• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat

dan penguatan KKG/MGMP. Maka,

PKB Tahun 2016 merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan peningkatan kualitas pendidikan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya. Diskusi intensif melibatkan peme-rintah, pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru mengerucut pada kesepahaman bentuk PKB guna menjamin keprofesian ribuan guru nonmitra USAID, yakni kloning fasilitator daerah (fasda). Tasikmalaya membutuhkan lebih banyak tambahan fasda, di luar 30 orang fasda binaan USAID PRIO-RITAS, untuk melatih guru-guru secara berbasis kecamatan/ gugus. Disusunlah waktu itu rencana se-rangkaian Training of Trainers (TOT), difasilitasi oleh 30 orang fasda itu, untuk melatih fasda baru bagi 39 kecamatan, serangkaian pelatihan guru tingkat sekolah dalam rangka mendiseminasikan program USAID PRIORITAS, dan pendampingan sebagai tindak lanjut pelatihan.

Tentukan Arah dan Modelkan Wajah

Agar pelaksanaan kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar, disusunlah panduan kegiatan untuk memandu dan memberikan

gambaran kepada guru-guru dan semua pihak terkait tentang pelaksanaan PKB Guru Tahun 2016. Panduan ini menjadi acuan bagi para pemerintah, pelaksana kegiatan, dan peserta dalam pelaksanaan kegiatan. Panduan memuat hakikat PKB, tujuan, sasaran, manfaat, bentuk kegiatan, metode dan strategi, alur kegiatan, kepanitiaan, kepesertaan, fasilitator, materi, dan jadwal pelaksanaan.

“Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan untuk meningkat-kan profesionalitasnya,” tutur Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya Bapak EZ. Alfian. Menurutnya, standar kompetensi profesional guru berimplikasi pada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional dan untuk pengembangan karir guru. “PKB pada hakikatnya merupakan bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang merupakan

kendaraan utama dalam upaya membawa perubahan yang diinginkan berkaitan dengan keberhasilan siswa,” tegasnya. Bapak Alfian juga mengatakan, tujuan PKB secara umum adalah

untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Kepala Bidang Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Bapak Kartiwa

menjelaskan, program PKB Tasikmalaya Tahun 2016 mengambil tiga bentuk kegiatan.

Pertama, pelatihan untuk para pelatih (Training of Trainers) bagi calon fasda tambahan untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Proses seleksi calon fasda tambahan menjadi sangat penting karena mereka adalah motor utama dalam melakukan pelatihan penguatan di tingkat sekolah. Sehingga, ditentukanlah kriteria berikut:

1. Khusus untuk fasda pembelajaran diutamakan berasal dari unsur guru dan/atau kepala

sekolah/pengawas sekolah yang berpengalaman sebagai guru; 2. Khusus untuk fasda MBS

diutamakan berasal dari unsur kepala sekolah dan pengawas sekolah;

3. Calon fasda lebih diutamakan berasal dari gugus terpilih (sasaran PKB);

4. Memiliki sisa masa kerja minimal 10 tahun;

Kabupaten Tasikmalaya melatih dan menyiapkan banyak fasilitator pelatih dan pendamping di tingkat kecamatan untuk memastikan program PKB semua guru dapat difaslitasi melalui pelatihan di tingkat KKG/MGMP.

Data dan Kebijakan

Guru-guru di sekolah mitra USAID PRIORITAS telah memeragakan praktik pembelajaran yang baik. Para guru sekolah mitra telah memiliki kompetensi yang relatif memenuhi prinsip-prinsip profesionalisme sebagai guru. Sayangnya, guru-guru yang sudah relatif kompeten dan profesional itu hanya terkonsentrasi di 24 sekolah/ madrasah mitra USAID PRIORITAS, masih terlalu kecil jumlahnya diban-ding ribuan guru lain di sekolah/ madrasah lain. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya berkomitmen untuk mendongkrak kompetensi dan profesionalitas guru-guru nonmitra itu dengan memanfaatkan program Pengem-bangan Keprofesian Bekelanjutan (PKB) guru. Tasikmalaya ingin membumikan kebijakan nasional ihwal PKB, yakni Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 2/2015 tentang RPJMN 2015-2019 terkait Pelaksanaan Pengembangan Profesional Berkesinambungan (PPB) bagi guru dalam jabatan melalui latihan berkala dan merata

Jamin Keprofesian Semua Guru,

Ratusan Fasilitator Baru Disiapkan

Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat

dan penguatan KKG/MGMP. Maka,

PKB Tahun 2016 merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan peningkatan kualitas pendidikan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya. Diskusi intensif melibatkan peme-rintah, pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru mengerucut pada kesepahaman bentuk PKB guna menjamin keprofesian ribuan guru nonmitra USAID, yakni kloning fasilitator daerah (fasda). Tasikmalaya membutuhkan lebih banyak tambahan fasda, di luar 30 orang fasda binaan USAID PRIO-RITAS, untuk melatih guru-guru secara berbasis kecamatan/ gugus. Disusunlah waktu itu rencana se-rangkaian Training of Trainers (TOT), difasilitasi oleh 30 orang fasda itu, untuk melatih fasda baru bagi 39 kecamatan, serangkaian pelatihan guru tingkat sekolah dalam rangka mendiseminasikan program USAID PRIORITAS, dan pendampingan sebagai tindak lanjut pelatihan.

Tentukan Arah dan Modelkan Wajah

Agar pelaksanaan kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar, disusunlah panduan kegiatan untuk memandu dan memberikan

gambaran kepada guru-guru dan semua pihak terkait tentang pelaksanaan PKB Guru Tahun 2016. Panduan ini menjadi acuan bagi para pemerintah, pelaksana kegiatan, dan peserta dalam pelaksanaan kegiatan. Panduan memuat hakikat PKB, tujuan, sasaran, manfaat, bentuk kegiatan, metode dan strategi, alur kegiatan, kepanitiaan, kepesertaan, fasilitator, materi, dan jadwal pelaksanaan.

“Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan untuk meningkat-kan profesionalitasnya,” tutur Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya Bapak EZ. Alfian. Menurutnya, standar kompetensi profesional guru berimplikasi pada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional dan untuk pengembangan karir guru. “PKB pada hakikatnya merupakan bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang merupakan

kendaraan utama dalam upaya membawa perubahan yang diinginkan berkaitan dengan keberhasilan siswa,” tegasnya. Bapak Alfian juga mengatakan, tujuan PKB secara umum adalah

untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Kepala Bidang Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Bapak Kartiwa

menjelaskan, program PKB Tasikmalaya Tahun 2016 mengambil tiga bentuk kegiatan.

Pertama, pelatihan untuk para pelatih (Training of Trainers) bagi calon fasda tambahan untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Proses seleksi calon fasda tambahan menjadi sangat penting karena mereka adalah motor utama dalam melakukan pelatihan penguatan di tingkat sekolah. Sehingga, ditentukanlah kriteria berikut:

1. Khusus untuk fasda pembelajaran diutamakan berasal dari unsur guru dan/atau kepala

sekolah/pengawas sekolah yang berpengalaman sebagai guru; 2. Khusus untuk fasda MBS

diutamakan berasal dari unsur kepala sekolah dan pengawas sekolah;

3. Calon fasda lebih diutamakan berasal dari gugus terpilih (sasaran PKB);

4. Memiliki sisa masa kerja minimal 10 tahun;

Kabupaten Tasikmalaya melatih dan menyiapkan banyak fasilitator pelatih dan pendamping di tingkat kecamatan untuk memastikan program PKB semua guru dapat difaslitasi melalui pelatihan di tingkat KKG/MGMP.

5. Mendapat izin dari institusi atau sekolah asal untuk menjadi fasda; 6. Memiliki kemampuan komunikasi

lisan dan komunikasi massa yang baik;

7. Mampu mengoperasikan

komputer dan media lainnya yang relevan;

8. Mempunyai integritas dan komitmen tinggi pada program yang akan dilaksanakan.

Mekanisme nominasi calon bermula dari gugus/KKG/MGMP yang terpilih dan dilanjutkan dengan seleksi oleh tim kecil lewat wawancara langsung dan tertulis dengan instrumen yang telah disiapkan.

Kedua, pelatihan tingkat sekolah dalam rangka mendiseminasikan program USAID PRIORITAS. Di dataran ini, fasda tambahan hasil TOT melatih guru/kepala sekolah/komite sekolah di kecamatan/gugus masing-masing. Pelatihan tingkat sekolah dibagi menjadi tiga tahap, meliputi diseminasi pembelajaran untuk jenjang SD/MI, diseminasi pembelajaran untuk jenjang SMP/MTs, dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) untuk Kepala Sekolah dan Komite Sekolah jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Khusus untuk pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan) dan CTL (Contextual

Teaching and Learning), baik TOT

maupun pelatihan tingkat sekolah, peserta melakukan praktik mengajar pada hari terakhir pelatihan yang kemudian diikuti dengan refleksi. Ketiga, sebagai tindak-lanjut pelatihan, dilakukan pendampingan guru. Para fasda, usai melatih guru dalam diseminasi pembelajaran, memikul kewajiban untuk melakukan pendampingan guru di tingkat MGMP/KKG/Kelas. Kepala Seksi Kurikulum Eddy Rochadiat mengatakan, pelatihan pelatih dan pelatihan tingkat sekolah ditempuh dengan pendekatan pembelajaran aktif dan interaktif. Pendekatan ini tidak hanya untuk memotivasi peserta agar terlibat secara fisik dan mental dalam pelatihan, tetapi juga untuk menyediakan contoh pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru di dalam kelas.

“Fasilitator memberikan model tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual, pembelajaran aktif, pengelolaan peserta, dan menciptakan suasana dalam pelatihan yang kemudian dicontoh oleh peserta ketika mereka melatih dan mengajar di sekolah,” paparnya. Eddy juga menjelaskan, dari segi

pengembangan sekolah, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pengembangan sekolah secara menyeluruh. Semua warga sekolah meliputi guru, kepala sekolah, komite sekolah, staf tata usaha sekolah, siswa, dan masyarakat, terlibat aktif dalam upaya pengembangan sekolah. “Aspek yang ditangani juga

mencakup pembelajaran, manajemen, dan partisipasi masyarakat,” imbuh Bapak Eddy.

Anggarkan Dana

Dana kegiatan PKB bersumber dari APBD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015. Tim pelaksana melakukan serangkaian pertemuan dengan Bappeda dan DPRD Kabupaten Tasikmalaya dalam rangka menyusun anggaran agar kegiatan terdanai secara memadai dan dana terserap secara efektif dan efisien. Besaran dana dan alokasinya dihitung sesuai dengan kebutuhan kegiatan di tingkat kabupaten dan kecamatan dengan berorientasi pada keprofesian guru secara merata. Bapak Suryasa, Kepala Seksi SMP, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, menilai program PKB Kabupaten Tasikmalaya sejalan dengan undang-undang dan kebutuhan daerah terhadap tenaga

pendidik profesional. Sesuai saran Bapak Suryasa, Pemkab Tasikmalaya berkoordinasi dengan dinas pendidikan provinsi dan berhasil mendapatkan akses pada program PKB Jawa Barat.

Bapak Wawan Herawan, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, menyebut kegiatan PKB menyasar semua guru pada satuan pendidikan SD dan SMP yang berada di lingkungan Dinas Pendidikan

Kabupaten Tasikmalaya, serta satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Untuk itu, Bapak Wawan menyebut pihak-nya telah dan sedang melatih 400 orang fasilitator daerah (fasda) seba-gai tambahan atas 30 orang fasda yang selama ini sudah ada. Mereka diproyeksikan melatih para guru SD/MI dan SMP/MTs di kabu-paten pada paruh kedua tahun 2016 dan paruh pertama tahun 2017.

PKB juga dijalankan secara berbasis gugus dan komunitas profesi, yakni dalam bentuk perintisan 39 gugus rujukan dan 12 MGMP rujukan. “Untuk mendukung program PKB tersebut, pemerintah kabupaten telah menyiapkan dana sebesar 900 juta rupiah,” ujarnya.

Bapak Agus Sutisna, Kasubag Sosbud Bappeda, mengaku kegiatan para guru di komunitas belajar sudah ada dan berjalan cukup baik. Dalam rang-ka PKB, ujar Agus, kegiatan di KKG/ MGMP/KKM/MKKS dan komunitas belajar lainnya sengaja didorong agar pengembangan keprofesian para guru lebih intensif lagi. “Pemkab Tasikmalaya memanfaatkan komu-nitas belajar untuk keberhasilan PKB,” katanya.

