• Tidak ada hasil yang ditemukan

8.1 Kesimpulan

Bentuk-bentuk modal sosial yang terdapat dalam komunitas nelayan dimobilisasi berdasarkan basis hubungan sosial yang berbentuk hubungan kerja, hubungan pertetanggaan, kekeluargaan, pertemanan, dan patron klien. Hubungan sosial itu dalam komunitas membentuk jaringan pertemanan, pertetanggaan, kekeluargaan, kelompok nelayan, hubungan bakul dengan depot, kelompok arisan, hubungan patron-klien, hubungan nelayan dengan bakul, kelompok pengajian, pandega dengan pandega, nelayan dengan tagog, nelayan dengan pengasin, dan nelayan dengan pemerintahan.

Selain itu juga terdapat dalam berbagai jenis kelembagaan yang muncul dan berkembang dalam komunitas tersebut yang terdiri dari kelembagaan penghimpunan, pertukaran dan pembagian serta kelembagaan sosial yaitu kelembagaan arisan, kerja bakti, kelembagaan bagi hasil, kelompok pengajian, sistem kredit dan nendo, sedekah laut, kondangan, dan bank keliling. Modal sosial juga terdapat pada norma -norma sosialnya yaitu adanya larangan jumat kliwon dan selasa kliwon serta norma berperilaku lainnya.

Ketersediaan modal sosial yang terdapat pada komunitas nelayan di Kelurahan Cilacap ini banyak yang masih tersedia melimpah dan berkembang, namun beberapa sudah mengalami penurunan. Modal sosial yang masih tersedia melimpah antara lain kelompok arisan, kelompok nelayan, bank keliling, hubungan kekeluargaan, dan patron-klien. Sedangkan modal sosial yang mengalami penurunan antara lain kegiatan gotong royong kerja bakti,

dilanggarnya larangan selasa kliwon dan norma perilaku, serta hubungan nelayan dengan pemerintahan. Modal sosial tersebut mengalami penurunan karena terbatasnya waktu para nelayan di darat dan menghambat dinamika perekonomian komunitas nelayan.

Modal sosial masih efektif berfungsi dalam pengamanan sistem nafkah bagi rumahtangga nelayan di Kelurahan Cilacap. Adanya berbagai kegiatan kemasyarakatan serta perhimpunan kelompok masyarakat yang telah turun temurun dilakukan oleh komunitas tersebut dapat menjadi jaminan sosial bagi kehidupan nelayan yang penuh dengan ketidakpastian. Seperti kegiatan dalam kelompok arisan, kelompok nelayan, kelompok pengajian, berbagai kelembagaan ekonomi serta hubungan antara juragan dan pandega dalam bentuk patron klien mampu menjadi jaminan sosial bagi sistem kehidupan rumahtangga nelayan. 8.2 Saran

Bagi pihak pemerintah lokal maupun nasional dan pengembang masyarakat diharapkan mampu mempertahankan eksistensi modal sosial pada daerah pemberdayaan serta meningkatkan fungsi dan peran modal sosial yang telah ada dalam setiap langkah pembangunan. Disarankan bagi pemerintah terhadap adanya upaya pemanfaatan modal sosial yang terdapat dalam komunitas yang menjadi target pemberdayaan maupun pembangunannya. Bagi komunitas lokal, diharapkan mampu mengelola dan memanfaatkan dengan baik modal sosial yang telah ada sebagai upaya peningkatan taraf hidup yang lebih baik serta demi kemajuan komunitas melalui upaya pengaktifan kembali kegiatan kemasyarakatan yang berpengaruh positif bagi kehidupan bersama.

Selain dalam konteks nelayan, maka penelitian bertopik kajian modal sosial juga perlu dilakukan pada ko nteks lain, misalnya dalam komunitas petani, komunitas hutan, mupun komunitas adat lainnya. Penelitian tersebut sangat penting untuk dilakukan sebagai rujukan bagi perencanaan pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat guna pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan pada komunitas pedesaan pada khususnya dan seluruh Indonesia pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, L. 2005. Implementasi Code of Conduct for Responsible Fisheries

Dalam Perspektif Negara Berkembang. Jurnal LPHI-Universitas

Indonesia. 29 Maret 2005.

Agusta, I. 2005. Bahan Kuliah Dinamika Pembangunan Desa. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor: unpublished.

Arifin, P. 2005. Status Nelayan Andon dan Pengakuan Keberadaannya. Makalah. http://tumoutou.net/pps/702_9145/pathul_arifin.pdf. Diakses tanggal 9 Januari 2006 pukul 21.23.

