• Tidak ada hasil yang ditemukan

Batasan dan Pengertian

TAHUN AJARAN 2011/2012

KEGIATAN BELAJAR 7 PENDAHULUAN

B. Batasan dan Pengertian

Apakah konseling itu? Anda semua, para peserta PLPG bidang studi bimbingan dan konseling para guru bimbingan dan konseling (guru BK) – tentunya sudah tidak merasa asing dengan istilah konseling. Sebagai profesional pelaksana pemberi layanan bimbingan dan konseling sekolah, Anda tentu telah akrab dengan istilah konseling dan sebagian besar dari Anda barangkali juga telah sering mempraktekkannya. Demikian pula, istilah konseling juga telah sering disebut, ditulis, diperdengarkan, dibicarakan, dan dikaji dalam berbagai peristiwa organisasi dan kegiatan ilmiah yang barangkali telah sering Anda ikuti. Namun, barangkali tak semua Anda benar-benar telah memiliki pemahaman yang memadai tentang istilah konseling itu baik secara konseptual maupun operasional, khususnya jika bukan sarjana bimbingan dan konseling. Untuk itu berikut ini akan diberikan kutipan tentang batasan istilah konseling.

Anda semua mungkin telah paham jika konseling itu merupakan kata pengganti dari “counseling” (bahasa inggris). Jika dicari kamus, maka padan kata dari counseling itu adalah penyuluhan. Jika digunakan istilah penyuluhan sebagai penggantai kata counseling, banyak kalangan yang mengkhawatirkan ia dipahami seperti halnya penyuluhan dalam bidang lain yang tidak mengandung intervensi psikologis, seperti penyuluhan hukum, penyuluhan pertanian, penyuluhan keluarga berencana, dsb. Secara umum counseling adalah suatu bentuk bantuan yang mengandung dimensi psikologis dan diadministrasikan oleh profesional konseling (konselor). Atas dasar itu maka agar tidak terjadi salah tafsir, para pakat bimbingan dan konseling sepakat untuk menggunakan istilah aslinya namun penulisannya disesuaikan dengan ejaan dalam bahasa Indonesia.

Secara historis konseling berkembang sebagai suatu profesi muncul dari gerakan bimbingan vokasional di USA pada awal tahun 1900 an yang saat itu dipelopori oleh Frank Parson. Bimbingan vokasional itu sendiri bertujuan untuk membantu individu guna mendapatkan pekerjaan dan/atau menemukan karier yang sesuai dengan lkarakteristik pribadinya sehingga mereka menemukan kepuasan dalam kehidupannya dan dapat bertindak secara produktif. Pada perkembangan selanjutnya konseling dipraktekkan dalam berbagai lingkungan dan tujuan, salah satunya di sekolah. Dari sini muncullah suatu pelayanan di sekolah di samping pembelajaran dan administrasi yang secara khusus dimaksudkan untuk mengembangkan pribadi murid khususnya untuk membantu murid agar mencapai keberhasilan di sekolah. Pelayanan ini disebut bimbingan dan konseling sekolah. Dalam konteks bimbingan dan konseling sekolah, konseling diposisikan menjadi bagian atau salah satu teknik dari pelayanan bimbingan. Namun karena perannya yang esensial dalam kegiatan bimbingan secara keseluruhan, maka konseling menjadi teknik yang populer bahkan ada yang menyatakannya sebagai jantungnya bimbingan.

Di Indonesia, bimbingan dan konseling mulai dilaksanakan di sekolah sejak diberlakukannya kurikulum pendidikan tahun 1975. Waktu itu belum semua sekolah melaksanakan bimbingan dan konseling tetapi hanya di beberapa sekolah menengah umum. Pada tahun 1976 bimbingan secara resmi dilaksanakan di sekolah kejuruan (Munandir, 1991). Saat ini bimbingan dan konseling telah diberlakukan (dilaksanakan) di hampir semua jenjang sekolah di Indonesia, meskipun terdapat variasi

yang luas tentang tenaga pembimbing, program bimbingan, dan bagaimana bimbingan itu dilaksanakan.

Meskipun dapat dibilang sudah cukup berumur, masih sering dapat ditemukan adanya kesalahpahaman atau kekeliruan tentang peran fungsi dan peran bimbingan dan konseling sekolah, khususnya menyangkut peran dan fungsi pelaksana bimbingan dan konseling (guru pembimbing dan konseling), konsep dan operasionalisasi antara kegiatan bimbingan dan dan kegiatan konseling baik oleh kalangan profesional itu sendiri maupun oleh siswa dan masyarakat yang membutuhkannya.