Perencanaan PKB dan implementasi-nya perlu dilakukan secara kolabo-ratif melalui learning community, yang tidak hanya membahas hal-hal terkait kurikulum melainkan lebih ditekankan pada soal pengembangan keprofesian guru yang berkelanjutan. Bapak Agus bahkan menyebut di tingkat sekolah sudah ada kegiatan KKG/MGMP guna mendorong peng-embangan keprofesian guru secara berkelanjutan. DPRD mengalokasi-kan anggaran pembinaan komunitas belajar sesuai dengan rancangan program yang disusun Bappeda. Para peserta pelatihan untuk pelatih sedang melakukan kunjung karya. Model

pelatihan dengan pendekatan pembelajaran aktif diharapkan membuat para guru bisa mencontoh untuk implementasinya dalam pembelajaran di kelas.

5. Mendapat izin dari institusi atau sekolah asal untuk menjadi fasda; 6. Memiliki kemampuan komunikasi

lisan dan komunikasi massa yang baik;

7. Mampu mengoperasikan

komputer dan media lainnya yang relevan;

8. Mempunyai integritas dan komitmen tinggi pada program yang akan dilaksanakan.

Mekanisme nominasi calon bermula dari gugus/KKG/MGMP yang terpilih dan dilanjutkan dengan seleksi oleh tim kecil lewat wawancara langsung dan tertulis dengan instrumen yang telah disiapkan.

Kedua, pelatihan tingkat sekolah dalam rangka mendiseminasikan program USAID PRIORITAS. Di dataran ini, fasda tambahan hasil TOT melatih guru/kepala sekolah/komite sekolah di kecamatan/gugus masing-masing. Pelatihan tingkat sekolah dibagi menjadi tiga tahap, meliputi diseminasi pembelajaran untuk jenjang SD/MI, diseminasi pembelajaran untuk jenjang SMP/MTs, dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) untuk Kepala Sekolah dan Komite Sekolah jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Khusus untuk pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan) dan CTL (Contextual

Teaching and Learning), baik TOT

maupun pelatihan tingkat sekolah, peserta melakukan praktik mengajar pada hari terakhir pelatihan yang kemudian diikuti dengan refleksi. Ketiga, sebagai tindak-lanjut pelatihan, dilakukan pendampingan guru. Para fasda, usai melatih guru dalam diseminasi pembelajaran, memikul kewajiban untuk melakukan pendampingan guru di tingkat MGMP/KKG/Kelas. Kepala Seksi Kurikulum Eddy Rochadiat mengatakan, pelatihan pelatih dan pelatihan tingkat sekolah ditempuh dengan pendekatan pembelajaran aktif dan interaktif. Pendekatan ini tidak hanya untuk memotivasi peserta agar terlibat secara fisik dan mental dalam pelatihan, tetapi juga untuk menyediakan contoh pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru di dalam kelas.

“Fasilitator memberikan model tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual, pembelajaran aktif, pengelolaan peserta, dan menciptakan suasana dalam pelatihan yang kemudian dicontoh oleh peserta ketika mereka melatih dan mengajar di sekolah,” paparnya. Eddy juga menjelaskan, dari segi

pengembangan sekolah, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pengembangan sekolah secara menyeluruh. Semua warga sekolah meliputi guru, kepala sekolah, komite sekolah, staf tata usaha sekolah, siswa, dan masyarakat, terlibat aktif dalam upaya pengembangan sekolah. “Aspek yang ditangani juga

mencakup pembelajaran, manajemen, dan partisipasi masyarakat,” imbuh Bapak Eddy.

Anggarkan Dana

Dana kegiatan PKB bersumber dari APBD Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015. Tim pelaksana melakukan serangkaian pertemuan dengan Bappeda dan DPRD Kabupaten Tasikmalaya dalam rangka menyusun anggaran agar kegiatan terdanai secara memadai dan dana terserap secara efektif dan efisien. Besaran dana dan alokasinya dihitung sesuai dengan kebutuhan kegiatan di tingkat kabupaten dan kecamatan dengan berorientasi pada keprofesian guru secara merata. Bapak Suryasa, Kepala Seksi SMP, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, menilai program PKB Kabupaten Tasikmalaya sejalan dengan undang-undang dan kebutuhan daerah terhadap tenaga

pendidik profesional. Sesuai saran Bapak Suryasa, Pemkab Tasikmalaya berkoordinasi dengan dinas pendidikan provinsi dan berhasil mendapatkan akses pada program PKB Jawa Barat.

Bapak Wawan Herawan, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, menyebut kegiatan PKB menyasar semua guru pada satuan pendidikan SD dan SMP yang berada di lingkungan Dinas Pendidikan

Kabupaten Tasikmalaya, serta satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Untuk itu, Bapak Wawan menyebut pihak-nya telah dan sedang melatih 400 orang fasilitator daerah (fasda) seba-gai tambahan atas 30 orang fasda yang selama ini sudah ada. Mereka diproyeksikan melatih para guru SD/MI dan SMP/MTs di kabu-paten pada paruh kedua tahun 2016 dan paruh pertama tahun 2017.

PKB juga dijalankan secara berbasis gugus dan komunitas profesi, yakni dalam bentuk perintisan 39 gugus rujukan dan 12 MGMP rujukan. “Untuk mendukung program PKB tersebut, pemerintah kabupaten telah menyiapkan dana sebesar 900 juta rupiah,” ujarnya.

Bapak Agus Sutisna, Kasubag Sosbud Bappeda, mengaku kegiatan para guru di komunitas belajar sudah ada dan berjalan cukup baik. Dalam rang-ka PKB, ujar Agus, kegiatan di KKG/ MGMP/KKM/MKKS dan komunitas belajar lainnya sengaja didorong agar pengembangan keprofesian para guru lebih intensif lagi. “Pemkab Tasikmalaya memanfaatkan komu-nitas belajar untuk keberhasilan PKB,” katanya.

Perencanaan PKB dan implementasi-nya perlu dilakukan secara kolabo-ratif melalui learning community, yang tidak hanya membahas hal-hal terkait kurikulum melainkan lebih ditekankan pada soal pengembangan keprofesian guru yang berkelanjutan. Bapak Agus bahkan menyebut di tingkat sekolah sudah ada kegiatan KKG/MGMP guna mendorong peng-embangan keprofesian guru secara berkelanjutan. DPRD mengalokasi-kan anggaran pembinaan komunitas belajar sesuai dengan rancangan program yang disusun Bappeda. Para peserta pelatihan untuk pelatih sedang melakukan kunjung karya. Model

pelatihan dengan pendekatan pembelajaran aktif diharapkan membuat para guru bisa mencontoh untuk implementasinya dalam pembelajaran di kelas.

Gulirkan Implementasi Target pemerintah Kabupaten Tasikmalaya tahun 2016-2020 adalah mengedepankan peningkatan mutu tenaga pendidik untuk meningkatkan kualitas siswa di sekolah. Dalam rentang lima tahun itu, pelatihan guru dengan menggunakan modul-modul USAID PRIORITAS diproyek-sikan untuk menjangkau 15.253 orang guru yang tersebar di 131 KKG/gugus (1.086 SD) dan enam rayon dengan 13 mata pelajaran. Diperlukan daya, upaya, dan strategi yang sangat akurat agar semua guru di Kabupaten Tasikmalaya menda-patkan pelatihan yang berkualitas. Pada tahun 2016 sebagai tahun pele-takan landasan sustainabilitas, peme-rintah telah melakukan serangkaian

Training of Trainers (TOT)

membentuk fasilitator daerah (fasda) baru.

Sebelumnya, hanya ada 30 orang fasda binaan USAID PRIORITAS di bidang peningkatan kualitas pembelajaran, manajemen berbasis sekolah (MBS), peran serta masyarakat, dan budaya membaca. Dalam rentang bulan Agustus-Oktober 2016, telah dilaksanakan TOT untuk melatih sebanyak 538 orang fasda baru, terdiri atas 258 fasda jenjang SD dan 260 fasda

jenjang SMP. Pada forum TOT fasda tambahan ini, tidak sedikit peserta mengungkapkan rasa surprise (keterkejutan), bahwa pelatihan yang mereka alami sama sekali berbeda dari pelatihan sebelumnya yang lebih banyak berkutat pada teori.

Terlebih pada hari terakhir (hari ketiga) saat mereka melakukan real

teaching. Pada sesi real teaching inilah

mereka menemukan cara mempraktikkan strategi pembelajaran yang telah mereka rancang di pelatihan.

Para fasda baru bidang pembelajaran ini kemudian akan bertugas di 39 gugus model percontohan (dari 131 gugus yang ada) dan 12 MGMP model guna meningkatkan keprofesian 1.790 orang guru di sana pada tahun ini.

Gugus dan MGMP model ini akan dijadikan oleh para fasda baru itu untuk menjadi semacam benchmark bagi gugus dan rayon MGMP lainnya dalam menggulirkan program pengembangan keprofesian berke-lanjutan hingga tahun 2020 kelak. Para fasda yang sudah terbentuk ini akan secara kontinyu melatih dan mendampingi guru secara bertahap sampai pada tahun 2020 untuk mendorong semua guru (15.253 orang) meningkatkan keprofesian.

Ubah Kendala menjadi Kendali Rotasi jabatan kerap menjadi ganja-lan yang mengusik konsentrasi, menghambat kelancaran, dan me-nunda keberhasilan implementasi program pendidikan. Pergantian pejabat di bidang PMPTK memer-lukan adaptasi yang tidak mudah terkait pelaksanaan TOT fasda baru. Pejabat baru membutuhkan waktu tidak pendek untuk memahami dan kemudian mengikuti ritme program. Kendala rotasi jabatan ini berimbas pula pada kendala pencairan angga-ran. Penyelenggaraan TOT fasda baru yang semula dijadwalkan pada tri-wulan kedua terpaksa tertunda dan bergeser ke triwulan ketiga karena menunggu pencairan anggaran. Untuk mengatasi masalah rotasi jabatan, tim pelaksana program me-lakukan pembicaraan intensif guna membangun kesamaan persepsi dan kemudian kesederajatan komitmen. Dana pun kemudian turun setelah terbangun kesepahaman. Meski harus tertunda dari triwulan kedua ke triwulan ketiga, TOT fasda baru tetap terimplementasi dan itu masih tergolong sebuah keberhasilan. Alhasil, kesepahaman dan kesamaan persepsi yang telah terbangun ternyata telah mengubah kendala menjadi kendali keberhasilan program.

Syukuri Dampak Positif Program PKB Tasikmalaya telah menunjukkan hasil, menjawab kebutuhan peningkatan keprofesian guru. “Kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, fokus pada pengemba-ngan keterampilan dan penempaan karakter siswa. Siswa lebih aktif, antusias, percaya diri, kreatif, man-diri, dan terbiasa memecahkan ma-salah,” ucap Ibu Mimin Siti Rukmini SPd, guru SMPN 2 Sukaratu yang mengi-kuti TOT untuk fasda tambahan.

Sebelum terjun melatih guru pada putaran pelatihan sekolah, para fasda tambahan itu merasa tertantang untuk terlebih dahulu menerapkan pendekatan pembelajaran aktif sesuai pengalaman saat mengikuti TOT.

“Saya memang puas karena kini mulai dapat memenuhi standar keprofesian sebagai guru. Tapi, lebih merasa puas lagi saat saya

menyaksikan siswa berpartisipasi aktif sepanjang proses pembelajaran dan mampu menghasilkan karya yang tak jarang melebihi ekspektasi saya,” kata Ibu Tintin SPd, guru SDN Karamasantana Ia juga menuturkan, hasil karya anak, media pembela-jaran yang ia kembangkan, dan RPP dan lembar kerja yang ia siapkan kemudian dibahas dalam pertemuan KKG Gugus 2 Ciawi untuk semakin meningkatkan keprofesiannya sebagai guru.

Fasda pembelajaran, Bapak Riyadi Priyambodo SPd menjelaskan, pada saat pendampingan, setiap fasda memberikan bantuan teknis kepada guru, kepala sekolah, dan/atau komite sekolah untuk pemantapan dan pengembangan lebih lanjut hasil penempaan di ruang pelatihan. “Saya kini lebih paham apa yang perlu dilakukan untuk mendukung guru menjalankan proses pembela-jaran yang baik. Ini dilakukan sejak

penyusunan RKT/RKAS dengan melibatkan guru, sehingga saya tahu seberapa besar anggaran yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran. Lebih dari itu, saya juga kini telah menjalankan sejumlah program praktis pengembangan budaya membaca di sekolah,” kata Bapak Asep Warlina SPd, Kepala SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal.

Informasi lebih lanjut hubungi:

Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya Jl. Dalem Wirawangsa Km 1.2 Mangunreja Kabupaten Tasikmalaya