• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan pembelajaran tematik di sekolah dasar menuntut keberadaan guru kelas dalam setiap rombongan belajar. Angka kecukupan guru kelas ini sangat penting untuk menjamin penuntasan wajib belajar pendidikan dasar serta menjamin kualitas pembelajarannya.

Berdasarkan grafik Scatterplot yang membandingkan jumlah guru kelas dan rombongan belajar (rombel) dengan rasio siswa dan rombel, Kota Cimahi masih memerlukan penataan dan pemerataan guru PNS untuk menjaga kualitas layanan pendidikan, khususnya pendidikan dasar.

Berdasarkan data pada grafik tersebut, diketahui bahwa ada sekolah yang efektif dan sangat efisien yang terjadi pada kuadran 1, yaitu ketersediaan guru terbatas, namun layanan cukup padat. Hal sebaliknya terjadi pada kuadran 3, yaitu ketersediaan guru banyak, sementara jumlah siswa yang dilayani tergolong sangat kecil.

Soal Kekurangan Guru Kelas Telaah data guru kelas di sekolah dasar menunjukkan Kota Cimahi masih menderita kekurangan guru kelas berstatus pengajar tetap. Lihat tabel 1.

Tabel menunjukkan, pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah kebutuhan guru kelas yang setara dengan jumlah rombongan belajar mencapai angka 1.280 orang. Dari jumlah kebutuhan tersebut, Kota Cimahi mengalami kekurangan sebanyak

145 guru kelas PNS karena jumlah ketersediaan guru kelas PNS baru mencapai 1.135 orang. Dalam skala persentase, ada sekitar 11% rombo-ngan belajar ditarombo-ngani oleh guru ke-las honorer yang membebani biaya operasional sekolah. Visualisasi data di atas dapat dilihat pada grafik 1. Grafik 1 menunjukkan bahwa Kota Cimahi masih mengalami

kekurangan 145 orang guru kelas PNS untuk mencapai rasio ideal dengan jumlah rombel, yakni sebanyak 1.280 rombongan belajar.

Anak Usia Sekolah vs Guru Usia Pensiun

Perencanaan pendidikan selalu tidak bisa terlepas dari pertumbuhan anak usia sekolah yang sejatinya selalu menentukan tingkat ketersediaan rombongan belajar, kebutuhan guru, dan keperluan sarana prasarana. Berdasarkan data sensus BPS tahun 2010, tanpa memperhitungkan mortalitas dan natalitas, diperkirakan terjadi peningkatan anak usia sekolah di Kota Cimahi. Hal ini berarti perlu

Grafik Scatterplot Perbandingan Guru Kelas-Rombel dengan Rasio Siswa-Rombel

Ibu Mila Asmiawati, guru mata pelajaran bahasa Inggris yang beralih-fungsi menjadi guru kelas, tampak dia sedang mengajar siswa kelas IV SDN Cibabat Mandiri 2 Cimahi.

Alih Fungsi Guru

Satu Kebijakan Multi-fungsi

Kota Cimahi, Jawa Barat

Pendekatan pembelajaran tematik di sekolah dasar menuntut keberadaan guru kelas dalam setiap rombongan belajar. Angka kecukupan guru kelas ini sangat penting untuk menjamin penuntasan wajib belajar pendidikan dasar serta menjamin kualitas pembelajarannya.

Berdasarkan grafik Scatterplot yang membandingkan jumlah guru kelas dan rombongan belajar (rombel) dengan rasio siswa dan rombel, Kota Cimahi masih memerlukan penataan dan pemerataan guru PNS untuk menjaga kualitas layanan pendidikan, khususnya pendidikan dasar.

Berdasarkan data pada grafik tersebut, diketahui bahwa ada sekolah yang efektif dan sangat efisien yang terjadi pada kuadran 1, yaitu ketersediaan guru terbatas, namun layanan cukup padat. Hal sebaliknya terjadi pada kuadran 3, yaitu ketersediaan guru banyak, sementara jumlah siswa yang dilayani tergolong sangat kecil.

Soal Kekurangan Guru Kelas Telaah data guru kelas di sekolah dasar menunjukkan Kota Cimahi masih menderita kekurangan guru kelas berstatus pengajar tetap. Lihat tabel 1.

Tabel menunjukkan, pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah kebutuhan guru kelas yang setara dengan jumlah rombongan belajar mencapai angka 1.280 orang. Dari jumlah kebutuhan tersebut, Kota Cimahi mengalami kekurangan sebanyak

145 guru kelas PNS karena jumlah ketersediaan guru kelas PNS baru mencapai 1.135 orang. Dalam skala persentase, ada sekitar 11% rombo-ngan belajar ditarombo-ngani oleh guru ke-las honorer yang membebani biaya operasional sekolah. Visualisasi data di atas dapat dilihat pada grafik 1. Grafik 1 menunjukkan bahwa Kota Cimahi masih mengalami

kekurangan 145 orang guru kelas PNS untuk mencapai rasio ideal dengan jumlah rombel, yakni sebanyak 1.280 rombongan belajar.

Anak Usia Sekolah vs Guru Usia Pensiun

Perencanaan pendidikan selalu tidak bisa terlepas dari pertumbuhan anak usia sekolah yang sejatinya selalu menentukan tingkat ketersediaan rombongan belajar, kebutuhan guru, dan keperluan sarana prasarana. Berdasarkan data sensus BPS tahun 2010, tanpa memperhitungkan mortalitas dan natalitas, diperkirakan terjadi peningkatan anak usia sekolah di Kota Cimahi. Hal ini berarti perlu

Grafik Scatterplot Perbandingan Guru Kelas-Rombel dengan Rasio Siswa-Rombel

mengancam kualitas layanan pendidikan di jenjang sekolah dasar. Maka, Kota Cimahi memandang perlu ada upaya untuk menjamin rasio ideal ketersediaan guru sesuai dengan volume rombongan belajar.

Prioritas Kebijakan

Terdapat tiga peluang besar yang memungkinkan Kota Cimahi dapat mengatasi kekurangan guru kelas dalam menjaga rasio ideal antara guru kelas dan rombel. Pertama, ada

kebijakan nasional berupa Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasio-nal, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama Nomor 05/X/PB/2011, Nomor SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, Nomor 48 Tahun 2011, Nomor 158/PMK.01/2011, Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penataan dan

Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil. Kebijakan nasional ini memungkinkan Kota Cimahi untuk

menata guru sesuai dengan tuntutan rasio keseimbangan guru kelas sesuai dengan volume rombel. Kedua, kebijakan nasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2013 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Dalam Rangka Penataan dan Pemerataan Guru, juga memberi celah pemecahan masalah kekura-ngan guru kelas. Kewajiban jam mengajar minimal seorang guru yang sudah tersertifikasi mendo-rong para guru untuk menambah waktu jelajah mengajarnya. Ketiga, kebijakan nasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah, juga menjadi peluang penting bagi Kota Cimahi untuk mampu menyelesaikan masalah kekurangan guru. Pemberlakuan Kurikulum 2013 yang meniadakan mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah telah menuntut guru-guru Bahasa Inggris untuk beralih fungsi atau beralih jenjang.

Berdasarkan kebijakan nasional tersebut dan atas pertimbangan teknis keefektifan finansial dan

Tabel 1. Kekurangan Jumlah Guru Kelas PNS

Kecamatan Kebutuhan Ketersediaan Guru Kekurangan

Cimahi Selatan 481 411 -70 Cimahi Tengah 467 415 -52 Cimahi Utara 332 309 -23 Grand Total 1280 1135 -145 Kebutuhan Guru Kelas PNS

1280

orang

Ketersediaan Guru Kelas PNS

1135

orang

Kekurangan Guru Kelas PNS

145

orang

Kelebihan Guru Kelas Non PNS

21

orang

Grafik 1. Kebutuhan dan

Ketersediaan Guru di Kota Cimahi

Grafik 2. Proyeksi Ketersediaan Guru Kelas PNS dan Perbandingannya dengan Pertumbuhan Rombongan Belajar di Jenjang Sekolah Dasar

dipersiapkan penambahan rombo-ngan belajar untuk menampung anak usia sekolah sehingga amanat undang-undang terpenuhi dengan baik. Dengan sendirinya, penambahan rombongan belajar menuntut upaya antisipatif untuk memenuhi ketercu-kupan guru, ruang kelas, dan sarana penunjang lainnya.

