• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kejadian Plebitis

Dalam dokumen ISSN Volume.5 No.1 Maret - Mei 2016 (Halaman 139-142)

RAHMAD GURUSINGA STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

F. Metode Pengukuran 1. Teknik Pemasangan Infus

2. Kejadian Plebitis

=40 − 102 p = 15

Kemudianselanjutnya sikap

dikategorikan menjadi : a. Baik bila skor 26 - 40. b. Tidak baik bila skor 10 - 25.

2. Kejadian Plebitis

Pengukuran kejadian phlebitis dilakukan dengan cara observasi pada pasien setelah dipasang infus dan diberi obat melalui selang infus selama 2 hari apakah terjadi phlebitis atau tidak dengan menggunakan Visual Infusion

Phlebitis score.

Kemudianselanjutnya hasil

observasi dikategorikan menjadi :

a. Ada kejadian apabila

dijumpai salah satu dari tanda dan gejala phlebitis dengan skor 1 - 15.

b. Tidak ada kejadian apabila tidak dijumpai tanda-tanda phlebitis.

G. Pengolahan Data

Data yang sudah dikumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Proses Editing

Dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan dan

kekurangan dalam

pengumpulan data maka

diperbaiki dengan

memeriksa kembali dan dilakukan pendataan ulang. 2. Coding

Coding merupakan kegiatan pembagian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

3. Tabulating

Untuk memperoleh analisa data, pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi. 4. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau

responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan –

kemungkinan adanya

kesalahan – kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi.

H. Analisis Data

Data yang terkumpul diolah secara manual dan dilanjutkan dengan computer, melalui tahapan editing, coding, entry data dan cleaning. Data dianalisis dengan komputer, jenis data yang dilakukan adalah :

1. Analisis univariat

Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan ataumendiskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang ditelitisecara

sederhana yang meliputi

variabel independent (teknik pemasangan infus dan sikap perawat) dan variabel dependent (kejadian plebitis).

2. Analisis bivariat

Analisis ini diperlukan untuk menjelaskan atau mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.Analisis bivariat dilakukan setelah karakteristik

masing-masing variabel

diketahui.Data dianalisis untuk

perhitungan bivariat pada

penelitian ini

menggunakanChi-Squaredengan derajat

kepercayaan sebesar 95%. Suatu variabel dikatakan berhubungan ketika nilai p ≤ α (0,05). Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan hipotesa hubungan tehnik pemasangan infus dan sikap perawat dalam perawatan infus dengan kejadian phlebitis di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2016.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Deli Serdang Lubuk Pakam didirikan pada tahun 1958, pertama sebagai rumah sakit pembantu, pada tahun 1979 menjadi Rumah Sakit Umum Kelas D sesuai dengan SK Menteri

Kesehatan RI. No.

51/Menkes/SK/II/1979, pada tahun 1987 menjadi Rumah Sakit Umum Kelas C sesuai dengan SK Menteri

Kesehatan RI. No.

303/Menkes/SK/IV/1987, tahun 2002 menjadi Lembaga Teknis Daerah berbentuk Badan berdasarkan Keputusan Bupati Deli Serdang No. 264 tanggal 01 Mei 2002, dan tahun 2008 menjadi Rumah Sakit Umum Kelas B Non Pendidikan sesuai dengan Keputusan Menkes RI. No. 405/Menkes/SK/IV/2008 tanggal 25 April 2008. Tahun 2011 lulus akreditasi 16 pelayanan. Tahun 2016 rumah sakit dalam proses akreditasi menjadi rumah sakit pendidikan dan masih dalam proses menjadi rumah

sakit BLUD (Badan Lembaga

Keuangan Daerah).

Rumah Sakit Umum Deli Serdang Lubuk Pakam berada di jl. Thamrin kota Lubuk Pakam (Ibukota Kabupaten Deli Serdang) ± 29 km dari Kota Medan (Ibukota Propinsi Sumatera Utara). RSUD Deli Serdang mempunyai luas areal ± 2 Ha dengan luas bangunan ± 10.362 m2.

