• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN Volume.5 No.1 Maret - Mei 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN Volume.5 No.1 Maret - Mei 2016"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

1. Studi Efek Antihipertensi Tumbuhan Tali Putri (Cassytha Filiformis L.) pada Tikus Hipertensi yang Diinduksi Prednison dan Garam

Rosa Laila Sari Murti……… 1-8 2. Uji Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan Sala (Cynometra Ramiflora Linn.) Dengan

Parameter Kimia Urin dan Hisopatologi Organ Ginjal pada Tikus Galur Wistar

Rizka Dwi Mulyani………. 9-20 3. Efek Antidiare Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea Indica L.) Terhadap Mencit Jantan Yang Diinduksi

Bakteri Salmonella Thypimurium

Fahma Shufyani……….. 21-31 4. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Pemenuhan Istirahat Tidur Pada Pasien Pre Operasi Sectio

Caesarea Di Rsud Deli Serdang Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang Tahun 2016

Desideria Yosepha Ginting ………... 32-46 5. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Pus Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Intra Uterine

Device Di Desa Kebun Kelapa Kecamatan Berigin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

Raisha Octavarini………... 47-67 6. Hubungan Kualitas Pelayanan Dengan Kepatuhan Ibu Datang Ke Posyandu Di Desa Firdaus Kecamatan Sei

Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

Basyariah Lubis ………... 68-79 7. Pengaruh Terapi Meditasi Terhadap Penurunan Stress Fisik Dan Psikososial Pada Pasien Rawat Inap Yang

Kooperatif Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2016

Tahan Adrianus Manalu ………... 80-94 8. Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan Nyeri Anak Prasekolah (3-6 Tahun) Yang

Menjalani Penusukan Intravena Untuk Pemasangan Infus Di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Tahun 2016

Tati Murni Karokaro ………... 95-111 9. Pengaruh Minuman Jahe Terhadap Kurangnya Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di Klinik

Nining Pelawati Amkeb Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

Juni Mariati ……….…….. 112 - 125 10. Hubungan Tehnik Pemasangan Infus Dan Sikap Perawat Dalam Perawatan Infus Dengan Kejadian Phlebitis

Di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2016

Rahmad Gurusinga……….. 126 – 145

ISSN 2252 - 4487

(2)

ISSN :2252-4487

NERSTRA-NEWS

JURNAL ILMIAH KEPERAWATAN STIKes MEDISTRA LUBUK PAKAM

Volume : 5, No : 1 Maret – Mei 2016

DAFTAR ISI

1. Studi Efek Antihipertensi Tumbuhan Tali Putri (Cassytha Filiformis L.) pada Tikus Hipertensi yang Diinduksi Prednison dan Garam

Rosa Laila Sari Murti……… 1-8 2. Uji Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan Sala (Cynometra Ramiflora Linn.) Dengan

Parameter Kimia Urin dan Hisopatologi Organ Ginjal pada Tikus Galur Wistar

Rizka Dwi Mulyani………. 9-20 3. Efek Antidiare Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea Indica L.) Terhadap Mencit Jantan Yang Diinduksi

Bakteri Salmonella Thypimurium

Fahma Shufyani……….. 21-31 4. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Pemenuhan Istirahat Tidur Pada Pasien Pre Operasi Sectio

Caesarea Di Rsud Deli Serdang Kec. Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang Tahun 2016

DesideriaYosepha Ginting ………... 32-46 5. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Pus Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Intra Uterine

Device Di Desa Kebun Kelapa Kecamatan Berigin Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

Raisha Octavarini………... 47-67 6. Hubungan Kualitas Pelayanan Dengan Kepatuhan Ibu Datang Ke Posyandu Di Desa Firdaus Kecamatan Sei

Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

Basyariah Lubis………... 68-79 7. Pengaruh Terapi Meditasi Terhadap Penurunan Stress Fisik Dan Psikososial Pada Pasien Rawat Inap Yang

Kooperatif Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2016

TahanAdrianus Manalu ………... 80-94 8. Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan Nyeri Anak Prasekolah (3-6 Tahun) Yang

Menjalani Penusukan Intravena Untuk Pemasangan Infus Di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Tahun 2016

Tati Murni Karokaro ………... 95-111 9. Pengaruh Minuman Jahe Terhadap Kurangnya Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di Klinik

Nining Pelawati Amkeb Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

Juni Mariati ……….…….. 112 - 125 10. Hubungan Tehnik Pemasangan Infus Dan Sikap Perawat Dalam Perawatan Infus Dengan Kejadian Phlebitis

Di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2016

(3)

PENGANTAR REDAKSI

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan ridhoNya telah terbit Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam dengan nama NERSTRA-NEWS yang merupakan majalah ilmiah yang diterbitkan berkala setiap Tiga bulanan, yaitu periode Januari–Juni dan Juli – Desember.

Kami mengharapkan untuk terbitan periode berikutnya para Peneliti / Dosen dapat meningkatkan kualitas maupun mutu dari tulisan ini, sehingga memungkinkan sebagai bahan rujukan dalam melakukan kegiatan penelitian.

Dalam kesempatan ini Redaksi mengucapkan terimakasih kepada para Peneliti / Dosen dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan jurnal ilmiah ini. Semoga Keperawatan STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam, sukses dan maju.

Salam,

(4)

PENGURUS

Pelindung : 1. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd

Ketua Yayasan MEDISTRA Lubuk Pakam 2. Drs. David Ginting, M.Pd

Ketua STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

Penanggungjawab : Rosita Ginting, SH

BAA Akper MEDISTRA LubukPakam

Pimpinan Redaksi : Kuat Sitepu, S.Kep, Ns, M.Kes

Sekretaris Redaksi : Desideria Yosepha Ginting, S.Si.T, M.Kes

Redaktur Ahli : 1. Tahan Adrianus Manalu, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.MB 2. Jul Asdar Putra Samura, SST, M.Kes

3. Efendi Selamat Nainggolan, SKM, M.Kes 4. Christine Vita Gloria Purba, SKM, M.Kes

5. Grace Erlyn Damayanti Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep

Koordinator Editor : 1. Basyariah Lubis, SST, M.Kes 2. Dameria, SKM, M.Kes

3. Rahmad Gurusinga, S.Kep, Ns,M.Kep 4. Fadlilah Widyaningsih, SKM

5. Luci Riani Br. Ginting, SKM, M.Kes

Sekretariat : 1. Tati Murni Karo-Karo, S.Kep, Ns, M.Kep 2. Sri Wulan, SKM

3. Raisha Octavariny, SKM, M.Kes

Distributor : 1. Layari Tarigan, SKM

2. Arfah May Syara, S.Kep, Ns

Penerbit : STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

Jl. Sudirman No. 38 Lubuk Pakam, K0de Pos : 20512 Telp. (061) 7952262, Fax (061) 7952234

e-mail : stikes.medistra38@gmail.com Website: medistra.ac.id

(5)

STUDI EFEK ANTIHIPERTENSI TUMBUHAN TALI PUTRI (Cassytha filiformis L.) PADA TIKUS HIPERTENSI YANG DIINDUKSI

PREDNISON DAN GARAM

Rosa Laila Sari Murti

Program Studi Farmasi Stikes Medistra Lubuk Pakam

ABSTRACT

A study of the antihypertensive effect of Cassytha filiformis L. defatted extract on the hypertensive rats has been carried out. The study was conducted on 30 male Sprague-Dawley rats induced by Prednisone-NaCl for 14 days to obtain hypertensive rats. All rats were anesthetized to perform direct blood pressure measurement and divided into control group, extract-treated groups (5, 10 and 20 mg/kg), and tempol group. Each rat received three repetitive doses administered intravenously in one hour interval. During each dose interval, the systolic blood pressure (SBP), diastolic blood pressure (DBP), mean arterial pressure (MAP), and heart rate (HR) were measured. All cardiovascular data were presented as mean of percentage change ± SEM. The data were analyzed by three-way ANOVA and Tukey’s HSD. The significance level was taken at P<0.05. The study showed that the defatted extract of C. filiformis decreased SBP, DBP, MAP, and HR significantly. The extract at the dose of 5 mg/kg and tempol 100 µmol/kg showed insignificant difference in lowering blood pressure.

Keywords: cassytha filiformis, tali putri, antihypertensive, blood pressure,

(6)

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi dan menjangkiti 20-50% populasi dewasa pada negara-negara berkembang (Kearney, 2004). Peningkatan tekanan darah merupakan faktor resiko terhadap penyakit kardiovaskuler seperti gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal (Mancia, 2008).

Salah satu etiologi hipertensi adalah ketidakseimbangan antara Reactive Oxigen Species (ROS) dengan nitrogen monoksida (NO) pada pembuluh darah. Produksi ROS yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi endotel (Sainani et al., 2004) dan hal ini ditemukan pada beberapa kondisi patologis seperti aterosklerosis, diabetes, kerusakan ginjal, dan hipertensi (Prabha et al., 1990). Peningkatan kadar ROS berkontribusi dalam terjadinya hipertensi. Hal ini diperkuat dengan tingginya kadar ROS pada beberapa model hipertensi pada hewan percobaan, yakninya pada model hipertensi Angiotensin II, L-NAME (Attia et

al., 2001), Dahl (Meng et al., 2003), SHR (Chabrashvili et al., 2002), dan model DOCA-Salt (Jin et al., 2006).