Cernea, M (editor). 1988. Mengutamakan Manusia di Dalam Pembangunan

Pedesaan. Jakarta: UI-Press.

Colletta, N.J. dan Michelle LC. 2000. Violent Conflict and the Transformation of

Social Capital, Lesson from Cambodia, Ruanda, Guetamala, and Somalia.

Washington DC. The World Bank.

Departemen Kelautan dan Perikanan, Dinas Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. http://www.dkp.go.id/content.php?c=1737. Diakses tanggal 22 Mei 2006 pukul 19.00.

Dharmawan, A.H. 2002. “Kemiskinan Kepercayaan (The Poverty Of Trust), Stok Modal Sosial dan Disintegrasi Sosial” Makalah Seminar dan Kongres

Nasional IV Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI), Bogor.

Dharmawan, A.H. 2004. “Teori dan Struktur Komunitas dalam Sistem Sosial”.

Modul Mata Kuliah Sosiologi Komunitas. Bogor: unpublished.

Erari, K.P. 1997. Tanah Kita, Hidup Kita: Pendekatan Budaya Melanesia dalam Rangka Krisis Ekologi Global. Prisma No.6-1997. Jakarta: LP3ES.

Fukuyama, F. 2001. Social Capital, Civil Society, and Development. Third World Quarterly. Vol 22, No 1, pp 7– 20, 2001.

Grootaert, C. 1998. Social Capital: The Missing Link?. Social Capital Initiative

Working Paper No. 3. Washington DC. The World Bank.

Hasbullah, J. 2006. Social Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia

Indonesia). Jakarta: MR-United Press.

http://hikmat.atspace.org/page2/mini_kata/tulisan/pilihanrasional.html . Pilihan Rasional. Diakses tanggal 16 Mei 2006 pukul 20.15

http://www.inawater.com/news/wmview.php?ArtID=307. Segara

Anakan yang Terus Menyusut Diakses tanggal 23 Mei 2006

pukul 18.45.

Iqbal, M. 2004. “Strategi Nafkah Rumahtangga Nelayan (Studi Kasus di Dua Desa Nelayan Tangkap Kabupaten Lamongan)”. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Kusnadi. 2000. Nelayan Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora Utama Press.

Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan Kemiskinan dan Perebutan Sumberdaya

Perikanan. Yogyakarta: LkiS.

Kusumastanto, T. 2002. Reposisi “Ocean Policy” dalam Pembangunan Ekonomi

Indonesia di Era Otonomi Daerah. Bogor: PKSPL-IPB.

Lubis, Ernani et. al. 2005. Atlas Perikanan Tangkap dan Pelabuhan Perikanan di

Pulau Jawa : Suatu Pendekatan Geografi Perikanan Tangkap Indonesia.

Bogor : PK2PTM- LP IPB.

Mubyarto, L.S, dan M. Dove. 1984. Nelayan dan Kemiskinan: Studi Ekonomi

Antropologi di Dua Desa Pantai. Jakarta: Penerbit Rajawali Pers.

Muflikhati, I et. al. 1992. Pola Perkreditan Nelayan dan Pembinaannya Oleh

KUD Mina di Pekalongan Jawa Tengah. Laporan Penelitian. Jurusan

Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Portes, A. 1998. Social Capital: Its Origins and Applications in Modern Sociology. Annual Reviews of Sociology 24:1.24.

Putnam, R.D. 1995. Bowling Alone: America’s Declining Social Capital. Journal

of Democracy 6:1, Jan 1995. Halaman 65-78.

Rogers, E.M and Kincaid D.L. 1980. Communication Networks: Toward A New

Paradigm of Research. New York: The Free Press.

Samori, A. 2001. Peran Tabu dan Sasi dalam Aktivitas Kenelayanan. http://library.gunadarma.ac.id/go.php?id=ijptuncen-gdl-res-1996-agus-623-kenelayanan. Diakses tanggal 1 Maret 2006 pukul 20.45

Satria, A. 2001. Dinamika Modernisasi Perikanan, Formasi Sosial dan Mobilitas

Nelayan. Bandung: Humaniora Utama Press.

Satria, A. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: PT. Pustaka Cidesindo

Satria, A et. al. 2002. Menuju Desentralisasi Kelautan. Jakarta: PKA-PT. Pustaka Cidesindo.

Scott, J.C. 1981. Moral Ekonomi Petani: Pergolakan dan Subsistensi di Asia

Tenggara. Jakarta: LP3ES.

