• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari Dikotomi Kendali menjadi Trikotomi Kendali

Sebagian dari kamu mungkin saat ini merasa tidak nyaman dengan pembagian kategori menjadi dua seperti contoh sebelumnya. Okelah, kalau mengenai cuaca hari ini (apakah hari akan panas atau hujan) atau saya akan duduk di sebelah siapa di kereta [saat bepergian sendirian), hal-hal tersebut benar-benar di luar kendali kita. Namun, ikut memasukkan prestasi sekolah, pekerjaan, prestasi perlombaan, sampai relationship ke dalam kategori yang sama (tidak bisa

dikendalikan) sepertinya sangat tidak memotivasi kita untuk berupaya dan bekerja keras. Tentunya realitas hidup tidak sesederhana pembagian dua kategori ini?

Ini adalah protes yang cukup valid, karena bagaimanapun, tentunya kita masih bisa punya andil dan kontribusi di dalam menentukan prestasi sekolah, prestasi kerja, kinerja bisnis, kesehatan, dan

reputasi kita. William Irvine di dalam bukunya A Guide To Good Life:

The Ancient Art of Stoic Joy menawarkan solusi untuk keresahan di atas dengan cara merevisi dikotomi kendali menjadi trikotomi (tiga kategori) kendali. Trikotomi kendali terdiri dari:

• Hal-hal yang bisa kita kendalikan, seperti opini, persepsi dan pertimbangan kita sendiri.

• Hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, seperti cuaca, opini dan tindakan orang lain.

• Hal-hal yang bisa SEBAGIAN kita kendalikan. Irvine mengusulkan bahwa sekolah, pekerjaan, perlombaan, hubungan dengan pasangan, bisa dimasukkan ke dalam kategori ketiga (SEBAGIAN dalam kendali). Bagaimana cara penerapan kategori yang ketiga ini di dalam hidup sehari-hari?

Dengan memisahkan tujuan di dalam diri /internal goal) dari hasil eksternal /outcome-nya].

Contoh penerapan poin ketiga adalah sebagai berikut. Kamu menghadapi sidang skripsi. Kita tahu bahwa HASIL dari sidang skripsi tidak bisa

dimasukkan ke dalam kategori ‘di bawah kendali kita’, karena banyak faktor tak terduga di luar kendali kita, seperti mood dosen penguji hari itu, apakah laptop kita akan berfungsi atau tidak, dan lainnya. Akan tetapi, tentunya ada bagian dari pengerjaan skripsi yang masih berada di bawah kendali kita, misalnya persiapan kita dalam memahami topik, presentasi yang kita

siapkan, dan istirahat fisik yang cukup. Maka, Irvine menganjurkan kita untuk memisahkan "hasil” (sebagai hal yang di luar kendali kita), dari ''internalgoal"

atau target bagi diri sendiri yang sepenuhnya berada di bawah kendali kita.

Dalam contoh sidang skripsi, internal goal adalah belajar yang rajin, benar-benar memahami materi skripsi, latihan presentasi berulang-ulang, sampai presentasi Power Point yang dibuat cantik dan profesional. Sepanjang kita sudah berupaya maksimal di hal-hal ini, kita sudah melakukan halyang bisa dilakukan di dalam kendali kita. Nilai dari skripsi kita adalah outcome (hasil) yang berada di luar kendali. Jadi, menjadi stres dan khawatir mengenai hasilnya adalah halyang irasional.

Contoh lainnya lagi misalnya dalam berbisnis. Bisnis masuk ke dalam kategori “sebagian berada di bawah kendali kita". Maka, kita bisa memisahkan antara internal goal dan outcome atau hasil. Internal goal, misalnya, adalah tekad dan upaya kita memberikan produk/jasa yang terbaik, melakukan promosi yang terbaik, menetapkan harga yang kompetitif, menyediakan layanan konsumen yang andal, dan lain-lain. Jika kita telah mengerahkan upaya yang sebaik-baiknya di hal-hal yang bisa kita kendalikan, maka itu sudah cukup.