Tumbuhan tali putri (Cassytha filiformis L.) yang dikenal sebagai parasit ini merupakan tumbuhan yang mengandung komponen fenol, alkaloid, flavonoid, dan saponin (Vimal et al.,

2009). Penelitian terdahulu

menunjukkan bahwa tumbuhan ini bersifat vasorelaksan terhadap pembuluh darah (Tsai et al., 2008); dapat meningkatkan waktu pendarahan

pada mencit (Armenia, 2007);

menurunkan berat badan pada kondisi diet tinggi lemak (Armenia, 2010); dan mempunyai efek antidiabetes pada

penggunaan jangka panjang.

Penggunaan ekstrak tumbuhan ini menunjukkan toksisitas yang rendah (Babayi et al., 2007). Evaluasi terhadap efek antioksidan tumbuhan ini memperlihatkan potensi terapetik yang

menjanjikan dan dapat

dipertimbangkan untuk tujuan

pengembangan obat (Mythili et al., 2011).

(7)

METODE PENELITIAN

Bahan Tumbuhan

Herba tali putri dikoleksi dari kota Padang, Sumatera Barat. Herba yang sudah dikeringanginkan diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak bebas lemak diperoleh melalui fraksinasi dengan pelarut heksan.

Hewan Percobaan

Sebanyak 15 ekor tikus jantan galur Sprague-Dawley dengan berat ±250 g dan umur 3-4 bulan diberikan kombinasi prednison 1,5 mg/kg dan larutan garam 2% selama 14 hari Pengukuran Parameter Kardiovaskular Semua tikus dianestesi untuk pengukuran tekanan darah dan laju jantung secara langsung melalui arteri karotis (Biopac MP150 Data Acquisition System). Setiap

kelompok hewan diberikan 5 dosis yang berbeda: kontrol; ekstrak 5, 10, dan 20 mg/kg; dan tempol 100 µmol/kg. Sampel uji disuspensikan dengan bantuan polisorbat 80 dan diberikan kepada hewan melalui rute intravena 0,1% v/b. Setiap hewan menerima 3 kali pengulangan dosis dengan interval waktu 1 jam.

Analisis Data

Data tekanan darah dan laju jantung disajikan sebagai rata-rata persen perubahan ± SEM. Data dianalisis dengan menggunakan Three Way ANOVA (Analysis of Variance) dan dilanjutkan dengan Tukey’s HSD (Honestly Significant Difference) dengan tingkat kebermaknaan 95%.

HASIL DAN DISKUSI

Hasil

Proses induksi tekanan darah pada

kelompok hipertensi menyebabkan

terjadinya hipertensi pada kedua kelompok tikus. (Lihat Tabel 1).

Tabel 1. Nilai tekanan darah, laju jantung, dan konsentrasi NO plasma setelah dilakukan proses induksi hipertensi dan hipertensi stres oksidasi

TDS (mmHg) TDD (mmHg) TAR (mmHg) LJ (bpm)

192,3 ± 3,40 162,6 ± 4,07 177,5 ± 3,54 319,5 ± 10,65

Keterangan: Data dinyatakan sebagai rata-rata ± SEM.

Tekanan Darah Sistol (TDS)

Respons perubahan TDS akibat

pemberian dosis yang berbeda menunjukkan perbedaan yang bermakna (P<0,05). Penurunan TDS yang paling besar diberikan oleh ekstrak 5 mg/kg dan tempol 100 µmol/kg (P>0,1), yaitu sebesar -13,9±2,28 dan -12,6±3,36%. Penurunan tersebut menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kontrol (P<0,05),

dimana kelompok kontrol menyebabkan perubahan TDS sebesar 0,2±1,13%. Ekstrak pada dosis 10 dan 20 mg/kg menyebabkan

penurunan TDS yang lebih kecil

dibandingkan dengan ekstrak 5 mg/kg (P<0,05), namun penurunan tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kontrol (P>0,1) yaitu sebesar -4,5±1,49 dan -4,8 ±1,83%.

(8)

Gambar 1. Penurunan TDS oleh ekstrak tali putri pada hewan hipertensi

Pengulangan dosis tidak menyebabkan pengaruh yang bermakna terhadap penurunan TDS (P>0,1). Meskipun demikian, tempol 100 µmol/kg menyebabkan penurunan TDS yang semakin besar akibat pengulangan dosis (Gambar 1).

Tekanan Darah Diastol (TDD)

Respons perubahan TDD akibat

pemberian dosis yang berbeda menunjukkan perbedaan yang bermakna (P<0,05). Penurunan TDD yang paling besar diberikan oleh ekstrak 5 mg/kg dan tempol 100

µmol/kg (P>0,1), yaitu sebesar -16,3±2,80 dan -12,8±3,49%. Penurunan tersebut menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kontrol (P<0,05), dimana kelompok kontrol menyebabkan peningkatan TDD sebesar 2,2±1,48%. Ekstrak pada dosis 10 dan 20 mg/kg menyebabkan penurunan TDD yang lebih kecil dibandingkan dengan ekstrak 5 mg/kg (P<0,05), dimana penurunan tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kontrol (P>0,1) yaitu sebesar -5,7±1,80 dan -1,8±1,93%.

Gambar 2. Penurunan TDD oleh ekstrak tali putri pada hewan hipertensi 5 0 -5 -10 Kontrol Ekstrak 5 mg/kg Ekstrak 10 mg/kg Ekstrak 20 mg/kg Tempol 100 µmol/kg -15 1 2 Pemberian Dosis 3 10 5 0 -5 -10 -15 Kontrol Ekstrak 5 mg/kg Ekstrak 10 mg/kg Ekstrak 20 mg/kg Tempol 100 µmol/kg -20 1 2 Pemberian Dosis 3 Pe ru ba ha n TD S (% ) Pe ru ba ha n TD D (% )

(9)

Pengulangan dosis tidak menyebabkan

pengaruh yang bermakna terhadap

penurunan TDD. Meskipun demikian,

tempol 100 µmol/kg menyebabkan

penurunan TDD yang semakin besar akibat pengulangan dosis (Gambar 2).

Tekanan Arteri Rata-rata (TAR)

Respons perubahan TAR akibat

pemberian dosis yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna (P<0,01). Penurunan TAR yang paling besar diberikan

oleh ekstrak 5 mg/kg dan tempol 100 µmol/kg, yaitu sebesar 14,9±2,51 dan -13,0±3,52% (P>0,1). Penurunan tersebut menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menyebabkan perubahan TAR sebesar -1,2±1,26% (P<0,05). Ekstrak 10 dan 20 mg/kg menyebabkan penurunan TAR sebesar -4,8±1,55 dan 3,1±1,79% (P>0,1), dimana efek penurunan tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kontrol (P>0,1).

Gambar 3. Penurunan TAR oleh ekstrak tali putri pada hewan hipertensi

Pengulangan dosis tidak menyebabkan

pengaruh yang bermakna terhadap

penurunan TAR (P>0,1). Meskipun

demikian, tempol 100 µmol/kg

menyebabkan penurunan TAR yang semakin besar akibat pengulangan dosis. (Gambar 3).

Laju Jantung (LJ)

Respons perubahan LJ akibat pemberian dosis yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna (P<0,01). Penurunan LJ yang paling besar diberikan oleh tempol 100 µmol/kg, yaitu sebesar -11,8 ±2,72%. Penurunan tersebut menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna dibandingkan dengan

ekstrak 20 mg/kg yang menyebabkan peningkatan LJ sebesar 2,4±3,17% (P<0,01). Ekstrak 5 dan 10 mg/kg menyebabkan penurunan LJ sebesar 5,6±1,82 dan -3,1±2,52% (P>0,1), dimana penurunan tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna jika dibandingkan dengan kontrol yang menyebabkan penurunan LJ sebesar -5,4±2,30% (P>0,1). Pengulangan dosis tidak menyebabkan pengaruh yang bermakna terhadap penurunan LJ (P>0,1). Meskipun demikian, tempol dosis 100 µmol/kg dan kontrol menyebabkan penurunan LJ yang semakin besar akibat pengulangan dosis. (Gambar 4). 10 5 0 -5 -10 Kontrol Ekstrak 5 mg/kg Ekstrak 10 mg/kg Ekstrak 20 mg/kg Tempol 100 µmol/kg -15 1 2 Pemberian Dosis 3 Pe ru ba ha n TA R (% )

(10)

Gambar 4. Penurunan LJ oleh ekstrak tali putri pada hewan hipertensi

Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk menginvestigasi efek antihipertensi dari tumbuhan tali putri (Cassytha filiformis L.). Beberapa efek farmakologis sudah berhasil diungkap dari tumbuhan ini dimana beberapa di antaranya merupakan efek farmakologis yang berkaitan erat dengan fungsi kardiovaskular, yaitu vasorelaksan (Tsai et al., 2008); antiplatelet (Armenia, 2007); diuretik dan secara tradisional juga digunakan untuk mengatasi hipertensi (Chuakul et al., 2000).

Dalam penelitian ini, pemberian kombinasi prednison dengan garam selama 14 hari menyebabkan peningkatan tekanan darah rata-rata menjadi 177,7±2,86 mmHg. Proses induksi hipertensi dengan metode yang sama oleh penelitian terdahulu menyebabkan peningkatan tekanan darah rata-rata menjadi 148±10,69 mmHg (Yuliandra et al., 2007); 170±4 mmHg (Gusmelia et al., 2011); dan 191 mmHg (Charissa et al., 2012).