Kekeliruan tentang peran konselor barangkali berkaitan dengan kekacauan antara istilah bimbingan dan istilah konseling dan bagaimana istilah tersebut digunakan untuk mendeskripsikan apa yang seharusnya dilakukan oleh pembimbing. Secara tradisional istilah bimbingan sekolah digunakan sebagai suatu payung pelayanan bantuan yang di dalamnya terdapat konstelasi pelayanan yang dimaksudkan untuk membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal di bidang akademik/belajar, pribadi, sosial, dan karier. Dalam konsep bimbingan tradisional, maka kita dapat memberikan bimbingan dengan cara memberikan informasi kepada individu atau mengenalkan individu tentang berbagai hal (melalui layanan informasi dan orientasi) agar individu memiliki wawasan dan pemahaman yang memadai sehingga ia mampu membuat pilihan yang tepat, dengan cara memberikan bimbingan individual atau kelompok, dengan memberikan konseling individual atau kelompok, atau dengan cara menempatkan individu pada kegiatan yang tepat agar ia dapat mengembangkan dirinya secara optimal. Dalam konsep bimbingan komprehensif yang sekarang ini banyak digunakan sebagai kerangka kerja, kita dapat membimbing siswa melalui kegiataan layanan dasar (berupa bimbingan kelompok, bimbingan klasikal, atau orientasi), melalui perencanaan individual (bimbingan karier), dan layanan responsif (konseling, konsultasi, dan referal). Dalam bimbingan komprehensif ini bimbingan menggambarkan program sekolah secara keseluruhan dan mengimplikasikan bantuan pribadi kepada siswa, guru, staf administrasi, pimpinan, dan orang tua. Namun dalam arti akuntabilitas, bimbingan dan konseling dilaksanakan oleh pembimbing atau konselor dan harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya itu kepada siswa, orang tua, sekolah, masyarakat, kolega dan asosiasi, pofesi, dan diri (Cobia & Henderson, 2010).

Istilah konseling digunakan untuk menggambarkan suatu proses pemberian bantuan pemecahan masalah/kesulitan yang diberikan oleh ahli/profesional yang berkewenangan memberikannya kepada individu atau kelompok individu melalui situasi yang dirancang secara khusus yang di dalamnya mengandung dimensi-dimensi psikologis. Jika kita periksa di dalam literatur-literatur konseling, kita akan menemukan banyak sekali ragam definisi konseling. Keragaman ini berakar pada sudut pandang, perspektif penekatan, dan orientasi teoretik dari ahli yang membuat definisi itu. Namun, secara umum semua definisi memiliki tujuan umum yang sama, yakni mensejahterakan individu. Perbedaan dapat terletak pada fokus atau sasaran intervensi dan cara bagaimana konseling itu dilaksanakan. Jika disimak, di dalam definisi itu terdapat banyak sekali muatanya, seperti konseling merupakan suatu hubungan bantuan yang bersifat mempribadi, dilakukan oleh profesional yang telah terlatih dan memiliki lisensi, individu yang dibantu adalah mereka yang masih memiliki taraf kesadaran normal, berkaitan dengan pengubahan perilaku, memiliki landasan filosofis dan teoretik.

Suatu definisi konseling yang dapat dikatakan sebagai “definisi awal” yang dikeluarkan oleh Komisi Definisi pada Divisi Psikologi Konseling Asosiasi pasikologi Amerika pada tahun 1956 menyatakan bahwa konseling merupakan suatu proses membantu individu dalam menangani hambatan-hambatan menuju pencapaian pertumbuhan diri dan perkembangan yang opotimal dari sumber-sumber pribadinya (Thompson, Rudolph, & Henderson, 2004). Thompson, Rudolph, dan Henderson juga mengemukakan definisi lain yang tergolong lebih baru yang dihasilkan dari The National Conference od State Legislatures and the American Counseling Association tahun 1990.

Definisi ini menyatakan konseling sebagai

... a process in which a trained professional forms a trusting relationship with a person who need assistance. This relationship focus on personal meaning of experience, feelings, behaviors, alternatives, consequences, and goals. Counseling provides a unique opportunity for individuals to explore and express their ideas and feelings in aevaluative, non-threatening environment (Thompson, Rudolph, & Henderson, 2004: 21).

Suatu definisi yang agak belakangan, yakni definisi dari Burks dan Steffler, yang disebut oleh George dan Cristiani (1981) sebagai suatu definisi yang memberikan gambaran yang cukup memadai, menyatakan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional antara konseli dengan konselor yang terlatih. Hubungan tersebut selalu bersifat antar pribadi, meskipun kadang-kadang dapat

