• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Mengajar 3: Drama Interaktif: Perjamuan Terakhir Bersama Yesus

Dalam dokumen publikasi e-binaanak (Halaman 96-104)

Karakter yang diperankan: 1. Narator

2. Yesus

3. Dua orang sebagai tikus

4. Murid-murid (yang diperankan secara spontan oleh anak-anak yang hadir menonton pertunjukan drama ini)

Perlengkapan:

1. Lonceng untuk memberi tanda dimulai dan berakhirnya drama. 2. Balok kayu untuk menimbulkan suara langkah-langkah kaki/sepatu. 3. Meja kecil yang rendah dengan gelas anggur dan roti di atasnya. Teks Drama:

Narator: "Di lantai atas sebuah rumah kita akan melihat Yesus, para murid, dan dua ekor tikus yang berada di sudut ruangan."

[Para tikus masuk dan menempatkan diri di depan mikropon yang diletakkan di sudut panggung.]

Tikus1 : "Aku harap mereka menyisakan sedikit makanan untuk kita pada saat mereka selesai makan malam ini."

Tikus2 : "Jangan kuatir! Pasti akan ada banyak makanan untuk semua orang, termasuk untuk kita para tikus."

Tikus1 : "Ssssttt...!! Aku mendengar langkah-langkah kaki! [Bunyikan balok kayu yang sudah Anda siapkan sehingga menyerupai bunyi langkah-langkah kaki.] Heeiii ... Sang Guru sudah datang!"

[Pemeran Yesus memasuki ruangan.] Tikus2 : "Dan 12 murid-Nya."

Tikus1 : "Hmmmm ..."

Tikus2 : "Yang pasti ada lebih dari 12 murid di ruangan ini sekarang." [Sambil menunjuk anak-anak yang hadir dalam pertunjukan drama tersebut.]

Narator : "Selamat datang Anak-anak. Malam ini saya memanggilmu para murid karena itulah bagian yang akan kalian mainkan dalam cerita ini. Saat ini kita sedang berada di ruangan teratas sebuah rumah yang secara khusus dipersiapkan untuk sebuah perjamuan makan yang disebut Perjamuan Terakhir. Yesus berkumpul bersama murid-Nya di dalam ruangan ini beberapa tahun lalu untuk

97

merayakan Paskah dan untuk bercerita kepada murid-murid-Nya mengenai sebuah rencana rahasia yang sudah dipersiapkan-Nya. Kami memerlukan kalian untuk menolong kami dalam drama ini, untuk membedakan kabar baik dan kabar buruk. Jika Yesus berbicara kepadamu, kami akan meminta kalian menjawab dengan dua cara. Ketika ibu jariku menunjuk ke atas (peragakan), saya meminta kalian saling "toss" (saling menepukkan tangan dengan teman), dan ketika ibu jari saya menunjuk ke bawah (peragakan), buatlah suara seperti ini, "Ohhhh." Mari kita coba. [Anak-anak dan narator mencoba peragaan

tersebut satu kali.] Bagus! Ketika kalian mendengar suara lonceng, itulah tanda permainan kita akan dimulai."

[Bunyikan lonceng sebanyak tiga kali.]

Yesus : "Hai para murid, malam ini kita berkumpul bersama untuk terakhir kalinya. Kita telah melewati waktu-waktu yang menyenangkan [ibu jari Narator menunjuk ke atas], dan kita juga sudah pernah melewati saat-saat yang menyedihkan [ibu jari Narator menunjuk ke bawah.] Mulai malam ini kita sepertinya akan

memasuki saat-saat yang tidak menyenangkan [ibu jari narator menunjuk ke bawah.] Tetapi jangan takut! Tuhan punya sebuah rencana. [Ibu jari Narator menunjuk ke atas.] Memang benar bahwa akan ada satu orang dari antara kalian yang akan mengkhianati dan menyerahkan aku kepada orang-orang yang mengharapkan kematianku [ibu jari narator menunjuk ke bawah], tetapi jangan kuatir. Tuhan sudah punya sebuah rencana. Sekarang mari kita makan."

Tikus1 : "Jadi ini semua tentang waktu."

Tikus2 : "Ssstttt!! Yesus mengatakan sesuatu!"

Yesus : "Saat kalian makan roti ini dan minum dari cawan ini, ingatlah aku bersama-sama dengan kalian."

Narator : "Setelah mereka selesai makan, Yesus dan para murid meninggalkan ruangan tersebut dan pergi ke sebuah taman yang sunyi untuk berdoa.

[Yesus meninggalkan ruangan.]