Hasil studi ini menunjukkan bahwa ekstrak bebas lemak dari tumbuhan tersebut

dapat menurunkan tekanan darah (TDS, TDD dan TAR) dan laju jantung (LJ) pada kedua kelompok hewan dan pada semua dosis yang diujikan. Penelitian terdahulu terhadap tali putri telah menunjukkan bahwa tumbuhan ini mempunyai beberapa efek

farmakologis terhadap sistem

kardiovaskular, terutama khasiatnya sebagai vasorelaksan yang berkaitan sangat erat dengan proses penurunan tekanan darah (Tsai et al., 2008).

Berdasarkan kajian terhadap hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa ekstrak tali putri sebagai tumbuhan dengan kandungan antioksidan tinggi dapat menurunkan tekanan darah pada tikus hipertensi. Hal ini juga sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyimpulkan bahwa terapi antioksidan dapat menurunkan tekanan darah (Vaziri et al., 2000; Kizhakekuttu & Widlansky, 2010). Hal ini meingindikasikan bahwa efek antihipertensi ekstrak tali putri sangat berkaitan erat dengan khasiat antioksidan dari tumbuhan tersebut, dimana respon penurunan tekanan darah 10 5 0 -5 -10 Kontrol Ekstrak 5 mg/kg Ekstrak 10 mg/kg Ekstrak 20 mg/kg Tempol 100 µmol/kg -15 1 2 Pemberian Dosis 3 Pe ru ba ha n LJ (% )

(11)

KESIMPULAN

Ekstrak tali putri (Cassytha filiformis L.) mempunyai efek antihipertensi yang dapat menurunkan tekanan darah sistol, tekanan darah diastol, tekanan arteri rata-rata, dan laju jantung pada tikus hipertensi terkait stres oksidasi. Ekstrak tali putri pada dosis 5 mg/kg mempunyai potensi antihipertensi

yang tidak berbeda signifikan dengan pembanding tempol 100 µmol/kg (18 mg/kg). Efek antihipertensi dari ekstrak tali putri terjadi melalui mekanisme yang diduga berkaitan dengan aktivitas antioksidan dari tumbuhan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Armenia, A. S. Munavvar, N. A. Abdullah, and H. Arifin. 2004. The contribution of adrenoceptor subtype(s) in the renal vasculature

of diabetic spontaneously

hypertensive rats. Br J of Pharmacology. 142: 719-726. Armenia, Welmidayani, Y. Yuliandra, dan

Rusdi. 2007. Daun tanaman akar mambu (Connarus grandis Jack.) sebagai obat antihipertensi: efektivitas ekstrak etanolnya pada tikus hipertensi 2K1C Goldblatt. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 12 (2): 100-107.

Armenia. 2007. Efek ekstrak butanol tali putri sebagai antikoagulan pada mencit putih jantan. Padang: Universitas Andalas (Unpublished). Attia, D. M., A. M. Verhagen, and E. S.

Stroes. 2001. Vitamin E alleviates renal injury, but not hypertension, during chronic nitric oxide synthase inhibition in rats. J Am Soc Nephrol. 12: 2585-2593.

Babayi, H. M., Joseph, J. I. Udeme, J. A. Abalaka, J. I. Okogun, O. A. Salawu, D. D. Akumka, Adamu, S. S. Zarma, B. B. Adzu, S. S. Abdulmumuni, K. Ibrahim, B B. Elisha, S. S. Zakariys, U. S. Inyang. 2007. Effect of oral administration

of aqueous whole extract of

Cassytha filiformis on

haematograms and plasma

biochemical parameters in rats. Journal of Medical Toxicology. 3 (4): 146-151.

Biancardi, V. C., C.T. Bergamaschi, O. U. Lopes, and R. R. Campos. 2007. Sympathetic activation in rats with L-NAME-induced hypertension. Braz J Med Biol Res. 40: 401-408. Chabrashvili, T., A. Tojo, and M. L.

Onozato. 2002. Expression and cellular localization of classic NADPH oxidase subunits in the spontaneously hypertensive rat kidney. Hypertension. 39: 269-274. Charissa, N., Armenia, dan A. Bakhtiar.

2012. Pengaruh gambir

terstandardisasi terhadap tekanan darah, laju jantung dan volume urin tikus hipertensi. Skripsi Sarjana Farmasi, Universitas Andalas. Padang.

Chuakul, W., P. Saralamp, and S. Prathanturarug. 2000. Thai herbal encyclopedia vol 2. Mahidol University, Bangkok: Amarin Printing and Publishing Public Company Limited. p 51(a), p 165(b), p 22(c), p 184 (d).

(12)

Gusmelia, R., Armenia, dan Rusdi. 2011. Hubungan efek penurunan tekanan darah dengan efek diuretic dari fraksi air daun tanaman akar mambu (Connarus grandis Jack.) terhadap tikus hipertensi. Skripsi Sarjana Farmasi, Universitas Andalas. Padang.

Kizhakekuttu T. J. and Widlansky M. E. 2010. Natural Antioxidants and

Hypertension: Promise and

Challenges. Cardiovasc Ther. 28 (4): 20-32.

Mancia, G., G. Grassi, and S. E. Kjeldsen. 2008. Manual of hypertension of

the European Society of

Hypertension. Informa Healthcare. London.

Meng, S., G. W. Cason, A. W. Gannon, L. C. Racusen, and R. D. Manning. 2003. Oxidative Stress in Dahl

Salt-Sensitive Hypertension.

Hypertension. 41: 1346-1352 Mythili S., A. Sathiavelu, and T.B.

Sridharan. 2011. Evaluation of antioxidant activity of Cassytha filiformis. IJABPT. 2 (2): 380-385. Prabha, P. S., U. N. Das, R. Koratkar, P. S.

Sagar, dan G. Ramesh. 1990. Free

radical generation, lipid

peroxidation and essential fatty acids in uncontrolled essential hypertension. Prostaglandins Leukot Essent Fatty Acids. 41:27-33.

Sainani, G. S. and V. G. Maru. 2004. Role of endothelial cell dysfunction in

essential hypertension. JAPI. 52: 966-969.

Tsai, T. H., Wang G. J., and Lin L. C. 2008. Vasorelaxing alkaloids and

flavonoids from Cassytha

filiformis. J Nat Prod. 71: 289-291. Vaziri, N. D., Ni Z., F. Oveisi, and D. L.

Trnavsky-Hobbs. 2000. Effect of antioxidant therapy on blood pressure and no synthase expression in hypertensive rats. Hypertension. 36: 957-964.

Vaziri, N. D., X. Q. Wang, F. Oveisi, and B. Rad. 2000. Induction of oxidative stress by glutathione

depletion causes severe

hypertension in normal rats. Hypertension. 36: 142-146.

Vimal, K., B. J. Gogoi1, M. K. Meghvansi, L. Singh, R. B. Srivastava, and D. C. Deka. 2009. Determining the antioxidant activity of certain medicinal plants of Sonitpur, (Assam), India using DPPH assay. J Phytol. 1 (1): 49-56.

Zhou, X. J., N. D. Vaziri, X. Q. Wang, F. G. Silva, and Z. Laszik. 2002. Nitric oxide synthase expression in hypertension induced by inhibition of glutathione synthase. JPET. 300: 762-767.

Zou, A. P., N. Li, and A. W. Cowley Jr. 2001. Production and actions of superoxide in the renal medulla. Hypertension. 37: 547-553.

(13)

UJI TOKSISITAS SUBKRONIS EKSTRAK ETANOL DAUN TUMBUHAN SALA (Cynometra ramiflora Linn.) DENGAN PARAMETER KIMIA URIN DAN

HISTOPATOLOGI ORGAN GINJAL PADA TIKUS GALUR WISTAR

Rizka Dwi Mulyani

Program Studi Farmasi Stikes Medistra Lubuk Pakam

ABSTRACT

Sala plant (Cynometra ramiflora Linn.) is one of mangroves plants, which has several medical benefits such as antioxidants, antihiperglycemic and antiinflammatory. Subchronic toxicity test is used to determine the toxicity of a compound for 90 days. The purpose of this research is to evaluate the effect of the ethanol extract of Sala leaves towards chemical parameters of urine and renal histopathology. This study was an experimental research with Post Test Controlled Design Group, that aimed to evaluate the changes of rat after being treated with ethanol extract of Sala leave. The sample of this study consisted of 20 male rats were divided into 4 groups. The first group was a control group which was given CMC-Na (Sodium Carboxy Methyl Cellulose), second, third, and fourth groups were given ethanol extract of Sala leaves with dose of 500, 1000, and 1500 mg/ kgBW. Chemical parameters of urine and kidney histopathology of control and treatment groups were observed Urine chemical parameters were evaluated on morning urine on 0, 45, and 90 day using strips reagent and all dose of treatment for 90 days influenced on parameters of protein, glucose, ketones, bilirubin and urobilinogen level, but did not affect the pH and nitrite levels. Histopathological evalution showed that there was an inflammation on the rat kidney which were given ethanol extract of Sala leaves with 1000 and 1500 mg/ kgBW.

(14)

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki tanaman obat Yang beragam. Jenis tanaman yang termasuk tanaman obat mencapai lebih dari 1000 jenis, salah satunya yaitu tumbuhan Sala (Sastroamidjojo, 1997). Sala (Cynometra ramiflora Linn.) merupakan salah satu tumbuhan laut (mangrove) (Tiwari et al., 2008). Sala memiliki beberapa manfaat antara lain dapat menginduksi reduksi dari kuinon, menghambat peroksidasi dari lemak, antioksi dan (Bunyapraphastara et al., 2003), antihiperglikemia (Tiwari et al., 2008; Saravanamuttu & saponin, tannin, gum, gula pereduksi, dan flavonoid (Khan et al., 2006 ; Siraj et al.,Sudarsanam, 2012), dan antiinflamasi (Siraj et al., 2013). Kandungan kimia Sala adalah 2013).

Flavonoid, saponin, dan tannin dari Sala diduga memiliki aktivitas hipoglikemik. Saponin bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin (Bhushan et al., 2009). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan secara in vivo ekstrak etanol daun Sala 250 mg/kgBB memiliki potensi kuat menurunkan kadar gula darah yang signifikan pada tikus jantan albino galur wistar. Metode yang digunakan pada percobaan tersebut adalah pembebanan glukosa dengan gum acasia 0,1% sebagai kontrol (Tiwari et al., 2008). Penelitian lain yang dilakukan oleh Humairah (2014), menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun Sala dengan dosis 250, 500, 1000 mg/kgBB selama tujuh dan sepuluh hari menunjukkan aktivitas penurunan kadar glukosa yang bermakna (p<0,05) pada tikus yang diinduksi aloksan.

Uji toksisitas merupakan salah satu uji yang digunakan untuk mengetahui keamanan suatu obat yang akan dijadikan produk obat. Uji toksisitas subkronik adalah uji yang digunakan untuk mengetahui toksisitas suatu senyawa yang dilakukan pada umumnya dalam jangka waktu 90 hari (Murtini et al., 2007). Uji toksisitas subkronis perlu dilakukan pada daun Sala, untuk mengetahui apakah senyawa yang terkandung di dalam daun memberikan

pengaruh toksik atau tidak terhadap parameter kimia urin dan histopatologi organ.

Ginjal berperan dalam mengatur keseimbangan tubuh, mempertahankan cairan tubuh, dan mengatur pembuangan sisa metabolisme serta zat-zat yang bersifat toksik seperti urea, asam urat, amonia, kreatinin, garam anorganik, dan senyawa obat-obatan yang tidak diperlukan oleh tubuh (Campbel et al., 2003). Pemeriksaan kimia urin merupakan pemeriksaan urin dengan menggunakan reagen kimia. Urin merupakan hasil metabolism tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Pemeriksaan urin meliputi dua jenis, yaitu pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Pemeriksaan urin rutin merupakan pemeriksaan makroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Pemeriksaan urin lengkap merupakan pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, urobilin, urobilinogen, dan nitrit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan ekstrak etanol daun Sala dalam jangka waktu 90 hari terhadap fungsi ginjal yang dapat diketahui melalui perameter kimia urin dan pemeriksaan histopatologi ginjal.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental Post Test Controlled Group Design, yaitu melihat adanya perubahan pada tikus setelah pemberian perlakuan. Parameter kimia urin dievaluasi dengan menggunakan reagen strip. Pengujian tersebut untuk mengetahui spektrum efek toksik dari ekstrak etanol daun Sala berdasarkan parameter kimia urin dan histopatologi ginjal yang melibatkan perlakuan dan kontrol. Variabel yang termasuk dalam penelitian adalah :

a) Variabel bebas dalam penelitian ini seri dosis ekstrak etanol daun tumbuhan Sala. b) Variabel tergantung dalam penelitian ini

data kimia urin pada tikus dan histopatologi ginjal pada tikus.

c) Variabel terkendali dalam penelitian ini : 1. Variabel subjek penelitian

(15)

Subjek penelitian berupa tikus putih jantan dari galur yang sama dan umurnya 2-3 bulan dengan berat badan 200-300 g yang telah diaklimatisasi selama 1 minggu. 2. Variabel perawatan

Jenis kualitas dan kuantitas makanan, minuman, temperature ruang, dan kelembaban setiap hewan diusahakan sama.

A. Alat: Alat-alat gelas (Pyrex), kandang tikus, tempat minum tikus, timbangan tikus, jarum suntik, seperangkat alat bedah, reagen strip, dan metabolit cage.

B. Bahan: Daun Sala, etanol 96%, hewan uji (tikus putih jantan galur wistar dengan berat badan 200-300 g), aquadest, dan CMC-Na (Carboxy Methyl Cellulose).

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboraturium farmasi program studi farmasi STIKes Medistra Lubuk Pakam.

D. Jalannya Penelitian 1. Penyiapan Bahan

Daun tumbuhan Sala diperoleh dari Keraton Kasunanan Surakarta, Jawa Tengah. Sortasi basah dilakukan terhadap daun yang diperoleh kemudian dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 40°C selama 24 jam, lalu dihaluskan dengan blender dan diayak sampai diperoleh serbuk kering.

2. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan Sala

Ekstraksi eatanol 96% daun tumbuhan Sala dibuat dengan metode maserasi. Maserasi dilakukan dengan merendam 2 kg

serbuk kering daun tumbuhan Sala dalam etanol 96% dimaserasi selama 24 jam. Maserat dipisahkan dengan cara disaring dan proses maserasi diulang 2 kali dengan jumlah dan pelarut yang sama. Setelah maserasi hasilnya dimasukkan kedalam cawan porselin lalu diletakkan di atas waterbath untuk diuapkan agar didapatkan ekstrak yang lebih kental.

3. Uji Perlakuan

Percobaan dilakukan menggunakan 20 tikus putih jantan dengan galur wistar. Hewan coba diaklimatisasi dalam laboratorium hewan selama 1 minggu

sebelum percobaan dengan kondisi laboratorium yang bersih. Tikus diberi makanan dan minuman seperti saat perlakuan selama masa aklimatisasi. Selama penelitian, dilakukan penimbangan dan pengukuran untuk asupan makanan dan minuman yang diberikan. Selain asupan makan dan minum dilihat juga perkembangan kenaikan berat badan yang terjadi selama perlakuan dengan cara melakukan penimbangan setiap minggu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh ekstrak etanol daun Sala terhadap kenaikan berat badan tikus. Pembagian kelompok hewan coba terdiri dari satu kelompok kontrol (CMC- Na) dan tiga kelompok yang diberi perlakuan dengan tingkat dosis berbeda. Perlakuan dilakukan setiap hari selama 90 hari. Berdasarkan penetapan dosis ekstrak etanol daun Sala yang dilakukan oleh Humairah (2014). Satu kelompok terdiri dari lima tikus.

1) Kelompok 1: sebagai kontrol negatif diberi 2,5 mL/200 kgBB larutan CMC 0,5% secara peroral (Irawati, 2014). 2) Kelompok II: diberi ekstrak etanol daun

tumbuhan Sala dengan dosis 500 mg/kgBB secara peroral.

3) Kelompok III : diberi ekstrak etanol daun tumbuhan Sala dengan dosis 1000 mg/kgBB secara peroral.

4) Kelompok IV : diberi ekstrak etanol daun tumbuhan Sala dengan dosis 1500 mg/kgBB secara peroral.

(16)

4. Pemeriksaan Kimia Urin

Untuk pemeriksaan kimia urin, urin ditampung pada hari ke 0, 45, dan 90 setiap pagi hari.

5. Histopatologi Organ Ginjal

Histopatologi ginjal bertujuan untuk melihat efek toksik ekstrak etanol daun Sala terhadap ginjal selama penelitian. Tikus dimasukkan ke dalam wadah kedap udara yang telah diberi eter sampai mati pada hari ke-90. Setiap kelompok diambil tiga tikus untuk diambil tiga ginjal bagian kanan kemudian difiksasi dalam buffer formalin 10 % untuk dilakukan uji histopatologi. Pemeriksaan histopatologi dilakukan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penetapan Kimia Urin

Urin merupakan hasil

metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Pemeriksaan urin sebagai salah satu cara untuk menetapkan diagnosis berbagai penyakit. Metode pemeriksaan urin dilakukan dengan reagen strip untuk mengetahui dan mengukur (kualitatif) beberapa golongan senyawa dalam urin. Pengumpulan sampel urin perlu diperhatikan untuk kebersihan wadah penampung dan waktu pengambilan, karena akan mempengaruhi hasil. Urin yang digunakan merupakan urin yang dikumpulkan selama 24 jam, karena mempunyai susunan yang hampir sama dari susunan urin 24 jam berikutnya. Sampel urin yang diambil pada waktu tertentu dapat memberikan susunan urin yang berbeda. Analisis urin menggunakan reagen strip yang meliputi:

a. pH

Hasil pemeriksaan pH urin pada kelompok kontrol dan perlakuan hari

ke-0, 45, dan 90 menunjukkan hasil yang tidak normal. pH urin normal pada tikus 5-7 (Quesenberry & Carpenter, 2012). pH urin tergantung pada kebiasaan makanan juga tergantung pada keseimbangan metabolik setiap individu, penyakit serta obat-obatan. Hasil tidak normal disebabkan kondisi tikus yang mengalami kelaparan dan ketosis sehingga meningkatkan kebasaan urin. Urin yang bersifat basa terjadi pada kondisi tertentu seperti alkalosis dan adanya bakteri dalam urin yang menghasilkan amonia (Hukins, 2005). b. Protein

Hasil pengukuran protein pada kelompok kontrol hari ke-0 terdapat 4 tikus yang nilainya normal, pada hari ke-45 terdapat 5 tikus yang nilainya normal, dan hari ke-90 terdapat 5 tikus yang nilainya normal. Pada kelompok perlakuan hari ke-0 terdapat 11 tikus yang nilainya tidak normal, sedangkan 4 tikus nilainya normal, pada hari ke-45 terdapat 6 tikus yang nilainya tidak normal dan 9 tikus nilainya normal, pada hari ke-90 menunjukkan hasil yang normal. Protein pada urin tikus secara normal < 30 mg/dL (300 g/L) (Harkness et

al, 2010). Hal ini menunjukkan

bahwa pemberian ekstrak etanol daun Sala mempengaruhi nilai protein. Proteinuria merupakan kondisi ditemukannya protein di dalam urin. Proteinuria menjadi penanda adanya luka pada membran glomerulus sehingga lolosnya molekul protein ke dalam urin. Jumlah proteinuria dalam 24 jam digunakan sebagai indikator untuk menilai fungsi ginjal (Kee, 2007).

c. Glukosa

Hasil pemeriksaan glukosa tikus pada kelompok kontrol pada hari ke-0, 45 dan 90 menunjukkan hasil tidak normal, sedangkan pada kelompok perlakuan pada hari ke-0, 45 dan 90 menunjukkan hasil normal (negatif).