Di sisi lain, analisis ketersediaan guru tidak bisa mengabaikan penurunan ketersediaan guru akibat usia pensiun. Rerata angka pensiun pada tahun 2014 - 2015 cenderung sangat tinggi sebagai akibat dari

pengangkatan guru Inpres pada tahun 1970-an. Perbandingan kecenderungan naik jumlah anak usia sekolah dan kecenderungan turun jumlah guru akibat pensiun tampak pada grafik 2.

Grafik 2 ihwal proyeksi pensiun guru kelas menyiratkan bahwa selama delapan tahun ke depan, jumlah ketersediaan guru kelas PNS setiap tahun berkurang, sementara proyeksi pertumbuhan rombel yang didasarkan pada pertumbuhan anak usia sekolah dari tahun ke tahun meningkat cukup besar. Puncaknya terjadi pada tahun ke-8, ketika kesenjangan kebutuhan dan ketersediaan guru sangat menganga. Grafik menurun angka ketersediaan guru kelas semacam itu tentu saja

mengancam kualitas layanan pendidikan di jenjang sekolah dasar. Maka, Kota Cimahi memandang perlu ada upaya untuk menjamin rasio ideal ketersediaan guru sesuai dengan volume rombongan belajar.

Prioritas Kebijakan

Terdapat tiga peluang besar yang memungkinkan Kota Cimahi dapat mengatasi kekurangan guru kelas dalam menjaga rasio ideal antara guru kelas dan rombel. Pertama, ada

kebijakan nasional berupa Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasio-nal, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama Nomor 05/X/PB/2011, Nomor SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, Nomor 48 Tahun 2011, Nomor 158/PMK.01/2011, Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penataan dan

Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil. Kebijakan nasional ini memungkinkan Kota Cimahi untuk

menata guru sesuai dengan tuntutan rasio keseimbangan guru kelas sesuai dengan volume rombel. Kedua, kebijakan nasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2013 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Dalam Rangka Penataan dan Pemerataan Guru, juga memberi celah pemecahan masalah kekura-ngan guru kelas. Kewajiban jam mengajar minimal seorang guru yang sudah tersertifikasi mendo-rong para guru untuk menambah waktu jelajah mengajarnya. Ketiga, kebijakan nasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah, juga menjadi peluang penting bagi Kota Cimahi untuk mampu menyelesaikan masalah kekurangan guru. Pemberlakuan Kurikulum 2013 yang meniadakan mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah telah menuntut guru-guru Bahasa Inggris untuk beralih fungsi atau beralih jenjang.

Berdasarkan kebijakan nasional tersebut dan atas pertimbangan teknis keefektifan finansial dan

Tabel 1. Kekurangan Jumlah Guru Kelas PNS

Kecamatan Kebutuhan Ketersediaan Guru Kekurangan

Cimahi Selatan 481 411 -70 Cimahi Tengah 467 415 -52 Cimahi Utara 332 309 -23 Grand Total 1280 1135 -145 Kebutuhan Guru Kelas PNS

1280

orang

Ketersediaan Guru Kelas PNS

1135

orang

Kekurangan Guru Kelas PNS

145

orang

Kelebihan Guru Kelas Non PNS

21

orang

Grafik 1. Kebutuhan dan

Ketersediaan Guru di Kota Cimahi

Grafik 2. Proyeksi Ketersediaan Guru Kelas PNS dan Perbandingannya dengan Pertumbuhan Rombongan Belajar di Jenjang Sekolah Dasar

dipersiapkan penambahan rombo-ngan belajar untuk menampung anak usia sekolah sehingga amanat undang-undang terpenuhi dengan baik. Dengan sendirinya, penambahan rombongan belajar menuntut upaya antisipatif untuk memenuhi ketercu-kupan guru, ruang kelas, dan sarana penunjang lainnya.

Di sisi lain, analisis ketersediaan guru tidak bisa mengabaikan penurunan ketersediaan guru akibat usia pensiun. Rerata angka pensiun pada tahun 2014 - 2015 cenderung sangat tinggi sebagai akibat dari

pengangkatan guru Inpres pada tahun 1970-an. Perbandingan kecenderungan naik jumlah anak usia sekolah dan kecenderungan turun jumlah guru akibat pensiun tampak pada grafik 2.

