• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Bapak Drs. Hasanuddin Darjo, menyampaikan komitmennya untuk meningkatkan kompetensi para guru dengan menganggarkan 16,8 milyar untuk diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS yang menjangkau 10 kabupaten/kota.

Data dan Kebijakan

Pemerataan mutu layanan pening-katan kompetensi guru di Provinsi Aceh menjadi fokus pemerintah daerah, apalagi provinsi ini mendu-duki rangking sepuluh besar ter-bawah berdasarkan hasil UKG sebe-lumnya. Kehadiran USAID PRIORI-TAS di Aceh, dirasakan memiliki dampak besar terhadap perubahan pembelajaran terutama untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hanya saja USAID PRIORITAS terbatas pada sembilan kabupaten mitranya dari 23 kabupaten/kota yang ada.

Kesembilan kabupaten tersebut telah melakukan peningkatan kompetensi guru secara terstruktur dan berkelanjutan (Pelatihan Modul 1, 2, dan 3) dengan pendekatan

Whole School Development.

Menyadari akan belum meratanya layanan mutu pendidikan tersebut, maka Pemerintah Aceh melakukan diseminasi antar-kabupaten (di luar mitra USAID PRIORITAS) dengan mengucurkan dana Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) tahun 2016 sebesar Rp. 16,8 Milyar. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Bapak Drs Hasanuddin Darjo MM, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru menjadi sumber informasi yang sangat

penting bagi Dinas Pendidikan Aceh sebagai batu pijakan untuk

pemetaan kondisi guru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. “Oleh karena itu, kami telah menganggarkan dana diseminasi program USAID PRIORITAS ke sepuluh kabupaten/kota nonmitra untuk pemerataan kualitas guru, kepala sekolah, dan pengawas di tahun 2016 ini,” kata Bapak Darjo saat membuka lokakarya

perencanaan strategis PKB di Banda Aceh.

Hal tersebut bukan tanpa alasan, dari data program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang dilakukan di sembilan

kabupaten mitra USAID PRIORITAS di Aceh (Aceh Barat Daya, Aceh Jaya, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Utara dan Aceh Tamiang) menunjukkan hasil uji kompetensi pedagogik dan keprofesionalan guru tahun 2014 di sembilan kabupaten mitra USAID PRIORITAS dan USAID DBE dibagi dalam empat tipe pedagogi dan keprofesionalan guru.

Tipe pertama, berada dalam kelompok 88% guru tidak memenuhi standar kompentensi pedagogi dan profesional. Tipe kedua, 2 % guru yang memiliki

Pemerintah Aceh Alokasikan

16,8 Milyar untuk Diseminasi

standar kompetensi diatas standar rata-rata. Selanjutnya, untuk tipe ketiga sebanyak 7,9 % guru memiliki kompetensi pedagogi diatas standar dan kompetensi profesional dibawah standar dan yang terakhir sebanyak 2 % guru memiliki kemampuan kompetensi pedagogi dibawah standar dan kompetensi profesional di atas standar.

Data lainnya, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Aceh, Bapak Drs Ramli Rasyid MSi, mengungkapkan bahwa dari 128.486 guru di Aceh, ada sebanyak 35 ribu atau 27,4 % lebih guru sudah mengabdi selama 17 tahun tapi belum pernah mendapatkan pelatihan

“Dari 128.486 guru yang ada di Aceh, 90.000 guru di bawah naungan dinas pendidikan dan sele-bihnya di bawah naungan Kemenag, bahkan di kemenag masih banyak guru bakti atau tenaga kontrak. Dari keseluruhan itu, tahun 2014 sebanyak 27,4 persen guru belum mendapatkan pelatihan hampir selama 17 tahun mengabdi menjadi guru bahkan sebelumnya mencapai 37,4 persen,” jelas Bapak Ramli yang disampaikan pada kegiatan

Lokakarya Kedua, PKB, di Banda Aceh.

Dia juga mengingatkan bahwa

kebijakan berdasarkan data adalah sesuatu yang mahal. “Kebijakan yang diambil berdasarkan data terutama kebijakan yang menyangkut pengembangan keprofesian guru adalah mahal. Tapi akan lebih mahal lagi jika kebijakan diambil tidak berdasarkan data, karena akan menghasilkan kebijakan yang kurang baik dan bisa saja tidak tepat sasaran,” ingat Bapak Ramli. “Oleh sebab itu, data PKB ini sangatlah kita butuhkan dan ini menjadi mahal karena kita dapat mengetahui guru apa, siapa namanya, di mana menganjarnya dan pelatihan apa yang dibutuhkannya,” lanjutnya.

Strategi Implementasi Kebijakan

Untuk mendukung hal tersebut, Dinas Pendidikan Provinsi Aceh bersama dengan USAID PRIORITAS secara kontinu melakukan

pertemuan dan secara bersama menghitung anggaran yang akan digunakan untuk keperluan pelatihan diseminasi.

Setelah melalui pengajuan dan rapat anggaran yang cukup panjang di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), pada pertengahan tahun 2016 anggaran sebesar Rp. 16,8 milyar disahkan oleh untuk pelaksanaan Diseminasi Pelatihan

Provinsi Aceh

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Bapak Drs. Hasanuddin Darjo, menyampaikan komitmennya untuk meningkatkan kompetensi para guru dengan menganggarkan 16,8 milyar untuk diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS yang menjangkau 10 kabupaten/kota.

Data dan Kebijakan

Pemerataan mutu layanan pening-katan kompetensi guru di Provinsi Aceh menjadi fokus pemerintah daerah, apalagi provinsi ini mendu-duki rangking sepuluh besar ter-bawah berdasarkan hasil UKG sebe-lumnya. Kehadiran USAID PRIORI-TAS di Aceh, dirasakan memiliki dampak besar terhadap perubahan pembelajaran terutama untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hanya saja USAID PRIORITAS terbatas pada sembilan kabupaten mitranya dari 23 kabupaten/kota yang ada.

Kesembilan kabupaten tersebut telah melakukan peningkatan kompetensi guru secara terstruktur dan berkelanjutan (Pelatihan Modul 1, 2, dan 3) dengan pendekatan

Whole School Development.

Menyadari akan belum meratanya layanan mutu pendidikan tersebut, maka Pemerintah Aceh melakukan diseminasi antar-kabupaten (di luar mitra USAID PRIORITAS) dengan mengucurkan dana Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) tahun 2016 sebesar Rp. 16,8 Milyar. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Bapak Drs Hasanuddin Darjo MM, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru menjadi sumber informasi yang sangat

Praktik yang Baik, Modul 1, 2 dan 3, untuk jenjang SD dan SMP, serta Modul 1, 2 dan 3, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara utuh di sepuluh kabupaten/kota yang belum menjadi mitra USAID PRIORITAS.

Kegiatan yang bertajuk “Pelatihan Pedagogi dan MBS” dalam mata anggaran daerah tersebut, dilaksanakan di Kabupaten Aceh

Singkil, Aceh Selatan, Simeulue, Nagan Raya, Aceh Barat, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Kota Langsa, Kota Lhokseumawe dan Kota Subulussalam.

Tahap pertama, telah dilakukan perekrutan 400 orang fasilitator daerah (fasda) dari sepuluh kabupaten/kota dengan sejumlah fasda yang terbagi dalam tiga kategori (per-kabupaten/kota) yaitu

15 orang fasda pembelajaran SD, 15 orang fasda pembelajaran SMP dan 10 orang fasda MBS yang akan menjadi aset daerah mereka dalam menyebarluaskan Praktik yang Baik. Penyeleksian fasda yang melibatkan unsur pengawas dinas pendidikan, LPMP Aceh, LPTK dan USAID PRIORITAS tersebut mengunakan standar perekrutan fasda yang pernah dilakukan oleh USAID PRIORITAS. Sebagian besar para fasda tersebut adalah guru, kepala sekolah dan pengawas terbaik. “Minat guru untuk menjadi fasda sangat besar, rata-rata di setiap kabupaten/kota kami menerima lebih dari 80-an calon fasda, tapi karena kita membatasi jumlah fasda per kabupaten sehingga kita harus memilih yang terbaik dari yang baik,” ungkap Bapak Suryadi Jaya SE MSi, Kasi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan Aceh.

Sebanyak 400 orang fasda, selanjutnya mengikuti Pelatihan untuk Pelatih (Training of Trainers/ ToT) yang dipusatkan di Banda Aceh. Para fasda USAID PRIORITAS menjadi nara sumber utama pada kegiatan yang berlangsung secara bergelombang selama tujuh hari per jenjang pelatihan. Kegiatan pelatihan Modul 1 di sepuluh kabupaten/kota

Informasi lebih lanjut hubungi:

Dinas Pendidikan Provinsi Aceh Jl. Tgk. H. Mohd. Daud Beureueh No.22

Banda Aceh Telp: 0561-22620, Fax: 0651-31991, 32386

Kontak Person:

Drs Hasanuddin Darjo MM

(Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh)

Suryadi Jaya SE MSi

(Kasi Kurikulum Dikdas, Dinas Pendidikan Provinsi Aceh) Peserta pelatihan diseminasi Modul 1 USAID PRIORITAS di Kota Langsa, sedang

berdiskusi mengidentifikasi pembelajaran kontekstual yang ada dalam video pembelajaran yang baru saja mereka amati.

telah berlangsung pada September 2016, dan kegiatan lanjutan untuk Modul 2 dan 3 akan dilaksanakan pada November yang dilanjutkan dengan pendampingan oleh para fasilitator daerah. Pada pelatihan Modul 1, fasda dan staf USAID PRIORITAS dilibatkan untuk menja-min mutu dan pelaksanaan pelatihan dapat berjalan dengan baik.

Setelah pelaksanaan Diseminasi Pelatihan Praktik yang Baik Modul 1, dinas pendidikan kabupaten/kota mengapresiasi metode yang dikem-bangkan oleh USAID PRIORITAS dalam pelatihan yang dilakukan secara aktif. Beberapa dinas pendi-dikan berinisiatif mendiseminasikan pelatihan tersebut ke sekolah non mitra, hanya saja pengusulan ini akan dilakukan untuk anggaran tahun 2017, dengan menjadikan sekolah mitra sebagai sekolah percontohan dan melibatkan fasda kabupaten/ kota sebagai tenaga pelatih.

Dampak Kebijakan

Dampak diseminasi pelatihan ini, seluruh kabupaten/kota (kecuali Kota Sabang dan Kabupaten Aceh Timur) telah mendapatkan pelatihan Praktik yang Baik. Fasilitator daerah, guru dan kepala sekolah yang telah mendapatkan pelatihan menyatakan pendekatan pelatihan yang dilakukan

oleh USAID PRIORITAS sangat berbeda dengan yang mereka ikuti sebelumnya.

“Metode pelatihan yang dikem-bangkan oleh USAID PRIORITAS mendorong peserta terus bekerja dan memecahkan permasalahan secara bersama, metode ini menjadikan semua peserta bekerja secara aktif,” jelas Bapak Ahmad Yani, fasda Aceh Selatan.

Perubahanpun mulai dirasakan di sekolah mitra setelah mengikuti pelatihan. Sekolah mulai menerap-kan pembelajaran aktif dan manaje-men yang partisipatif. Salah satu kesan tersebut disampaikan oleh Ibu Yuyun Faulia S.Pd. “Setelah

selesainya Modul 1, kami mulai implementasikan hasil pelatihan di kelas, siswa sangat senang dan antusias terutama saat membedah kelas, duduk berkelompok dan belajar secara aktif,” kata Ibu Yuyun, guru SDN 14 Banda Sakti, Kota Lhokseumawe.

Kendala dan Masalah Pengesahan anggaran dan jangka waktu pencairan menjadi kendala utama pada kegiatan yang dibiayai oleh APBD. Seharusnya para peserta memiliki tenggat waktu antara pelatihan dengan pelatihan lainnya untuk dilakukan pendampingan oleh

fasilitator daerah. Akan tetapi dengan keterbatasan waktu, pendampingan harus dilakukan di akhir seluruh kegiatan pelatihan (tidak per modul).

Faktor Keberhasilan

Faktor keberhasilan yang utama adalah dukungan dinas pendidikan kabupaten/kota dalam hal memilih sekolah dan peserta yang akan diikutsertakan dalam pelatihan. Dengan dipilihnya 12 SD dan 10 SMP sebagai sekolah mitra dengan pende-katan Whole School Development, beberapa dinas pendidikan berhasrat untuk melanjutkan pelatihan di beberapa sekolah lainnya dan menjadikan sekolah mitra sebagai sekolah acuan dalam pembelajaran dan manajemen sekolah.

Praktik yang Baik, Modul 1, 2 dan 3, untuk jenjang SD dan SMP, serta Modul 1, 2 dan 3, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara utuh di sepuluh kabupaten/kota yang belum menjadi mitra USAID PRIORITAS.

Kegiatan yang bertajuk “Pelatihan Pedagogi dan MBS” dalam mata anggaran daerah tersebut, dilaksanakan di Kabupaten Aceh

Singkil, Aceh Selatan, Simeulue, Nagan Raya, Aceh Barat, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Kota Langsa, Kota Lhokseumawe dan Kota Subulussalam.

Tahap pertama, telah dilakukan perekrutan 400 orang fasilitator daerah (fasda) dari sepuluh kabupaten/kota dengan sejumlah fasda yang terbagi dalam tiga kategori (per-kabupaten/kota) yaitu

15 orang fasda pembelajaran SD, 15 orang fasda pembelajaran SMP dan 10 orang fasda MBS yang akan menjadi aset daerah mereka dalam menyebarluaskan Praktik yang Baik. Penyeleksian fasda yang melibatkan unsur pengawas dinas pendidikan, LPMP Aceh, LPTK dan USAID PRIORITAS tersebut mengunakan standar perekrutan fasda yang pernah dilakukan oleh USAID PRIORITAS. Sebagian besar para fasda tersebut adalah guru, kepala sekolah dan pengawas terbaik. “Minat guru untuk menjadi fasda sangat besar, rata-rata di setiap kabupaten/kota kami menerima lebih dari 80-an calon fasda, tapi karena kita membatasi jumlah fasda per kabupaten sehingga kita harus memilih yang terbaik dari yang baik,” ungkap Bapak Suryadi Jaya SE MSi, Kasi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan Aceh.

Sebanyak 400 orang fasda, selanjutnya mengikuti Pelatihan untuk Pelatih (Training of Trainers/ ToT) yang dipusatkan di Banda Aceh. Para fasda USAID PRIORITAS menjadi nara sumber utama pada kegiatan yang berlangsung secara bergelombang selama tujuh hari per jenjang pelatihan. Kegiatan pelatihan Modul 1 di sepuluh kabupaten/kota

Informasi lebih lanjut hubungi:

Dinas Pendidikan Provinsi Aceh Jl. Tgk. H. Mohd. Daud Beureueh No.22

Banda Aceh Telp: 0561-22620, Fax: 0651-31991, 32386

Kontak Person:

Drs Hasanuddin Darjo MM

(Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh)

Suryadi Jaya SE MSi

(Kasi Kurikulum Dikdas, Dinas Pendidikan Provinsi Aceh) Peserta pelatihan diseminasi Modul 1 USAID PRIORITAS di Kota Langsa, sedang

berdiskusi mengidentifikasi pembelajaran kontekstual yang ada dalam video pembelajaran yang baru saja mereka amati.

telah berlangsung pada September 2016, dan kegiatan lanjutan untuk Modul 2 dan 3 akan dilaksanakan pada November yang dilanjutkan dengan pendampingan oleh para fasilitator daerah. Pada pelatihan Modul 1, fasda dan staf USAID PRIORITAS dilibatkan untuk menja-min mutu dan pelaksanaan pelatihan dapat berjalan dengan baik.

Setelah pelaksanaan Diseminasi Pelatihan Praktik yang Baik Modul 1, dinas pendidikan kabupaten/kota mengapresiasi metode yang dikem-bangkan oleh USAID PRIORITAS dalam pelatihan yang dilakukan secara aktif. Beberapa dinas pendi-dikan berinisiatif mendiseminasikan pelatihan tersebut ke sekolah non mitra, hanya saja pengusulan ini akan dilakukan untuk anggaran tahun 2017, dengan menjadikan sekolah mitra sebagai sekolah percontohan dan melibatkan fasda kabupaten/ kota sebagai tenaga pelatih.

Dampak Kebijakan

Dampak diseminasi pelatihan ini, seluruh kabupaten/kota (kecuali Kota Sabang dan Kabupaten Aceh Timur) telah mendapatkan pelatihan Praktik yang Baik. Fasilitator daerah, guru dan kepala sekolah yang telah mendapatkan pelatihan menyatakan pendekatan pelatihan yang dilakukan

oleh USAID PRIORITAS sangat berbeda dengan yang mereka ikuti sebelumnya.

“Metode pelatihan yang dikem-bangkan oleh USAID PRIORITAS mendorong peserta terus bekerja dan memecahkan permasalahan secara bersama, metode ini menjadikan semua peserta bekerja secara aktif,” jelas Bapak Ahmad Yani, fasda Aceh Selatan.

Perubahanpun mulai dirasakan di sekolah mitra setelah mengikuti pelatihan. Sekolah mulai menerap-kan pembelajaran aktif dan manaje-men yang partisipatif. Salah satu kesan tersebut disampaikan oleh Ibu Yuyun Faulia S.Pd. “Setelah

selesainya Modul 1, kami mulai implementasikan hasil pelatihan di kelas, siswa sangat senang dan antusias terutama saat membedah kelas, duduk berkelompok dan belajar secara aktif,” kata Ibu Yuyun, guru SDN 14 Banda Sakti, Kota Lhokseumawe.

Kendala dan Masalah Pengesahan anggaran dan jangka waktu pencairan menjadi kendala utama pada kegiatan yang dibiayai oleh APBD. Seharusnya para peserta memiliki tenggat waktu antara pelatihan dengan pelatihan lainnya untuk dilakukan pendampingan oleh

fasilitator daerah. Akan tetapi dengan keterbatasan waktu, pendampingan harus dilakukan di akhir seluruh kegiatan pelatihan (tidak per modul).

Faktor Keberhasilan

Faktor keberhasilan yang utama adalah dukungan dinas pendidikan kabupaten/kota dalam hal memilih sekolah dan peserta yang akan diikutsertakan dalam pelatihan. Dengan dipilihnya 12 SD dan 10 SMP sebagai sekolah mitra dengan pende-katan Whole School Development, beberapa dinas pendidikan berhasrat untuk melanjutkan pelatihan di beberapa sekolah lainnya dan menjadikan sekolah mitra sebagai sekolah acuan dalam pembelajaran dan manajemen sekolah.

Data dan Kebijakan

Tujuan dari sertifikasi guru yang menjadi amanat UU Nomor 14 Tahun 2005 adalah untuk menen-tukan kelayakan guru dalam melak-sanakan tugas sebagai agen pembela-jaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, meningkatkan martabat dan meningkatkan profesionalitas guru. Akan tetapi, tujuan tersebut masih banyak yang belum tercapai teruta-ma dalam hal meningkatkan kepro-fesionalan guru, karena banyaknya guru menggunakan dana sertifikasi untuk kesejahteraan. Karena adanya fenomena tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Pidie, Bapak

Murthalamuddin, SP.d., M.SP menghimbau kepada seluruh guru jenjang SD dan SMP untuk wajib mengikuti diseminasi secara mandiri pelatihan praktik baik yang

dikembangkan oleh USAID PRIORITAS.

Himbauan Kadisdik bukan tanpa alasan, Dari hasil pendampingan

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di Kabupaten Pidie, hasil uji kompetensi pedagogi dan keprofesionalan guru tahun 2015 didapati sebagian besar (92%) guru berada di bawah standar yang ditetapkan secara nasional (skor 55) dan hanya 8% yang memenuhi dan di atas standar yang ditetapkan. “Mengikuti diseminasi pelatihan praktik yang baik merupakan salah satu syarat bagi guru untuk sertifikasi mereka,” kata Bapak Murthalamuddin.

Senada dengan Kadisdik, Wakil Bupati Pidie, Bapak M Iriawan SE, saat menghadiri kegiatan Multi

Stakeholder PKB di Kabupaten Pidie

mengingatkan akan pentingnya Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai forum diskusi, belajar dan berbagi informasi tentang pembelajaran,

“KKG dan MGMP sangat penting bagi guru untuk meningkatkan keprofesionalan mereka dalam mengajar. Guru pembelajar harus mampu menghidupkan budaya diskusi diantara pendidik. Pendidikan terus berkembang dan saling berbagi itu sangat penting untuk kita mengukur sejauh mana pemahaman kita dalam satu materi pembelajaran. Guru pembelajar harus terus

berlatih dan belajar,” jelas wabup yang menyatakan guru dikatakan tidak kreatif, bila sudah mendapat-kan sertifikasi tapi tidak dimanfaat-kan untuk mengembangdimanfaat-kan keprofe-sionalan dirinya sendiri.

Strategi Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan Kadisdik Pidie tersebut disambut dengan baik oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang langsung disosiali-sasikan kepada para kepala sekolah. Gayung bersambut, para guru juga merasa pelatihan menjadi kebutuhan bagi mereka dan siap menggunakan uang sertifikasi mereka untuk pelatihan. Setiap pelatihan selama 4 hari, satu orang guru membutuhkan Rp. 200.000,- untuk keperluan kon-sumsi dan ATK, sedangkan fasilitator dibiayai oleh USAID PRIORITAS. Di Kabupaten Pidie terdapat 9 UPTD yaitu: UPTD Wilayah I Padang Tiji, UPTD Wilayah II Grong-grong, UPTD Wilayah III Kota Sigli, UPTD Wilayah IV Indrajaya, UPTD Wilayah V Mutiara, UPTD Wilayah VI Geulumpang Tiga, UPTD Wilayah VII Kembang Tanjong, UPTD Wilayah VIII Sakti, dan UPTD Wilayah IX Tangse). Rencana pelatihan dikelola dan dilakukan secara kontinu di KKG dan MGMP.

Melalui Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) dan ketua KKG, guru diundang untuk mengikuti pelatihan dan penyetoran biaya dilakukan oleh guru kepada bendahara KKG. Sedangkan saat pelatihan, segala keperluan konsumsi dan ATK dikelola oleh pengurus KKG.

Dampak Kebijakan Guru menyadari pentingnya peningkatan kompetensi mereka, sehingga mereka secara mandiri mengikuti pelatihan sebanyak 256 SD dari total 278 SD dan seluruh SMP di Kabupaten Pidie (56 SMP) telah melaksanakan diseminasi