0.270***
Nafkah berbasis modal sosial (skor) 0.431 0.419 0.232
R2 0.371
Adjusted R2 0.339
F 8.484***
Ket. : 1 : signifikan pada level 0.1 2 : signifikan pada level 0.05 3 : signifikan pada level 0.001
Meso : keluarga – lingkungan sosial ekonomi dan ekologi, makro : dukungan sosial ekonomi dan kebijakan
Peubah pendapatan dikeluarkan dari model karena multikolinearitas dengan strategi koping
Peubah yang berpengaruh signifikan (pada level 0,1) terhadap keberfungsian keluarga adalah ukuran atau besar keluarga. Ukuran keluarga memiliki koefisien regresi negatif yang menunjukan bahwa semakin kecil ukuran keluarga petani miskin akan meningkatkan atau memperbesar tingkat keberfungsian keluarga contoh. Strategi coping memiliki koefisien regresi positif yang menunjukan bahwa semakin besar strategi coping yang dilakukan keluarga petani miskin akan meningkatkan atau memperbesar yang dilakukan. tingkat keberfungsian keluarga contoh.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Pokok dan Ketahanan Fisik Keluarga
Pemenuhan kebutuhan pokok dan ketahanan fisik pada keluarga petani miskin yang meliputi aspek pangan, pendidikan, kesehatan, dan perumahan merupakan tujuan yang ingin dicapai. Pemenuhan kebutuhan pokok pada keluarga tidak terlepas dari keterkaitannya dengan lingkungan (mikro, meso, makro), pada kajian ini terangkum pada aspek karakteristik keluarga petani (mikro) yang meliputi pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, pendidikan, atau perilaku hidup sehat. Pada tataran meso melalui pengukuran sikap keluarga – lingkungan sosial ekonomi dan ekologi. Sedangkan pada tataran makro berkaitan dengan sikap keluarga terhadap dukungan sosial ekonomi dan kebijakan pemerintah.
Hasil analisis regresi linier berganda model faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan pokok keluarga dan ketahanan fisik keluarga (Tabel 64) menghasilkan nilai determinan (R²) yang rendah, yaitu 0,181. Artinya, pemenuhan kebutuhan pokok keluarga dapat diterangkan dengan peubah-peubah pendidikan, ukuran keluarga, sikap keluarga terhadap lingkungan sosial ekonomi dan ekologi (meso), serta dukungan sosial ekonomi dan kebijakan (makro), strategi coping (penghematan pengeluaran, peningkatan pendapatan), strategi nafkah berbasis modal sosial, serta keberfungsian keluarga sebesar 18,1 persen.
Tabel 64. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pokok keluarga (skor)
Variable b SE b β
Konstanta 5,091 2,083
Besar keluarga (orang) 0,036 0,115 0.033
Pendidikan (1=≥ SD/MI, 0=<SD/MI) -0,428 0,351 -0.123
SIkap meso (skor) 0,005 0,002 0.301***
Sikap makro (skor) -0,005 0,010 -0.041
Strategi koping (skor) -0,009 0,012 -0.106
Nafkah berbasis modal sosial (skor) -0,009 0,009 -0.109
Keberfungsian keluarga (skor) 0,074 0,027 0.265***
R2 0.181
Adjusted R2 0.129
F 3,529***
Keterangan : *signifikan pada level 0.1, **signifikan pada level 0.05, ***signifikan pada level 0.001
Meso : keluarga – lingkungan sosial ekonomi dan ekologi, makro : dukungan sosial ekonomi dan kebijakan
pendapatan dikeluarkan dari model karena alasan multikolinearitas dengan var. strategi koping
Sekitar 82 persen pemenuhan kebutuhan pokok keluarga diterangkan oleh peubah-peubah lain di luar model.
Peubah yang berpengaruh signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pokok dan ketahanan fisik keluarga adalah keberfungsian keluarga (pada level 0,01), dan sikap keluarga pada tataran meso (pada level 0,1). Keberfungsian keluarga memiliki koefisien regresi positif yang menunjukan bahwa semakin tinggi keberfungsian keluarga yang diperoleh keluarga petani miskin akan meningkatkan/ memperbesar pemenuhan kebutuhan pokok, atau sebaliknya semakin kecil keberfungsian keluarga yang diperoleh keluarga petani miskin akan menurunkan/memperkecil pemenuhan kebutuhan pokok. Sikap keluarga terhadap lingkungan sosial ekonomi dan ekologi (meso), memiliki koefisien regresi positif yang menunjukan bahwa semakin tinggi sikap keluarga pada tataran meso akan meningkatkan/memperbesar pemenuhan kebutuhan pokok, atau sebaliknya semakin kecil sikap keluarga pada tataran meso yang dilakukan keluarga petani miskin akan menurunkan/memperkecil pemenuhan kebutuhan pokok.
