• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dalam dokumen ISSN Volume.5 No.1 Maret - Mei 2016 (Halaman 101-104)

Prosedur yang dilakukan pada anak yang dirawat di rumah sakit bermacam-macam.Salah satu tindakan yang dilakukan adalah

pemasangan infus. Prosedur

pemasangan infus merupakan

prosedur invasif yang sering dilakukan pada perawatan anak di rumah sakit. Adanya prosedur penusukan vena dalam pemasangan infus dapat menimbulkan rasa cemas, takut, dan nyeri pada anak (Wang, 2008, dalam Maryam, 2012).

Salah satu metode untuk

menanggulangi nyeri adalah

manajemen nyeri dengan cara

nonfarmakologi yang dapat

dilakukan dengan metode distraksi. Tekhnik distraksi yang efektif dan yang dapat memberi pengaruh paling baik dalam jangka waktu yang singkat yaitu musik, dapat menurunkan nyeri fisiologis, stres (Purwati,2010).

Musik digunakan sebagai salah satu terapi pegobatan untuk menurunkan kecemasan terutama pada pasien dalam kondisi kritis. Implementasi dari terapi musik dapat

mengurangi kecemasan yang

akhirnya berkaitan dengan proses pemulihan yang lebih cepat. Musik yang memiliki tempo lambat dan menenangkan bisa menjadi terapi yang dapat diartikan sebagai pengobatan. Musik memiliki aspek terapeutik, sehingga musik banyak digunakan untuk penyembuhan, menenangkan, dan memperbaiki kondisi fisik dan fisiologis pasien maupun tenaga kesehatan, karena berdasarkan penelitian ditemukan bahwa saraf penerus musik dan saraf

penerus rasa sakit adalah sama, sehingga para dokter menggunakan musik sebagai terapi (Musbikin, 2009).

Semua jenis musik

sebenarnya dapat digunakan sebagai terapi musik, namun anjurannya adalah memiliki lagu dengan tempo sekitar 60 ketukan/menit yang bersifat rileks, karena apabila terlalu cepat maka secara tidak sadar stimulus yang masuk akan membuat kita akan mengikuti irama tersebut, sehingga keadaan istirahat yang optimal tidak tercapai. Tetapi yang paling sering digunakan adalah musik klasik, karena musik klasik memiliki tanda-tanda dengan frekuensi tinggi, rentang nada begitu luas dan tempo yang dinamis (Musbikin, 2009).

Musik klasik Mozart muncul 250 tahun yang lalu. Diciptakan oleh Wolgang Amadeus Mozart. Musik

klasik Mozart memberikan

ketenangan, memperbaiki persepsi spasial dan memungkinkan pasien untuk berkomunikasi baik dengan hati maupun pikiran. Musik klasik Mozart juga memiliki irama, melodi, dan frekuensi tinggi yang dapat

merangsang dan menguatkan

wilayah kreatif dan motivasi di otak. Musik klasik Mozart memiliki efek yang tidak dimiliki komposer lain. Musik klasik Mozart memiliki

kekuatan yang membebaskan,

mengobati dan menyembuhkan

(Musbikin, 2009).

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa musik bisa meredakan stres dan bahkan rasa nyeri. Sebelumnya, sebuah penelitian

di Cleveland Clinic telah

membuktikan bahwa mendengarkan musik selama 1 jam/hari bisa

meredakan nyeri hingga 20 persen pada penderita nyeri punggung (Pramudiarja, 2010).

Penelitian terkait lainnya dilakukan oleh Gousie (2001) yang telah meneliti aplikasi dari musik dalam pengaruhnya pada rasa sakit dan trauma saat injeksi. Penelitian ini menemukan bahwa musik dapat menurunkan trauma pada anak usia 6-9 tahun, sebagai catatan, penelitian ini menemukan perbedaan yang signifikan antara rasa sakit dan trauma. Whitehead-Pleaux (2006), juga meneliti efek terapi musik pada anak dengan luka bakar pada saat penggantian balutan. Hasilnya, grup kontrol musik terapi menunjukkan tingkat trauma yang lebih tinggi dan lebih banyak kecemasan.

Berdasarkan rekomendasi dari hasil penelitian sebelumnya Whitehead-Plaux (2007), melakukan penelitian kembali tentang efektifitas terapi musik dalam mengurangi kecemasan dan rasa sakit selama prosedur medis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik efektif dalam mengurangi kecemasan dan rasa sakit selama prosedur medis. Peneliti mengatakan bahwa musik merupakan salah satu cara yang efektif untuk membantu anak-anak

dalam menghadapi

tindakan/prosedur medis. Penelitian juga dilakukan oleh Klassen (2008), hasil dari penelitian menunjukkan

bahwa musik efektif dalam

mengurangi kecemasan dan rasa sakit selama proses klinikal pada anak dan balita.

Salah seorang pioner terapi musik yaitu dr.Ralph Spint seorang ahli anastesi di rumah sakit olahraga Hellersen di Ludenscheid, Jerman menciptakan salah satu jenis terapi

musik yang mempergunakan alat berupa CD yang disebut Pain Relief,

yang dapat membantu

menghilangkan atau meringankan berbagai rasa sakit. Meredakan nyeri akibat suatu penyakit, nyeri punggung, rematik arthritis, luka bakar, luka kecelakaan, nyeri penderita kanker, nyeri persendian, nyeri pasca operasi dan nyeri lainnya. Alat ini diperdengarkan minimal 30 menit setiap hari sampai semua rasa sakit yang dikeluhkan hilang. Jika diputar saat rasa sakit muncul, maka rasa sakit akan berkurang atau hilang sepenuhnya (Ryo Jeo, 2010).