melibatkan lebih dari dua orang. Hubungan tersebut dirancang untuk membantu konseli memperoleh pemahaman dan memperjelas pandangan tentang diri dan kehidupannya, dan untuk belajar mencapai tujuan-tujuan yang mereka tetapkan sendiri. Ini dilakukan dengan cara memilih atau memanfaatkan informasi yang valid dan bermakna dan melalui pemecahan masalah-masalah emosional atau masalah interpersonal. Definisi ini menegaskan bahwa konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat profesional dan mempribadi antara konselor dan konseli untuk maksud mendorong perkembangan pribadi konseli dan membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Konselor adalah profesional yang memiliki kewenangan untuk memberikan konseling, sedangkan konseli adalah individu yang menerima konseling. Terdapat profesional lain memiliki kewenangan untuk memberikan konseling sepanjang ia memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dipersyaratkan, seperti psikoterapis, psikolog, atau pekerja sosial. Masalah yang dipecahkan dalam konseling dapat bervariasi secara luas, mulai dari masalah pribadi hingga masalah sosial, dan bisa bersifat preventif (pencegahan) atau kuratif (pengen-tasan/ pemecahan masalah). Dalam proses konseling konselor tidak hanya member-kan informasi pada konseli tetapi juga melatihkan keterampilan-keterampilan tertentu baik yang bersifat afektif, kognitif, maupun perilaku sehingga konseli pada akhirnya mampu untuk memecahkan masalahnya sendiri dan berkembang menjadi pribadi yang sehat dan dapat merealisasikan semua potensinya.

Definisi yang agak baru yang dikeluarkan oleh The national Conference of State Legislatures and the American Counseling Association (Glosoff & Kioprowicz, 1990) menyatakan bahwa konseling merupakan suatu proses bantuan yang diberikan oleh seorang profesional yang terlatih kepada individu yang sedang mengalami masalah melalui suatu penciptaan hubungan yang penuh kepercayaan. Hubungan ini memusatkan perhatian pada makna pengalaman pribadi, perasaan, perilaku, alternatif-alternatuif, konsekuensi, dan tujuan. Konseling memberikan suatu peluang yang unik pada individu untuk mengungkap dan menyatakan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya dalam suatu lingkungan yang dapat memberinya rasa aman. Guna menambah wawssan Anda, silahkan mencari dan menemukan definisi-definisi lain di sejumlah literatur dan jurnal baik cetak maupun elektronik.

Pada September 1997, ikatan konseling Amerika yang tergabung dalam American Counseling Association Governing Council menyetuhjui suatu definisi konseling profesional berikut:

...the application of mental health, psychological, and human development principles through cognitive, affective, behavioral and systematic intervention strategies, that address wellness, personal growth, and career development, as well as pathology (Hakney & Cormier, 2001: 3).

Bagaimana dengan batasan tentang konseling yang diadopsi di tanah air? Batasan ini setidaknya dapat dilihat pada beberapa sumber panduan atau perundangan berkenaan dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling di Indonesia. Yang paling belakangan adalah dalam Kurikulum Pendidikan tahun 2006 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang di dalamnya mengatur pelaksanaan bimbingan dan konseling sekolah dalam kosep pengembangan diri. Silahkan dikaji pula konsep konseling dalam Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007. Di samping adanya kebingungan antara istilah bimbingan dan konseling, kebingungan juga muncul dari istilah konseling dan psikoterapi. Sebagian ahli menyatakan tidak perlu membedakan antara konseling dan psikoterapi dan menggunakan kedua istilah tersebut secara sama, sebagian ahli yang merasa perlu untuk memisahkan antara keduanya. Ini khususnya benar untuk para konselor sekolah, karena konselor sekolah pada umumnya bukan psikoterapis yang terlatih. Permasalahan ini dikemukakan oleh Hahn (George & Cristiani, 1981:7) melalui tulisannya, “I know few counselors and psychotherapists who are completely satisfied that clear distinctions have been made.” Menurut Hahn, antara konseling dan psikoterapi tak dapat benar-benar dipisahkan; konselor mempraktekkan apa yang dikatakan oleh psikoterapis sebagai psikoterapi, dan psikoterapis mempraktekkan apa yang dipandang oleh konselor sebagai konseling. Tampak pada kita bahwa istilah konseling seolah-olah tak bisa lepas dari bimbingan dan psikoterapi. Inilah mengapa istilah konseling hampir selalu dipasangkan dengan bimbingan (bimbingan dan konseling) atau psikoterapi (konseling dan psikoterapi). Tabel 1berikut adalah suatu contoh yang menggambarkan perbedaan antara konsleing dan psikoterapi dilihat pada beberapa aspek seperti dikemukakan oleh Thompson, Rudolph, & Henderson (2004).

Tabel 1. Perbedaan antara konseling dan psikoterapi. Dikutip dari Thompson, Rudolph, & Henderson (2004: 21).

Counseling is more for: Psychotherapy is more for:

1. Clients 2. Mild disorders

3. Personal, social, vocational,

educational, and decision-making problems 4. Preventive and developmental concerns 5. Educational and developmental settings 6. Conscious concern 7. Teaching methods 1. Patients 2. Serious disorders 3. Personality problems 4. Remedial concerns

5. Clinical and medical settings

6. Unconscious concerns

7. Healing methods