• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTRET KESEHATAN

3.6. Anak dan Balita

Masa balita dan anak-anak merupakan masa

pertumbuhan dimana pola asuh menjadi penting untuk pembentukan karakter sang anak. Dalam kesehariannya, anak-anak di Desa Nafrua biasanya lebih sering bersama ibunya dari pada ayahnya. Tetapi bagi ibu yang bekerja di kebun atau di ketel untuk mencari daun kayu putih maka anak-anaknya juga ikut. Mereka juga ikut tinggal di tenda-tenda yang dibuat untuk tinggal selama beberapa hari. Apabila sang ibu memiliki anak usia 5

102

tahun maka yang mengasuh bayi atau balita adalah anak tersebut.

Gambar 3. 16.

Anak-Anak Sedang Menuju Ke Sumber Air untuk Mencuci Memasak Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2014

Sejak kecil mereka sudah dilatih untuk memiliki tanggung jawab mengasuh adiknya, melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, mencuci baju, serta memasak. Pekerjaan rumah sudah biasa mereka lakukan dari pagi hari mulaimencuci peralatan rumah tangga, mencuci baju, mengambil air dan memasak. Barulah setelah pekerjaan rumah terselesaikan, maka mereka akan mulai mengasuh adiknya dari memandikannya hingga menyuapinya.

Tanggungjawab untuk menjaga bayi biasanya dibebankan kepada kakaknya yang masih berusia relatif muda. Sang kakak biasanya mengajak adiknya bermain, menggendong sang adik saat menangis, menyuapinya saat makan, serta memandikan adiknya ketika pagi maupun sore hari. Sedangkan untuk makanan yang diberikan pada balita umumnya dimasak oleh ibunya

103

sebelum berangkat kerja atau bila sang kakak sudah bisa memasak, maka dia yang membuatkan makanan untuk balita.

Gambar 3. 17.

Anak Perempuan Kecil Sedang Memasak Untuk Keluarganya Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2014

Menu makan balita biasanya bubur SUN atau papeda

kasbi. Saat ada uang, yaitu semenjak pertambangan botak

(pertambangan emas) para ibu di desa ini akan membelikan balita mereka susu formula Lactogen atau SGM (yang umum beredar di pasaran). Untuk anak balita atau anak yang sudah berusia 7 bulanan sudah terbiasa mengkonsumsi makanan papeda kasbi dan hanya diberi air putih saja. Hal ini dikarenakan perekonomian mereka yang serba kekurangan dan akses menuju pasar yang sangat sulit. Seperti yang dituturkan oleh informan Ibu L berikut:

“Di sini tidak di beri makan sayur hanya papeda dan air garam, tetapi di sini kita tidak memperbiasakan anak kita menggunakan garam karena bisa terbiasa makan enak jadi hanya di beri air putih kalau tidak anak kita akan

104

menuntut makan dengan menggunakan garam jadi kita jangan memperbiasakan makan dengan menggunakan garam karena kita orang kekurangan.”

Gambar 3. 18.

Anak Kecil Sedang Mengasuh Adiknya Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2014

Karena perekonomian yang sulit membuat istri mereka juga membantu dalam perekonomian keluarga. Hal ini yang membuat istri tidak memiliki waktu yang cukup untuk merawat sang bayi. Kebiasaan bermain anak-anak Etnik Buru tidak bisa lepas dari tanah. Mereka sudah terbiasa duduk di atas tanah untuk bermain mobil-mobilan. Kebersihan pakaian dan badannya kurang diperhatikan. Terkadang anak kecil juga tidak memakai baju dan mereka juga sudah terbiasa bermain dan berkumpul dengan binatang peliharaannya seperti anjing yang selalu berada di sekitar lingkungannya.

105 Gambar 3.19.

Seorang Anak Kecil Tidak Memakai Celana Sedang Bermain di Tanah dan Dibiarkan oleh Ibunya.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2014

Gambar 3. 20.

Anak Kecil Tidak Memakai Baju dan Sedang Bermain Mobil-Mobilan Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2014

106

Gambar 3. 21.

Anak Kecil Sedang Bermain Sendiri Di Tanah Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2014

Gambar 3. 22.

Anak Usia 7 Tahun Menggendong Adiknya yang Berusia 9 Bulan Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2014

107

Anak berusia 7 tahun juga sudah terbiasa membantu ibunya dalam urut daun kayu putih. Dengan berat daun kayu putih bisa mencapai 15-20 kg dan ditempatkan dalam “fodo” dan dengan beban yang berat tersebut mereka letakkan di atas kepala mereka. Keterampilan dalam pengolahan minyak kayu putih memang suatu tradisi yang sudah diwariskan dari orang tua kepada anak-anaknya. Berawal dari cara pengambilan/urut daun kayu putih, orang tua memberi bekal kepada anak-anaknya.

Gambar 3. 23.

Anak Kecil Berusia 7 Tahun Membantu Membawa Daun Kayu Putih Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014

Anak-anak Desa Nafrua tidak pernah mengenyam pendidikan karena tidak ada fasilitas pendidikan. Mereka hidup berdasarkan kebiasaan dari orang tuanya. Mereka dididik untuk menjadi pembuat minyak kayu putih. Kondisi ekonomi

108

mengkonsumsi papeda dari pada nasi. Kebiasaan buang air besar di tempat terbuka seperti sungai maupun hutan serta mandi di sungai dengan jarang mengganti pakaian. Hal inilah yang menyebabkan kondisi masyarakat Desa Nafrua masih belum memiliki upaya dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehatnya.

Pengobatan penyakit bagi anak balita biasanya dilakukan dengan menggunakan obat-obatan tradisional. Mereka akan mencari fasilitas kesehatan apabila keadaannya sudah memburuk. Upaya untuk mendapatkan obat-obatan dari fasilitas kesehatan hanya dilakukan apabila ada kendaraan yang akan menuju ke fasilitas kesehatan terdekat dan itu sangat jarang ada. Untuk pelaksanaan imunisasi dan pemeriksaan kesehatan biasanya dilaksanakan oleh Puskesmas menggunakan ambulan Puskesmas keliling dan itu biasanya sangat jarang ada.

Kebiasaan menggosok gigi anak-anak Desa Nafrua masih sangat rendah. Mereka tidak dibiasakan menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur. Hal ini terkait dengan pengetahuan orang tua tentang pola hidup bersih dan sehat. Anak-anak sudah terbiasa bermain tanah, orang tuanya tidak melarang atau mencegahnya. Konsumsi air bersih sangat sulit. Membutuhkan jarak beberapa kilometer untuk mengambilnya, sehingga kebanyakan air yang dikonsumsi adalah air mentah.

Kekurangan nutrisi atau kurang gizi secara umum karena faktor kurangnya nilai gizi yang terkandung di dalam makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak. Mereka hanya mengkonsumsi makanan yang minim akan variasi makanan. Mereka tidak menyadari bahwa kekurangan gizi dapat menyebabkan rendahnya daya tahan tubuh sehingga tubuh mudah sakit, dan dalam kondisi parah dapat berujung kematian. Hal ini terlihat kondisi anak-anak Desa Nafrua sangat kurus dengan perut membuncit.

109

Pengobatan menggunakan ramuan atau jamu adalah cara untuk mengobati balita yang sakit. Hal ini menjadi cara yang utama karena pengobatan secara medis sangat sulit didapatkan. Selain itu apabila ada hal-hal yang dianggap mistis maka upaya penyembuhan dilakukan dengan cara babeto seperti yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya.