• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya Anda: Profil SM Efrata GKJ Kismorejo

Dalam dokumen publikasi e-binaanak (Halaman 107-115)

Kiriman: Tesalonika Krisnamurti <tesa@> Nama Gereja : GKJ Kismorejo

Alamat : Perum UNS Jati-Jaten, Karanganyar Jumlah murid : 12

Koordinator : Dian Novita

GSM : Komisi Pemuda GKJ Kismorejo, Kelompok II

SM Efrata adalah Sekolah Minggu dari Kelompok II GKJ Kismorejo yang berlokasi di Perum UNS Karanganyar. Jumlah muridnya ada 12 anak. Tadinya, sekitar 20-an anak namun karena beberapa di antara mereka telah dewasa (kelas 1 SMP), maka mereka mulai mengikuti persekutuan remaja. Rata-rata umur anak-anak Sekolah Minggu Efrata ini adalah 4 - 12 tahun. Pada dasarnya, mereka adalah anak-anak yang aktif jika guru mengajarkan hal-hal yang mudah ditangkap oleh mereka. Mereka bisa banyak bertanya dengan cerita yang disampaikan. Namun, adakalanya mereka terlihat sangat pasif. Jika sudah demikian, maka gurulah yang harus aktif dan kreatif dalam memberikan

pelajaran. Mereka sangat suka jika diajak untuk beraktivitas daripada diam saja.

Aktivitas itu dapat berupa menggambar, menulis, atau yang lainnya. Anak-anak Sekolah Minggu Efrata tergolong anak yang cepat bosan. Untuk itu sebisa mungkin guru harus mencari strategi baru dalam mengajar. Kadang-kadang mereka memang nakal. Namun, kenakalan mereka masih pada batas-batas kewajaran. Mereka menyukai cerita Alkitab yang memakai ilustrasi dalam penyampaiannya karena lebih mudah dipahami.

Sekolah Minggu Efrata memiliki seorang koordinator yang bertanggung jawab penuh. Namun bukan berarti guru-guru lainnya tidak ikut mengurusi. Hal ini dirasa lebih praktis dan lebih efektif daripada harus membentuk pengurus. Ada sekitar 15 guru Sekolah Minggu, pelayan Firman dan pemimpin pujian. Dengan mengajar secara bergantian, maka murid tidak bosan, dan mereka senang mengenal guru- guru mereka. Pengurus Komisi Sekolah Minggu Gereja Kismorejo juga sering mengadakan training bagi guru Sekolah Minggu. Pada training tersebut guru-guru Sekolah Minggu mendapatkan pembekalan mengenai cara mengajar anak-anak Sekolah Minggu, sehingga para guru mendapat wawasan baru dalam mengajar murid Sekolah Minggu. -

108

Aktivitas: Aktivitas Paskah

Selain cerita-cerita PASKAH, beberapa aktivitas dengan tujuan merenungkan makna penderitaan-Nya dapat juga dilakukan. Aktivitas berikut ini selain dapat dilakukan di dalam keluarga Anda, dapat juga dilakukan dalam kelas SM Anda dengan sedikit penyesuaian.

1. Dalam keluarga Anda, adakan acara makan malam yang berbeda dari biasanya. Untuk kelas SM, Anda bisa mengajak murid mengadakan perjamuan makan bersama di kelas walaupun hanya sekadar makanan ringan. Sebelum

menyantap makanan, biarlah sang ayah atau guru membasuh tangan setiap orang/murid dengan menggunakan kain basah. Apa yang Anda rasakan ketika orang lain melakukan suatu pekerjaan yang seharusnya Anda lakukan sendiri sebelum datang ke meja makan?

2. Perenungan dalam kesendirian. Kepada masing-masing keluarga/murid diberikan selembar kertas dan pensil/pena.

Bacalah percakapan Yesus dengan murid-murid-Nya di taman Getsemani (Matius 26:36-46). Berilah waktu kepada setiap anggota keluarga/murid SM Anda untuk bersaat teduh. Minta mereka memusatkan perhatian kepada perasaan Yesus di Getsemani. Murid- murid-Nya tertidur. Mereka tak dapat berjaga-jaga sewaktu Ia berdoa, dan mereka membiarkan Ia sendiri dalam penderitaan spiritual yang mendalam.