(17)

Glukosa secara normal tidak terdapat

pada urin tikus (negatif)

(Quesenberry & Carpenter, 2012).

Hal ini menunjukkan bahwa

pemberian ekstrak etanol daun Sala mempengaruhi nilai glukosa dengan cara menurunkan nilai glukosa. Pemeriksaan glukosa umumnya dilakukan untuk menduga adanya penyakit diabetes. Pemeriksaan dapat dilakukan secara kimiawi atau enzimatis (Kee, 2007). Peningkatan kadar gula dalam darah kemungkinan bisa disebabkan adanya faktor yang menghambat kerja insulin (Sacher & Mc Pherson, 2004).

d. Keton

Hasil pemeriksaan keton pada tikus untuk kelompok kontrol hari ke-0 dan 45 menunjukkan tidak normal, sedangkan pada hari ke-90 terdapat 3 tikus tidak normal dan 2 tikus normal. Pada kelompok perlakuan hari ke-0 dan 45 menunjukkan normal, sedangkan pada hari ke-90 terdapat 7 tikus tidak normal dan 8 tikus normal. Keton secara normal tidak ditemukan pada urin tikus (negatif) (Quesenberry & Carpenter, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun Sala

mempengaruhi nilai keton dengan cara menurunkan nilai keton terutama pada pemberian perlakuan dengan dosis 1500 mg/ kgBB.

Hasil positif palsu bisa

didapatkan jika urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa, dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.

Metode yang paling lazim digunakan untuk mendeteksi senyawa keton dalam urin berdasar pada reaksi antara natrium nitroprusida dan asetoasetat dalam suasana basa, hasilnya senyawa akan berwarna merah muda keunguan (American Association of Diabetes Educators, 2007).

e. Bilirubin

H a s i l pemeriksaan bilirubin pada tikus untuk kelompok kontrol pada hari ke-0 dan 45 menunjukkan tidak normal, sedangkan pada hari ke-90

menunjukkan normal. Pada

kelompok perlakuan hari ke-0 dan 45 menunjukkan nilai tidak normal, sedangkan pada hari ke-90 menunjukkan normal. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian

ekstrak etanol daun Sala

mempengaruhi nilai bilirubin dengan cara menurunkan nilai bilirubin. Bilirubin secara normal tidak terdapat

pada urin tikus (negatif)

(Quesenberry & Carpenter, 2012). Terbentuknya bilirubin akibat adanya penguraian hemoglobin ditranspor menuju hati dan diekskresikan dalam bentuk empedu. Bilirubin ada dua, yaitu bilirubin terkonjugasi (direct) dan tidak terkonjugasi (indirect). Bilirubin yang ditranspor ke hati berupa bilirubin tidak terkonjugasi yang melekat pada albumin. Setelah berada di dalam hati ikatan bilirubin tidak terkonjugasi dilepas, kemudian berikatan dengan asam glukoronat dan membentuk bilirubin terkonjugasi. Bilirubin terkonjugasi larut dalam air sehingga bilirubin dapat muncul pada urin (Helms et al., 2006). Timbulnya

bilirubin dalam urin

mengindikasikan adanya gangguan hepar. Urin yang mengandung bilirubin yang tinggi tampak berwarna kuning pekat dan jika digoncang-goncangkan akan timbul busa (Mohammed et al., 2012). f. Urobilinogen

Hasil pemeriksaan urobilinogen pada tikus untuk kelompok kontrol pada hari ke-0, 45, dan 90 menunjukkan tidak normal. Pada kelompok perlakuan hari ke-0 dan 45

menunjukkan tidak normal,

(18)

13 tikus tidak normal dan 7 tikus normal. Nilai normal urobilinogen urin <4 mg/ 24 jam (Wallach, 2006). Hal ini berarti pemberian ekstrak etanol daun Sala mempengaruhi nilai urobilinogen dengan cara menurunkan nilai urobilinogen. Urobilinogen dihasilkan dari bilirubin yang mengalami konjugasi di area duodenum dengan bantuan bakteri usus. Sebagian besar urobilinogen dikembalikan ke hati melewati aliran darah untuk selanjutnya diproses menjadi empedu dan 1% akan diekskresikan lewat ginjal berbentuk urin. Keadaan patologis yang terkait saat urobilinogen meningkat adalah destruksi hemoglobin berlebihan (Wahyono et al., 2007).

g. Nitrit

Hasil pemeriksaan nitrit pada tikus untuk kelompok kontrol dan perlakuan pada hari ke-0, 45, dan 90 menunjukkan negatif. Nitrit secara normal tidak ditemukan pada urin tikus (negatif). Nitrit merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Bentuk pertengahan dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Di alam nitrat sudah diubah menjadi bentuk nitrit atau bentuk lainnya. Pada kondisi yang normal, baik nitrat maupun nitrit adalah komponen yang stabil, tetapi pada suhu tinggi tidak stabil (Parrot, 2002).

(19)

Hasil parameter kimia urin yang dianalisis terdapat perbedaan antar pemeriksaan hari ke-0, 45 dan 90. Pemberian ekstrak etanol daun Sala selama 90 hari berpengaruh terhadap fungsi ginjal yang bisa dilihat dari parameter kimia urin. Parameter lain yang diamati dalam uji toksisitas subkronis yaitu pengaruh pemberian ekstrak etanol daun Sala terhadap perkembangan berat badan dari tikus, meliputi asupan makanan dan minuman. Selama proses uji berlangsung asupan makanan dan minuman perlu

diperhatikan. Perkembangan berat badan pada tikus selama 90 hari yang dipengaruhi oleh asupan makanan dan minuman dianalisis dengan menggunakan software SPSS 17 dengan metode One Way Anova. Hasil analisis tersebut menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai akhir p ≤ 0,05 yang berarti terdapat perbedaan pada kelompok yang diberi perlakuan dan tidak diberi perlakuan. Perbedaan berat badan pada tikus dapat mempengaruhi hasil yang didapatkan.

Tabel 3.Hasil penetapan kimia urin pada hari ke-90

Uji K D1 D2 D3

pH 8 (n=3) 8 (n=5) 8 (n=1) 9 (n=5)

9 (n=2) 9 (n=4)

Protein 10(0,1) (n=2) 100(1) (n=3) negatif (n=5) negatif (n=5) 100(1) (n=3) 10(0,1)(n=2)

100(5,5) (n=2)

Glukosa negatif (n=3) negatif (n=5) negatif (n=5) negatif (n=5)

Keton 10(1) (n=1) 5(0,5) (n=1) 5(0,5) (n=2) 5(0,5) (n=4) 5(0,5) (n=2) negatif (n=4) negatif negatif (n=1)

negatif (n=2) (n=3)

Bilirubin negatif negatif negatif negatif

Urobilinogen 0,1(1,7) (n=2 1(17) (n=3) 0,1(1,7) (n=1) 1(17) (n=4) 0,1(1,7) (n=1) 1(17) (n=2) negatif (n=2) negatif (n=4)

negatif (n=1)

Nitrit negatif negatif negatif negatif

D2 : Dosis 2 1000 mg/kgBB

Keterangan: K : Kontrol 2,5 mL/200 kgBB D1

D3 : Dosis 3 1500 mg/kgBB : Dosis 1 500 mg/kgBB

(20)

2. Hasil Histopatologi Ginjal

Pada akhir pengujian hewan uji dikorbankan dan diperiksa histopatologi ginjal, pemeriksaan ini akan menghasilkan informasi toksisitas senyawa uji dalam kaitannya dengan efek pada organ sasaran. Toksikan tidak mempengaruhi semua organ secara merata karena

dipengaruhi oleh kepekaan suatu organ, juga tingginya kadar senyawa atau metabolitnya di organ sasaran. Hasil ini selain bergantung pada dosis yang diberikan juga pada derajat absorbsi, distribusi, pengikatan, dan ekskresi (Schnellmann, 2008).

