• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Gambar 3.6 Penggunaan Media dalam Belajar Kelompok

KEGIATAN BELAJAR 1

A. LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Layanan bimbingan dan konseling adalah upaya membantu peserta didik untuk mengem-bangkan diri dalam bidang pribadi, sosial, dan belajar serta karier. Layanan bimbingan dan konseling bisa dilakukan secara perorangan dan kelompok, serta klasikal. Layanan bim-bingan memberikan bantuan agar peserta didik mengetahui kebutuhan, bakat, minat dan nilai-nilai yang dianut berdasarkan pengalaman penting dalam kehidupan. Layanan bimbingan memberikan arah bagi individu menemukan cara belajar yang efektif sesuai dengan bakat dan kemampuan. Layanan bimbingan bisa memperoleh pemahaman bagi individu untuk mengetahui perencanaan dan pengembangan karier masa depan.

Kegiatan bimbingan dan konseling akan berjalan dengan baik apabila dirangkai dalam suatu program bimbingan. Untuk mewujudkan suatu program bimbingan dan konseling didasarkan pada prinsip-prinsip dan bidang layanan. Bidang layanan bimbingan dan konseling mengacu pada definisi bimbingan dan konseling.

Kata bimbingan berasal dari kata “guide” yang berarti mengarahkan (direct), menunjukkan

(pilot), atau mengatur (manage). Apabila ditinjau dari sudut bahasa maka bimbingan merupakan suatu bantuan kepada individu yang berasal pada pengalaman individu untuk membantu dirinya sendiri sesuai dengan kebutuhan mereka. Pengalaman individu memiliki pengaruh penting dalam kehidupan selanjutnya. Pemaknaan terhadap pengalaman yang telah dijalani akan membuat hidup seseorang memiliki arti, nilai-nilai yang dianutnya.

Pengertian bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan oleh seorang yang ahli (konselor) secara terus menerus sehingga individu dapat memahami dirinya dan mengarahkan diri sesuai dengan tuntutan diri, keluarga dan masyarakatnya. Bimbingan bersifat pencegahan agar individu dapat mengetahui sejak dini akibat dari perbuatan yang akan dipilihnya. Dengan bimbingan individu mendapat informasi yang lebih akurat dari bimbingan seorang konselor. Bimbingan adalah bantuan yang diberikan agar individu memiliki pilihan dan alternatif yang bijaksana untuk memutuskan perbuatan yang akan dipilihnya. Karena setiap manusia akan memilih pilihan yang perlu dipertimbangkan secara rasional. Bimbingan akan memberikan manfa’at bagi individu untuk melakukan analisis diri akan pengalaman, pengetahuan, ke-terampilan yang dimiliki dan perlu dikembangkan untuk mencapai perkembangan individu yang optimal. Bimbingan adalah usaha membantu individu untuk memberikan invormasi pengetahuan, pengalaman, keterampilan, sikap yang akan berfungsi pada pengembangan diri individu.

Pelayanan bimbingan di lembaga pendidikan formal dapat terlaksana dengan mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan akan terlaksana dalam rangka suatu pro-gram bimbingan (guidance program). Dalam program bimbingan terdapat beberapa kom-ponen yaitu saluran-saluran formal untuk melayani para siswa, orang tua, tenaga kependidikan (guru dan staf). (Winkel 1991).

1. Prinsip-prinsip Pelaksanaan dan Pengembangan Program Bimbingan

Prinsip-prinsip pengembangan program bimbingan dan konseling merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah empirik yang menjadi pedoman pelaksanaan sesuatu yang akan dilakukan. Dalam layanan bimbingan dan konseling, prinsip-prinsip yang digunakan bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan dan fungsi, dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling dapat berkaitan dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan perkembangan program bimbingan.