Yesus tahu bahwa Ia harus menanggung dan menghadapinya sendirian. Tidak ada pengalaman kita yang dapat mendekati apa yang Yesus alami di Taman itu, tetapi kita semua merasa sendiri sekarang. Pikirkanlah saat-saat dimana Anda merasa sendiri dan orang lain salah paham dengan Anda. Bagaimana Anda dapat membayangkan apa yang Yesus alami dapat menolong Anda kalau Anda merasa sendiri?

Mintalah setiap anggota untuk menuliskan pikiran mereka, bagaimana

kesendirian Yesus dalam menolong mereka di kala mereka merasa sendirian. Pada waktu Anda sekeluarga/kelas SM Anda berkumpul kembali, mintalah mereka untuk membagikan pikiran yang sudah dituliskan itu kepada yang lain. 3. Mintalah setiap anak menggambar sederhana tentang roti dan cawan dalam

perjamuan terakhir. Bahan diedit dari sumber:

Judul Buku : Kristus dalam PASKAH: Buku Pedoman Perayaan Paskah bagi Keluarga Judul Artikel Asli: Kegiatan Keluarga

Penulis : Charles Colson, Billy Graham, Max Lucado, dan Joni Eareckson Tada Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1998

109

Mutiara Guru

Pusat keselamatan adalah Salib Yesus

dan karena itu mudah untuk memperolehnya, karena merupakan anugerah yang sudah dibayar Allah dengan sangat mahal.

Salib adalah titik pertemuan Allah dan manusia berdosa dan jalan menuju kehidupan terbuka --

tetapi pertemuan itu terjadi di hati Allah. - Oswald Chambers -

110

e-BinaAnak 220/Maret/2005: Penangkapan

Yesus

Salam dari Redaksi

Salam kasih dalam penyertaan Yesus Kristus,

Kristus tidak membuka mulut-Nya ketika Ia dihina, difitnah, dan dihakimi atas kesalahan yang tidak pernah dilakukan-Nya. Ia sungguh mengetahui artinya seorang diri. Seorang murid-Nya telah mengkhianati-Nya dengan sebuah ciuman dan yang lainnya lari

meninggalkan-Nya, bahkan menyangkali-Nya. Tetapi Ia tetap teguh. Ia tahu

penangkapan-Nya bukan berarti kekalahan, tetapi penggenapan dari rencana indah untuk umat manusia yang dikasihi-Nya.

Rangkaian rencana indah ini harus kita sampaikan kepada anak-anak Sekolah Minggu. Nah, untuk menolong Anda menyampaikannya dengan mudah, maka e-BinaAnak minggu ini menyajikan Bahan Mengajar melalui metode cerita dan drama dua babak mengenai kisah penangkapan Yesus. Tentu saja Anda boleh mengolah bahan-bahan ini dengan cara kreatif agar sesuai dengan kebutuhan anak-anak SM Anda. Harapan kami, anak- anak SM Anda akan lebih bisa menghayati penderitaan Kristus dan mengerti bahwa hanya melalui penderitaan-Nya itulah manusia dapat bebas dari hukuman kekal. Selamat mengajar! (Dav)

Tim Redaksi

"Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh."

(1Petrus 2:24)

111

Artikel: Tuhan Yesus Ditangkap

Sssst ... apa itu? di taman Getsemani yang biasanya sunyi senyap, ada suara sayup-sayup terdengar. Suara yang berseru-seru dan keras bunyinya. Lentera serta obor yang menyala-nyala bergerak digoyang- goyangkan oleh orang yang memakainya. Sebentar-sebentar lidah api itu rebah tegak ditiup angin.

Amat dasyat! Tengoklah, segerombolan manusia bersenjata lengkap datang ke taman Getsemani itu. Ada yang membawa tongkat dan ada yang membawa pedang.

Mau apa orang yang bersenjata itu? Hendak menangkap siapa? Melihat senjata dan orang sebanyak itu, tentulah musuh yang akan ditangkap sangat kuat. Tuh, sampai tentara Roma ikut juga. Siapakah yang akan diserangnya?

Sesudah Tuhan Yesus menyuruh Yudas melakukan kewajibannya, ia terus pergi ke tempat imam serta ahli taurat yang sedang berkumpul. Ia berkata kepada orang itu bahwa sekarang juga mereka harus bertindak. Sekarang adalah kesempatan yang amat baik.

Sebenarnya, rencana mereka ialah menunggu sampai PASKAH lewat, akan tetapi mungkin, nanti tak ada lagi kesempatan yang baik, jadi mereka bertindak malam itu juga.

Cepat-cepat dikerahkannya hamba-hambanya serta para penjaga Bait Suci. Sudah cukup besarkah pasukan itu? Mungkin saja murid-murid-Nya akan membela Gurunya atau meminta bantuan. Mereka tidak boleh mengabaikan orang Galilea yang

mendirikan pertahanannya di dekat taman Getsemani itu. Begitu pula sahabat-sahabat-Nya yang bersama- sama dengan Dia pergi ke Yerusalem. Sebab itu, lebih baik mereka memperkuat pasukannya. Begitulah mereka meminta bantuan dari wali negari, yaitu Pilatus.

Katanya kepada Pilatus, mereka akan menangkap seorang pemberontak yang amat berbahaya.

Nah, sudah jelas mereka akan menangkap Tuhan Yesus. Tetapi ... bagaimana mereka dapat mengetahui yang mana Tuhan Yesus itu?

Ya, benar juga pertanyaan itu. Hari amat gelap. Yudas mendapat ilham.

"Aku pura-pura masih teman-Nya," katanya kepada mereka, "Aku akan berjalan paling depan, seolah-olah akan memperingatkan Dia, bahwa musuh-Nya telah datang. Aku akan memberi salam kepada-Nya dengan ciuman. Siapa yang kupeluk, itulah harus kamu tangkap dengan segera. Mengerti?"

Nah, Yudas yang jahat itu berjalan paling depan. Ia sudah mengenal benar dan lebih mengetahui keadaan taman Getsemani dibanding tentara Roma. Ia sudah sering

112

berjalan-jalan dengan Tuhan Yesus di situ. Ia bergegas dalam gelap. Tampak olehnya Tuhan Yesus berjalan di depan murid-murid-Nya. Ia pura-pura senang berjumpa dengan Tuhan Yesus itu.

"Salam kepada-Mu, hai Rabbi!" ia berseru, lalu dipeluknya Yesus.

Cih, pelukan jahat, yang paling jahat di seluruh dunia yang pernah diberikan seseorang kepada temannya. Peluk yang terlalu keji, yang seolah-olah menghanguskan muka Tuhan Yesus yang amat suci itu. Sudah tentu Ia gemetar, karena perbuatan yang keji itu. Tetapi Ia hanya bertanya dengan hati yang amat sedih, "Yudas, kau menjual Anak Manusia dengan memberikan ciuman kepada-Nya?"

Yudas mundur. Ia terkejut. Terus didapatkannya hamba-hamba serta tentara Roma yang sudah datang lebih dekat dengan obornya yang menyala-nyala. Mereka

kebingungan. Sebab Yudas terlalu cepat berjalan, sehingga mereka tidak melihat, siapa yang dipeluk Yudas. Siapakah yang akan ditangkapnya?

Tiba-tiba ada seseorang tampil ke muka. Ia berdiri dengan gagahnya disinari bulan yang amat terang.

Dengan suara yang tenang Ia bertanya, "Siapa yang kau cari itu?" "Yesus, orang Nazaret," rombongan itu berseru.

Lalu kata Yesus, "Akulah Dia!"

Kata yang tak seberapa itu mengandung kekuatan gaib. Mereka terus gempar. Seluruh pasukan yang bersenjata lengkap itu mundur ketakutan. Kaki mereka gemetar, lalu mereka jatuh rebah.

Mereka berdiri lagi. Mereka amat bingung. Yesus masih berdiri di tempat yang tadi, seperti seorang Raja. Mereka ketakutan menengadah kepada-Nya. Mereka merasa bahwa mereka tak berdaya.

Sekali lagi Ia bertanya, "Siapa yang kaucari?" Mereka berkata dengan gemetar, "Yesus dari Nazaret."

Tuhan Yesus menyahut, "Sudah Kukatakan, Akulah Dia. Kalau hanya Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka pergi."

Ia menunjuk kepada murid-murid-Nya yang dengan bimbang hati berdiri dibelakang-Nya, gemetar ketakutan, dan karena marahnya yang meluap-luap pula.

Yesus hanya memikirkan keselamatan murid-murid-Nya, dan Ia tidak memikirkan diri-Nya sendiri.

113

Dengan tenang Ia menyerahkan Diri kepada prajurit-prajurit itu. Akan tetapi, ketika mereka mengulurkan tangannya hendak menangkap Dia, murid-murid-Nya itu terus mengerumuni Dia.

"Tuhan," mereka berseru dengan berangnya, "bolehkah kami menghunus pedang kami? Bolehkah kami membela-Mu?"

Petrus tak sabar lagi menunggu jawaban Gurunya. Seperti orang yang kehabisan akal, ia melompat ke depan Tuhan Yesus dengan pedangnya yang berkilat-kilat itu, lalu digoyang-goyangkannya dengan dasyatnya di tengah pasukan yang berdesak-desakan itu. Akan tetapi, ia tak tangkas memakai pedang itu. Maklum, ia tidak pernah

menggunakan pedang, karena ia seorang nelayan saja. Pedang itu mendesir ke arah telinga seorang dari hamba imam itu. Hamba itu menjerit kesakitan. Telinganya yang kanan sudah terpenggal oleh Petrus.

Wah, sekarang pasukan itu panas hatinya. Mereka maju, sambil berteriak menyerang murid-murid-Nya. Seakan-akan usaha Sang Guru gagal dan mereka harus ditangkap juga.

Akan tetapi, Tuhan Yesus masih juga dapat membela murid-murid-Nya meskipun keadaan sudah terlalu genting. Ia berdiri di depan prajurit-prajurit itu seperti Raja dan ditahan-Nya mereka dengan tangan-Nya. Ia menoleh ke belakang kepada Petrus, lalu berkata, "Sarungkan pedangmu, sebab siapa yang menghunus pedangnya, akan binasa oleh pedang juga. Janganlah kau pikir bahwa tak dapat Kuminta kepada Bapa-Ku yang ada di surga supaya mengirim lebih dari dua belas laksa malaikat untuk menolong-Ku. Masakan tak Kuminum piala yang diberikan Bapa-Ku kepada-Ku? dan jika demikian, apakah perkataan Alkitab dapat dipenuhi seperti yang sudah tertulis?" Petrus mundur dalam gelap. Tuhan Yesus mendapatkan orang yang putus telinganya itu, dipungut-Nya telinga itu dan dilekatkan-Nya di kepala orang itu. dan seketika itu juga telinga itu pulih, ia tak lagi merasa kesakitan sedikit pun.

Hamba itu adalah hamba Imam Besar, namanya Malchus. Dialah manusia yang terakhir ditolong Tuhan Yesus di dunia.

Malchus datang untuk berbuat jahat kepada-Nya, padahal ia telah menerima kemurahan hati-Nya.

Meskipun temannya sudah disembuhkan, tentara itu tak mau mundur juga. Mereka terus menangkap Tuhan Yesus, lalu diikatnya.

Para Imam yang berdiri di dekat Yesus dan menyaksikan kejadian itu menyeringai. Tuhan Yesus menyindir orang Farisi itu, kata-Nya, "Kamu datang ke sini dengan senjata lengkap seakan-akan hendak menangkap seorang penyamun? Padahal tiap hari Aku

114

bersama kamu, mengajar di Bait Suci dan kamu tak menangkap Aku. Tetapi ini semua harus terjadi, supaya genaplah kitab para nabi. Sekarang kegelapan akan berkuasa." Mereka tak menyahut. Pasukan itu menyeret Dia dari taman itu. Beberapa prajurit masih mencari murid-murid-Nya di sekeliling taman itu, tetapi sia-sia saja. Mereka sudah melarikan diri dalam kegelapan. Masih ada seorang berbaju putih yang tinggal. Orang itu ditangkapnya, tetapi orang ini dapat meloloskan diri dari tangan para prajurit. Bajunya tanggal, dan ia sendiri menghilang dalam gelap.

Orang itu bukan seorang dari murid-murid-Nya, melainkan seorang anak muda. Mungkin Yohanes Markus, dari Yerusalem. Anak muda ini sudah menduga, apa yang akan terjadi. Ia mengikuti tentara itu masuk ke taman Getsemani dengan baju tidurnya, karena tidak sempat bertukar pakaian.

Benarlah seperti semuanya dulu dikatakan oleh Tuhan Yesus sendiri, mereka

meninggalkan Dia di tangan musuh. Sedang mereka selamat, Gurunya dibawa sebagai tawanan ke kota Yerusalem.

Bahan diedit dari sumber:

Judul Buku: Cerita-Cerita Alkitab Perjanjian Baru Penulis : Anne De Vries

Penerbit : Balai Alkitab dan Badan Penerbit Kristen, Jakarta, 1959 Halaman : 209 - 212

115

Tips: Drama Interaktif Dua Babak

Dalam dokumen publikasi e-binaanak (Halaman 107-115)