PSKeb D.III AKBID Medistra Lubuk Pakam
ABSTRACT
Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah. Latihan peregangan berupa senam lansia dapat dilakukan sebagai penanganan segera untuk mengatasi nyeri pinggang bawah. Latihan ini meningkatkan sirkulasi darah, juga memperkuat tulang belakang pasien yang dapat meringankan rasa sakit dengan baik dan meningkatkan fleksibilitas tulang belakang. Jenis penelitian adalah pra eksperimen (One group pre and post test design) dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap penurnan skala nyeri pada penderita low back pain usia 60 – 70 tahunyang dilaksanakan di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdangpada bulan Oktober 2016 sampai dengan bulan Februari 2014 pada seluruh lansia yang mengalami low back pain berjumlah 40 orang dengan tehnik purposive sampling yaitu tehnik pengambilan sampel didasarkan pada kriteria sampel yang ditentukan oleh peneliti sendiri dan uji yang dipakai adalah Paired Samplest-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh senam lansia terhadap penurnan skala nyeri pada penderita low back pain usia 60 – 70 tahun di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang dimana p value (= 0,046) < α (= 0,05). Terapi senam lansia berupa latihan peregangan dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan bagi penderita low back pain khususnya pada lansia usia 60 – 70 tahun setelah pengobatan farmakologi untuk kesehatan lansia dan mengurangin rasa nyeri karena low back pain.
Kata Kunci : Senam Lansia, Skala Nyeri, Low Back Pain Daftar Pustaka : 30 (2008– 2011)
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Meningkatnya usia harapan
hidup penduduk Indonesia
membawaimplikasi bertambahnya jumlah lanjut usia. Bahkan ada yang menyatakanabad 21 ini merupakan abad lanjut usia (era of population aging). Dengandemikian lanjut usia perlu mendapatkan perhatian dalam pembangunannasional. Disisi lain, lanjut usia menjadi sumber daya manusia yangmempunyai pengalaman luas (Kemala Sari, 2010).
Peningkatan jumlah penduduk
lanjut usia akan membawa
dampakterhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalampemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlahpenduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut (old ageratio dependency). Setiap penduduk usia produktif akan
menanggung semakinbanyak
penduduk usia lanjut.
Wirakartakusuma
(2009)memperkirakan angka
ketergantungan usia lanjut pada tahun 2015 adalah6,93% dan tahun 2025 menjadi 8,74% yang berarti bahwa pada tahun 2015sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang usia lanjut yangberumur 65 tahun ke atas sedangkan pada tahun 2025 meningkat menjadi 9orang usia lanjut. Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjutusia banyak mengalami kemunduran fisik
maupun psikis, artinya
merekamengalami perkembangan
dalam bentuk perubahan-perubahan yangmengarah pada perubahan yang negatif.
Kemunduran kemampuan fisik
berbagaimacam penyakit yang mulai menyerang termasuk salah satunya adalahlow back pain (LBP). Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah (Ismiyati, 2009). Nyeri pinggang bawah bukanlah suatu penyakit tapi merupakan gejala akibat dari penyebab yang sangat beragam (Hakim, 2010). Menurut Rice (2002) dalam Shocker (2009) menyebutkan penyebab yang paling sering ditemukan yang dapat mengakibatkan LBP adalah kekakuan dan spasme otot punggung oleh karena aktivitas tubuh yang kurang baik serta tegangnya postur tubuh. Selain itu berbagai penyakit juga dapat menyebabkan
LBP seperti osteoarthritis,
osteoporosis, fibromyalgia, scoliosis, dan rematik. Ismiyati (2009)
menyatakan adanya kesalahan
postural atau gerakan tubuh yang tidak proporsional dalam waktu lama dan terus menerus pada otot dan
fascia akan menimbulkan nyeri
kemudian terjadi spasme otot pinggang dan otot akan mengalami iskhemik.
Lebih dari 355 juta orang lanjut usia di dunia ternyata pernah menderita LBP. Ituberarti, setiap enam orang di dunia ini satu di
antaranya adalah penderita
LBP.Namun, sayangnya pengetahuan tentang penyakit nyeri sendi belum tersebar secara luas.Sehingga banyak mitos yang keliru beredar di tengah masyarakat yang justrumenghambat penanganan penyakit itu. Hal yang perlu jadi perhatian adalah angka kejadian penyakit LBP ini yang relatif tinggi, yaitu 1-2 persen dari total populasidi Indonesia. Pada tahun 2008 lalu, jumlah pasien LBP ini mencapai
pasien wanita tiga kali lebih banyak dari pria.
Angka kejadian nyeri
pinggang bawah atau dalam bahasa Inggris disebut Low Back Pain (LBP) pada lanjut usia, hampir sama pada semua populasi masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang (Elder LAM & Burdoff, 2003 dalam Shocker, 2009). Low Back Pain (LBP) sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh penduduk di
negara-negara maju pernah
mengalami penyakit ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence rata-rata 30%. Sekitar 80-90% pasien lansia yang mengalami LBP menyatakan bahwa mereka tidak melakukan usaha apapun untuk mengobati penyakitnya. Di Amerika Serikat keluhan Low Back Pain (LBP) ini menempati urutan kedua keluhan tersering setelah nyeri kepala (Setyohadi, 2009).
Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namundiperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65
tahunpernah menderita nyeri
pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% danpada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberaparumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17% (Sadeli, 2011).
Latihan peregangan berupa senam lansia dapat dilakukan sebagai penanganan segera. Latihan ini meningkatkan sirkulasi darah, juga memperkuat tulang belakang pasien yang dapat meringankan rasa sakit dengan baik dan meningkatkan fleksibilitas tulang belakang. Latihan peregangan juga merupakan tindakan
diaplikasikan dengan mudah.