Pertama, prinsip-prinsip pelaksanaan program bimbingan. Menurut Van Hoose (dalam Prayitno, 1994), bahwa ada lima prinsip yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling, yaitu; (1) bimbingan berdasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri individu terkandung kebaikan-kebaikan setiap pribadi mempunyai potensi, dan pendidikan hendaklah membantu mengembangkan potensinya itu, (2) bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik yang berbeda dengan yang lain, (3) bimbingan merupakan bantuan kepada anak-anak dan pemuda dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat, (4) bimbingan adalah pelayanan unik yang dilaksanakan oleh ahli yang telah mengikuti latihan khusus, dan untuk melaksanakan layanan bimbingan diperlukan minat pribadi khusus pula.

Sedangkan Shestzer (1981: 51-53), mengemukakan enam prinsip bimbingan yang berfungsi sebagai parameter pelaksanaan bimbingan dan konseling, menggambarkan model operasional, dan

menjelaskan asumsi-asumsi filosofisnya. Keenam prinsip tersebut yaitu: (1) bimbingan sangat utama bila difokuskan pada perkembangan individu, (2) model utama pe-laksanaan bimbingan ditentukan oleh proses perilaku individu, (3) bimbingan diorientasikan pada kerja sama, bukan paksaan, (4) manusia memiliki kemampuan yang berkembang, (5) bimbingan didasarkan pada pengenalan harga diri dan nilai individu, serta hak mereka untuk memilih dan (5) bimbingan bersifat berkelanjutan, urut untuk proses pendidikan.

Belkin, merumuskan enam prinsip untuk menegakkan dan menumbuh kembangkan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di institusi pendidikan, yaitu (1) konselor ha-rus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja yang jelas dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut, (2) konselor harus tetap mempertahankan sikap profesional tanpa harus mengganggu hubungan konselor serta siswa dan personil seko-lah lainnya, (3) konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya sebagai konselor profesional dan menerjemahkan itu ke dalam kegiatan yang nyata, (4) konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik yang gagal, dan menimbulkan gangguan sehingga kemung-kinan putus sekolah, permasalahan emosional, yang mengalami kesulitan belajar maupun sis-wa yang memiliki bakat istimewa, berpotensi rata-rata, yang pemalu dan sebagainya, (5) konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa-siswa yang mengalami masalah yang serius dan yang menderita gangguan emosional, (6) konselor harus bekerjasama secara efektif dengan kepala sekolah.

Kedua, prinsip yang berkaitan dengan pengembangan program bimbingan dikemuka-kan oleh Gysbers dan Henderson (1988), mengemukakan tujuh prinsip pengembangan pro-gram bimbingan dan konseling, yaitu (1) program bimbingan membantu perkembangan siswa dan memperhatikan perbedaan, (2) program bimbingan membantu siswa agar dapat hidup bekerjasama dalam suatu kelompok, (3) program bimbingan memberikan layanan kepada semua siswa disemua jenjang pendidikan, (4) program bimbingan membantu siswa dalam mengembangkan pribadi-sosial, karier dan belajar, (5) program bimbingan menyediakan layanan konsultasi dan koordinasi bagi para guru, orang tua siswa dan staf administrasi, (6) program bimbingan mengembangkan layanan preventif dan remidial bagi siswa dan (7) program bimbingan ada dua macam, yaitu sebagai komponen integral dan komponen inde-penden dari keseluruhan program pendidikan di sekolah.

Selain rumusan prinsip-prinsip pengembangan program bimbingan konseling dikemu-kakan oleh Gysbers dan Henderson (1988), juga merumuskan empat prinsip yang berkaitan dengan pengembangan program bimbingan dan konseling. Pertama, bimbingan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan. Oleh karena itu, pro-gram bimbingan dan konseling disusun selaras dengan program pendidikan dan pengem-bangan secara menyeluruh. Kedua, program bimbingan dan konseling harus fleksibel, dise-suaikan dengan kondisi lembaga, kebutuhan individu dan masyarakat. Ketiga, program la-yanan bimbingan konseling disusun dan diselenggarakan secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai orang dewasa, dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Keempat, terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan penilaian yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh, serta mengetahui kesesuaian antara program yang direncanakan dengan pelaksanaannya.