Anak usia prasekolah dan usia sekolah rentan terkena penyakit, sehingga banyak anak pada usia tersebut yang harus dirawat di rumah sakit dan menyebabkan populasi anak yang dirawat di rumah sakit mengalami peningkatan yang sangat dramatis (Wong, 2009). Di Indonesia 30% dari 180 anak antara 3 sampai 12 tahun mempunyai pengalaman dengan rumah sakit (Smetz cit Luthfi, 2007 dalam Maharani, 2013). Rata-rata anak mendapat perawatan

selama enam hari. Selain

membutuhkan perawatan yang

spesial dibanding pasien lain, anak sakit juga mempunyai keistimewaan dan karakteristik tersendiri karena anak-anak bukanlah miniatur dari orang dewasa atau dewasa kecil. Dan waktu yang dibutuhkan untuk merawat penderita anak-anak 20-45% lebih banyak daripada waktu untuk merawat orang dewasa (Aidar, 2011).

Selain itu, di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa penelitian terkait yang telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan

oleh Subandi, Januari 2012 di

Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Cilacap melalui observasi terhadap 13 pasien anak umur 3-6 tahun di Ruang Catleya dan terhadap perawat Ruang Catleya. Dari hasil observasi didapatkan data bahwa terdapat 10 (76,92 %) pasien anak tidak kooperatif terhadap tindakan seperti saat perawat datang untuk pengukuran tanda-tanda vital, pemasangan infus dengan spalk yang tidak bermotif, pemberian obat injeksi intravena, dan pengambilan darah untuk cek laboratorium.

Hasil penelitian Purwati, 2010 tentang penurunan tingkat nyeri anak prasekolah yang menjalani

penusukan intravena untuk

pemasangan infus melalui terapi musik mengatakan bahwa dari 32 responden anak prasekolah yang dilakukan pemasangan infus terdapat 18,8 % anak yang merasakan nyeri lebih banyak, 31,2 % anak merasakan nyeri secara keseluruhan, dan 50 % anak merasakan nyeri sekali dan menangis.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam pada tanggal 25 - 26 April 2016 didapatkan hasil bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam memiliki 1 ruang perawatan anak yang terdiri dari kelas I, II, dan III. Dalam 4 bulan terakhir (Januari – April 2016) terdapat 270 pasien anak yang dirawat. Usia anak yang dirawat di ruang tersebut bervariasi, dari 1 bulan hingga 12 tahun, dan anak usia prasekolah yang dirawat sebanyak 69 anak (25,55%) dengan rata-rata lama rawat 3 – 7 hari. Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap

5 anak usia prasekolah yang dirawat menunjukkan respon cemas dan takut pada perawat yang datang serta pada prosedur tindakan yang akan dilakukan terutama tindakan invasif.

Anak menangis, menjerit,

menghentak-hentakkan kaki,

menolak perawat, dan tidak kooperatif.

Dari uraian di atas peneliti merasa tertarik sehingga mengambil judul Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan Nyeri Anak Prasekolah (3-6 tahun) yang Menjalani Penusukan Intravena untuk Pemasangan Infus di Ruang Kenanga RSUD Deli Serdang Tahun 2016.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian tersebut adalah “Apakah ada pengaruh terapi musik klasik Mozart terhadap penurunan rerata nyeri anak prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani penusukan intravena untuk pemasangan infus di Ruang Kenanga RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam tahun 2016 ? ”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik Mozart terhadap penurunan rerata nyeri anak prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani penusukan intravena untuk pemasangan infus di Ruang Kenanga RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1.Untuk mengidentifikasi rerata

nyeri anak prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani penusukan intravena

untuk pemasangan infus pada kelompok kontrol.

1.3.2.2.Untuk mengidentifikasi rerata

nyeri anak prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani penusukan intravena untuk pemasangan infus pada kelompok intervensi.

1.3.2.3.Untuk mengetahui perbedaan

rerata nyeri anak prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani penusukan intravena untuk pemasangan infus

pada kelompok kontrol dan

kelompok intervensi.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Aplikasi

1.4.1.1. Bagi Lahan/Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam penerapan asuhan keperawatan pada anak usia prasekolah serta dapat dijadikan Prosedur Tetap Rumah Sakit untuk tindakan pemasangan infus pada anak usia prasekolah.

1.4.1.2.Bagi Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat terutama dalam

melaksakan asuhan keperawatan pada anak usia prasekolah yang dirawat di rumah sakit, sehingga nyeri akibat tindakan/prosedur pemasangan infus dapat berkurang.

1.4.1.3. Bagi Pasien

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat positif bagi anak, terutama dalam menghadapi sensasi

nyeri serta meningkatkan

kemampuan koping anak.

METODE PENELITIAN

Dalam dokumen ISSN Volume.5 No.1 Maret - Mei 2016 (Halaman 101-104)