Tabel 2.Hasil penetapan kimia urin pada hari ke-45

Uji D1 D2 D3 pH 8 (n=4) 8 (n=2) 9 (n=5) 9 (n=5) 9 (n=1) 9 (n=3) Protein 10(0,1) (n=1) 100(1) (n=4) 100(1) (n=3) 1000(10) (n=5) 300(0,3) (n=1) 300(3) (n=1) 300(3) (n=1) 100(1) (n=3) 1000(10) (n=1)

Glukosa 100(5,5) (n=5) negatif (n=4) negatif (n=5) negatif (n=5) 100(5,5) (1) Keton 5(0,5) (n=4) 10(1) (n=3) 5(0,5) (n=3) 5(0,5) (n=3) 10(1) (n=2) 10(1) (n=1) 5(0,5) (n=2) negatif (n=2) Bilirubin 0,5(9) (n=4) 0,5(9) (n=4) 0,5(9) (n=4) 0,5(9) (n=4) 1,0(17) (n=1) 1,0(17) (n=1 1,0(17) (n=1) negatif 1 Urobilinogen 0,1(1,7) (n=1) 0,1(1,7) (n=1) 0,1(1,7) (n=2) 1(17) (n=4) negatif (n=1) 1(17) (n=3) 1(17) (n=3) 1(17) (n=3) 4(70) (n=1) 4(70) (n=1)

(21)

Senyawa uji yang diberikan secara oral diabsorbsi di saluran cerna. Setelah senyawa tersebut diserap dan memasuki darah maka akan didistribusikan dengan cepat ke seluruh tubuh. Kadar dalam organ tergantung mudah atau tidaknya senyawa melewati dinding kapiler dan membran sel, serta afinitas komponen organ terhadap senyawa tersebut. memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk mengikat senyawa asing (Murtini, 2007).Ginjal Pada pemeriksaan histopatologi untuk mengetahui hubungan

antara gejala yang terjadi dengan struktur organ yang mengalami paparan senyawa uji. Pada percobaan ini organ yang diperiksa secara histopatologi yaitu ginjal. Ginjal merupakan organ sasaran utama dari efek toksik selain hati. Urin digunakan untuk pemeriksaan fungsi ginjal dan fungsi hati. Perubahan histopatologi ginjal yang diamati adalah terjadinya peradangan. Pemeriksaan histopatologi ginjal dapat mengungkapkan tempat, luas dan sifat morfologik lesi ginjal (Guyton & Hall, 2008).

A B

C

Gambar 1. Histopatologi organ ginjal. (A) Dosis 1500 mg/kgBB ; (B) Dosis 1000 mg/kgBB ; (C) Kontrol

Keterangan: P : peradangan, perbesaran gambar 400x Tabel 4. Hasil pemeriksaan

histopatologi Kelompok Hasil Pemeriksaan

TTP D1 TTP D2 TP D3 TP

Keterangan: TTP: Tidak terjadi peradangan TP : Terjadi peradangan

K : Kontrol 2,5 mL/200 kgBB D2 : Dosis 2 1000 mg/kgBB D1 : Dosis 1 500 mg/kgBB D3 : Dosis 3 1500 mg/kgBB Peradangan merupakan respon protektif

setempat yang ditimbulkan oleh cidera atau kerusakan yang berfungsi

menghancurkan, mengurangi atau mengurung agen pencedera maupun jaringan yang cedera (Guyton & Hall,

2008). Hasil pemeriksaan histopatologi antara kelompok kontrol dan diberi perlakuan menunjukkan adanya perbedaan. Pada kelompok kontrol dengan dosis 2,5 mL/ 200 kgBB menunjukkan tidak terjadi peradangan terhadap ginjal (gambar c).

(22)

Pemberian perlakuan dengan dosis 500 mg/kgBB menunjukkan tidak adanya peradangan pada ginjal. Gambar a dan b menunjukkan ginjal mengalami peradangan. Peradangan tersebut diakibatkan pemberian ekstrak etanol daun Sala dengan dosis 1000 mg/kgBB (gambar b) dan 1500 mg/kgBB (gambar a). Ginjal yang sehat ditandai dengan memiliki fungsi yang baik, ukurannya normal dan protein yang dikeluarkan melalui urin lebih rendah (Argalawa, 2005).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian ekstrak etanol daun Sala pada tikus untuk kelompok kontrol dan perlakuan selama 90 hari memberikan pengaruh pada parameter protein, glukosa, keton, bilirubin, urobilinogen terhadap fungsi ginjal, namun tidak mempengaruhi pH dan nitrit.

2. Pemeriksaan histopatologi organ ginjal setelah pemberian ekstrak etanol daun Sala selama 90 hari memberikan pengaruh terhadap ginjal. Hasil pemeriksaan menunjukkan terjadi suatu peradangan pada daerah sekitar pembuluh darah, terdapat pada tikus dengan pemberian dosis 1000 mg/kgBB dan dosis 1500 mg/kgBB.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hematologi terhadap penggunaan ekstrak etanol daun Sala untuk mengetahui kelainan dari kuantitas dan kualitas sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. 2. Perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi

untuk organ lain terhadap pemberian ekstrak etanol daun Sala.

DAFTAR PUSTAKA

Argalawa, G.C., 2005, Short Texbook of Physiology. Academa. Newkarta. American Association of Diabetes

Educators, 2007, Ketones Testing, American Association of Diabetes Educators :1-8

A m e r i c a n Kidney Found, 2009,

“Facts About Kidney Disease”

[online],

(http://www.kindeyfound.org, diakses tanggal 14 Maret 2014).

Backer, C.A., & Vander, B.B., 1965, of Java (Spermatophytes Only), N.V.P.Noordhoff-Groningen, The Netherlans.

Bunyapraphatsara, N., Jutiviboonsuk, A., Sornlek, P., Therathanathorn, W., Aksornkaew, S., Fong, H.H.S., 2003, Pharmacological studies of plants in mangrove forest, Thai Journal of Phytopharmacy, 10(2)

Campbell, N.A., J.B. Reece & L. G Mitchell., 2003, Edisi ke-5, jilid 3, Erlangga, Jakarta.

Donatus, I.A., 2001, Toksikologi Dasar, Yogyakarta, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, 36.

Guyton, A.C., & Hall, J.E., 2008, Buku

Ajar Fisiologi Kedokteran edisi II,

Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 325-343.

Harkness, J. E., Turner, P. V., Wounde, S.V., & Wheler, C.L., 2010, Biology and Medicine of Rabbits and Rodent, Fifth Edition, United States of America, Wiley-Blackwell

Helms, A., Quan, J., Herfindal, T., Gourley, R., Zeind, S., Hudson, Q., et al, 2006,

Drug and Disease Management 8th,

United States of America, Lippincot Williams & Wilkins

(23)

Encrustation in Indwelling Urethral Chatheters, Medical Device Technologi, 25- 7

Humairah, 2014, Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan Sala

(Cynometra ramiflora Linn.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Aloksan, Naskah Publikasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

H o d g s o n , E., 2010, A Text book of modern

toxicology 4th edition, A John wiley,

North California, 65.

Irawati, E., 2014, Efek

H e p a t o p r o t e t e k s t i f Estrak

Daun Kemuning (Rhodomyrtus

tomentosa [Aiton] Hassk.) Terhadap

Hepatotosisitas Yang Diinduksi Parasetamol, Naskah Publikasi, Universitas TanjungPura; Pontianak

K a t z u n g , B.G., 2002, Farmakologi

Dasar dan Klinik (Basic

&Pharmacology), diterjemahkan oleh

Sjabana, D.,(Eds)., Edisi 8. Penerbit Salemba Medika: Jakarta.

Kavlekar, D.P., Chandra, M.D., Untawale, A.G., & Kulkami, V., 1998, CDROM on

Mangroves of Indian [NIO’S Database on

Marine life of India (NIODMLI)] [CDROM] Bioinformatics Center, National Institute of

Oceanography, Dona Paula, GOA 403 004, Indian Module 3 Ver 1.0.

Kee, J.L.F., 2007, Pedoman Pemeriksaan

Laboratorium & Diagnostik. Edisi 6.

Jakarta : EGC.

Kenneth, I.M., 2001, Clinical Laboratory Medicine. China: McClatchy.

Khan, M.A.A., Prasanta, P., & Mohammed, T.I., 2006, Phytochemical

and Pharmacological Screening of

Shingra (Cynometra rumiflora Linn,

Family : Leguminoseae) bark based

on its traditional uses, Departement

of Pharmacy Southem University.

Lu, F.C., 2009, Basic Toxicology :

Fundamentals, Target Organs, and Risk

Assesment 5th edition, Informa Healtcare

USA, New York : Informa Healtcare USA, Inc., 85.

Mohammed, F., Dinna, J.M., Rasha, K.M., 2012, Detection The Ratio of Bilirubin

in Human Body Using Laser

Technology, International Journal of

Modern Engineering Research (IJMER), Vol 2

Murtini, J.T., Priyanto, N., & Siregar, S.T., 2007, Toksisitas Subkronik Alginat pada Histopatologi Hati, Ginjal dan Lambung Mencit, Jurnal Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Vol.5, No 2.

Orisakwe, O.E., Onyenmechi, J.A., Mary, A.C., Ejeatuluchukwu, O., & Chudi E.D., 2003, Subchronic Toxicity Studies of the Aqueous Extract of Boerhavia diffusa Leaves, Journal of Healty Science, 49

Parrot, K., Woodard J., Ross B., Household

Water Quality, 2002, “Nitrates in

Household Water”, Virginia polytechnic institute and state university, Virginia State University from:

info.ag.uidaho.edu/pdf/CIS/CIS1099.pdf. Access on: Juni, 2014.

Quesenberry, K.E. & Carpenter, J. W., 2012, Ferrets, Rabbits, and Rodents: Clinical Medicine and Surgery, Third Edition, United States of America, Elsevier saunders

S a r a v a n a m u t t u , S., & D. Sudarsanam, 2012, “Antidiabetic

Plants and Their Active Ingredients: a

review”. IJPSR, Vol. 3(10): 3639-3650.

(24)

Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta, Hal 182-183.

Schnellmann, R., 2008, Toxic Respons of the

Kidney 7thed. C. & D. Klaassen C.D, ed.,

New York: Mc. Graw Hill.