Tikus1 : "Heeiii ... Yesus sudah pergi lho! Kenapa kamu tidak makan?"

Tikus2 : "Aku tidak jadi lapar nih. Ruangan itu penuh dengan keharuan. Orang sebaik Yesus mengucapkan selamat tinggal."

Tikus1 : "Ya ... ada sebuah rencana. Aku menunggu-nunggu apakah rencana itu?" [Lonceng berbunyi tiga kali menandakan akhir dari permainan drama.]

Narator : "Terima kasih anak-anak, untuk kedatangan kalian di ruang atas ini. Kita bertemu lagi lain waktu ...."

98

[Tutuplah dengan sebuah pujian yang sudah dipersiapkan sebelumnya kemudian ajak anak-anak untuk berdoa.]

Bahan diterjemahkan dan diedit dari sumber:

Judul Buku : Program Resources for Lent and Easter: Take Up Your Cross Judul Artikel Asli: At Supper with Jesus: Good News, Bad News

Penerbit : Augsburg Fortress, Minneapolis - USA, 1990 Halaman : 18 - 19

Mutiara Guru

Dialah Anak Domba Paskah yang sejati,

yang dalam perjamuan Paskah membayar bagi kita dosa Adam, dan dengan darah-Nya selamatkan kaum-mu yang beriman.

- Book of Common Prayer -

Dari Anda Untuk Anda

Dari: Deni Christian <denilie.christian@>

>Mengenai renungan harian untuk anak-anak yang ditanyakan dalam >e-BinaAnak 215, saya ada sedikit informasi.

>

>Mulai tahun 2005 ini, untuk kalangan tunas remaja (kelas 1 - 3 SMP) >di gereja saya (GSRI Karawang Pos PI CIkarang), membagikan >renungan "Youth for Christ". Penerbitnya Yayasan Komunikasi >Bersama. Untuk usia di bawah tunas remaja, mereka menerbitkan >renungan harian anak "Kiddy". Kami memang belum menggunakan >renungan anak ini, tapi kalau Pak Pras mau coba mengetahui isinya, >bisa mendapatkan di toko buku Metanoia (yang pernah saya lihat di >Mal Ciputra) atau toko buku Gramedia (lihat di Mal Kelapa Gading). >Di kedua toko ini, renungan harian di simpan di depan kasir

>pembayaran buku. >

>O ya, harganya adalah Rp. 3,500 (renungan Kiddy) dan Rp. 3,000 >(untuk Youth for Christ). Semuanya adalah edisi per 2 bulan. >

>Terima Kasih !! >GBU always >Deni Christian Redaksi:

Wah ... terima kasih sekali untuk informasinya. Kami yakin informasi Anda ini berguna bagi anggota e-BinaAnak yang selama ini sedang mencari bahan renungan harian untuk anak.

99

Kiranya tambahan referensi dari Sdr. Deni ini menjadi berkat bagi Anda. Mungkin ada tambahan referensi lagi dari rekan-rekan lain, terutama yang menerbitkan sendiri renungan harian anak di gerejanya? Silakan kirimkan ke:

100

e-BinaAnak 219/Maret/2005: Taman

Getsemani

Salam dari Redaksi

Salam dalam anugerah kasih-Nya,

Apakah Anda pernah mengalami penderitaan yang begitu berat tanpa ada seorang pun yang peduli? Bagaimana perasaan Anda? Pastilah terasa semakin berat karena tidak ada tempat bagi Anda untuk berbagi beban. Yesus pun pernah mengalami penderitaan spirituil yang begitu berat. Tidak ada seorang pun yang mengerti perasaan takut dan sedih yang dialami-Nya saat itu. Murid-murid yang selalu berada di sisi-Nya, tidak lagi sanggup menemani-Nya, sehingga ia bergumul sendiri di taman itu.

Pada saat PASKAH kita sudah sering mengajar anak-anak mengenai penderitaan-Nya di kayu salib dan kemenangan di hari kebangkitan- Nya. Namun kita tidak boleh lupa mengajarkan kepada anak-anak SM bagaimana Ia mengalami pergumulan yang berat sebelum penyaliban-Nya. Oleh karena itu, minggu ini kami mengajak Anda dan anak-anak didik Anda untuk merenungkan kembali pergumulan Tuhan Yesus ketika ada di taman Getsemani. Cerita mengenai "Getsemani" dan sebuah drama interaktif

merupakan sajian Bahan Mengajar e-BinaAnak edisi ini. Selain itu Anda juga dapat mengadakan aktivitas PASKAH dalam kelas dan keluarga Anda dengan menggunakan ide-ide yang ada di dalam Kolom Aktivitas. Kolom Karya Anda kali ini akan diisi dengan Profil SM dari GKJ Kismorejo. Kiranya sajian kami boleh menjadi berkat bagi pelayanan SM Anda. Selamat beraktivitas! (Dav)

