• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asset Sosial berbentuk Hubungan Sosial Berbasis Pertetanggaan. 93

Dalam dokumen ASSET-ASSET SOSIAL PADA KOMUNITAS NELAYAN (Halaman 108-114)

BAB VI BENTUK-BENTUK ASSET SOSIAL YANG DAPAT

6.1 Hubungan Sosial

6.1.2 Asset Sosial berbentuk Hubungan Sosial Berbasis Pertetanggaan. 93

Hubungan sosial berbasis pertetanggan merupakan asset sosial yang dapat dimobilisasi menjadi modal sosial untuk menopang sistem kehidupan rumahtangga nelayan. Hubungan ini terjalin atas dasar kedekatan rumah tinggal mereka. Adanya kedekatan wilayah tempat tinggal mendorong satu sama lain warga berinteraksi untuk waktu yang cukup lama sehingga akan timbul suatu pola interaksi yang terpola. Seseorang akan lebih dapat membantu orang lain apabila mereka memiliki suatu hubungan kedekatan misalnya adalah hubungan pertetanggaan. Hubungan ini terjalin seiring berjalannya waktu. Dengan adanya jalinan hubungan pertetanggaan ini memungkinkan satu sama lain menjalin hubungan pertemanan.

Satu sama lain saling mengunjungi dan memberi. Hal umum dilakukan adalah tukar-menukar makanan. Apabila ada seorang tetangga yang membuat masakan tertentu maka terkadang mereka berbagi walau hanya dalam jumlah kecil. Bila ada tetangga yang sedang dalam kesulitan pun, maka para tetangga yang lain tidak segan-segan untuk membantu. Hal lain yang sering dilakukan oleh satu tetangga dengan tetangga yang lain adalah kegiatan ngendong16, kondangan, dan kerja bakti.

16

Kegiatan mengunjungi tetangga di sekitar tempat tinggal untuk sekedar berbincang-bincang dengan atau tanpa inum atau makan sesuatu makanan yang disuguhkan oleh tetangga yang dikunjungi tersebut.

Ngendong sering dilakuka n oleh warga di Kelurahan Cilacap, biasanya

dilakukan di sore atau malam hari setelah pulang kerja atau pulang melaut. Makanan yang disajikan saat tetangga ngendong biasanya berupa air putih maupun makanan ringan seadanya. Bahkan dalam perbincangan dengan tetangga yang ngendong tersebut tidak disertai sajian makanan maupun minuman apapun. Perbincangan yang di angkat dalam perbincangan tersebut adalah persoalan-persoalan kecil misalnya mengenai kegiatan penangkapan ikan di laut, masalah keluarga nelayan, ata u hanya sekedar berbincang-bincang dan bercanda.

Adapula beberapa hubungan pertetanggan yang terjalin erat karena hubungan yang terjalin selain sebagai tetangga juga terjalin hubungan juragan dan pandega. Seorang tetangga yang sekaligus menjadi pandega seorang juragan lebih sering main ke rumah majikannya tersebut. Selain karena tenanganya dibutuhkan pada saat-saat tertentu, biasanya pandega juga hanya main/ ngendong untuk sekedar berbincang-bincang dengan majikan maupun pandega lain yang juga sedang berada di rumah juragan tersebut. Dalam kesempatan itu, biasanya juragan menyuruh makan tetangga atau pandega tersebut bila dirumahnya tepat masakan sudah matang atau telah ada sebelumnya. Hal tersebut sudah biasa dilakukan sehingga kadang tanpa disuruh mereka sudah mengambil makanan sendiri ke dapur atau meja makan. Hal tersebut seperti pernyataan Bapak Ms (ketua kelompok nelayan Pandanarang) sebagai berikut :

“...biasanya tetangga sering ngendong...anak buah saya juga, mereka kalau ke sini sering saya suruh makan...saya suruh ambil sendiri jadi kadang-kadang sudah tahu langsung ke dapur saja.... Yah mereka sudah biasa keluar masuk rumah saya...tapi kalau tidak ada ya ambil air putih (minum) sendiri...ya saya dekat dengan semua nelayan di sini....” (diterjemahkan bebas ke dalam bahasa Indonesia)

Hubungan antara juragan dan pandega kebanyakan adalah juga hubungan dalam pertetanggan maupun persaudaraan. Para pandega menjadi lebih dekat hubungannya dengan juragan yang didukung oleh kebaikan yang diberikan oleh juragan. Pemberian beberapa barang serta keakraban yang ditawarkan membuat para pandega merasa nyaman berada di bawah juragannya. Hal tersebut juga seperti pernyataan Bapak Slm sebagai berikut :

“...kalau hubungan kita dekat dengan juragan, biasanya saat datang ke rumah juragan, saya sering disuruh makan dahulu juga dikasih rokok, kalau bertemu di jalan juga sering dikasih rokok...juragan saya itu baik, dia juga menghargai saya, walau saya anak buahnya kan saya lebih tua. Juragan juga tidak apa-apa jika saya ikut orang lain (bekerja pada orang lain) untuk beberapa membantu-bantu sedikit. Upahnya juga lumayan...” (diterjemahkan bebas ke dalam bahasa Indonesia)

Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam hubungan pertetanggaan dapat terjalin erat apalagi selain itu memiliki hubungan lain dalam pekerjaan (produksi) di laut. Namun tidak semua orang melakukan hal yang serupa, apalagi nelayan yang hanya memiliki perahu jukung dengan operasi penangkapan 2-3 orang dan berpenghasilan hanya cukup untuk makan. Tindakan tersebut dapat sebagai konsekuensinya sebagai ketua yang mengayomi dan harus berhubungan dekat dengan anggotanya.

Saling memberikan pertolongan pada tetangga yang membutuhkan saat sakit serta dalam kasus kematian terdapat dalam komunitas ini. Mereka saling membantu untuk menyiapkan segala keperluan serta tidak melaut saat tetangga ada yang meninggal. Hubungan yang terus berlangsung tersebut menumbuhkan rasa solidaritas di antara tetangga. Pada saat seseorang membutuhkan pertolongan, tetangga dekatlah yang menjadi penolong misalnya saat membutuhkan suatu perlengkapan yang tidak dimilikinya atau bahkan hingga bantuan dalam bentuk uang untuk memenuhi kebutuhan hidup rumahtangga

nelayan. Namun biasanya untuk utang uang kepada tetangga seseorang akan berpikir tidak hanya sekali, karena masing-masing mengetahui kondisi tetangga mereka yang sama-sama nelayan. Mereka mengerti apabila dalam kondisi paceklik, semua mengalami hal serupa yaitu kekurangan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing rumahtangga nelayan. Seperti pernyataan dari Bapak Ty sebagai berikut :

”Kalau berhutang, paling-paling saya berhutang pada tetangga kalau untuk makan saja, biasnya sat saya sedang tidak ada uang ya...kadang-kadang malu juga tapi mau bagaimana lagi... saya kan tidak punya uang, apalagi kalau sedang musim paceklik... Semua nelayan di sini juga rata-rata sama, ya...punya hutang juga seperti saya. Dimana-mana orang kan juga punya hutang” (diterjemahkan bebas ke dalam bahasa Indonesia)

Hubungan pertetanggaan merupakan jaminan sosial bagi rumahtangga nelayan. Dengan adanya ikatan solidaritas di antara me reka, maka akan timbul rasa untuk saling membantu. Kebersamaan yang telah terjalin lama akan terus terjalin dengan adanya rasa saling tolong menolong di antaranya. Denga n memberikan pertolongan kepada tetangga yang membutuhkan, maka suatu saat rumahtangga nelayan tersebut akan mendapatkan pertolongan pada saat ia membutuhkan pertolongan dari tetangganya.

6.1.3 Asset Sosial berbentuk Hubungan Sosial Berbasis Kekeluargaan

Rumahtangga nelayan memiliki beberapa jaringan hubungan dengan orang lain, begitu pula dalam hubungan kekeluargaan. Hubungan kekeluargaan terjalin karena adanya ikatan pertalian darah di antara orang-orang yang termasuk di dalamnya. Biasanya hubungan yang terjalin karena ikatan kekeluargaan akan terjalin lebih dekat dan erat dibandingkan dengan hubungan lainnya. Kebanyakan nelayan meminta pertolongan dalam hal pemenuhan kebutuhan maupun untuk modal usaha, pertama kali akan mencoba meminjam

kepada keluarganya. Seperti yang terjadi pada Bapak Utg, pihak kerabat yang lain lebih menginginkan keluarganya tersebut (Bapak Utg) untuk meminjam atau menanyakan boleh tidaknya meminjam uang dengan jumlah tertentu kepada kerabatnya sebelum mencari kepada orang lain. Hal tersebut seperti yang dituturkan oleh Bapak Utg sebagai berikut :

”...kalau saya dengan keluarga yang lain rukun-rukun saja, saudara sering main ke sini atau kalau tidak ya saya dan keluarga yang berkunjung. Kan kadang-kadang membicarakan kegiatan masing-masing terus kalau memang sedang ada permasalahan keuangan untuk kepentingan modal biasanya saya disuruh pinjam ke keluarga saya itu...katanya sama-sama membantu. Soalnya saya kan juga suka membantu kalau memang bantuan saya diperlukan. Kalau ada keluarga yang bisa ngasih bantuan, lebih baik pinjam ke saudara dulu daripada ke orang lain. Jadi ya...sama-sama saling membantu...” (diterjemahkan bebas ke dalam bahasa Indonesia)

Hubungan yang terlihat dalam kekerabatan Bapak Utg terlihat harmonis serta saling mendukung. Hal tersebut juga didukung oleh kondisi kekerabatan dalam keluarga Bapak Utg yang berada dalam perekonomian strata menengah ke atas. Tidak semua nelayan mengalami hal yang serupa seperti keluarga Bapak Utg tersebut. Yang terjadi dengan Bapak Syd adalah sebaliknya. Posisinya dalam hubungan kekerabatan kurang berjalan dengan baik karena jalinan hubungan keluarga tidak rukun karena permasalahan keluarga. Bapak Syd adalah seorang anak dengan status berbeda bapak di antara saudara-saudara lainnya. Hal tersebut yang menyebabkan hingga kini hubungan kekeluargaannya tidak rukun dan susah untuk dimintai bantuan. Bapak Syd lebih senang meminjam atau meminjam uang kepada temannya yang tentunya memiliki posisi perekonomian lebih baik darinya. Hubungan antar keluarga pada rumahtangga nelayan selain dengan keluarga yang berada di dalam satu wilayah desa, juga dengan keluarga di luar desa atau bahkan di kota-kota lain. Hubungan tersebut terjalin karena adanya rasa saling memiliki di antara keluarga dengan adanya ikatan darah misalnya hubungan sesama saudara

kandung, saudara dengan kakek atau nenek yang sama, atau hubungan lain yang masih dalam satu ikatan darah.

6.1.4 Asset Sosial berbentuk Hubungan Sosial Nelayan dengan Pemerintahan Nelayan selain berhubungan dengan sesama nelayan (juragan dan pandega), mereka juga berhubungan dengan pihak-pihak lainnya misalnya suatu lembaga ekonomi (bank), serta institusi-institusi pemerintahan misalnya pemerintahan kelurahan, kecamatan, maupun pemerintahan kabupaten. Dalam hubungan ini, nelayan tidak banyak yang dapat di ambil. Hubungan ini nelayan tidak banyak di untungkan karena posisi mereka dalam pemerintahan yang tidak mendapat posisi penting. Namun, apabila mereka mendapatkan masalah misalnya bencana, asset sosial ini dapat dimanfaatkan untuk mereka mendapatkan bantuan dari pemerintah maupun partai yang telah didukung oleh komunitas tersebut. Nelayan juga berhubungan dengan beberapa partai politik terutama pada masa-masa kampanye. Beberapa nelayan yang ditanya apakah mereka percaya terhadap partai politik yang selama ini banyak melakukan kampanye serta mengharapkan dukungan dari para nelayan, mereka kebanyakan menjawab tidak percaya.

Banyak hal-hal yang sudah sering mereka dengar berupa janji-janji untuk membuatkan fasilitas tertentu atau akan mendukung peningkatan perekonomian para nelayan namun hanya berupa janji tanpa pelaksanaan. Mereka hanya menerima dari apa yang diberi oleh pihak partai tanpa mempercayainya, misalnya di saat mereka menerima beberapa lembar uang dan sedikit sembako serta kaos bertuliskan partai tertentu yang membutuhkan dukungan mereka. Mereka senang bila menerima semua itu namun mereka sendiri sebenarnya tidak

percaya pada janji-janji yang diutarakan oleh masing-masing partai. Hal tersebut seperti pernyataan dari Bapak Syd sebagai berikut :

”Kalau saya ya tidak terlalu percaya sama partai-partai, soalnya banyak yang tidak benar. ... biasanya kan kalau sedang kampanye mereka sering bagi-bagi kaos dan uang untuk ikut pawai. Nah..kalau dikasih kaos dan uang ya diterima saja...kan lumayan...hitung-hitung untuk tambah-tambah, dapat makan juga lumayan.” (diterjemahkan bebas ke dalam bahasa Indonesia)

Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak semua warga (nelayan) yang memilih partai tertentu merasa percaya akan dapat merubah kehidupan mereka. Mereka hanya menerima apa yang diberikan tanpa menuntut dan tidak mengambil pusing dengan tidak dilaksanakannya janji-janji dari beberapa partai yang sebelumnya berkampanye di wilayah mereka. Kepercayaan para nelayan terhadap keberadaan pemerintahan dan partai-partai politik juga menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu.

Dalam dokumen ASSET-ASSET SOSIAL PADA KOMUNITAS NELAYAN (Halaman 108-114)