Siraj, M.D., Afjalus, Malik, S., Emrul, H., Sanjana, S., 2013, Evaluation Of Neuropharmacological, Antibakterial,

and Antinociceptive Activity Of Methanolic Extract The Bark Of

Cynometra ramiflora Linn.

(Leguminosae), International Journal Of Research In Ayurveda & Pharmacy. Sherwood, L., 2001, Fisiologi Manusia

dari sel ke sistem, Terjemahan dari

Human Physiology : from cells to

system, Alih Bahas : Braham U.

Pendit, Jakarta, Penerbit buku kedokteran EGC, 568-570

Syaifudin, 2 0 1 2 , Anatomi Fisiologi Edisi 4, 446-453, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 446-453.

Tiwari, P., R a h u j a N., Kumar, R., Lakshmi, V., Srivastava, M.N, Agarwal, S.C, Raghubir, R & Srivastava, A.K., 2008, Search For Antihyperglycemic Activity in Few Marine Flora and Fauna. Indian Journal of Science and Technology. 1 (5), p.1-5.

Wahyono, J., Hakim, A.R, Nugroho, A.E., 2007, Profil Farmakokinetika Sulfasetamid pada Tikus Gagal Ginjal Karena Diinduksi Uranil Nitrat.

Majalah Farmasi Indonesia, 18(3), 117

– 123.

Wallach, J.B., 2006, Interpretation of Diagnostic Tests 8th ed., Lippincot: Walter Kluwer.

WHO, 1993, Research Guidelines for Evaluation the Safety and Efficacy of Herbal Medicinal. Manila.

(25)

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) TERHADAP MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI BAKTERI

Salmonella Thypimurium

Fahma Syufyani

Program Studi Farmasi Stikes Medistra Lubuk Pakam

ABSTRACT

Diarrhea is infectious intestinal disease a public health problem in developing countries. Treatment using chemical drugs can cause side effects. Herbal alternative medicine needs to be done. Beluntas leaf is plant that is used as a medicine for diarrhea, the active compounds were identified, namely phenols, tannins, alkaloids, steroids and essential oils, as well as having antibacterial cause diarrhea. The purpose of research to determine the effectiveness of beluntas leaf extract as an antidiarrheal. Starting with the manufacture of the extract using a nested design. Followed by in vivo observations using CRD with 6 treatment groups. Diarrhea induced by Salmonella typhimurium, with loperamide drug control treatment administered orally. Observation data showed levels of tannins, total phenols and yield of 80329.58 ppm, 5104.08 ppm, and 12.89%. The results showed Extract beluntas antidiarrheal effects doses of 150 and 300 mg/kg, dose of 600 mg/kg bw provide comparable effects with loperamide.

(26)

PENDAHULUAN

Diare merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di Indonesia, dengan kejadian penyakit 400 per 1000 penduduk. Diare adalah buang air besar dengan feses yang tidak berbentuk atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam [1]. Diare dapat disebabkan oleh bakteri yang mengkontaminasi makanan dan minuman atau oleh racun yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri tersebut yang berhubungan erat dengan sanitasi dan higienis individu maupun masyarakat, juga dapat disebabkan oleh kelainan psikosomatik, alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu, kelainan pada sistem endokrin dan metabolisme, kekurangan vitamin. Diare yang hebat dapat menyebabkan dehidrasi karena tubuh kekurangan cairan, kekurangan kalium, dan elektrolit dalam jumlah yang banyak. Dehidrasi berat akan menimbulkan kelemahan, shock bahkan kematian terutama pada anak-anak dan bayi [2].

Pengobatan dalam

menanggulangi diare perlu diperhatikan terjadinya dehidrasi pada penderita, sehingga diperlukan pengganti cairan [3]. Pengobatan diare dapat menggunakan obat-obat kimia seperti

loperamid, akan tetapi dapat

menimbulkan efek samping seperti nyeri abdominal, mual, muntah, mulut kering, mengantuk, dan pusing. Adanya efek samping tersebut menyebabkan masyarakat lebih memilih tanaman obat berkhasiat sebagai alternatif pengobatan. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai obat tradisional adalah daun beluntas (Pluchea indica L). Golongan senyawa aktif yang teridentifikasi dalam daun beluntas antara lain fenol hidrokuinon, tanin, alkaloid, steroid dan minyak atsiri [4]. Senyawa tanin bersifat sebagai astringent, mekanisme tanin sebagai astringen adalah dengan menciutkan permukaan usus atau zat

yang bersifat proteksi terhadap mukosa usus dan dapat menggumpalkan protein. Oleh Karena itu senyawa tanin dapat membantu menghentikan diare [5]. Daun beluntas juga mempunyai aktivitas farmakologi daya antiseptik terhadap bakteri penyebab diare yaitu

Staphylococcus aureus, Escherichia

coli, dan Salmonella typhimurium [6]. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa daun beluntas diduga dapat berperan sebagai antidiare.

Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi daun beluntas dengan menggunakan metode ekstraksi yang berbeda yaitu maserasi dengan pelarut etanol dan infusa dengan pelarut air. Hal ini, bertujuan untuk mengetahui pelarut yang sesuai untuk mengekstrak senyawa fitokimia khususnya tanin yang terdapat pada daun beluntas agar didapatkan hasil yang optimal. Pengujian efek antidiare dilakukan secara in vivo pada mencit jantan yang diinduksi bakteri Salmonella typhimurium. Pembuatan ekstrak daun beluntas sebagai antidiare diharapkan mampu memberikan alternatif pengobatan diare secara alami dan tanpa efek samping bagi semua usia serta dapat mengangkat potensi daun beluntas sebagai obat herbal yang ekonomis

METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam pembuatan ekstrak adalah daun beluntas yang didapat dari daerah Dieng Malang, akuades dan etanol 96% teknis. Bahan yang digunakan dalam analisis ekstrak adalah akuades, kertas saring, folin ciocalteu, sodium carbonate, asam galat, FeCl3, K3Fe(CN6). Bahan yang digunakan dalam uji antidiare secara in vivo yaitu mencit jantan dengan berat badan 25-30 gram, CMC 1%, obat diare (tablet lopamid®), bakteri Salmonella typhimurium, dan pakan susu pap. Alat yang digunakan dalam pembuatan ekstrak yaitu timbangan analitik, blender, spatula, rotary evaporator,

(27)

gelas ukur, beaker glass, corong, kertas saring, alumunium foil, panci, kompor listrik dan termometer. Alat yang digunakan dalam analisis yaitu timbangan analitik, gelas arloji, pipet ukur, gelas ukur, labu ukur, bola hisap, kertas saring halus, spektrofotometer, vortex, colour reader, oven vacuum, desikator, tabung reaksi, sentrifuge, kompor listrik. Alat yang digunakan dalam uji antidiare secara in vivo yaitu kertas saring, jarum sonde mencit, jarum suntik skala 1 ml (One med).

Metode penelitian di bagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama yaitu proses ekstraksi daun beluntas menggunakan Rancangan Tersarang (Nested Design) yang terdiri dari dua faktor. Faktor 1 adalah metode ekstraksi yang terdiri dari 2 level yaitu maserasi dan infusa. Faktor 2 adalah rasio bahan dengan pelarut yang terdiri dari 3 level yaitu 1:5 (b/v), 1:7.5 (b/v) 1:10 (b/v). Masing-masing diulang sebanyak 3 kali ulangan.

Tahap kedua yaitu penelitian in vivo menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 1 faktor yang terdiri dari 6 kelompok, masing-masing kelompok terdapat 4 ekor mencit. Kelompok 1 (K-) mencit normal tidak mengalami diare, kelompok 2 (K+) diare tanpa perlakuan, kelompok 3 (kontrol obat) diare dengan perlakuan obat loperamid, kelompok 4 diare dengan perlakuan dosis 150 mg/kg bb, kelompok 5 diare dengan perlakuan dosis 300 mg/kg bb, dan kelompok 6 diare dengan perlakuan dosis 600 mg/kg bb.

Tahapan Penelitian

Proses ekstraksi diawali dengan pencucian daun beluntas. Dikengeringan dengan pengering kabinet suhu 60 0C selama ± 2 jam. Penghalusan dengan blender kering sampai menjadi serbuk. Proses ekstraksi dengan 2 metode, metode maserasi dengan pelarut etanol yaitu direndam pada suhu 27 0C selama 3 x 24 jam, metode infusa dengan pelarut air yaitu direbus pada suhu 80-90 0C selama 15 menit. Penyaringan dengan

menggunakan kertas saring halus. Penguapan pelarut dengan menggunakan

rotary evaporator suhu 40 0C. Pada

pelarut etanol menggunakan tekanan 175 mBar, pada pelarut air menggunakan tekanan 73 mBar. Masing-masing diuapkan selama ± 30 menit.