Hasil analisis regresi logistik untuk faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan pokok dan ketahanan fisik keluarga menurut berbagai peubah (terpenuhi atau tidak terpenuhi) disajikan pada Tabel 64. Peubah strategi coping saat panen memiliki pengaruh negatif yang signifikan pada taraf 0,01. Artinya keluarga petani miskin yang jarang, sedikit atau tidak pernah melakukan strategi coping saat panen masih memiliki peluang lebih besar terhadap pemenuhan kebutuhan pokok, atau semakin jarang, sedikit, atau tidak pernah keluarga petani miskin melakukan strategi coping saat panen tidak berpengaruh terhadap peningkatkan pemenuhan kebutuhan pokok. Karena dari komponen parsial strategi coping yang dilakukan seluruh responden saat panen nol atau sebagian saja, terutama aspek efisiensi usahatani (coping = 0,00%), penghematan pengeluaran pangan (coping = 23,53%), pendidikan (50,00%), dibandingkan saat tidak panen masing-masing 63,63 persen, 58,82 persen, dan 100,00 persen.
Implikasi dari hasil regresi logistik tersebut menunjukkan bahwa keluarga yang memiliki strategi koping yang lebih baik saat tidak panen berpeluang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Setiap kenaikan satu poin skor strategi koping saat tidak panen akan meningkatkan peluang pemenuhan kebutuhan keluarga lima kali lebih besar. Selain itu setiap peningkatan strategi nafkah yang dilakukan oleh keluarga contoh akan meningkatkan peluang pemenuhan kebutuhan pokok keluarga tiga kali lebih besar.
Tabel 64. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pokok keluarga
Variabel Estimated Coefficient Standard Error Wald
Strategi koping saat panen -1.206*** 0.339 12.649
Startegi koping non panen 0.391** 0.161 5.896
Strategi nafkah modal sosial 0.063* 0.035 3.237
Keberfungsian keluarga -0.087 0.125 0.476
Constant 5.867 4.259 1.899
-2Log Likelihood 47.856
Ket. : *signifikan pada level 0.1 **signifikan pada level 0.05 ***signifikan pada level 0.01
Pengambilan keputusan keluarga petani miskin pada variabel starategi coping berkorelasi positif dengan pengambilan keputusan dalam manajemen sumberdaya keluarga, artinya starategi coping berhubungan dengan bagaimana keluarga mengelola sumberdaya (internal dan ekternal) untuk mencapai tujuan hidup keluarga, terutama pemenuhan kebutuhan pokok. Menurut Rice dan Tucker (1976), terkait dengan kesejahteraan keluarga banyak berhubungan dengan bagaimana pola pengambilan keputusan dan pembagian kerja yang berlaku dalam keluarga. Menurut BKKBN strategi social yang dilakukan oleh keluarga berpengaruh terhadap kesejahteraan
Keluarga petani miskin yang memiliki modal sosial yang tinggi, kuat, erat memiliki peluang lebih besar terhadap pemenuhan kebutuhan pokok, atau semakin tinggi, kuat, erat modal sosial akan berpengaruh terhadap peningkatkan pemenuhan kebutuhan. Modal sosial dalam nafkah keluarga petani miskin yang diukur adalah kepercayaan (trust), jaringan sosial (social networks), dan norma sosial (social norm) seperti konseptual Putnam. Komponen kepercayaan modal sosial mempunyai hubungan nyata dengan ketahanan pangan. Semakin tinggi kepercayaan untuk menjalin kerjasama (tolong menolong) tanpa saling curiga, serta keluarga dan lingkungannya dapat menjaga hubungan berkelanjutan, maka semakin tinggi tingkat ketahanan pangan keluarga miskin.