Tim Redaksi

"Lalu sampailah Yesus dan murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di

sini, sementara Aku berdoa." (Markus 14:32) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Markus+14:32 >

101

Bahan Mengajar: Getsemani

Taman Getsemani amat sepi. Gelap gulita di mana-mana. Angin yang segar berhembus dari sela-sela dahan. Sinar bulan yang bercahaya menyinari pohon-pohon

menyebabkan dahan-dahannya berkilat-kilat dengan indahnya. Tanah pun berkilat karena sinar bulan itu. Bintang yang bertaburan menghiasi langit yang gelap berkedip-kedip indah kemilau.

Sudah seringkali Tuhan Yesus, bersama dua belas orang murid-Nya pergi ke taman itu. Sekarang hanya sebelas orang murid saja yang nampak. di manakah yang seorang lagi? Ah, sebentar lagi ia juga datang, karena ia tahu, bahwa Gurunya ada di situ. Di dekat pintu gerbang taman itu Tuhan berkata kepada delapan orang murid-Nya, "Tunggulah di sini sampai Aku selesai berdoa." yang tiga lagi diajak-Nya lebih jauh masuk ke dalam taman itu, yakni Petrus, Yakobus, dan Yohanes.

Tiba-tiba sikap Tuhan Yesus berubah sama sekali. Tuhan Yesus, yang selalu tenang, yang tak pernah ketakutan, sekarang seperti putus asa dan tampak sangat sedih. Suara-Nya gemetar, waktu Ia berkata, "Jiwa-Ku amat sedih, sampai mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjagalah bersama-sama dengan Aku."

Bukan karena Ia takut menghadapi penderitaan-Nya dan kematian-Nya, bukan. Hal-hal itu sudah seringkali dibicarakan dengan tenang, dan tadi pun masih juga dibicarakan bersama-sama.

Yang datang ini lain sekali, sesuatu yang tidak jelas, yang luar biasa, yang terlalu dahsyat, lebih daripada penderitaan badani yang akan ditanggung-Nya. Ia sendiri keheranan ketika mengalami perubahan jiwa-Nya yang pedih itu.

Apa yang menyebabkan Ia ketakutan dan sangat gelisah?

Karena Ia harus menanggung dosa segenap manusia, sedang Ia sendiri tak pernah berdosa. Beban dosa itu sangat berat rasanya. Murka Allah atas dosa segala manusia harus dipikul-Nya. Hukuman karena dosa itu, yang seharusnya ditanggung oleh

manusia, sekarang harus ditanggung oleh Yesus.

Tiba-tiba nafas-Nya amat sesak, Ia gemetar ketakutan. Peluh-Nya mengalir. Tangan-Nya dikepal-Tangan-Nya. Aduh, Ia sangat ketakutan.

Inilah saat yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh iblis. Dulu, kala ia berjuang dengan Tuhan Yesus di gurun pasir dan ia dipukul mundur oleh-Nya.

Sekarang ia kembali lagi hendak berlaga. Ia tahu betapa berat beban yang ditanggung untuk jiwa Tuhan Yesus.

102

Ia berharap, Tuhan Yesus akan mundur mengingat hukum yang terlalu berat itu.

Bila Ia berkata, "Ya, Bapa, Aku enggan memikul dosa manusia, karena beban ini terlalu berat. Aku tak sanggup," iblis pasti menang dan seorang pun tak dapat membebaskan manusia dari belenggunya. Hatinya amat senang, kalau manusia binasa untuk selama-lamanya.

Nah, saat itulah yang diincar si iblis. Bila Tuhan Yesus akan menolak permintaan Allah Bapa-Nya.

Selangkah lagi Yesus maju, lalu Ia jatuh rebah, Ia tak kuasa lagi berdiri. Seorang pun tak dapat menolong-Nya, selain dari Tuhan Allah.

Sekarang Ia tak menengadah lagi ke atas, seperti biasanya, kalau Ia berdoa. Sekarang Ia membungkukkan muka-Nya ke bawah, ke tanah, sambil memeras-meras tangan-Nya.

Waktu itu Ia tak tahan lagi, lalu menangis, sambil berseru, "Ya, Bapa-Ku, bila mungkin, jauhkanlah cawan yang pahit ini daripada-Ku."

Namun Ia juga berkata, "Akan tetapi bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu jadilah."