Prinsip-prinsip pengembangan program bimbingan dan konseling tersebut, menegas-kan bahwa penegakan dan penumbuhkembangan pelayanan bimbingan dan konseling hanya dapat dilaksanakan oleh konselor yang profesional. Konselor dapat diwujudkan melalui pe-ngembangan, peneguhan sikap, keterampilan, wawasan dan pemahaman profesional yang baik.

2. Sasaran Bimbingan dan Konseling

Bimbingan Bagi Siswa Bermasalah

Melaksanakan bimbingan bagi siswa bermasalah mengutamakan diagnosis dan teknik pemahaman individu untuk mengidentifikasi masalah siswa. Untuk pemahaman dibutuhkan data obyektif yang dapat memberi gambaran utuh tentang diri siswa. Data tersebut dipakai konselor untuk membantu siswa yang bermasalah, dan berguna untuk memahami dirinya sendiri sehingga mampu mengambil alternatif untuk memecahkan masalahnya dan menen-tukan bidang karier yang akan dipilihnya. Konsep bimbingan yang menekankan pada siswa yang bermasalah membatasi layanan bimbingan pada saat-saat tertentu dan untuk siswa tertentu pula. Layanan yang berorientasi pada penyelesaian masalah khusus diberikan dalam bentuk konseling perorangan dan konseling kelompok yang difokuskan pada masa-lah pribadi, perencanaan karier, testing psikologis dan masalah-masalah yang berkaitan de-ngan akademik.

Bimbingan untuk Semua Siswa

Bimbingan ini bertujuan mengembangkan potensi individu secara optimal melalui berbagai layanan yang disediakan oleh perguruan tinggi. Cara ini menekankan pada dua ragam bimbingan belajar dan bimbingan pribadi (Shertzer, 1981). Bimbingan yang diberikan kepada siswa diprioritaskan pada kegiatan preventif dan pengembangan.

Layanan preventif diberikan kepada seluruh siswa agar dapat terhindar dari masalah yang dapat mempengaruhi pribadi dan studinya dengan menciptakan lingkungan yang kond-usif bagi perkembangan psiko-sosialnya. Untuk mencegah timbulnya masalah bagi siswa dapat dilakukan dengan beberapa tahap yaitu; mengidentifikasi masalah, menganalisis sum-ber-sumber penyebab timbulnya masalah, mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat memban-tu untuk mencegah masalah, menyusun rencana program pencegahan, melaksanakan program bimbingan dan monitoring dan evaluasi serta laporan (Prayitno, 1994). Bimbingan bersifat pengembangan agar siswa mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.

3. Sifat Bimbingan

Bimbingan yang Bersifat Preventif

Dalam bidang kesehatan mental “pencegahan” (preventif) didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan itu benar-benar terjadi (Horner, dalam Prayitno, 1994). Model bimbingan masyarakat bersifat preventif, berusaha mengantisipasi terjadinya masalah pada waktu yang akan datang dengan menempuh beberapa langkah, seperti: membekali keterampilan pemecahan masalah bagi individu yang membutuhkan, mengadakan perubahan lingkungan yang dapat mencegah timbulnya masalah pada waktu yang akan datang (Miller, 1978). Upaya konselor dalam langkah preventif bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut, (1) mendorong perbaikan lingkungan yang apabila dibiarkan akan berdampak negatif terhadap perkembangan individu yang bersangkutan, (2) mendorong perbaikan kondisi individu, (3) meningkatkan kemampuan individu untuk mengantisipasi hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan individu, (4) mendorong individu utnuk tidak melakukan sesuatu yang dapat memberikan resiko besar, (5) melakukan sesuatu yang memberi manfaat dan menggalang dkungan kelompok terhadap sesuatu yang bersangkutan.