Tahapan penelitian in vivo yaitu mencit diadaptasi lingkungan selama 1 minggu. Mencit dipuasakan selama 60 menit sebelum penelitian, lalu dikelompokkan menjadi 6 kelompok masing-masing 4 ekor mencit Semua mencit di berikan Salmonella

typhimurium dosis 108cfu/ml secara oral

sebanyak 0.4 ml/ekor mencit, kecuali kontrol negatif. 30 menit setelah pemberian Salmonella typhimurium, masing-masing kelompok diberi perlakuan, yaitu kelompok 1 diberikan akuades sebanyak 0.4 ml sebagai kontrol positif. Kelompok 2 diberikan

Salmonella typhimurium dosis 108

cfu/ml sebanyak 0.4 ml sebagai kontrol positif. Kelompok 3 diberikan

Salmonella typhimurium dosis 108

cfu/ml dan loperamid HCl 0.0102 mg/kg bb masing-masing sebanyak 0.4 ml sebagai control obat. Kelompok 4, 5, dan 6 diberikan dosis 1, 2, dan 3 yaitu 150 mg/kg bb, 300 mg/kg bb, 600 mg/kg bb masing-masing sebanyak 0.4 ml, semua perlakuan diberikan secara oral.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) kemudian dilakukan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) taraf 5%. Uji antidiare menggunakan One Way Anova SPSS Versi 17.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah daun beluntas yang dikeringkan kemudian digiling sampai menjadi bubuk. Analisis yang dilakukan terhadap bahan baku antara lain kadar tanin dan total fenol. Analisis rendemen dilakukan pada daun beluntas

(28)

yang masing basah. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa kadar tanin bubuk daun beluntas sebagai bahan baku yaitu sebesar 20180.04. Total fenol bubuk daun beluntas sebagai bahan baku yaitu sebesar 2124.48 ppm GAE, senyawa fenol merupakan kelompok senyawa kimia yang ditemukan sangat luas pada tanaman. Tinggi rendahnya total fenol pada bahan baku dapat dipengaruhi oleh tingkat umur daun, kondisi tanah, dan pengaruh lingkungan baik secara fisik, biologi maupun kimiawi. Rendemen bubuk daun beluntas sebesar 26.47% rendemen bubuk

daun beluntas diperoleh dari perbandingan berat bubuk daun beluntas dengan berat daun beluntas segar. Selama proses pengeringan sampai dengan penyerbukan terjadi penurunan berat daun beluntas. Penurunan berat dikarenakan adanya proses pengeringan yang dapat menghilangkan sebagian air yang terdapat dalam daun beluntas.

Parameter Hasil Analisis

Tanin 20180.04 ppm

Fenol 2124.48 ppm GAE

Rendemen 26.47 %

Analisis Ekstrak Daun Beluntas 1. Kadar Tanin

Tanin merupakan senyawa golongan polifenol yang bersifat polar. Metode uji kuantitatif tanin menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 620 nm [7].

Tabel 2 dapat diketahui bahwa kadar tanin ekstrak daun beluntas pada perlakuan metode maserasi dan infusa semakin meningkat dengan meningkatnya rasio pelarut yang digunakan. Kadar tanin tertinggi menggunakan metode maserasi dan metode infusa dengan rasio bahan dengan pelarut 1:10 (b/v). Pelarut polar

hanya akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar atau disebut like dissove like [8]. Semua jenis tanin dapat larut dalam air, kelarutannya akan bertambah besar apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu juga tanin akan larut dalam pelarut organik, seperti metanol, etanol, aseton dan pelarut organik lainnya. Rerata kadar tanin ekstrak daun beluntas metode maserasi lebih besar daripada metode infusa diduga karena pada metode infusa menggunakan pelarut air dan pada metode maserasi menggunakan pelarut etanol, massa dan tingkat kepolaran dari dua pelarut tersebut berbeda. Tanin mempunyai kelarutan dalam air yang lebih kecil dari etanol, kelarutan tanin dalam air 0.65 gram per 1 mL (suhu 70 0C), pada temperatur yang sama kelarutan tanin dalam etanol 0.82 gram per 1 mL [9].

2. Total Fenol

Senyawa fenol adalah kelompok metabolit sekunder yang ditemukan dalam jaringan tanaman. Pengukuran total fenol menggunakan metode pewarnaan dengan reagen Folin Ciocalteu yang didasarkan pada kekuatan reduksi gugus hidroksil aromatik dengan komplek fosfomolibdat dari reagen Folin Ciocalteu [10].

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa total fenol ekstrak daun beluntas pada perlakuan metode maserasi dan infusa semakin meningkat dengan meningkatnya rasio pelarut yang digunakan. Total fenol tertinggi pada ekstrak daun beluntas menggunakan metode maserasi dan metode infusa dengan rasio bahan dengan pelarut 1:10 (b/v). Rerata total fenol ekstrak daun beluntas dengan metode maserasi lebih besar daripada metode infusa karena pada metode maserasi menggunakan pelarut etanol dan pada metode infusa menggunakan pelarut air. Pada proses ekstraksi infusa dilakukan dengan proses

(29)

pemanasan yang mana suhu sangat berpengaruh terhadap senyawa fenol. Total fenol menurun seiring lamanya waktu pemanasan meskipun dengan suhu yang lebih rendah [11].

Tabel 3. Rerata Pengaruh Perlakuan Metode Ekstraksi Serta Rasio Bahan dengan Pelarut Terhadap Total Fenol Ekstrak Daun Beluntas

Jenis Tepung

Rasio Bahan

dengan Total Fenol

(ppm GAE) BNT 5% Pelarut (b/v) 1:5 4717.90 ± 40.41 a Maserasi 1:7.5 4899.02 ± 18.58 b 64.72 1:10 5104.08 ± 18.39 c 1:5 3135.65 ± 37.15 a Infusa 1:7.5 3306.50 ± 12.52 b 64.72 1:10 3541.86 ± 63.91 c Keterangan: Angka didampingi huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda

nyata (α=0.05)

Rendemen ekstrak dihitung dengan membagi berat (gram) ekstrak yang diperoleh dengan berat (gram) bahan kering yang di ekstrak dikalikan 100% [12].

Tabel 4. Rerata Pengaruh Perlakuan Metode Ekstraksi Serta Rasio Bahan dengan Pelarut Terhadap Rendemen Ekstrak Daun Beluntas

Rasio Bahan dengan Jenis Tepung Rendemen (%) BNT 5% Pelarut (b/v) 1:5 7.56 ± 0.30 a Maser asi 1:7.5 9.21 ± 0.20 b 0.69 1:10 12.19 ± 0.20 c 1:5 14.18 ± 0.61a Infusa 1:7.5 16.05 ± 0.26 b 0.69 1:10 18.55 ± 0.52 c

Tabel 4 menunjukkan bahwa kecenderungan nilai rendemen ekstrak daun beluntas pada perlakuan metode maserasi dan infusa semakin meningkat dengan meningkatnya rasio pelarut. Nilai rendemen tertinggi pada ekstrak daun beluntas menggunakan metode maserasi dan metode infusa dengan rasio bahan dan pelarut 1:10 (b/v). Semakin tinggi rasio pelarut dalam ekstraksi maka akan memiliki yield yang makin banyak. Hal ini disebabkan karena kontak antara matriks bahan dan pelarut akan lebih besar ketika volume pelarut yang lebih besar digunakan, sehingga memudahkan pelarut untuk melakukan penetrasi kedalam sel matriks bahan dan melarutkan senyawa target [13]. Rendemen hasil ekstraksi akan terus meningkat hingga larutan menjadi jenuh. Rasio bahan dengan pelarut 1:10 (b/v) adalah rasio yang optimal, sedangkan pada rasio bahan dengan pelarut 1:5 (b/v) yang memiliki volume pelarut yang lebih sedikit menyebabkan kontak antara bahan dengan pelarut belum maksimal sehingga rendemen yang dihasilkan lebih rendah. Rerata rendemen ekstrak daun beluntas dengan metode infusa lebih besar daripada metode maserasi karena pada metode infusa menggunakan pelarut air dan pada metode maserasi menggunakan pelarut etanol.

Pemilihan Perlakuan Terbaik

Pemilihan perlakuan terbaik parameter ditentukan melalui multiple attribute [14]. Hasil perlakuan terbaik adalah pada perlakuan metode ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol dengan rasio bahan pelarut 1:10 (b/v). Perlakuan terbaik analisis kadar tanin sebesar 800329.58 ppm, total fenol sebesar 5104.08 ppm GAE, dan rendemen sebesar 12.89%.

Gambar

Gambar 1. Penurunan TDS oleh ekstrak tali putri pada hewan hipertensi Pengulangan  dosis  tidak  menyebabkan
Gambar 3. Penurunan TAR oleh ekstrak tali putri pada hewan hipertensi Pengulangan  dosis  tidak  menyebabkan
Gambar 4. Penurunan LJ oleh ekstrak tali putri pada hewan hipertensi Pembahasan
Tabel 1. Hasil penetapan kimia urin pada hari ke-0
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada tujuh Partisipan, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi relasi ayah-anak dengan

Dapat dilihat bahwa di setiap saat, grafik amplitudo sel[1,1] pada simulasi tanpa anomali (warna merah) selalu lebih tinggi daripada grafik simulasi dengan anomali.

(3) Pihak lain dalam melakukan usaha pemanfaatan sumber daya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib bekerjasama dengan badan usaha milik masyarakat Hukum

Pada penelitian ini, maltodekstrin berbasis pati sagu diproduksi menggunakan spray dryer dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30% sedangkan enzim alfa amilase yang digunakan

&#34;enanganan nyeri  post sectio caesarea di RSU Ka!en Kabupaten &#34;ekalongan yang telah dilakukan selama ini lebih banyak menggunakan farmakologis yaitu dengan

Peristiwa bencana alam dapat terjadi kapan saja yang dapat merugikan jiwa maupun harta benda. Risiko bencana yang timbul karena kurangnya kesadaran dan kesiapsiagaan

1) Proyek kolaborasi website , dimana pengguna diijinkan untuk dapat mengubah, menambah, ataupun membuang konten-konten yang termuat di website tersebut, seperti

Perbedaan prestasi belajar antara penerima dengan tidak penerima beasiswa semua jurusan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis dilatarbelakangi oleh adanya faktor internal