Sembiring, S.A dan L. Berutu. 2004. Modal Sosial Dalam Komunitas Kuta Etnis

Karo Dan Relevansinya Dengan Otonomi Daerah.

http://www.library.usu.ac.id/download/fisip/antropologi-sri%20alem.pdf. Diakses tanggal 1 Maret 2006 pukul 20.35.

Sitorus, MTF. 1994. “Peranan Ekonomi Wanita dalam Rumahtangga Nelayan Miskin di Pedesaan Indonesia”. Mimbar Sosek No. 8 Desember. Bogor: Sosek IPB.

Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Solihin, A. 2004. Musim Paceklik Nelayan dan Jaminan Sosial.

http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=7. Diakses tanggal 16 Mei 2006 pukul 21.00 Sztompka, P. 1999. Trust, A Sociological Theory. Cambridge. UK: Cambridge

University.

Tarmizi. 2003. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Masyarakat Nelayan. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor

Tonny, F. 2002. Bahan Kuliah Pengembangan Masyarakat. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Departeman Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor: unpublished. Turner, J.H et al. 1998. The Structure Of Sociological Theory. USA: Wadsworth

Publishing Company.

Ufford, P.Q dan A.K Giri (editor). 2004. Kritik Moral Pembangunan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Yulidar, A.R. 2003. Potensi dalam Pemberdayaan Nelayan: Modal Sosial

Komunitas Nelayan. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Lampiran

Tabel 3. Stratifikasi Komunitas Nelayan dan Rumahtangga Kasus Pada Kelurahan Cilacap

Stratifikasi Substratifikasi Keterangan Pendapatan (Rp) Fishing Ground (Nelayan) Pemasaran Panen/bln (4 bln) Paceklik/bln (8 bln) Rata2 /bln Kelompok Nelayan Sentolo Kawat

Atas Depot (pedagang besar) à Pak Mj Menampung ikan-ikan dari bakul 20.000.000 3.000.000 8.666.667 Jakarta, Surabaya, Karawang, Cirebon Nelayan =2 kapal à Pak Utg Kapal duduk Alat tangkap: gillnet, jaring sirang 5.000.000 2.000.000 3.000.000 Pengandaran hingga Banyuwangi KUD Pengasin Besar à Pak Ise Pengasin dan pengepul ikan asin dari pengasin lain. 20.000.000 2.000.000 8.000.000

Jakarta, Parakan, Tuban, Ciamis, Banjarnegara, Tasikmalaya, Yogyakarta, dan Sumatra Menengah Nelayan 1 kapal à Pak Syd Kapal compreng (25 PK) 1.500.000 500.000 850.000 Pangandaran, Gombong, Kebumen Bakul, TPI Pengasin Menengah à Ibu TL Pengasin rebon dan ikan bilis, teri 1.500.000 300.000 700.000 Ke pengepul (rebon), pasar lokal, kecamatan, Ciamis Bawah Pandega/ABK (tekong)à Pak Slm Tekong pada kapal compreng. Bertugas memberi perintah ABK dalam sebuah kapal 600.000 150.000 300.000 Pandega /ABK (bidak) à

Melaksanakan tugas dari tekong saat

Pak Ty penangkapan maupun dari majikan.

Pengasin Musiman à

Ibu Rn

Menjemur rebon yang diambil dari pengepul hanya pada musim ikan

600.000 Dijual kembali ke pengepul

Kelompok Nelayan Pandanarang

Atas Nelayan =2

perahu à

Pak Ms

Kapal jukung fiber 15 PK

3.500.000 1.500.000 2.200.000 Pangandaran, Gombong

Dijual pada bakul/ depot

Menengah Nelayan 1 perahu à

Pak Try

Kapal jukung fiber 15 PK

2.000.000 300.000 850.000 Pangandaran,

Gombong

Dijual pada bakul di Pandanarang Tagog (tukang

pikul) à

Pak Dm

Bertugas mengangkat kapal nelayan menuju dan kembali dari laut

2.250.000 150.000 850.000

Bakul à

Ibu Trh

Menerima pasokan ikan dari nelayan dalam jaringannya serta menjual ke depot dan bakul ikan emberan

1.500.000 150.000 600.000 Dijual pada agen/depot

penjualan ikan di Sentolo Kawat untuk ikan yang besar&bagus, dan kepada penjual emberan (berjualan menggunakan ember)

Bawah Pandega

(ABK) à

Pak Bari

Melaksanakan tugas dari majikan dalam penangkapan maupun di darat

Dalam dokumen ASSET-ASSET SOSIAL PADA KOMUNITAS NELAYAN (Halaman 170-178)