Tak pernah ada orang di dunia ini yang menderita seperti Tuhan Yesus saat itu, terlalu pedih, terlalu pahit. dan seorang pun tak ada yang menghibur-Nya. Selesai berdoa, Ia bangkit lalu pergi mendapati ketiga murid-Nya itu. Tiba di tempat itu, nampaklah mereka sudah tidur nyenyak. Petrus juga, yang sudah bersumpah akan setia kepada Gurunya, terlengah juga. Karena sedihnya, mereka tak dapat bertahan lagi, lalu tertidur.

Tuhan Yesus membangunkan ketiga murid-Nya. Dengan suara yang amat sedih Ia menegur, "Simon, mengapa kau tidur? Tak sanggupkah kau berjaga satu jam saja bersama-sama dengan-Ku? Berjagalah dan berdoalah, sebab roh memang penurut, tetapi daging itu lemah."

Terkejutlah mereka mendengar kata-kata yang sedih itu. Bagaimana mereka memberikan jawaban? Mata mereka terlalu berat, hatinya terlalu pedih. Mereka berkomat-kamit saja, tak tentu apa yang diucapkannya itu. Kemauan ada, tetapi tak kuasa lagi mereka menahan rasa kantuknya.

Tuhan Yesus berdoa lagi. Sunyi, terlalu sunyi di sekeliling-Nya. Tak ada yang menolong-Nya. Segala sesuatu melawan-Nya dengan amat hebatnya.

Sekali lagi Ia merebahkan diri-Nya hendak berdoa. Terlalu sesak nafas-Nya, sehingga bukan keringat lagi yang mengalir dari dahi-Nya, melainkan darah. Darah yang diperas dari urat-Nya, jatuh setetes demi setetes ke tanah.

103

Meskipun begitu, sepatah kata yang menandakan kecemasan dan kegalauan hati-Nya pun tidak keluar dari mulut-Nya.

Dengan penuh hikmat Ia berkata dengan hormat-Nya, "Ya, Bapa, jika tak mungkin lagi cawan ini lalu daripada-Ku, melainkan Aku harus minum juga, kehendak-Mu jadilah." Astaga, Yesus mendapati murid-murid-Nya tertidur lagi. Sebetulnya Ia kembali kepada mereka, karena ingin dihibur hati-Nya. Supaya ada yang turut merasakan penderitaan-Nya. Tetapi, murid-murid tidak juga menghibur-penderitaan-Nya.

Untuk ketiga kalinya Ia berlutut. Sekali lagi Ia mengulang doa-Nya itu. Seluruh diri-Nya diserahkan-Nya kepada Bapa-Nya.

Sedikit pun Ia tak mengeluh. Hati-Nya sabar menanggung dosa manusia yang diletakkan di atas bahu-Nya. Hanya kehendak Bapa-Nyalah yang akan dituruti-Nya. "Kehendak-Mu jadilah," kata-Nya dengan tentram.

Ketika itu ada Malaikat turun dari surga ke sisi-Nya. Malaikat yang disuruh oleh Bapa-Nya. Inilah yang dapat menghibur hati-Bapa-Nya. Penghiburan yang tak dapat diberikan oleh manusia. Barulah tenang hati Tuhan Yesus. Ia tak takut lagi meskipun apa yang akan menimpa diri-Nya. Seperti seekor anak domba, Ia akan digiring ke tempat

penyembelihan.

Sedikit pun Ia tidak mengeluh. Ia akan menurut kehendak Allah ....

Ia kembali ke tempat tadi. Sekarang tak sedih lagi hati-Nya meskipun mereka masih tidur juga.

Kata-Nya, "Tidurlah senyenyak-nyenyaknya dan lepaskanlah lelahmu. Saatnya sudah hampir, Anak Manusia sebentar lagi akan diserahkan kepada orang berdosa."

Ketika dilihat-Nya mereka sudah benar-benar terjaga, Ia menunjuk ke dalam taman Getsemani itu. Nampak di dalam gelap suluh bergoyang- goyang seakan-akan ada yang dicari orang yang membawa obor itu. Ia berkata kepada mereka itu, "Bangunlah, marilah. Orang yang akan mengkhianati Aku sudah dekat."

Bahan diedit dari sumber:

Judul Buku: Cerita-Cerita Alkitab Perjanjian Baru Penulis : Anne De Vries

Penerbit : Balai Alkitab dan Badan Penerbit Kristen, Jakarta, 1959 Halaman : 207 - 209

104

Dalam dokumen publikasi e-binaanak (Halaman 96-104)