Bimbingan Bersifat Pengembangan

Bimbingan bersifat pengembangan ini menekankan pada pemberian bantuan kepada semua siswa untuk mencapai perkembangan yang optimal. Menurut Miller, dkk (1978), bahwa perkembangan memiliki tiga dimensi, yaitu (1) artikulasi longitudinal, maksudnya bimbingan diberikan secara berkelanjutan selama dalam perkembangan anak dan dalam semua bindang kehidupannya, sejak taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, (2) artikulasi horizontal, maksudnya layanan bimbingan dan konseling bersifat integratif sehingga pelaksanaannya terkait dengan program sekolah yang lain, dan (3) arikulasi dengan profesi lain, maksudnya pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat bekerjasama dengan profesi lain di luar lingkungan pendidikan yang dapat membantu perkembangan, psikolog dan pekerja sosial.

Dalam era pembangunan pribadi siswa, seperti dokter, psikiater reformasi pendidikan memainkan peranan yang sangat penting dan mendasar dalam upaya pembangunan nasional sehingga sektor pendidikan perlu ditingkatkan guna mencapai tujuan sistem nasional. Sistem pendidikan di Indonesia merupakan sub sistem pembangunan nasional yag mempunyai peran utama dalam mengelola pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia sebagai keluaran sentral dalam proses pembangunan melalui pendidikan. Manusia Indonesia diha-rapkan menjadi individu yang mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk secara man-diri meningkatkan taraf hidup lahir batin, meningkatkan dirinya sebagai pribadi karyawan/ pegawai, warga masyarakat, warga negara dan makhluk Tuhan.

4. Bimbingan dan Konseling Dalam Setting Pendidikan

Setiap lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah sampai perguruan tinggi mempunyai tujuan institusional. Tujuan masing-masing lembaga pendidikan sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan yang diselenggarakan. Untuk mencapai tujuan tersebut, masing-masing lembaga pendidikan menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar, kegiatan administrasi dan supervisi untuk memperlancar kegiatan pendi-dikan dan pengajaran.

Kegiatan belajar mengajar, administrasi dan supervisi dipandang belum dapat berpe-ran secara optimal dalam pencapaian tujuan pendidikan. Hal itu disebabkan karena besarnya jumlah siswa setiap sekolah yang dilayani oleh guru, juga keterbatasan waktu membina para siswa. Oleh karena

itu, perlu strategi dan upaya khusus untuk membatu pengembangan siswa secara optimal. Upaya khusus tersebut adalah layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan belajar mengajar, administrasi dan supervisi serta layanan bimbingan dan konseling akan saling menunjang dan berintegrasi untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah.

Kehadiran bimbingan dan konseling di sekolah, merupakan gerakan pendidikan di Indonesia yang mempunyai fungsi strategis dalam mencapai tujuan pendidikan. Munandir (1989) mengistilahkan sebagai kekuatan ketiga dalam dunia pendidikan setelah kegiatan pendidikan dan pengajaran administratif, serta merupakan suatu sistem dan bagian dari induk sistem pendidikan. Sedangkan Dinkmeyer dan Caldewell (1970: 30), memandang bimbingan sebagai usaha pendidikan yang menekankan pada pertumbuhan dan kebutuhan yang unik dari individu sehingga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Mortensen Schmuller (1976) berpendapat bahwa tujuan bimbingan dan konseling pada dasarnya sama dengan tujuan umum pendidikan, yaitu membantu mengembangkan dan meningkatkan potensi individu, mengembangkan kemampuan dan keterampilan individu dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Dari berbagai pandangan yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari program pendidikan. Eksistensi bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan suatu konsekuensi dari hakekat pendidikan yang meman-dang manusia itu unik dan proses pengembangannya harus diperhatikan keunikan-keunikan mereka.

B.BIDANG LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING