• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geografis Purbalingga yang terdiri dari lembah dan pegunungan dengan medan yang terjal menyulitkan untuk melakukan pemusatan pada satu daerah untuk pelatihan. Berkaitan dengan itu, Dinas Pendidikan melakukan pelatihan dan pengembangan kompetensi guru dengan fokus pada tiap gugus. Pengembangan keprofesian

berkelanjutan bagi guru pada setiap gugus juga didasari bahwa dengan pendekatan gugus akan mampu menjangkau semua guru mendapat-kan pelayanan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang murah dan berkualitas baik itu melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) maupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

KKG/MGMP merupakan wadah di lingkungan yang paling dekat dengan guru untuk berbagi pengalaman keberhasilan atau menyelesaikan

Wajibkan Guru Ikuti

Pelatihan Sekali dalam Setahun

Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

memiliki nilai kompetensi pedagogik dan profesional yang rendah pula. Hasil UKG kemudian ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan dengan melakukan pemetaan jumlah persebaran guru di setiap kecamatan yang memiliki nilai rendah. Hasil pemetaan

menyebutkan bahwa persebaran guru di sekolah yang memiliki nilai kompetensi pedagogik dan Data dan Kebijakan

Hasil analisis Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2012 menunjukkan bahwa dari 1.575 guru yang di uji, sejumlah 1.243 orang guru kelas (70,27%) masih memiliki nilai kompetensi pedagogik dan profesional rendah. Pada mapel Bahasa Indonesia jenjang SMP, hal tersebut terulang kembali. Yaitu, 61,06% dari jumlah guru yang di uji

Mts Maarif NU Panican, Purbalingga, menentukan gradien dengan bambu, kardus, kelereng. Dampak para guru diwajibkan mengikuti pelatihan,

pembelajaran aktif menjadi lebih sering diterapkan di sekolah dan madrasah.

masalah yang ditemui dalam pem-belajaran. Para guru bisa saling bela-jar dari pengalaman sesama guru. Dengan jumlah guru 3.238 orang guru, rata-rata dalam setiap tahun dinas pendidikan hanya mampu melatih 400-600 orang guru dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Bila dihitung, seorang guru di Purbalingga baru bisa mengikuti satu kali pelatihan setelah menunggu lima tahun. Kondisi ini tidak sesuai dengan semangat Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang menuntut guru untuk mengumpulkan angka kredit termasuk di dalamnya komponen pengembangan diri melalui kegiatan pelatihan. Apabila guru tidak pernah mengikuti kegiatan pengembangan diri maka akan terhambat kenaikkan pangkatnya.

Mangantisipasi hal tersebut, Dinas Pendidikan dengan persetujuan dari Bupati mendorong seorang guru di Purbalingga sekurang-kurangnya melakukan pelatihan sekali dalam satu tahun. Dinas Pendidikan juga telah menghitung harga satuan pelatihan dan memberikan tiga pola, yaitu pola A, B, dan C. Pola

pelatihan diberikan dengan melibatkan USAID PRIORITAS. Pola pertama yaitu Pola A. Pola A yang dimaksud adalah guru dan kepala sekolah mitra USAID PRIORITAS akan dilatih materi oleh USAID PRIORITAS dan semua pembiayaan ditanggung oleh USAID PRIORITAS. Pola ini dilakukan dan telah sesuai dengan target selesai pada bulan Oktober 2015. Pola B dilaksanakan melibatkan USAID PRIORITAS, sekolah, dan dinas pendidikan. Kegiatan diseleng-garakan oleh Dinas Pendidikan. Materi yang dilatihkan berupa Modul 1 dan 2. Pembiayaan ditang-gung bersama antara Dinas Pendi-dikan, USAID PRIORITAS dan seko-lah. Sasaran dari pola ini adalah SD dan SMP.

Pola yang ketiga yaitu pola C. Penyelenggara kegiatan dari MKKS SMP untuk SMP dan K3 UPT Dinas Pendidikan Kecamatan untuk SD. Peserta pelatihan dari unsur guru, kepala sekolah, dan komite sekolah selain peserta pola kerja sama (A) dan (B). Materi yang dilatihkan yaitu Modul 1 dan 2 (4 hari)

Pembiayaan ditanggung bersama sekolah dan USAID PRIORITAS. Dalam pola ini penyelenggara dibebaskan untuk mengatur

berbagai hal yang dibutuhkan dalam pelatihan. Namun, menggunakan fasilitator dari USAID PRIORITAS.

Dukungan Implementasi Untuk mendukung implementasi pola pelatihan yang telah dilakukan, Dinas Pendidikan melakukan serang-kaian langkah di antaranya menyusun peraturan bupati (Perbup) tentang PKB. Hasil dari penyusunan Perbup tersebut, Bupati mengeluarkan Peraturan Bupati nomor 2 tahun 2016, tentang Pembinaan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Dalam ayat (5) pasal 10 bab IV Perbup PKB disebutkan bahwa guru diwajibkan untuk mengelola dana tunjangan profesi untuk PKB. Sekolah atau satuan pendidikan juga diwajibkan untuk melakukan peren-canaan kebutuhan pembinaan dan PKB pendidik dan tenaga kepen-didikan berdasarkan evaluasi diri guru dan penilaian kinerja guru (ayat 1 pasal 21). Selain itu, satuan pendidikan diperbolehkan untuk menggunakan sumber dana lain yang sah sesuai perundang-undangan. Dinas pendidikan juga telah mem-buat Peraturan Kepala Dinas Pendi-dikan Kabupaten Purbalingga tentang

profesional di bawah rata-rata tersebar di 18 kecamatan Kabupaten Purbalingga.

Geografis Purbalingga yang terdiri dari lembah dan pegunungan dengan medan yang terjal menyulitkan untuk melakukan pemusatan pada satu daerah untuk pelatihan. Berkaitan dengan itu, Dinas Pendidikan melakukan pelatihan dan pengembangan kompetensi guru dengan fokus pada tiap gugus. Pengembangan keprofesian

berkelanjutan bagi guru pada setiap gugus juga didasari bahwa dengan pendekatan gugus akan mampu menjangkau semua guru mendapat-kan pelayanan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang murah dan berkualitas baik itu melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) maupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

KKG/MGMP merupakan wadah di lingkungan yang paling dekat dengan guru untuk berbagi pengalaman keberhasilan atau menyelesaikan

Wajibkan Guru Ikuti

Pelatihan Sekali dalam Setahun

Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

memiliki nilai kompetensi pedagogik dan profesional yang rendah pula. Hasil UKG kemudian ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan dengan melakukan pemetaan jumlah persebaran guru di setiap kecamatan yang memiliki nilai rendah. Hasil pemetaan

menyebutkan bahwa persebaran guru di sekolah yang memiliki nilai kompetensi pedagogik dan Data dan Kebijakan

Hasil analisis Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2012 menunjukkan bahwa dari 1.575 guru yang di uji, sejumlah 1.243 orang guru kelas (70,27%) masih memiliki nilai kompetensi pedagogik dan profesional rendah. Pada mapel Bahasa Indonesia jenjang SMP, hal tersebut terulang kembali. Yaitu, 61,06% dari jumlah guru yang di uji

Mts Maarif NU Panican, Purbalingga, menentukan gradien dengan bambu, kardus, kelereng. Dampak para guru diwajibkan mengikuti pelatihan,

pembelajaran aktif menjadi lebih sering diterapkan di sekolah dan madrasah.

masalah yang ditemui dalam pem-belajaran. Para guru bisa saling bela-jar dari pengalaman sesama guru. Dengan jumlah guru 3.238 orang guru, rata-rata dalam setiap tahun dinas pendidikan hanya mampu melatih 400-600 orang guru dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Bila dihitung, seorang guru di Purbalingga baru bisa mengikuti satu kali pelatihan setelah menunggu lima tahun. Kondisi ini tidak sesuai dengan semangat Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang menuntut guru untuk mengumpulkan angka kredit termasuk di dalamnya komponen pengembangan diri melalui kegiatan pelatihan. Apabila guru tidak pernah mengikuti kegiatan pengembangan diri maka akan terhambat kenaikkan pangkatnya.

Mangantisipasi hal tersebut, Dinas Pendidikan dengan persetujuan dari Bupati mendorong seorang guru di Purbalingga sekurang-kurangnya melakukan pelatihan sekali dalam satu tahun. Dinas Pendidikan juga telah menghitung harga satuan pelatihan dan memberikan tiga pola, yaitu pola A, B, dan C. Pola

pelatihan diberikan dengan melibatkan USAID PRIORITAS. Pola pertama yaitu Pola A. Pola A yang dimaksud adalah guru dan kepala sekolah mitra USAID PRIORITAS akan dilatih materi oleh USAID PRIORITAS dan semua pembiayaan ditanggung oleh USAID PRIORITAS. Pola ini dilakukan dan telah sesuai dengan target selesai pada bulan Oktober 2015. Pola B dilaksanakan melibatkan USAID PRIORITAS, sekolah, dan dinas pendidikan. Kegiatan diseleng-garakan oleh Dinas Pendidikan. Materi yang dilatihkan berupa Modul 1 dan 2. Pembiayaan ditang-gung bersama antara Dinas Pendi-dikan, USAID PRIORITAS dan seko-lah. Sasaran dari pola ini adalah SD dan SMP.

Pola yang ketiga yaitu pola C. Penyelenggara kegiatan dari MKKS SMP untuk SMP dan K3 UPT Dinas Pendidikan Kecamatan untuk SD. Peserta pelatihan dari unsur guru, kepala sekolah, dan komite sekolah selain peserta pola kerja sama (A) dan (B). Materi yang dilatihkan yaitu Modul 1 dan 2 (4 hari)

Pembiayaan ditanggung bersama sekolah dan USAID PRIORITAS. Dalam pola ini penyelenggara dibebaskan untuk mengatur

berbagai hal yang dibutuhkan dalam pelatihan. Namun, menggunakan fasilitator dari USAID PRIORITAS.

Dukungan Implementasi Untuk mendukung implementasi pola pelatihan yang telah dilakukan, Dinas Pendidikan melakukan serang-kaian langkah di antaranya menyusun peraturan bupati (Perbup) tentang PKB. Hasil dari penyusunan Perbup tersebut, Bupati mengeluarkan Peraturan Bupati nomor 2 tahun 2016, tentang Pembinaan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Dalam ayat (5) pasal 10 bab IV Perbup PKB disebutkan bahwa guru diwajibkan untuk mengelola dana tunjangan profesi untuk PKB. Sekolah atau satuan pendidikan juga diwajibkan untuk melakukan peren-canaan kebutuhan pembinaan dan PKB pendidik dan tenaga kepen-didikan berdasarkan evaluasi diri guru dan penilaian kinerja guru (ayat 1 pasal 21). Selain itu, satuan pendidikan diperbolehkan untuk menggunakan sumber dana lain yang sah sesuai perundang-undangan. Dinas pendidikan juga telah mem-buat Peraturan Kepala Dinas Pendi-dikan Kabupaten Purbalingga tentang

Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Kegiatan Ilmiah di Kabupaten Purbalingga. POS ini memfasilitasi penyelengga-raan kegiatan ilmiah dan mengatur regulasinya. POS ini sangat berkaitan erat dengan penyelenggaran pela-tihan dan pengembangan diri guru. Dukungan lain berupa pendanaan dari APBD sebesar Rp.140 juta pada tahun 2015 dan Rp.140 juta pada tahun 2016. Anggaran ini diwujudkan dalam pelatihan dengan mengguna-kan pola B. Sasaran dari dana ini adalah 25 SMP dan 60 SD setiap tahun.

Ketersediaan fasilitator daerah berjumlah 33 orang yang terdiri dari fasilitator Pembelajaran SD 13 orang, SMP 10 orang, fasilitator Manajemen Berbasis Sekolah SD 5 orang dan SMP 5 orang yang memiliki komit-men dan kemampuan dalam pengembangan ini juga sangat menentukan keberhasilan implemen-tasi guru pembelajar ini. Sejumlah 33 fasilitator yang telah terlatih melayani 18 kecamatan secara bergiliran dan terus menerus. Sekolah-sekolah tempat tugas fasili-tator juga menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal itu dibuktikan dengan semakin meningkatnya nilai hasil ujian nasional siswa dan hasil UKG guru-guru di sekolah mereka.

Perubahan yang mereka lakukan memberikan dukungan moril dan kepercayaan bagi seluruh sekolah di Purbalingga untuk ikut diseminasi. Sosialisasi dan monitoring yang intensif dari Kepala Dinas Pendidi-kan, yang selalu mendorong dan hadir dalam diseminasi juga, menguatkan implementasi program. Kepala Dinas juga membuat surat kepada UPT Dinas Pendidikan di kecamatan untuk terus mendorong secara intensif diseminasi praktik yang baik dalam rangka PKB. “PKB merupakan unsur yang sangat penting dalam pengembangan profesi guru. Dengan pelatihan dari USAID PRIORITAS dan lembaga lain, akan membuat kita selalu berinovasi dan kreatif. Program ini harus dilaksanakan dan didorong di setiap gugus di kecamatan. Seorang guru minimal harus mengikuti pelatihan pengembangan diri sekali dalam setahun,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan Purbalingga, Bapak Tri Gunawan Setiadi SH MHum. Pada tahun 2016, penyelenggara pelatihan juga memberikan transport sebesar Rp. 25.000 kepada peserta pelatihan diseminasi. Hal ini mendorong gugus mengaju-kan diri untuk masuk dalam pola pelatihan.

Dinas Pendidikan juga mengeluarkan Surat Edaran Kepala Dinas Pendi-dikan pada Oktober 2015 yang ditujukan seluruh kepala SMP dan kepala UPT di 18 kecamatan. Isi dari surat edaran tersebut agar mela-kukan diseminasi praktik yang baik dalam rangka PKB dan menggunakan pola (A), (B), atau (C).

Kendala dan Solusi Implementasi Program Impelementasi program guru pembelajar di Kabupaten Purbalingga juga mengalami beberapa kendala di antaranya: 1. Terbatasnya jumlah fasilitator

yang memandu pelatihan. Jumlah fasilitator ini menjadi kendala karena pelaksanaan kegiatan yang

relatif bersamaan. Jumlah ini berpengaruh pada kecepatan penuntasan diseminasi di seluruh kecamatan.

2. Pola C dengan menggunakan fasilitator USAID PRIORITAS dan biaya keperluan pelatihan ditanggung oleh penyelanggara terkadang mengalami

keterbatasan dana dari masing-masing sekolah ataupun guru. 3. Ada dua UPT yang belum

mendukung program sehingga pelaksanaan di dua kecamatan menjadi kurang maksimal. Alasan lebih detil terkait dengan politis. Untuk mengatasi terbatasnya jumlah fasilitator, Dinas Pendidikan melakukan pemetaan jumlah fasilitator, lalu mengatur jadwal

diseminasi secara terperinci. Dinas juga mengatur dengan

memanfaatkan waktu yang tidak efektif dalam program selama satu semester untuk terus melakukan pelatihan dan pengembangan. Keterbatasan dana menggunakan pola C yang dikelola oleh satuan pendidikan juga dapat diselesaikan dengan menekan kebutuhan pelatihan. Dari penghitungan standar biaya pelatihan yang dihitung oleh dinas dengan biaya Rp. 692,215 dalam empat hari pelatihan, sekolah bisa menekan biaya sampai 50%. Hal tersebut dilakukan dengan mengu-rangi beberapa menu konsumsi, ATK, transportasi peserta, dan tempat pelatihan di sekolah sehingga tidak perlu sewa serta menggunakan

milik sekolah secara bergantian. Hal tersebut ternyata efektif untuk menekan biaya pelatihan.

Dinas dan tim juga terus melakukan pendekatan dan kedinasan kepada pihak-pihak yang masih enggan mela-kukan diseminasi. Hal tersebut dila-kukan dengan menunjukkan keber-hasilan yang dicapai oleh pihak-pihak yang telah dilatih.

Dampak Implementasi Kebijakan

Setelah dilakukan pelatihan dan upaya terus menerus yang digerakkan oleh Dinas Pendidikan, pada tahun 2015 pelatihan Modul 1 dan 2 USAID PRIORITAS telah dilatihkan kepada 90% sekolah di Purbalingga jenjang SD dan SMP. Jumlah tepatnya, yaitu 4.947 orang. Pada tahun 2016, Dinas Pendidikan menargetkan Modul 3 USAID PRIORITAS juga tuntas dilatihkan. Berkat komitmen yang kuat dari semua pihak, kualitas guru di Purbalingga meningkat dengan cukup menggembirakan. Berdasarkan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) pada tahun 2015 secara nasional, Jawa Tengah menempati urutan terbaik kedua setelah Yogyakarta dengan skor 59 di mana skor standar kompetensi minimum 55. Nilai Para guru sedang melakukan kunjung

karya pada sebuah pelatihan untuk guru yang dilaksanakan di tingkat KKG.

Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Kegiatan Ilmiah di Kabupaten Purbalingga. POS ini memfasilitasi penyelengga-raan kegiatan ilmiah dan mengatur regulasinya. POS ini sangat berkaitan erat dengan penyelenggaran pela-tihan dan pengembangan diri guru. Dukungan lain berupa pendanaan dari APBD sebesar Rp.140 juta pada tahun 2015 dan Rp.140 juta pada tahun 2016. Anggaran ini diwujudkan dalam pelatihan dengan mengguna-kan pola B. Sasaran dari dana ini adalah 25 SMP dan 60 SD setiap tahun.

Ketersediaan fasilitator daerah berjumlah 33 orang yang terdiri dari fasilitator Pembelajaran SD 13 orang, SMP 10 orang, fasilitator Manajemen Berbasis Sekolah SD 5 orang dan SMP 5 orang yang memiliki komit-men dan kemampuan dalam pengembangan ini juga sangat menentukan keberhasilan implemen-tasi guru pembelajar ini. Sejumlah 33 fasilitator yang telah terlatih melayani 18 kecamatan secara bergiliran dan terus menerus. Sekolah-sekolah tempat tugas fasili-tator juga menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal itu dibuktikan dengan semakin meningkatnya nilai hasil ujian nasional siswa dan hasil UKG guru-guru di sekolah mereka.

Perubahan yang mereka lakukan memberikan dukungan moril dan kepercayaan bagi seluruh sekolah di Purbalingga untuk ikut diseminasi. Sosialisasi dan monitoring yang intensif dari Kepala Dinas Pendidi-kan, yang selalu mendorong dan hadir dalam diseminasi juga, menguatkan implementasi program. Kepala Dinas juga membuat surat kepada UPT Dinas Pendidikan di kecamatan untuk terus mendorong secara intensif diseminasi praktik yang baik dalam rangka PKB. “PKB merupakan unsur yang sangat penting dalam pengembangan profesi guru. Dengan pelatihan dari USAID PRIORITAS dan lembaga lain, akan membuat kita selalu berinovasi dan kreatif. Program ini harus dilaksanakan dan didorong di setiap gugus di kecamatan. Seorang guru minimal harus mengikuti pelatihan pengembangan diri sekali dalam setahun,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan Purbalingga, Bapak Tri Gunawan Setiadi SH MHum. Pada tahun 2016, penyelenggara pelatihan juga memberikan transport sebesar Rp. 25.000 kepada peserta pelatihan diseminasi. Hal ini mendorong gugus mengaju-kan diri untuk masuk dalam pola pelatihan.

Dinas Pendidikan juga mengeluarkan Surat Edaran Kepala Dinas Pendi-dikan pada Oktober 2015 yang ditujukan seluruh kepala SMP dan kepala UPT di 18 kecamatan. Isi dari surat edaran tersebut agar mela-kukan diseminasi praktik yang baik dalam rangka PKB dan menggunakan pola (A), (B), atau (C).

Kendala dan Solusi Implementasi Program Impelementasi program guru pembelajar di Kabupaten Purbalingga juga mengalami beberapa kendala di antaranya: 1. Terbatasnya jumlah fasilitator

yang memandu pelatihan. Jumlah fasilitator ini menjadi kendala karena pelaksanaan kegiatan yang

relatif bersamaan. Jumlah ini berpengaruh pada kecepatan penuntasan diseminasi di seluruh kecamatan.

2. Pola C dengan menggunakan fasilitator USAID PRIORITAS dan biaya keperluan pelatihan ditanggung oleh penyelanggara terkadang mengalami

keterbatasan dana dari masing-masing sekolah ataupun guru. 3. Ada dua UPT yang belum

mendukung program sehingga pelaksanaan di dua kecamatan menjadi kurang maksimal. Alasan lebih detil terkait dengan politis. Untuk mengatasi terbatasnya jumlah fasilitator, Dinas Pendidikan melakukan pemetaan jumlah fasilitator, lalu mengatur jadwal

diseminasi secara terperinci. Dinas juga mengatur dengan

memanfaatkan waktu yang tidak efektif dalam program selama satu semester untuk terus melakukan pelatihan dan pengembangan. Keterbatasan dana menggunakan pola C yang dikelola oleh satuan pendidikan juga dapat diselesaikan dengan menekan kebutuhan pelatihan. Dari penghitungan standar biaya pelatihan yang dihitung oleh dinas dengan biaya Rp. 692,215 dalam empat hari pelatihan, sekolah bisa menekan biaya sampai 50%. Hal tersebut dilakukan dengan mengu-rangi beberapa menu konsumsi, ATK, transportasi peserta, dan tempat pelatihan di sekolah sehingga tidak perlu sewa serta menggunakan

milik sekolah secara bergantian. Hal tersebut ternyata efektif untuk menekan biaya pelatihan.

Dinas dan tim juga terus melakukan pendekatan dan kedinasan kepada pihak-pihak yang masih enggan mela-kukan diseminasi. Hal tersebut dila-kukan dengan menunjukkan keber-hasilan yang dicapai oleh pihak-pihak yang telah dilatih.

Dampak Implementasi Kebijakan

Setelah dilakukan pelatihan dan upaya terus menerus yang digerakkan oleh Dinas Pendidikan, pada tahun 2015 pelatihan Modul 1 dan 2 USAID PRIORITAS telah dilatihkan kepada 90% sekolah di Purbalingga jenjang SD dan SMP. Jumlah tepatnya, yaitu 4.947 orang. Pada tahun 2016, Dinas Pendidikan menargetkan Modul 3 USAID PRIORITAS juga tuntas dilatihkan. Berkat komitmen yang kuat dari semua pihak, kualitas guru di Purbalingga meningkat dengan cukup menggembirakan. Berdasarkan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) pada tahun 2015 secara nasional, Jawa Tengah menempati urutan terbaik kedua setelah Yogyakarta dengan skor 59 di mana skor standar kompetensi minimum 55. Nilai Para guru sedang melakukan kunjung

karya pada sebuah pelatihan untuk guru yang dilaksanakan di tingkat KKG.

rerata skor UKG Purbalingga mencapai 61, sehingga melampaui skor standar kompetensi minimal. Kepala Bidang Tenaga Pendidik Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga, Bapak Drs Ashari, MPd, mengatakan bahwa rerata nilai UKG untuk guru taman kanak-kanak sebesar 60, untuk SD sebesar 59, SMP sebesar 65, SMA sebesar 67, SMK sebesar 60, dan SLB sebesar 56.

“Hasil yang menggembirakan adalah nilai UKG SMP Purbalingga menempati peringkat pertama se-Jawa Tengah,” ungkap Bapak Ashari dengan tegas menyetujui semangat Kepala Dinas yang selalu mengawal diseminasi praktik yang baik. Berkat dukungan dari Dinas Pendidikan dan juga pembuktian prestasi sekolah-sekolah mitra dampingan. Sekolah di Purbalingga semakin berani menggunakan pendekatan yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS di kelas enam. Fenomena di SD/MI, guru kelas enam takut menggunakan metode karena terkait dengan Ujian Nasional. Mereka belum terlalu percaya diri melakukannya.

Fenomena tersebut segera berubah setelah melihat dan mendengar keberanian seorang guru kelas enam dari MI NU 2 Tangkisan yang

menerapkan pembelajaran dengan model USAID PRIORITAS di kelasnya. Keberanian itu ternyata berdampak signifikan pada nilai ujian nasionalnya. Akhirnya madrasah yang awalnya biasa-biasa saja di tingkat bawah menjadi sekolah yang perolehan Nilai Ujian Nasionalnya terbaik se-kecamatan pada level madrasah dan terbaik ketiga tingkat SD/MI di kabupaten.

Guru kelas VI tersebut juga sukses menjadi guru berprestasi tingkat nasional pada kompetisi guru berprestasi Kementerian Agama pada September 2016.

Secara umum, nilai Ujian Nasional (UN) di Purbalingga juga mengalami peningkatan khususnya pada jenjang SMP/MTs. Untuk jenjang SMP/MTs pada tahun ajaran 2014/2015 rata-rata 4 Mapel UN 55,93 menjadi 57,85 pada tahun 2015/2016. Data tersebut menunjukkan ada pening-katan sebesar 1,92 poin. Nilai UN ini juga menunjukkan betapa guru-guru telah mampu menerapkan perubahan dalam pembelajaran yang lebih baik.

Bapak Rahmad Ainul Yakin SPd, Guru kelas lima di SDN Kemangkon mengaku bahwa selama setahun ini dia telah mengikuti dua kali pelatihan. Yang pertama adalah Modul 1 dan 2, dan yang terakhir,

pada bulan Juni 2016 lalu, adalah pelatihan Modul 3. Dia merasa banyak terbantu. Ilmu yang dia peroleh ternyata sangat bermanfaat dalam PLPG yang dia ikuti pada September 2016.

“Saya dan teman-teman merasa tidak kaget lagi dengan materi-materi PLPG. Karena materi-materi sebagian besar sudah kami terima dari pelatihan. Selain itu, kami telah membuat perangkat pembelajaran yang sesuai dengan berbagai kuriku-lum. Tinggal menyesuaikan dengan format di PLPG. Puji Tuhan saya lulus,” ungkapnya dengan syukur. Pendekatan gugus ternyata juga