Grafik 2 ihwal proyeksi pensiun guru kelas menyiratkan bahwa selama delapan tahun ke depan, jumlah ketersediaan guru kelas PNS setiap tahun berkurang, sementara proyeksi pertumbuhan rombel yang didasarkan pada pertumbuhan anak usia sekolah dari tahun ke tahun meningkat cukup besar. Puncaknya terjadi pada tahun ke-8, ketika kesenjangan kebutuhan dan ketersediaan guru sangat menganga. Grafik menurun angka ketersediaan guru kelas semacam itu tentu saja

administratif, Kota Cimahi memilih prioritas kebijakan penataan dan pemerataan guru melalui program alih-fungsi guru PNS muatan lokal Bahasa Inggris menjadi guru kelas di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah.

Strategi Implementasi Alih-fungsi

Pemerintah Kota Cimahi segera merancang, mendiskusikan, dan menerbitkan kebijakan daerah mengenai penataan dan pemerataan guru. Bentuk kebijakan yang dianggap paling tepat dan proporsional adalah surat keputusan walikota. Keputusan walikota disusun secara partisipatif dengan melibatkan para kepala sekolah dan para guru terkait. Semua guru mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar diundang oleh Bagian Kepegawaian dan Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Cimahi. Pertemuan membahas konsekuensi pemberlakuan Kurikulum 2013 terhadap guru mata pelajaran muatan lokal Bahasa Inggris. Sesuai dengan semangat K-13, mata pelajaran Bahasa Inggris dihapuskan di sekolah dasar.

Pertemuan itu juga menawarkan alternatif muatan lokal itu seraya mengajak para guru untuk turut

memikirkan fakta kekurangan guru gelas di sejumlah sekolah dasar. Guru kelas lebih banyak dibutuhkan karena banyak sekolah kekurangan guru kelas. Para guru Bahasa Inggris itu lalu ditawari untuk menjadi guru kelas secara sukarela dengan syarat mengikuti program Pendidikaan dan Latihan Profesi Guru PLPG atau menempuh program S1 kedua. “Tawaran pemerintah saya sambut dengan senang hati. Saya merasa tertantang untuk menjadi wali kelas. Saya ingin belajar memahami manajemen kelas dan mengenal murid di kelas dengan lebih baik,” ujar Ibu Nia Kurniasih SPd, semula guru Bahasa Inggris di SDN Cibabat 2 dan kini menjadi guru kelas di SDN Budi Karya Kota Cimahi. “Sebagai alumni S1 Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi, saya selama ini lebih terfokus pada mata pelajaran dan kurang menguasai kelas. Tawaran untuk mengikuti PLPG atau studi S-1 kedua menjadi peluang tersendiri bagi karir saya sebagai guru,” tutur Ibu Mila Asmiawati, semula guru Bahasa Inggris yang kemudian menjadi guru kelas di SDN Cibabat Mandiri 5 Kota Cimahi.

Mendapat respon positif para guru, pemerintah Kota Cimahi kemudian merumuskan draf surat keputusan

walikota dan lantas menerbitkannya. SK Walikota Cimahi tentang Alih-Fungsi pun diterbitkan pada tanggal 23 Mei 2014.

“Pihak Disdikpora Kota Cimahi lalu mengurus mutasi 39 orang guru sekolah dasar dari status sebagai guru mata pelajaran Bahasa Inggris menjadi guru kelas, baik di sekolah yang sama maupun berpindah ke sekolah dasar lain di Cimahi,” jelas Ibu Tohari Diana SPd, Kasi

Kurikulum Bidang Pendidikan Dasar.

Dampak Alih-fungsi

Bagi para guru Bahasa Inggris yang mengikuti program alih-fungsi, bertugas menjadi guru kelas ternyata merupakan pengalaman menarik. Menurut mereka, fungsi ternyata melibatkan budaya juga. Secara demikian, alih-fungsi itu menjadi tantangan tersendiri bagi kemajuan personal dan karir sekaligus.

“Kedekatan dengan murid lebih terasa. Kan biasanya bertemu siswa hanya pada jam mata pelajaran Bahasa Inggris, sekarang setiap hari bertemu,” papar Bapak Ridwan Yasin SPd, guru SDN Cibeureum 5 Cimahi.

Tantangannya, tentu saja volume kerja dan bahkan rutinitas

administratif lebih menyita waktu guru. “Secara administrasi lebih banyak hal harus saya kerjakan sebagai guru kelas dibandingkan ketika menjadi guru bahasa Inggris,” kata Ibu Saptarina Nurindrayani SPd, semula guru SDN Cimahi Mandiri 5 yang kini menjadi guru kelas di SDN Cempaka Kota Cimahi.

Alhasil, alih-fungsi ini ternyata mem-bawa hikmah penting dari segi kepuasan pribadi, peluang karir, dan kemajuan pendidikan. Dengan

alih-Ibu Yeni Ismayanti SPd, semula adalah guru mata pelajaran bahasa Inggris, sekarang dia mengajar sebagai guru kelas III di SDN Cibodas 3 Cimahi Selatan.

Informasi lebih lanjut hubungi:

Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Cimahi Jl. Rd. Demang Hardjakusumah Blok Jati Cihanjuang Kota Cimahi

Telp: 022 - 6631725 Fax: 022 - 6631725 Kontak Person:

Dikdik S Nugrahawan SSi

(Kepala Dinas Pendidikan)

Tohari Diana SPd

(Kasi Kurikulum Dikdas) fungsi, kewajiban jam mengajar

se-suai tuntutan sertifikasi pun terpe-nuhi. Kelebihan guru mata pelajaran di Kota Cimahi pun teratasi. “Layanan sekolah menjadi lebih teratur dan memuaskan para orangtua karena kebutuhan guru kelas kini terpenuhi,” kata Ibu Erni Kurniasih SPd, Kepala SDN Cibabat Mandiri 5.

administratif, Kota Cimahi memilih prioritas kebijakan penataan dan pemerataan guru melalui program alih-fungsi guru PNS muatan lokal Bahasa Inggris menjadi guru kelas di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah.

Strategi Implementasi Alih-fungsi

Pemerintah Kota Cimahi segera merancang, mendiskusikan, dan menerbitkan kebijakan daerah mengenai penataan dan pemerataan guru. Bentuk kebijakan yang dianggap paling tepat dan proporsional adalah surat keputusan walikota. Keputusan walikota disusun secara partisipatif dengan melibatkan para kepala sekolah dan para guru terkait. Semua guru mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar diundang oleh Bagian Kepegawaian dan Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Cimahi. Pertemuan membahas konsekuensi pemberlakuan Kurikulum 2013 terhadap guru mata pelajaran muatan lokal Bahasa Inggris. Sesuai dengan semangat K-13, mata pelajaran Bahasa Inggris dihapuskan di sekolah dasar.

Pertemuan itu juga menawarkan alternatif muatan lokal itu seraya mengajak para guru untuk turut

memikirkan fakta kekurangan guru gelas di sejumlah sekolah dasar. Guru kelas lebih banyak dibutuhkan karena banyak sekolah kekurangan guru kelas. Para guru Bahasa Inggris itu lalu ditawari untuk menjadi guru kelas secara sukarela dengan syarat mengikuti program Pendidikaan dan Latihan Profesi Guru PLPG atau menempuh program S1 kedua. “Tawaran pemerintah saya sambut dengan senang hati. Saya merasa tertantang untuk menjadi wali kelas. Saya ingin belajar memahami manajemen kelas dan mengenal murid di kelas dengan lebih baik,” ujar Ibu Nia Kurniasih SPd, semula guru Bahasa Inggris di SDN Cibabat 2 dan kini menjadi guru kelas di SDN Budi Karya Kota Cimahi. “Sebagai alumni S1 Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi, saya selama ini lebih terfokus pada mata pelajaran dan kurang menguasai kelas. Tawaran untuk mengikuti PLPG atau studi S-1 kedua menjadi peluang tersendiri bagi karir saya sebagai guru,” tutur Ibu Mila Asmiawati, semula guru Bahasa Inggris yang kemudian menjadi guru kelas di SDN Cibabat Mandiri 5 Kota Cimahi.

