• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara

Grafik 1. Sumber pembiayaan dan waktu yang diperlukan untuk

menuntaskan pelatihan guru di Kabupaten Tapanuli Selatan 16.0 14.0 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0

52 tahun 31 tahun

5 tahun 4 tahun

2 tahun

Kebutuhan APBD APBD APBD

+ BOS APBD + BOS +TPP 1% APBD+ BOS +TPP 5% 0.3 0.5 0.5 0.5 0.5 2.7 2.7 2.7 0.9 4.6 CTL 3.1 MBS 3.0 Pakem 9.0

Presentasi dalam kelompok pada pelatihan PAKEM Modul 1.

Data dan Kebijakan Butuh 52 tahun bagi Pemkab Tapanuli Selatan (Tapsel) agar bisa tuntas melatih seluruh guru, jika hanya mengandalkan APBD. Dengan metode multi sumber pembiayaan, Tapsel berhasil mempercepat peningkatan mutu guru. Meskipun sudah melakukan diseminasi pelatihan selama empat tahun, ternyata masih terlalu banyak guru yang belum dilatih.

Hasil analisis pada lokakarya PKB, ternyata baru 6% guru SD di Tapsel yang mendapatkan pelatihan modul-1 PAKEM. Padahal pelatihan yang dikembangkan USAID PRIORITAS setidaknya ada tiga modul, baik untuk PAKEM, MBS maupun CTL. Tantangan ini menumbuhkan semangat baru bagi Dinas Pendidikan Tapsel. Bapak Eddy SE, Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Tapanuli Selatan, ingin seluruh guru SD dan SMP dilatih pelatihan ini, karena melihat hasil dari diseminasi

selama ini cukup efektif merubah cara mengajar guru agar tidak monoton. Pelatihan MBS yang dilihat juga terbukti dapat merubah cara pandang kepala sekolah agar lebih transparan dan optimal

menggunakan dananya untuk peningkatan mutu, serta tidak menafikan peran aktif semua warga sekolah.

Dalam rapat perencanaan yang

menghadirkan Kepala UPT, Kordinator Pengawas per kecamatan, KKG, MGMP, K3S dan perwakilan guru disampaikan analisis bahwa untuk melatih semua guru, tidak cukup bila ditanggung sepenuhnya dari APBD. Dalam desain PKB, setiap guru harus dilatih minimal sekali dalam setahun. Saat ini, setiap tahun Dinas Pendidikan baru bisa

menganggarkan Rp. 300 juta untuk diseminasi pelatihan guru tersebut. Padahal setelah dihitung untuk menuntaskan semua modul pelatihan tersebut untuk semua guru SD dan SMP dibutuhkan biaya Rp. 15 milyar. Kalau hanya mengandalkan APBD tersebut, perlu 52 tahun untuk menuntaskan semua modul pelatihan tersebut. Maka rencana kerja percepatan pun dibuat.

Pengembangan Mutu Guru yang Sistemik

dan Berkelanjutan

Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara

Grafik 1. Sumber pembiayaan dan waktu yang diperlukan untuk

menuntaskan pelatihan guru di Kabupaten Tapanuli Selatan 16.0 14.0 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0

52 tahun 31 tahun

5 tahun 4 tahun

2 tahun

Kebutuhan APBD APBD APBD

+ BOS APBD + BOS +TPP 1% APBD+ BOS +TPP 5% 0.3 0.5 0.5 0.5 0.5 2.7 2.7 2.7 0.9 4.6 CTL 3.1 MBS 3.0 Pakem 9.0

Kendala dan Solusi dalam Implementasi Kebijakan

Menjadi diskusi hangat saat itu untuk mencari sumberdana lain yang akan menopang kebutuhan PKB untuk semua guru. Tumbuh kesepakatan saat itu PKB tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah dan pemerintah daerah saja, tapi juga tanggungjawab sekolah dan guru. Maka dari kelompok kepala sekolah kala itu setuju sekolah ikut

menanggung biaya pelatihan menggunakan dana BOS bagi gurunya sendiri. Dalam juknis penggunaan dana BOS memang diperbolehkan atau bahkan diutamakan dana tersebut untuk Komponen 3 (peningkatan mutu pembelajaran) dan Komponen 9 (pengembangan kompetensi guru). Selama ini dana Komponen 9 tetap keluar hanya untuk pertemuan KKG atau MGMP yang hasilnya tidak jelas. Menurut laporan dana BOS dari sekolah yang diunggah ke pusat, rata-rata jumlahnya sekitar 6% atau sekitar Rp. 2,7 M setiap tahunnya. Angka ini cukup fantastis bila bisa dioptimalkan. Akhirnya kepala sekolah menyepakati akan

mengalokasikan 5% dana BOS untuk mendukung pelatihan tersebut. Semula ada beberapa kepala sekolah menolak rencana ini, karena dianggap

sebagai campur tangan Dinas Pendidikan ke sekolah. Namun, setelah mendapatkan penjelasan teknis bahwa dana akan dikelola sendiri melalui KKG, baru kepala sekolah mulai setuju.

Dukungan yang Memperkuat Kebijakan

Kalau pelatihan sudah ditanggung dari dana BOS lalu anggaran dari

APBD untuk apa? Bapak Eddy selaku Kabid Dikdas dan Manajer BOS menyampaikan komitmen Dinas Pendidikan bahwa anggaran tersebut tetap ada. Namun akan dikhususkan untuk menyelenggarakan TOT bagi fasilitator daerah (fasda) baru dan Pengawas. Dan ini berjalan sejak tahun 2016 dan akan berlanjut setiap tahun untuk modul-modul selanjutnya. TOT ini dimaksudkan untuk menambah fasda baru sehingga menjangkau seluruh SD di Diskusi penyusunan komponen RPP pada pelatihan PAKEM untuk sekolah-sekolah di Kecamatan Sayur Matanggi dan Tantom Angkola.

Informasi lebih lanjut hubungi:

Dinas Pendidikan Tapanuli Selatan, Kompleks perkantoran Pemda Tapsel di Sipirok Kontak Person: Eddy SE (Kabid Dikdas) Zulkarnen Harahap (Fasilitator Daerah) setiap kecamatan, yang saat ini hanya

dijangkau 15 fasda. Selain itu, Dinas Pendidikan juga menyoroti selama ini pengawas hampir tidak diberi kesempatan terlibat dalam pengembangan mutu guru. Dengan TOT maka peran pengawas akan dikuatkan sehingga berperan aktif setidaknya sebagai fasilitator dalam pendampingan atau supervisi. Kontribusi sekolah disepakati sebesar 5% dari dana BOS dikumpulkan melalui KKG setiap kali pencairan dana BOS atau setiap triwulan. Pelatihan langsung dilaksanakan 1 minggu setelah pencairan dana dan bertempat di lokasi KKG yang telah ditentukan. Pihak Dinas Pendidikan sudah membagi tugas siapa fasilitator yang ditugaskan serempak di delapan titik dan berlangsung dalam empat gelombang, sehingga dalam setahun berlangsung 24 kali pelatihan. Di tahun 2016 pelatihan masif ini telah menjangkau 1.802 partisipan dari guru kelas yang dilatih PAKEM Modul 1, dan ini berarti sudah menuntaskan pelatihan ini untuk semua guru kelas. Rencananya tahun depan akan diteruskan dengan TOT Pelatihan PAKEM Modul 2 dan dilanjutkan pelatihannya untuk guru yang sama, begitu seterusnya hingga semua modul tuntas. Selain itu,

tahun depan dengan metode yang sama akan menjangkau guru SMP. Ini setidaknya akan memperpendek waktu penuntasan dari 52 tahun menjadi hanya tujuh tahun saja. Bila sistem ini bisa berlanjut, maka selanjutnya akan diteruskan untuk modul-modul lain yang sesuai kebutuhan.

Yang menarik dalam pendampingan pasca pelatihan yang dilakukan oleh pengawas, ternyata guru atau kepala sekolah yang didampingi terlihat lebih serius memperhatikan. Ini berpotensi untuk lebih efektif dalam mengimplementasikan materi pelatihan di kelas.

TOT bagi pengawas terbukti cukup efektif memberdayakan pengawas yang perannya cukup strategis dalam supervisi akademik kepada guru dan supervisi manajemen kepada kepala sekolah. Selama ini peran tersebut agak tumpul karena kompetensi pengawas kurang kuat dan bahkan kalah dengan guru atau kepala sekolah yang didampingi. Perubahan yang terlihat adalah supervisi tidak lagi hanya dilakukan di atas meja dengan pemeriksaan administratif saja, namun pengawas juga sudah masuk ke kelas dan mendiskusikan perbaikan dengan guru.

Dampak Kebijakan

Dampak dari diseminasi cukup terlihat khususnya bagi sekolah yang lebih dulu melakukan diseminasi pelatihan. Misalnya, di SD 100707 Pekebun, Batang Toru dan SD 100603 Siplayar, Batang Angkola. Di sekolah ini, ruang kelas sudah menunjukkan perubahan Setidaknya sudah terlihat adanya pajangan hasil karya siswa yang dulu belum ada. Tempat duduk juga sudah dibentuk berkelompok yang sering

dimanfaatkan untuk membangun kerjasama dalam tim.

Guru mengajar juga lebih variatif sehingga keaktifan siswa mulai tumbuh. RPP yang dulu masih banyak kopian, saat ini sudah mulai mereka desain sendiri. Dari sisi manajemen sudah mulai tumbuh keterbukaan Kepala Sekolah dalam mengelola anggaran dengan melibatkan guru.

Kendala dan Solusi dalam Implementasi Kebijakan

Menjadi diskusi hangat saat itu untuk mencari sumberdana lain yang akan menopang kebutuhan PKB untuk semua guru. Tumbuh kesepakatan saat itu PKB tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah dan pemerintah daerah saja, tapi juga tanggungjawab sekolah dan guru. Maka dari kelompok kepala sekolah kala itu setuju sekolah ikut

menanggung biaya pelatihan menggunakan dana BOS bagi gurunya sendiri. Dalam juknis penggunaan dana BOS memang diperbolehkan atau bahkan diutamakan dana tersebut untuk Komponen 3 (peningkatan mutu pembelajaran) dan Komponen 9 (pengembangan kompetensi guru). Selama ini dana Komponen 9 tetap keluar hanya untuk pertemuan KKG atau MGMP yang hasilnya tidak jelas. Menurut laporan dana BOS dari sekolah yang diunggah ke pusat, rata-rata jumlahnya sekitar 6% atau sekitar Rp. 2,7 M setiap tahunnya. Angka ini cukup fantastis bila bisa dioptimalkan. Akhirnya kepala sekolah menyepakati akan

mengalokasikan 5% dana BOS untuk mendukung pelatihan tersebut. Semula ada beberapa kepala sekolah menolak rencana ini, karena dianggap

sebagai campur tangan Dinas Pendidikan ke sekolah. Namun, setelah mendapatkan penjelasan teknis bahwa dana akan dikelola sendiri melalui KKG, baru kepala sekolah mulai setuju.

Dukungan yang Memperkuat Kebijakan

Kalau pelatihan sudah ditanggung dari dana BOS lalu anggaran dari

APBD untuk apa? Bapak Eddy selaku Kabid Dikdas dan Manajer BOS menyampaikan komitmen Dinas Pendidikan bahwa anggaran tersebut tetap ada. Namun akan dikhususkan untuk menyelenggarakan TOT bagi fasilitator daerah (fasda) baru dan Pengawas. Dan ini berjalan sejak tahun 2016 dan akan berlanjut setiap tahun untuk modul-modul selanjutnya. TOT ini dimaksudkan untuk menambah fasda baru sehingga menjangkau seluruh SD di Diskusi penyusunan komponen RPP pada pelatihan PAKEM untuk sekolah-sekolah di Kecamatan Sayur Matanggi dan Tantom Angkola.

Informasi lebih lanjut hubungi:

Dinas Pendidikan Tapanuli Selatan, Kompleks perkantoran Pemda Tapsel di Sipirok Kontak Person: Eddy SE (Kabid Dikdas) Zulkarnen Harahap (Fasilitator Daerah) setiap kecamatan, yang saat ini hanya

dijangkau 15 fasda. Selain itu, Dinas Pendidikan juga menyoroti selama ini pengawas hampir tidak diberi kesempatan terlibat dalam pengembangan mutu guru. Dengan TOT maka peran pengawas akan dikuatkan sehingga berperan aktif setidaknya sebagai fasilitator dalam pendampingan atau supervisi. Kontribusi sekolah disepakati sebesar 5% dari dana BOS dikumpulkan melalui KKG setiap kali pencairan dana BOS atau setiap triwulan. Pelatihan langsung dilaksanakan 1 minggu setelah pencairan dana dan bertempat di lokasi KKG yang telah ditentukan. Pihak Dinas Pendidikan sudah membagi tugas siapa fasilitator yang ditugaskan serempak di delapan titik dan berlangsung dalam empat gelombang, sehingga dalam setahun berlangsung 24 kali pelatihan. Di tahun 2016 pelatihan masif ini telah menjangkau 1.802 partisipan dari guru kelas yang dilatih PAKEM Modul 1, dan ini berarti sudah menuntaskan pelatihan ini untuk semua guru kelas. Rencananya tahun depan akan diteruskan dengan TOT Pelatihan PAKEM Modul 2 dan dilanjutkan pelatihannya untuk guru yang sama, begitu seterusnya hingga semua modul tuntas. Selain itu,

tahun depan dengan metode yang sama akan menjangkau guru SMP. Ini setidaknya akan memperpendek waktu penuntasan dari 52 tahun menjadi hanya tujuh tahun saja. Bila sistem ini bisa berlanjut, maka selanjutnya akan diteruskan untuk modul-modul lain yang sesuai kebutuhan.

Yang menarik dalam pendampingan pasca pelatihan yang dilakukan oleh pengawas, ternyata guru atau kepala sekolah yang didampingi terlihat lebih serius memperhatikan. Ini berpotensi untuk lebih efektif dalam mengimplementasikan materi pelatihan di kelas.

TOT bagi pengawas terbukti cukup efektif memberdayakan pengawas yang perannya cukup strategis dalam supervisi akademik kepada guru dan supervisi manajemen kepada kepala sekolah. Selama ini peran tersebut agak tumpul karena kompetensi pengawas kurang kuat dan bahkan kalah dengan guru atau kepala sekolah yang didampingi. Perubahan yang terlihat adalah supervisi tidak lagi hanya dilakukan di atas meja dengan pemeriksaan administratif saja, namun pengawas juga sudah masuk ke kelas dan mendiskusikan perbaikan dengan guru.

Dampak Kebijakan

Dampak dari diseminasi cukup terlihat khususnya bagi sekolah yang lebih dulu melakukan diseminasi pelatihan. Misalnya, di SD 100707 Pekebun, Batang Toru dan SD 100603 Siplayar, Batang Angkola. Di sekolah ini, ruang kelas sudah menunjukkan perubahan Setidaknya sudah terlihat adanya pajangan hasil karya siswa yang dulu belum ada. Tempat duduk juga sudah dibentuk berkelompok yang sering

dimanfaatkan untuk membangun kerjasama dalam tim.

Guru mengajar juga lebih variatif sehingga keaktifan siswa mulai tumbuh. RPP yang dulu masih banyak kopian, saat ini sudah mulai mereka desain sendiri. Dari sisi manajemen sudah mulai tumbuh keterbukaan Kepala Sekolah dalam mengelola anggaran dengan melibatkan guru.

Data dan Kebijakan Program USAID PRIORITAS dirasakan besar manfaatnya oleh Pemkab Maros. Pada waktu showcase Maros awal tahun 2014, Bupati Maros menyatakan bahwa program USAID PRIORITAS sudah

memperlihatkan dampaknya luar biasa pada sekolah-sekolah, dan patut untuk direplikasi.

Sesuai data DAPODIK, jumlah guru Maros adalah kurang lebih 6.800 untuk SD/MI dan MTs/SMP. Dari jumlah itu, Pemkab Maros, sesuai tekad Bupati, menargetkan 60% guru SD/MI dan SMP/MTs terlatih model pelatihan USAID PRIORITAS sampai pada akhir proyek USAID

PRIORITAS dengan menggunakan dana APBD lewat dana sharing Pendidikan Gratis.

Dukungan Implementasi Untuk mencapai target tersebut, ada tiga bentuk dukungan nyata Pemda Maros terhadap program USAID PRIORITAS, yang menyebabkan