Pada komponen jaringan sosial, semakin luas dan dalam sifat jaringan sosial yang dimiliki keluarga petani miskin, maka semakin baik lingkungan dalam memenuhi kebutuhan pangan, sehingga akan semakin tinggi tingkat ketahanan pangan. Kedekatan hubungan karena bertetangga dekat dan hubungan kekerabatan akan mengakibatkan munculnya kepercayaan untuk saling membantu. Luas jaringan yang dimiliki keluarga petani miskin yang ditunjukkan dengan jumlah hubungan sosial yang dimiliki keluarga petani miskin, dan modal sosial memiliki
potensi dalam menguatkan ketahanan pangan keluarga petani miskin. Semakin banyak hubungan sosial yang dimiliki keluarga petani miskin dalam pemenuhan kebutuhan pangan, maka semakin tahan pangan keluarga petani miskin tersebut. Pada komponen norma sosial, semakin kuat, luas dan dalam norma sosial yang tidak tertulis (aturan-aturan informal), atau aturan informal berbasis aturan tradisional yang dimiliki keluarga petani miskin dan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan pangan, sehingga akan semakin tinggi tingkat ketahanan pangan.
Beberapa hal menarik untuk dibahas terkait pemenuhan kebutuhan pokok keluarga petani miskin penerima bantuan langsung tunai (BLT), terkait nafkah berbasis modal sosial, dan strategi coping, yaitu :
1. Modal sosial (nilai kepercayaan, norma sosial, dan jaringan sosial) yang ada di dalam keluarga, kelompok, atau masyarakat mampu dimanfaatkan secara optimal, maka simpanan modal sosial tersebut akan menguntungkan bagi kehidupan keluarga petani miskin, termasuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan keluarga, dan lebih lanjut menjadi potensi dalam mengatasi kerawanan pangan, atau penurunan angka kemiskinan;
2. Gotong royong dan kerjasama, musyawarah, saling menolong, dan saling mengingat merupakan sebuah modal sosial, apabila dipertahankan, atau dikembangkan mampu menjadi asset yang penting untuk mengatasi kerawanan pangan, bahkan penurunan angka kemiskinan.
3. Ikatan sosial yang tinggi dengan kelompok, komunitas, dan masyarakat, sebaliknya persepsi terhadap pemerintah yang belum efektif melaksanakan fungsi pemerintahan. Upaya-upaya yang dilakukan akan mencari strategi coping terbaik yang bisa mereka lakukan agar mereka mampu tetap bertahan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya, berada pada kuadran keempat berdasarkan framework Narayan (1998).
Bantuan pangan (BLT, Raskin, JPS dll.) memberi dorongan yang kuat pada keluarga petani miskin untuk berusaha memperbaiki kondisi kehidupan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pokok. Dengan adanya bantuan keluarga petani miskin setiap hari tetap rajin bekerja andaikata ada peluang kerja yang bisa mereka lakukan. Tujuan pemberian bantuan menjadi penting, sehingga dengan adanya bantuan dapat memberi ruang gerak yang lebih besar bagi keluarga petani miskin untuk berusaha memperbaiki kondisi kehidupan keluarga, terutama pemenuhan kebutuhan pokok,
Analisis Jalur: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberfungsian serta Pemenuhan Kebutuhan Pokok dan Ketahanan Fisik Keluarga
Analisis jalur dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi variabel keberfungsian keluarga dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga secara lebih komprehensif. Alur analisis disesuaikan dengan kerangka berpikir penelitian yang terbagi menjadi tiga bagian sistem yaitu input, proses, dan output. Input terdiri dari variabel karakteristik yang diduga mempengaruhi keberfungsian keluarga dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga seperti pendapatan, pendidikan, dan ukuran keluarga serta sikap pada tatanan meso dan makro. Variabel strategi koping dan strategi nafkah berbasis modal sosial menjadi variabel antara yang mempengaruhi keberfungsian keluarga dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga (proses). Variabel keberfungsian keluarga dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga menjadi output dari jalur yang akan dianalisis. Bagan analisis jalur ditunjukkan pada Gambar 23.
Gambar 23. Bagan analisis jalur
Model jalur yang digunakan dianalaisis dengan menggunakan empat persamaa regresi linear berganda. Persamaan pertama dan kedua berkaitan dengan analsis pengaruh variabel-variabel pada tatanan input terhadap strategi coping dan strategi nafkah berbasis modal sosial. Persamaan ketiga dan keempat berkaitan dengan analisis pengaruh variabel pada tatanan input dan proses terhadap variabel pada tatanan output yaitu keberfungsian keluarga dan pemenuhan kebutuhan pokok
e1 e4 e3 e2 Pendidikan Besar keluarga Sikap meso Sikap makro Keberfungsian Keluarga Ketahanan Fisik Keluarga : Pemenuhan kebutuhan Pokok Pendapatan Strategi Coping Strategi Nafkah Berbasis Modal Sosial
keluarga. Keberfungsian keluarga dan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga juga sama-sama saling mempengaruhi satu sama lain. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa pendapatan dan strategi coping memiliki hubungan yang sangat kuat (r=-0,934, p<0,01) sehingga salah satu variabel harus dikeluarkan dari model untuk menghindari terjadinya multikolinearitas. Pendapatan dikeluarkan dari model analisis jalur dan dianggap terwakili oleh variabel strtaegi coping karena keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat.
Tabel 65 Hasil analisis jalur untuk model pertama
Pengaruh Variabel Koefisien Jalur Nilai Uji t
EDU COPING -0.311 -5.017*** FAM_SIZE COPING -0.236 -3.583*** MESO COPING -0.275 -4.716*** MAKRO COPING 0.026 0.451 NAFKAH COPING -0.412 -6.205*** EDU NAFKAH 0.190 2.233** FAM_SIZE NAFKAH 0.389 4.567*** MESO NAFKAH 0.026 0.323 MAKRO NAFKAH 0.032 0.391 EDU FUNGSI -0.041 -0.427 FAM_SIZE FUNGSI -0.182 -1.879* MESO FUNGSI 0.017 0.186 MAKRO FUNGSI 0.024 0.297 COPING FUNGSI 0.384 2.944*** NAFKAH FUNGSI 0.018 0.164 EDU POKOK -0.123 -1.217 FAM_SIZE POKOK 0.033 0.315 MESO POKOK 0.301 3.211*** MAKRO POKOK -0.041 -0.479 COPING POKOK -0.106 -0.739 NAFKAH POKOK -0.109 -0.967 FUNGSI POKOK 0.265 2.675*** Adjusted R2 persamaan 1 = 0.597 e1 = 0.403 Adjusted R2 persamaan 2 = 0.206 e2 = 0.794 Adjusted R2 persamaan 3 = 0.218 e3 = 0.782 Adjusted R2 persamaan 4 = 0.129 e4 = 0.871 Uji F persamaan 1 = 36.324 Uji F persamaan 2 = 8.714 Uji F persamaan 3 = 6.516 Uji F persamaan 4 = 3.529
Keempat persamaan analisis jalur diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil analisis terhadap keempat persamaan tersebut ditunjukkan pada Tabel 65. Pada persamaan pertama, beberapa variabel yang secara signifikan
mempengaruhi strategi coping adalah pendidikan kepala keluarga (p<0,01), ukuran atau besar keluarga (p<0,01), dan strategi nafkah berbasis modal sosial (p<0,01). Ketiga variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap strategi coping.
Sementara itu, ukuran keluarga juga berpengaruh signifikan terhadap strategi nafkah berbasis modal sosial (p<0,01). Variabel lain yang berpengaruh terhadap strategi nafkah adalah pendidikan kepala keluarga (p<0,05). Kedua variabel tersebut berpengaruh secara positif terhadap strategi nafkah berbasis modal sosial.
Peubah yang berpengaruh signifikan terhadap keberfungsian keluarga adalah besar keluarga (p<0,1) dan strategi coping yang dilakukan oleh keluarga (p<0,01). Besar keluarga berpengaruh secara negatif sementara strategi coping berpengaruh positif terhadap keberfungsian keluarga. Sementara itu, sikap keluarga pada tatanan meso dan keberfungsian keluarga berpengaruh signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan fisik (p<0,01). Keduanya berpengaruh secara positif terhadap pemenuhan kebutuhan pokok dan ketahanan fisik keluarga contoh.
Model analisis jalur kemudian dimodifikasi setelah keempat persamaan diuji dan didapatkan varaibel-variabel yang berpengaruh secara signifikan antarvariabel yang diujikan. Model analisis yang telah dimodifikasi ditunjukkan pada gambar 24. Model analisis jalur yang telah dimodifikasi juga terdiri dari empat persamaan yang kemudian diuji dengan menggunakan analisis regresi linear berganda.
Gambar 24. Model analisi jalur yang telah dimodifikasi Besar keluarga Sikap meso Strategi koping Strategi Naf-kah Berbasis Modal Sosial Keberfungsian Keluarga
Ketahanan Fisik Keluarga : Pemenuhan kebutuhan Pokok Pendidikan e1 e2 e3 e4
Tabel 66. Hasil analisis jalur untuk model yang telah dimodifikasi
Pengaruh Variabel Koefisien Jalur Nilai Uji t
EDU COPING -0.310 -5.020*** FAM_SIZE COPING -0.235 -3.584*** MESO COPING -0.274 -4.724*** NAFKAH COPING -0.411 -6.214*** EDU NAFKAH 0.194 2.297** FAM_SIZE NAFKAH 0.389 4.619***