Melakukan peregangan sederhana setiap hari dapat mengatur tulang belakang menuju pemulihan dengan biaya yang tidak banyak seperti yang dikemukakan dalam sebuah jurnal yang dipublikasikan dalam Journal Watch General Magazine (2012).
Dari penelitian Munns yang meneliti 40 orang lansia yang 20orang hanya sebagai pembanding saja dan yang 20 lagi benar-benardilatih, ternyata setelah 12 minggu maka 20
lansia yang dilatih
mengalamiperbaikan hampir di seluruh persendiannya yaitu pada leher, bahu,pergelangan tangan, lutut, pinggul dan pergelangan kaki, sebanyak 8-48% (Margatan, 2009).
Adanya nyeri membuat
penderitanya seringkali takut untuk bergerak sehingga mengganggu aktifitas sehari-harinya dan dapat menurunkan produktifitasnya. Di samping itu, dengan mengalami nyeri, sudah cukup membuat pasien frustasi dalam menjalani hidupnya sehari-hari sehingga dapat mengganggu kualitas hidup pasien. Karenanya, terapi utama diarahkan untuk menangani nyeri ini (Potter & Perry, 2009).
Penanganan nyeri dapat
dilakukan dengan terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi. Terapi farmakologi dengan menggunakan
siklooksigenase inhibitor (COX
inhibitor) sering menimbulkan efek
samping yaitu gangguan
gastrointestinal (Kozier, 2008). Selain itu, penggunaan jangka panjangnya dapat mengakibatkan perdarahan pada saluran cerna, tukak peptik, perforasi dan gangguan ginjal (Daniel, 2010).
Pedoman AHCPR (Agency for Health Care Policy and Research) untuk penatalaksanan nyeri akut
nonfarmakologis merupakan intervensi yang cocok untuk pasien yang tidak ingin menggunakan terapi obat dalam mengatasi nyerinya dan pasien yang merasa cemas karena masih merasakan nyeri setelah menggunakan terapi farmakologi.
Stimulasi kutaneus, latihan
peregangan (olaharaga), distraksi, relaksasi, imajinasi terbimbing dan hipnosis adalah contoh intervensi
nonfarmakologis yang sering
digunakan dalam keperawatan dalam mengelola nyeri (Potter & Perry, 2009).
Berdasarkan sebuah studi yang dipublikasikan oleh The New England
Journal of Medicine (2010),
mengemukakan bahwa hal yang terbaik dilakukan untuk low back pain adalah latihan peregangan dan
exercise daripada tindakan
pembedahan, apalagi jika dilakukan dengan rutin akan membuat aktivitas normal kembali.
Penelitian yang dilakukan oleh Suardana (2012) tentang pengaruh pemberian latihan peregangan terhadap penurunan nyeri pada lansia dengan spondilosis lumbalis di praktik pelayanan keperawatan latu usadha abiansemal badungterdapat pengaruh pemberian latihan peregangan terhadap nyeri pada lansia dengan
spondilosis lumbalisdi Praktik
Pelayanan Keperawatan Latu Usada Abiansemal, Badung dengan nilai p=0,000 < α=0,05 dan diyakini
sebesar 95% bahwa latihan
peregangan dapat menurunkan nyeri pada lansia dengan spondilosis lumbalis.
Berdasarkan studi
pendahuluan yang peneliti lakukan di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang pada
lanjut usia yang berumur 60 – 70 tahun sebanyak 148 orang. Dari 148 orang lansia terdapat 65 lansia yang menderita low back pain. Rata-rata lansia menderita low back pain jenis nyeri pinggang lokal, Melalui wawancara peneliti pada 10 orang lansia penderita low back pain, mereka mengatakan tidak pernah melakukan latihan peregangan untuk mengurangi nyeri. Biasanya mereka hanya menggunakan obat penghilang nyeri saja.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh senam lansia terhadap penurunan skala nyeri pada penderita low back pain usia 60 – 70 tahun di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan skala nyeri pada penderita low back pain usia 60 – 70 tahun di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh
senam lansia terhadap
penurnan skala nyeri pada penderita low back pain usia 60 – 70 tahun di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam
Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui skala nyeri pada penderita low back pain usia 60 – 70
senam lansia di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
b. Untuk mengetahui
penurunan skala nyeri pada penderita low back pain usia 60 – 70 tahun sesudah dilakukan senam lansia di
Desa Bakaran Batu
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
c. Untuk mengetahui
perbedaan penurunan skala nyeri pada penderita low back pain usia 60 – 70 tahun sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia di
Desa Bakaran Batu
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penderita Low Back Pain (Nyeri Pinggang Bawah)
Sebagai tambahan ilmu pada penderita low back pain dan keluarga menggunakan senam lansia sebagai alternatif teknik nonfarmakologi yang mudah untuk dilakukan tanpa efek yang membahayakan dalam memberikan intervensi dan asuhan keperawatan pada penderita.
2. Bagi Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang
Masukan untuk masyarakat desa sebagai salah satu intervensi pada penderita nyeri, khususnya penderita yang mengalami nyeri LBP dalam rangka mempercepat
dapat meningkatkan derajat hidup pada lansia.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah bahan
informasi atau data-data bagi
mahasiswa/i dalam
pengembangan program
penelitian selanjutnya dan sebagai sumber kepustakaan untuk perpustakaan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan
MEDISTRA Lubuk Pakam.
4. Bagi Peneliti
Sebagai bahan untuk
menambah wawasan dan
pengetahuan peneliti tentang
pengaruh senam lansia
terhadap penurunan skala nyeri pada penderita low back pain usia 60 – 70 tahun.
METODE PENELITIAN