• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data dan Kebijakan

Memang tidak ada satupun desa yang terdaftar sebagai desa terpencil dalam nomenklatur kewilayahan Tapanuli Utara. Namun demikian sebenarnya masih banyak desa dengan akses yang sulit baik karena jauh, terhalang sungai atau memasuki hutan di lereng bukit barisan. Banyak desa yang tidak memiliki jalan yang memadai sehingga tidak bisa dimasuki angkutan umum. Kemajuan di desa ini sangat lambat, termasuk di bidang pendidikan. Dengan alasan

tersebut, bupati menetapkan beberapa desa masuk kategori terpencil agar mendapatkan perhatian khusus.

Seperti umumnya sekolah di daerah terpencil, terjadi kelangkaan guru karena jarang ada guru yang mau tinggal dan mengajar di sekolah tersebut. Hasil pemetaan guru yang dilakukan tercatat ada 44% sekolah SD dan SMP yang hanya memiliki guru PNS paling banyak setengah dari kebutuhan, dan 68 sekolah di antaranya hanya memiliki guru PNS

sebanyak satu-dua orang saja. Tentu saja ini memperihatinkan. Sebagian besar karena berada di lokasi terpencil.

Tentu saja pembelajaran tidak akan bermutu di sekolah seperti ini. Dengan keterbatasan jumlah guru yang mengajar, membuat kinerja sekolah di desa terpencil sangat jauh ketimpangannya. Apalagi supervisi oleh Dinas Pendidikan atau pengawas juga sangat jarang. Untuk mengatasi kekurangan guru tersebut, Pemkab menyediakan

status guru sertifikasi; (3) rapat kese-pakatan mutasi. Segenap guru yang akan dimutasi mengikuti rapat bersa-ma dengan tim. Terlibat dalam rapat tersebut adalah pengawas gugus SD, pengawas SMP, kepala sekolah yang melepaskan dan yang menerima. Pada tahap ini, tim menyampaikan kepada semua pihak yang berkepen-tingan bahwa mutasi bertujuan untuk peningkatan kualitas pembelajaran dan pemerataan sumber daya guru di sekolah. Tim membeberkan data dan berbagai pertimbangan mutasi tersebut.

Dampak Kebijakan

Dampak dari adanya mutasi ini adalah stigma bahwa mutasi adalah hukuman menjadi tidak ada. Para guru, setelah ditemukan dengan tim mutasi guru menjadi yakin bahwa mutasi memang dilakukan berdasar kebutuhan persebaran guru agar tidak terkonsentrasi di satu tempat. Hal ini sangat penting agar setelah dimutasi, semangat mendidiknya tidak turun.

Tim mutasi bekerja transparan. Dalam setiap proses mutasi tim tidak memungut biaya, tidak ada transaksi sesuai kepentingan guru dan pihak terlibat, bahkan guru yang dimutasi berhak mengajukan surat

keberatan jika keputusan dianggap tidak benar.

Ketua tim mutasi guru, Bapak Drs Basri, berupaya meningkatkan kualitas dan melestarikan praktik baik dari program penataan dan pemerataan guru itu. Hingga saat ini tim yang dibentuk dan ditetapkan pada tanggal 30 Januari 2014 telah memutasi 200 guru di tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah. Pengelolaan sistem database dan analisis data guru atas fasilitasi USAID PRIORITAS menjadi rujukan program mutasi.

Ibu Nurjannah SPd, guru yang dimutasi dari SDN 63 Bonto Jonga, yang jaraknya 35 km dari rumah, ke SD Inpres Layoa, Gantarang Keke, yang jaraknya 3 km dari rumahnya. Kebijakan mutasi ini dilakukan agar guru bisa lebih cepat sampai ke sekolah dalam keadaan segar sehingga lebih efektif dalam mengajar.

Informasi lebih lanjut hubungi:

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Bantaeng. Jl. Andi Mannapiang, No. 72. Lamalaka Telp: (0413) 21184

Kontak Person :

Drs Basri MSi

(Seketaris Dikpora)

Ibu Jelliana Sitohang SPd, butuh waktu 1,5 jam perjalanan sulit menempuh jalan 7 km setiap hari untuk mencapai SMPN 5 Garoga, tempatnya mengajar di daerah terpencil.

Mengatasi Kelangkaan Guru di Sekolah Terpencil

Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara

Data dan Kebijakan

Memang tidak ada satupun desa yang terdaftar sebagai desa terpencil dalam nomenklatur kewilayahan Tapanuli Utara. Namun demikian sebenarnya masih banyak desa dengan akses yang sulit baik karena jauh, terhalang sungai atau memasuki hutan di lereng bukit barisan. Banyak desa yang tidak memiliki jalan yang memadai sehingga tidak bisa dimasuki angkutan umum. Kemajuan di desa ini sangat lambat, termasuk di bidang pendidikan. Dengan alasan

tersebut, bupati menetapkan beberapa desa masuk kategori terpencil agar mendapatkan perhatian khusus.

Seperti umumnya sekolah di daerah terpencil, terjadi kelangkaan guru karena jarang ada guru yang mau tinggal dan mengajar di sekolah tersebut. Hasil pemetaan guru yang dilakukan tercatat ada 44% sekolah SD dan SMP yang hanya memiliki guru PNS paling banyak setengah dari kebutuhan, dan 68 sekolah di antaranya hanya memiliki guru PNS

sebanyak satu-dua orang saja. Tentu saja ini memperihatinkan. Sebagian besar karena berada di lokasi terpencil.

Tentu saja pembelajaran tidak akan bermutu di sekolah seperti ini. Dengan keterbatasan jumlah guru yang mengajar, membuat kinerja sekolah di desa terpencil sangat jauh ketimpangannya. Apalagi supervisi oleh Dinas Pendidikan atau pengawas juga sangat jarang. Untuk mengatasi kekurangan guru tersebut, Pemkab menyediakan

anggaran yang cukup untuk merekrut guru honor daerah. Tersedia Rp 14 miliar untuk membayar guru honor tersebut. Di sisi lain penambahan tanpa diiringi perbaikan pemerataan membuat guru di Tapanuli Utara malah berlebih, khususnya di jenjang SMP. Dari data yang diolah menunjukkan bahwa Tapanuli Utara sudah kelebihan guru PNS sebanyak 86 orang, khususnya di beberapa mata pelajaran (mapel) seperti PKN, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan IPA. Namun meski kelebihan di mapel tersebut, di sekolah lain masih ada yang kekura-ngan sehingga tetap dialokasikan adanya guru honor. Tentu ini sebuah paradoks yang harus diselesaikan, mengatasi kekurangan guru sekaligus mendistribusikan kelebihannya.

Dukungan Kebijakan

Memahami kondisi tersebut, Bupati Tapanuli Utara, Bapak Nikson Nababan, melalui Dinas Pendidikan menyusun kebijakan untuk

memeratakan guru. Paling diutamakan oleh bupati adalah sekolah di daerah terpencil harus tercukupi gurunya. Kebijakan ini diputuskan setelah melalui konsultasi publik di aula kantor bupati 9 Maret 2015 yang dihadiri

ratusan guru dan stakeholder pendidikan.

Saat itu sekaligus dibuka pendaf-taran guru yang mau dimutasi ke sekolah terpencil. Tentu tidak mudah mengajak guru pindah sekolah, apalagi di tempat terpencil. Strategi yang digunakan Pemda adalah menjadikan mutasi sebagai promosi sang guru. Bagi mereka yang bersedia, Pemda akan memberikan fasilitas cukup termasuk rumah dinas, pelatihan dan bimbingan yang dibutuhkan dan diusulkan

pemberian reward berupa tunjangan daerah terpencil dari APBD. Respon guru awalnya masih pasif. Baru setelah keluar persetujuan penggunaan APBD untuk tunjangan tersebut sebanyak satu kali gaji untuk sekolah sangat terpencil dan Rp 1,5 juta untuk sekolah terpencil, maka satu per satu guru PNS mendaftarkan diri.

Dampak Kebijakan

Banyak guru yang kemudian tertarik tawaran ini. Apalagi di tempat lama guru sulit memenuhi kuota jam mengajar 24 jam akibat kelebihan guru. Sementara di tempat baru tersedia jam yang cukup, sehingga mereka yang sudah lolos sertifikasi memenuhi syarat untuk mendapat

tunjangan profesi.

Otomatis bagi guru tersebut bisa mendapat tiga kali gaji bila sekolahnya masuk kategori sangat terpencil. Ini yang kemudian membuat mereka berbondong-bondong mendaftarkan diri, hingga Dinas Pendidikan membatasi kuotanya karena tidak ingin sekolah lama menjadi kekurangan guru. Hanya guru di sekolah yang kelebihan yang boleh mengajukan perpindahan. Sampai saat ini tercatat ada 103 orang guru yang sudah dimutasi secara sukarela ke daerah terpencil untuk jenjang SD dan SMP. Salah satu guru yang mengajukan diri dipindah adalah Ibu Jelliana Sitohang SPd guru Bahasa Indonesia dari SMPN 2 Garoga yang mengajukan pindah ke SMPN 5 Garoga. Di sekolah sebelumnya karena guru Bahasa Indonesia berlebih, Ibu Sitohang tidak mendapatkan jam mengajar yang mencukupi sehingga tidak memenuhi syarat mendapatkan tunjangan profesi. Baginya, mengajar adalah panggilan sehingga beliau ingin bisa sepenuhnya mengajar setiap hari. Tawaran Dinas Pendidikan untuk mengabdi di tempat yang baru yang masih kekurangan guru langsung disambutnya. Butuh 1,5 jam perjalanan sulit

Informasi lebih lanjut hubungi:

Dinas Pendidikan Tapanuli Utara Jl. Raja Johannes Hutabarat, Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatra Utara

Telp. (0633)-21739

Kontak Person: Rocky D.M Nainggolan

(Kabid Pendidikan Dasar) Bupati Tapanuli Utara, Bapak Drs Nikson Nababan (tengah), pada acara Konsultasi Publik Program PPG di Tapanuli Utara.

menempuh 7 km setiap hari menuju sekolah tersebut. Karena sarana jalannya belum bagus, angkutan umum tidak bisa menembus. Hanya RBT (sebutan untuk ojek) yang bisa mengantarkannya masuk hingga lokasi sekolah. Suaminya, Bapak Hasudungan Sinaga pun akhirnya menyusul ikut pindah dan menjadi guru olahraga di SMPN 5 Garoga. Tapi ini bukan hanya persoalan kesejahteraan, di dalamnya Dinas Pendidikan mempertaruhkan mutu. Guru-guru yang disetujui untuk mendapat promosi melalui mutasi diutamakan yang sudah lolos ser-tifikasi dan telah mendapatkan pela-tihan, bukan guru sembarangan se-hingga mutasi ini diharapkan akan membawa perubahan baik dalam pembelajaran. Ini akan membuat sekolah terpencil diharapkan bisa mengejar ketertinggalannya dengan sekolah lain.

Sebagai guru-guru yang pernah dilatih, maka pembelajaran di kelas barupun berubah dan semangat belajar anak-anak terpencil menjadi bertambah. Prestasipun kemudian diukir. Pada tahun 2014/2015, SMPN 5 Garoga berhasil menjadi juara beberapa cabang olahraga di tingkat kecamatan. Banyak contoh serupa yang dialami guru-guru hasil mutasi ke daerah terpencil. Bahkan

kehadiran Ibu Sitohang dan Bapak Sinaga yang juga aktif di masyarakat desa, dianggap pahlawan karena banyak melakukan perubahan. Bahkan masyarakat meminta supaya pengabdian mereka tidak hanya tiga tahun seperti yang sudah ditugaskan. Bupati Tapanuli Utara, Bapak Drs Nikson Nababan sangat bangga mendengar kisah-kisah guru di daerah terpencil. Ini memang bagian dari visi beliau untuk mem-buka isolasi desa dan menghadirkan percepatan pembangunan disana, termasuk pendidikan.

Hal ini mendapat pujian dari

stakeholder di kabupaten karena

baru sekarang kebijakan pemerataan guru ini bisa direalisasikan.

anggaran yang cukup untuk merekrut guru honor daerah. Tersedia Rp 14 miliar untuk membayar guru honor tersebut. Di sisi lain penambahan tanpa diiringi perbaikan pemerataan membuat guru di Tapanuli Utara malah berlebih, khususnya di jenjang SMP. Dari data yang diolah menunjukkan bahwa Tapanuli Utara sudah kelebihan guru PNS sebanyak 86 orang, khususnya di beberapa mata pelajaran (mapel) seperti PKN, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan IPA. Namun meski kelebihan di mapel tersebut, di sekolah lain masih ada yang kekura-ngan sehingga tetap dialokasikan adanya guru honor. Tentu ini sebuah paradoks yang harus diselesaikan, mengatasi kekurangan guru sekaligus mendistribusikan kelebihannya.

Dukungan Kebijakan

Memahami kondisi tersebut, Bupati Tapanuli Utara, Bapak Nikson Nababan, melalui Dinas Pendidikan menyusun kebijakan untuk

memeratakan guru. Paling diutamakan oleh bupati adalah sekolah di daerah terpencil harus tercukupi gurunya. Kebijakan ini diputuskan setelah melalui konsultasi publik di aula kantor bupati 9 Maret 2015 yang dihadiri

ratusan guru dan stakeholder pendidikan.

Saat itu sekaligus dibuka pendaf-taran guru yang mau dimutasi ke sekolah terpencil. Tentu tidak mudah mengajak guru pindah sekolah, apalagi di tempat terpencil. Strategi yang digunakan Pemda adalah menjadikan mutasi sebagai promosi sang guru. Bagi mereka yang bersedia, Pemda akan memberikan fasilitas cukup termasuk rumah dinas, pelatihan dan bimbingan yang dibutuhkan dan diusulkan

pemberian reward berupa tunjangan daerah terpencil dari APBD. Respon guru awalnya masih pasif. Baru setelah keluar persetujuan penggunaan APBD untuk tunjangan tersebut sebanyak satu kali gaji untuk sekolah sangat terpencil dan Rp 1,5 juta untuk sekolah terpencil, maka satu per satu guru PNS mendaftarkan diri.

Dampak Kebijakan

Banyak guru yang kemudian tertarik tawaran ini. Apalagi di tempat lama guru sulit memenuhi kuota jam mengajar 24 jam akibat kelebihan guru. Sementara di tempat baru tersedia jam yang cukup, sehingga mereka yang sudah lolos sertifikasi memenuhi syarat untuk mendapat

tunjangan profesi.

Otomatis bagi guru tersebut bisa mendapat tiga kali gaji bila sekolahnya masuk kategori sangat terpencil. Ini yang kemudian membuat mereka berbondong-bondong mendaftarkan diri, hingga Dinas Pendidikan membatasi kuotanya karena tidak ingin sekolah lama menjadi kekurangan guru. Hanya guru di sekolah yang kelebihan yang boleh mengajukan perpindahan. Sampai saat ini tercatat ada 103 orang guru yang sudah dimutasi secara sukarela ke daerah terpencil untuk jenjang SD dan SMP. Salah satu guru yang mengajukan diri dipindah adalah Ibu Jelliana Sitohang SPd guru Bahasa Indonesia dari SMPN 2 Garoga yang mengajukan pindah ke SMPN 5 Garoga. Di sekolah sebelumnya karena guru Bahasa Indonesia berlebih, Ibu Sitohang tidak mendapatkan jam mengajar yang mencukupi sehingga tidak memenuhi syarat mendapatkan tunjangan profesi. Baginya, mengajar adalah panggilan sehingga beliau ingin bisa sepenuhnya mengajar setiap hari. Tawaran Dinas Pendidikan untuk mengabdi di tempat yang baru yang masih kekurangan guru langsung disambutnya. Butuh 1,5 jam perjalanan sulit

Informasi lebih lanjut hubungi:

Dinas Pendidikan Tapanuli Utara Jl. Raja Johannes Hutabarat, Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatra Utara

Telp. (0633)-21739

Kontak Person: Rocky D.M Nainggolan

(Kabid Pendidikan Dasar) Bupati Tapanuli Utara, Bapak Drs Nikson Nababan (tengah), pada acara Konsultasi Publik Program PPG di Tapanuli Utara.

menempuh 7 km setiap hari menuju sekolah tersebut. Karena sarana jalannya belum bagus, angkutan umum tidak bisa menembus. Hanya RBT (sebutan untuk ojek) yang bisa mengantarkannya masuk hingga lokasi sekolah. Suaminya, Bapak Hasudungan Sinaga pun akhirnya menyusul ikut pindah dan menjadi guru olahraga di SMPN 5 Garoga. Tapi ini bukan hanya persoalan kesejahteraan, di dalamnya Dinas Pendidikan mempertaruhkan mutu. Guru-guru yang disetujui untuk mendapat promosi melalui mutasi diutamakan yang sudah lolos ser-tifikasi dan telah mendapatkan pela-tihan, bukan guru sembarangan se-hingga mutasi ini diharapkan akan membawa perubahan baik dalam pembelajaran. Ini akan membuat sekolah terpencil diharapkan bisa mengejar ketertinggalannya dengan sekolah lain.

Sebagai guru-guru yang pernah dilatih, maka pembelajaran di kelas barupun berubah dan semangat belajar anak-anak terpencil menjadi bertambah. Prestasipun kemudian diukir. Pada tahun 2014/2015, SMPN 5 Garoga berhasil menjadi juara beberapa cabang olahraga di tingkat kecamatan. Banyak contoh serupa yang dialami guru-guru hasil mutasi ke daerah terpencil. Bahkan

kehadiran Ibu Sitohang dan Bapak Sinaga yang juga aktif di masyarakat desa, dianggap pahlawan karena banyak melakukan perubahan. Bahkan masyarakat meminta supaya pengabdian mereka tidak hanya tiga tahun seperti yang sudah ditugaskan. Bupati Tapanuli Utara, Bapak Drs Nikson Nababan sangat bangga mendengar kisah-kisah guru di daerah terpencil. Ini memang bagian dari visi beliau untuk mem-buka isolasi desa dan menghadirkan percepatan pembangunan disana, termasuk pendidikan.

Hal ini mendapat pujian dari

stakeholder di kabupaten karena

baru sekarang kebijakan pemerataan guru ini bisa direalisasikan.

Sudah dialokasikan dana sebanyak Rp1,094 miliar yang bersumber pada dana APBD tahun

2013/1014 lewat Program Pendidikan Gratis untuk menyebarkan pelatihan model USAID ke semua pendidik. Setelah

kami melakukan penyebarluasan program USAID PRIORITAS, terjadi

trend peningkatan mutu

pembelajaran di Maros. Anak-anak menjadi lebih berani, aktif dan

percaya diri.

Petikan

PKB sangat penting untuk meningkatkan keprofesionalan guru

dalam mengajar. Oleh karena itu kami telah menganggarkan dana

diseminasi program USAID PRIORITAS ke kabupaten yang bukan mitranya untuk pemerataan

kualitas guru, kepala sekolah, dan pengawas di tahun 2016.

Dari pengamatan kita selama ini, kualitas anak didik terjadi ketimpangan antara satu dengan lain disebabkan fasilitas, metode belajar, kondisi geografis dan lainnya, maka

perlu dijalin kemitraan strategis dengan USAID.

Staf Ahli Walikota Bidang Kemasyarakatan dan SDM Kota Tangerang, Banten, Ida Lidi. Sisus berita: www.tangerangonline.id. 25 April 2016.

Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo, Jawa Timur, Mustain B.

Kantor Berita Antara. 29 Oktober 2015 Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh,

Hasanuddin Darjo. Situs Pemprov Aceh: www.acehprov.go.id. 22 Desember 2015

Bupati Tapanuli Selatan, Syahrul M. Pasaribu Harian Analisa. 4 Maret 2016

PKB mampu mencetak tenaga pengajar yang andal dalam mencetak siswa-siswi berkualitas.

Sejalan dengan visi Tangsel mendatang, yakni sumber daya yang

mampu berdaya saing, handal, berkualitas dan berbasis teknologi,

saya berharap USAID PRIORITAS dapat meningkatkan mutu tenaga

pendidik, sehingga mampu menghasilkan siswa-siswi

berkualitas.

Sekda Pemkab Maros, Sulawesi Selatan, Baharuddin.

Kantor Berita Antara. 7 Oktober 2015

Sidoarjo mewajibkan setiap guru menyisihkan dana sertifikasi

sebesar 5 persen untuk pengembangan diri melalui pelatihan, kelompok kerja guru,

seminar, dan masih banyak lagi. Apalagi Bupati Sidoarjo sudah mengeluarkan Peraturan Bupati

Nomor 38 Tahun 2013 tentang Pembinaan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Pada 2015, dana dari penyisihan tunjangan guru yang digunakan

pelatihan mandiri lebih dari Rp 4 miliar, termasuk implementasi

cara mengajar dari konvensional menjadi pembelajaran aktif.

Purbalingga terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam berbagai jenjang. Salah satu upayanya, diawali dengan peningkatan kualitas pendidikan

guru. Itulah kenapa, guru harus memberdayakan tunjangan yang

diterima untuk pengembangan keprofesian.

Pj Bupati Purbalingga, Jawa Tengah, Budi Wibowo.

Harian Suara Merdeka. 22 Agustus 2015.

Kita akan terus berupaya mendorong guru untuk melakukan

peningkatan kapasitasnya melalui berbagai saluran. Diseminasi pelatihan akan mempersempit jurang

perbedaan kemampuan guru.

Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Bandung Barat, Hj. Agustina Piryanti. Situs Pemkab: www.bandungbaratkab.go.id 22 Februari 2016

PENGEMBANGAN