• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subsistem Social Security

Dalam dokumen ASSET-ASSET SOSIAL PADA KOMUNITAS NELAYAN (Halaman 164-170)

BAB VII MODAL SOSIAL DALAM LIVELIHOOD SYSTEM

7.4 Subsistem Social Security

Rumahtangga nelayan dalam interaksinya berhubungan dengan berbagai orang serta tergabung dalam suatu kelompok dan jalinan tertentu. Hubungan-hubungan yang terjalin tersebut menjadi jaminan keamanan sosial dalam kehidupannya. Hubungan tersebut seperti dalam jalinan pertemanan, pertetanggaan, kekeluargaan, patron-klien dengan juragannya, serta kelompok-kelompok arisan, kelompok nelayan, dan kelompok pengajian. Dalam interaksi yang berlangsung, satu sama lain saling memberikan pertolongan karena ikatan dalam hubungan tersebut.

Semua hubungan yang telah terjalin tersebut, masing-masing memberikan peran dan fungsinya untuk membantu sesama kelompoknya dalam menyelesaikan berbagai masalah terutama yang menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup anggota dalam kelompok maupun pada pihak yang menjalin hubungan tersebut. Berbagai jalinan hubungan dan kelompok tersebut, seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya mampu menjadi pihak yang dapat diandalkan untuk seseorang bertahan hidup.

Sesuai fungsinya sebagai jaminan sosial bagi rumahtangga nelayan, masing-masing kelompok berperan dalam berbagai bentuk. Kelompok arisan yang mampu menyediakan dana sejumlah tertentu untuk pemenuhan kebutuhan, menjadi lebih berkembang dan tumbuh bermunculan. Hal tersebut sebagai konsekuensi kebutuhan manusia yang terus meningkat serta hasil dari pikiran rasional pelaku, sehingga kegiatan dan kelompok arisan terus diadakan dan muncul dalam berbagai kegiatan seperti pengajian serta rapat-rapat kelompok nelayan dan ke-RT-an.

Patron-klien yang dianggap merugikan pihak klien (pandega), harus diakui dapat menjadi jaminan sosial bagi pandeganya. Saat pandega membutuhkan pertolongan seperti untuk kepentingan sekolah anak-anak terutama dalam hal finansial serta pembelian bahan makanan, sang patron (juragan) bersedia memberikan pinjaman sebagai konsekuensinya menjadi seorang juragan bagi pandeganya. Adanya contoh di atas memberikan gambaran bahwa patron-klien adalah salah satu bentuk asset sosial yang dapat menjadi social security bagi nelayan buruh yang banyak mengalami kesulitan hidup.

Selain beberapa hal di atas, dana kematian yang dihimpun dalam suatu ke-RT-an dapat menjadi jaminan nafkah bagi keluarga yang ditinggalkan. Sehingga saat ada warga yang meninggal selain keluarga yang ditinggalkan mendapat sumbangan dari orang lain juga ada dana kematian dari ke-RT-an masing-masing. Hal tersebut membantu rumahtangga nelayan untuk dapat terus bertahan hidup.

7.5 Ikhtisar

Kehidupan nelayan dan komunitasnya selalu berada dalam ketidakpastian nafkah. Mereka membutuhkan bantuan dari orang lain maupun dari kelembagaan dan organisasi sosial yang berada di dalam maupun luar komunitasnya. Melalui pemanfaatan asset sosial yang dimobilisasi menjadi modal sosial yang mereka miliki dalam sistem penghidupannya, para nelayan mampu bertahan hidup dengan berbagai strategi nafkahnya. Berikut disajikan matriks berbagai bentuk asset sosial yang menjadi modal sosial dalam livelihood system pada komunitas nelayan.

Tabel 6. Bentuk-bentuk Asset Sosial dalam Livelihood System pada Komunitas Nelayan di Kelurahan Cilacap.

No. Asset Sosial yang menjadi Modal Sosial

Subsistem Produksi Subsistem Konsumsi Subsistem Organisasi Sosial Subsistem Social Security 1. Pertemanan v v v 2. Pertetanggaan v v 3. Kekeluargaan v v 4. Kelompok Nelayan v v 5. Kelompok Pengajian v 6. Kelompok Arisan v v v 7. Kondangan v 8. Patron-Klien v v 9. Bank Keliling v v 10. Sedekah Laut v v

11. KUD Mino Saroyo v

12. Sistem Nendo v

13. Sistem Kredit v

14. Kelembagaan Bagi Hasil v

15. Hub. Nelayan-Bakul v

16. Hub. Bakul-Depot v

Pemanfaatan berbagai asset sosial dilakukan dalam berbagai bentuk seperti yang tersaji di atas. Dapat dalam suatu jaringan sosial yang tergabung dalam berbagai kelompok serta hubungan antara dua pihak yang saling membutuhkan. Selain itu juga melalui berbagai kelembagaan dan organisasi sosial yang telah ada di dalam mupun di luar komunitas.

Suatu bentuk asset sosial yang menjadi modal sosial dapat mendukung lebih dari satu subsistem penghidupan. Seperti halnya kegiatan arisan, kelembagaan sedekah laut, patron-klien, berbagai hubungan pertemanan, pertetanggaan, maupun kekeluargaan. Semua bentuk asset sosial ini dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan anggota komunitas dalam upaya bertahan hidupnya.

Asset sosial yang menjadi modal sosial dalam suatu komunitas bersifat dinamis, mengalami perubahan berupa penurunan maupun peningkatan pada fungsi dan bentuknya. Perusakan terhadap asset sosial yang menjadi modal sosial pada komunitas nelayan di Kelurahan Cilacap banyak disebabkan oleh pengaruh dari luar berupa kondisi pemerintahan, perekonomian, serta sumber mata pencaharia n mereka berupa laut. Pada komunitas ini, jumlah nelayan semakin bertambah karena kesulitan pencarian pekerjaan lainnya serta tidak adanya kemampuan lain selain menjadi seorang nelayan. Selain itu, kondisi sumber daya laut juga banyak mengalami penurunan kualitas, sehingga berpengaruh pada kuantitas ikan di dalamnya.

Dengan adanya kebutuhan masing-masing rumahtangga untuk bersaing lebih ketat dalam mendapatkan hasil tangkapan yang mulai berkurang maka waktu yang mereka gunakan untuk melaut menjadi lebih banyak. Selain itu untuk pemenuhan kebutuhan rumahtangga nelayan yang semakin bertambah

menyebabkan mereka harus berjuang lebih keras. Hal itu menyebabkan waktu di darat para nelayan menjadi berkurang. Adanya hal itu mengakibatkan interaksi dalam kehidupan bermasyarakat juga berkurang. Maka kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang biasanya mereka ikuti lama -kelamaan mereka tinggalkan seperti halnya kegiatan kerja bakti serta rapat ke-RT-an. Dari penjelasan di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa faktor luar berupa perekonomian serta kondisi alam berpengaruh pada pemiskinan modal sosial yang terdapat di Kelurahan Cilacap.

Selain faktor di atas, kondisi pemerintahan dan partai politik yang telah ada banyak memberikan kekecewaan pada para nelayan khususnya di Kelurahan Cilacap. Pengadaan koperasi nelayan di komunitas ini banyak memberikan berbagai manfaat bagi kelangsungan hidup nelayan di sini. Namun fasilitas tersebut, seperti peminjaman uang untuk modal dan kebutuhan lainnya hanya diperuntukkan bagi segelintir orang saja yaitu nelayan juragan yang memenuhi persyaratan tertentu. Sehingga akses nelayan lainnya untuk mendapatkan bantuan tidak dapat diberikan. Hal itu yang membuat para nelayan tidak menjalin hubungan dengan koperasi nelayan lagi serta banyak nelayan yang menggunakan jasa bakul sebagai tempat penjualan hasil tangkapan daripada melalui TPI (koperasi).

Para nelayan banyak yang merasa kecewa dengan adanya kinerja pemerintahan desa yang dalam pemberian bantuan sembako akibat tsunami yang melanda wilayah mereka. Beberapa nelayan merasa tidak di data untuk mendapatkan bantuan bahkan yang telah terdata juga tidak kunjung mendapatkan

bantuan yang dijanjikan. Hal tersebut membuat para nelayan tidak percaya dengan adanya pemerintahan desa yang seharusnya melindungi mereka.

Selain itu, pada masa-masa kampanye partai politik di komunitas ini kerukunan antar kelompok nelayan juga mengalami penurunan. Pada beberapa wilayah dalam satu komunitas memiliki pilihan partai yang berbeda, hal itu juga turut menjadi faktor adanya rasa tidak suka pada penganut partai lainnya selain parpol yang dianutnya. Keberadaan parpol yang tidak membawa banyak perubahan ke arah lebih baik bagi komunitas nelayan justru menjadi faktor terpecahnya kerukunan antar kelompok nelayan yang telah ada. Dengan berbagai hal yang merusak asset sosial dan modal sosial yang telah ada, mengakibatkan solidaritas antar warga juga menurun. Perbedaan yang timbul dari berbagai hal membuat masyarakat terbagi dalam kelompok-kelompok yang bertentangan atau berbeda lapisan. Hal itu menyebabkan menurun atau hilangnya solidaritas dan membuat seseorang menjadi kehilangan asset sosial yang selama ini telah dimilikinya.

BAB VIII

Dalam dokumen ASSET-ASSET SOSIAL PADA KOMUNITAS NELAYAN (Halaman 164-170)