Visi Rumah Sakit Umum Deli Serdang adalah pelayanan yang unggul dalam mutu, prima dalam pelayanan dan menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan yang paripurna dan proaktif untuk mewujudkan masyarakat sehat.Sedangkan misinya adalah memberikan pelayanan prima serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, terwujudnya pelayanan kesehatan rujukan spesialis secara professional sesuai standar pelayanan medis dan mengembangkan sarana dan prasarana sebagai tempat

pendidikan, penelitian dan

Instalasi Rawat Inap memiliki 250 tempat tidur dan terbagi dalam 14 ruang perawatan, 4 (dua) ruang perawatan VIP Tulip, Anggrek, Anyelir dan Teratai, 2 (dua) ruang perawatan anak dan bayi Kenanga dan Flamboyan, 2 (dua) ruang perawatan kelas I Dahlia dan Seroja, 2 (dua) ruang perawatan kelas II Akasia dan Mawar, 1 (satu) ruang ICU, 1 (satu) ruang NICU dan 2 (dua) ruang perawatan kelas III Melur dan Melati.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 30 perawat dengan rincian 3 orang dari Ruang IGD, 2 orang dari Ruang Melur, 2 orang dari Ruang Seroja, 2 orang dari Ruang Mawar, 2 orang dari Ruang Akasia, 2 orang dari Ruang Anggrek, 2 orang dari Ruang Tulip, 2 orang dari ruang Teratai, 2 orang dari ruang Anyelir, 2 orang dari Ruang Kenanga, 2 orang dari Ruang Melati, 2 orang Dari Ruang Flamboyan, 2 orang dari Ruang ICU dan 1 orang dari Ruang NICU, dan 30 pasien di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2016 mengenai hubungan tehnik pemasangan infus dan sikap perawat dalam perawatan infus dengan kejadian phlebitismaka didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

a. Teknik Aseptik Pemasangan Infus Tepat dan Tidak Tepat Pada Perawat

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Teknik Aseptik Pemasangan Infus Tepat dan Tidak Tepat Pada Perawat

di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2016 N o Teknik pemasang an infus Frekue nsi Persent ase (%) 1. 2. Tepat Tidak tepat 22 8 73,3 26,7 Jumlah 30 100,0

Tabel 4.1 menunjukan bahwa mayoritas teknik aseptik pemasangan infus sesuai SOP adalah tepat sebanyak 22 orang (73,3%) dan minoritas teknik aseptik pemasangan infus sesuai SOP adalah tidak tepat sebanyak 8 orang (26,7%).

b. Sikap Perawat Dalam Perawatan Infus

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap

Perawat Dalam

Perawatan Infus di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2016 No Sikap perawat Frekuensi Persentase (%) 1. 2. Baik Tidak baik 21 9 70,0 30,0 Jumlah 30 100,0

Tabel 4.2 menunjukan bahwa mayoritas sikap perawat dalam perawatan infus adalah baik sebanyak 21 orang (70%), dan minoritas sikap perawat dalam perawatan infus adalah tidak baik sebanyak 9 orang (30%).

c. Angka Kejadian Phlebitis Pada Pasien

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Angka Kejadian Phlebitis di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2016 N o Angka kejadia n phlebiti s Frekuen si Persenta se (%) 1. 2. Ada kejadia n Tidak ada kejadia n 8 22 26,7 73,3 Jumlah 30 100,0

Tabel 4.3 menunjukan bahwa mayoritas pada responden adalah tidak ada kejadian sebanyak 22 orang (73,3%), dan minoritas adalah ada kejadian sebanyak 8 orang (26,7%).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan tehnik pemasangan infus dan sikap perawat dalam perawatan infus dengan kejadian phlebitis di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2016, dengan hasil seperti tertera pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4. Tabulasi Silang Hubungan Tehnik Pemasangan Infus Dengan Kejadian Phlebitis di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui dari 22 orang perawat

dengan teknik pemasangan infus yang tepat diketahui 3 orang (13,6%) pasien yang mengalami phlebitis, dan 19 orang (86,4%) pasien yang tidak mengalami phlebitis. Dari 8 orang perawat dengan teknik pemasangan infus yang tepat diketahui 5 orang (62,5%) pasien yang mengalami phlebitis, dan 3 orang (37,5%) pasien yang tidak mengalami phlebitis. Karena p value = 0,016 (p < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa dalam penelitian ini diterima

yaitu ada hubungan teknik

pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

dari 21 orang perawat dengan sikap perawat dalam perawatan infus yang baik diketahui 1 orang (4,8%) pasien yang mengalami phlebitis, dan 20 orang (95,2%) pasien yang tidak mengalami phlebitis. Dari 9 orang perawat dengan sikap perawat dalam perawatan infus yang tidak baik diketahui 7 orang (77,8%) pasien yang mengalami phlebitis, dan 2 orang (22,2%) pasien yang tidak mengalami phlebitis. Karena p value = 0,039 (p < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa dalam penelitian ini diterima yaitu ada hubungan sikap perawat dalam perawatan infus dengan kejadian phlebitis di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

4.2 Pembahasan A. Analisa Univariat

1. Teknik Aseptik Pemasangan

Dalam dokumen ISSN Volume.5 No.1 Maret - Mei 2016 (Halaman 139-142)