Mendapat respon positif para guru, pemerintah Kota Cimahi kemudian merumuskan draf surat keputusan

walikota dan lantas menerbitkannya. SK Walikota Cimahi tentang Alih-Fungsi pun diterbitkan pada tanggal 23 Mei 2014.

“Pihak Disdikpora Kota Cimahi lalu mengurus mutasi 39 orang guru sekolah dasar dari status sebagai guru mata pelajaran Bahasa Inggris menjadi guru kelas, baik di sekolah yang sama maupun berpindah ke sekolah dasar lain di Cimahi,” jelas Ibu Tohari Diana SPd, Kasi

Kurikulum Bidang Pendidikan Dasar.

Dampak Alih-fungsi

Bagi para guru Bahasa Inggris yang mengikuti program alih-fungsi, bertugas menjadi guru kelas ternyata merupakan pengalaman menarik. Menurut mereka, fungsi ternyata melibatkan budaya juga. Secara demikian, alih-fungsi itu menjadi tantangan tersendiri bagi kemajuan personal dan karir sekaligus.

“Kedekatan dengan murid lebih terasa. Kan biasanya bertemu siswa hanya pada jam mata pelajaran Bahasa Inggris, sekarang setiap hari bertemu,” papar Bapak Ridwan Yasin SPd, guru SDN Cibeureum 5 Cimahi.

Tantangannya, tentu saja volume kerja dan bahkan rutinitas

administratif lebih menyita waktu guru. “Secara administrasi lebih banyak hal harus saya kerjakan sebagai guru kelas dibandingkan ketika menjadi guru bahasa Inggris,” kata Ibu Saptarina Nurindrayani SPd, semula guru SDN Cimahi Mandiri 5 yang kini menjadi guru kelas di SDN Cempaka Kota Cimahi.

Alhasil, alih-fungsi ini ternyata mem-bawa hikmah penting dari segi kepuasan pribadi, peluang karir, dan kemajuan pendidikan. Dengan

alih-Ibu Yeni Ismayanti SPd, semula adalah guru mata pelajaran bahasa Inggris, sekarang dia mengajar sebagai guru kelas III di SDN Cibodas 3 Cimahi Selatan.

Informasi lebih lanjut hubungi:

Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Cimahi Jl. Rd. Demang Hardjakusumah Blok Jati Cihanjuang Kota Cimahi

Telp: 022 - 6631725 Fax: 022 - 6631725 Kontak Person:

Dikdik S Nugrahawan SSi

(Kepala Dinas Pendidikan)

Tohari Diana SPd

(Kasi Kurikulum Dikdas) fungsi, kewajiban jam mengajar

se-suai tuntutan sertifikasi pun terpe-nuhi. Kelebihan guru mata pelajaran di Kota Cimahi pun teratasi. “Layanan sekolah menjadi lebih teratur dan memuaskan para orangtua karena kebutuhan guru kelas kini terpenuhi,” kata Ibu Erni Kurniasih SPd, Kepala SDN Cibabat Mandiri 5.

Bapak Agus Mukhib Mubarok SPd, sebelumnya adalah staf Dinas UMKM dan Perindustrian Ngawi. Setelah mengikuti program penataan dan pemerataan guru, sekarang dia menjadi guru kelas IV di SDN Tambakromo 3, Ngawi.

Beban Belanja Pegawai Beban APBD Kabupaten Ngawi tahun 2015 untuk belanja pegawai mencapai 60,27%, dilihat dari postur anggaran, ini menunjukkan kurang ideal, karena mencapai lebih dari 50%. Kurang idealnya persentase belanja pegawai tersebut disebabkan oleh besarnya jumlah pegawai di Kabupaten Ngawi.

Namun di sisi lain Kabupaten Ngawi kekurangan 781 guru SD yang terdiri dari guru kelas 398 orang, guru Penjaskes 332 orang, dan guru PAI 51 orang. Namun pada jenjang di atasnya, Kabupaten Ngawi kelebihan guru SMP 277 orang dan guru SMA 84 orang.

Sampai saat ini kekurangan itu terus bertambah rata-rata 100 guru per tahun karena pensiun. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi guru PNS di Kabupaten Ngawi tidak merata, sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di sekolah.

Atasi Kekurangan Guru,