Kita bisa merasakan kepuasan, bahkan kebahagiaan, karena sudah mencapai tujuan internal yang kita tetapkan sebelumnya.

Selanjutnya, apakah bisnis akan sukses atau tidak akan tergantung pada banyak faktor luar, seperti persaingan dan aturan pemerintah.

Oleh karena itu, kita harus bisa menerimanya apa pun hasilnya. Baik bisnis kita sukses atau gagal, kita masih bisa belajar darinya untuk memperbaiki hal- halyang bisa dikendalikan.

Perhatikan bahwa dalam kategori "sebagian di bawah kendali" ini, pada umumnya, semakin baik kita mengerjakan internal goal, seharusnya semakin besar peluang kita mendapatkan hasil atau outcome yang memang kita impi-impikan. Biasanya, kerja keras, belajar sungguh-sungguh, berlatih dengan tekun, menyayangi dan mencintai pasangan sepenuh hati, menjalankan usaha dengan rajin dan keras, akan mendekatkan seseorang pada halyang ingin dicapai.

Dengan menyadari sepenuhnya bahwa outcome terakhir berada di luar kendali kita, maka saat mengalami gagal kita tidak perlu meratapi tujuh tahun lamanya, karena kita tahu sudah berbuat yang terbaik untuk internal goal tersebut berdasarkan persiapan yang kita lakukan.

Berikut adalah contoh-contoh trikotomi kendali dalam bentuk tabel:

• Menjalin kerja sama yang baik dengan

• Performa lawan (bisa lebih baik atau lebih buruk)

• Kondisi lapangan saat bertanding

• Hal-hal lain seperti gangguan teknis, konsentrasi juri, dan lain-lain, sakit yang menyerang kita mendadak

Kesehatan • Olahraga yang cukup

• Tidur yang cukup

Hubungan asmara/

pernikahan

• Perhatian yang cukup

• Kasih sayang dari kita

• Kesetiaan diri sendiri

• Menjual barang dan jasa dengan kualitas yang baik

• Melakukan administrasi dan keuangan yang baik

• Menaati aturan dan membayar pajak

Dalam situasi-situasi di atas dan situasi serupa lainnya, pemisahan antara internal goal dan outcome memiliki dua manfaat:

1. Kita bisa memfokuskan energi dan kebahagiaan pada hal-halyang ada di bawah kendali kita, dan tidak pusing/stres untuk hal-hal di luar kendali kita. Saat kita sudah belajar keras untuk ujian, berlatih sebaik-baiknya untuk

pertandingan, atau melakukan yang terbaik untuk pasangan, kita bisa mendapatkan kepuasan dari hal-hal tersebut tanpa harus menunggu outcome-nya.

2. Di saat ternyata outcome/hasil tidak seperti yang kita harapkan, secara mental kita (seharusnya) tidak terlalu terpuruk, karena fokus kita adalah pada internal goal yang bisa kita lakukan dan bukan di outcome. Kita tidak perlu meratapi kegagalan secara berlebihan,

apalagi sampai mengutuk diri sendiri. Contohnya, kita mengikuti pertandingan basket antarkampus. Jika kita sudah berlatih keras dan memberikan permainan terbaik, kekalahan tidak bisa sepenuhnya merampas kebahagiaan kita. Ini mirip dengan ungkapan populer,

“Manusia hanya bisa berusaha, Tuhan yang menentukan." Kita bisa merasakan kepuasan dan kebanggaan jika kita sudah memberikan permainan basket yang terbaik, apa pun hasilnya.

3. Kerendahan hati. Mengakui bahwa outcome tidak ada di bawah kendali kita sepenuhnya juga penting saat kita menikmati

keberhasilan. Saat sedang sukses, jangan terlena bahwa ini semua adalah hasil “upaya saya sendiri”. Kesuksesan kita juga dipengaruhi oleh banyak faktor di luar kendali kita. Jadi, jangan sombong.

Kamu