• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anggraini Naskawati

Widyaiswara Ahli Madya LPMP NTB E-mail :

arimbi.2006@gmail.com

ABSTRAK

Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Desease (Covid-19) menyebutkan bahwa proses belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan; belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemic covid-19, aktivitas dan tugas belajar dari rumah dapat bervariasi antar siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses atau fasilitas belajar di rumah, bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah di beri umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna bagi guru tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif. Untuk melihat apakan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (distance learning) ini telah efektif dilaksanakan di sekolah, penulis mengumpulkan data secara daring melalui aplikasi google form kepada siswa Sekolah Menengah Kejuruan kelas X jurusan Akuntansi Keuangan lembaga (AKL) sebanyak 30 orang, Multi Media (MM) sebanyak 22 orang dan Perhotelan sebanyak 13 orang, total responden sebanyak 65 orang, dengan menjawab 10 item pertanyaan. Rekapitulasi penghitungan data diperoleh hasil yang menyangkut kemudahan siswa dalam mengakses dan memanfaatkan pembelajaran melalui daring yang menjawab Ya sebanyak 58(89,23%) dan yang menjawab Tidak sebanyak 7 (10,76%). Mata pelajaran yang pernah diterima melalui daring, 54 (83,07%) menjawab seluruh mata pelajaran menggunakan strategi daring, 11 (16,92%) menyatakan sebagian mata pelajaran menggunakan daring. Strategi guru dalam menyampaikan materi denga memberikan tugas atau hanya mencatat tugas sebanyak 28(43,07%) sedangkan sisanya sebanyak 37 (56,92%) menyatakan bahwa guru dalam pembelajaran daring memberikan tugas dan mengkomunikasikan tugas tersebut jika ada siswa yang kesulitan dalam penyelesaian tugasnya. Dari hasil perhitungan diketahui juga cara siswa memahami materi yag disampaikan guru secara daring ini dengan membaca kembali sebanyak 37 (56,92%), selain membaca kembali juga mencari rujukan lainnya sebanyak 20 (30,76%) dan hanya menjawab saja sebanyak 8 ( 12,30%). Jika siswa kesulitan dalam memahami tugas yang diberikan, apakah guru merespon balik pertanyaan siswa mengenai kesulitan siswa dalam belajar, sebanyak 53(81,83%) responden menyatakan guru akan merespon balik, dan 12 (18,46%) menyatakan guru tidak merespon balik pertanyaan dari siswa. Jaringan

29 atau server menyebabkan 5 (7,69%) kesulitan dalam belajar, 47(72,30%) menyatakan tugasnya terlalu banyak dalam pembelajaran daring dan 13 (20%) siswa tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran daring. Tindaklanjut hasil pembelajaran melalui daring ini dikirimkan oleh siswa melalui email sebanyk 43(66,15%) melalui WA sebanyak 14 ( 21,53%) dan menggunakan media lainnya sebanyak 8 (12,30%).

Kata Kunci: Pembelajaran jarak jauh, Strategi Pembelajaran, Kondisi Darurat non Bencana Alam

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembelajaran jarak jauh (Distance Learning) mulai diterapkan secara terus menerus dan berkesi-nambungan terutama ketika wabah pandemi Covid-19. Kasus pertama penyebaran virus corona, Covid-19, di China terungkap. Setelah ditelu-suri kembali pemerintah China, ka-sus pertama penyebaran virus coro-na muncul pada 17 November 2019. Pandemi Covid sangat berdampak terhadap masyarakat utamanya dari aspek ekonomi, pendidikan, sosial sampai aktivitas keagamaan. Ma-syarakat diimbau untuk bekerja, be-lajar dan beribadah dari rumah untuk memutus rantai penyebaran covid-19. Dibeberapa daerah pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah yang sudah menjadi zona merah pandemic covid-19. Provinsi Nusa Tenggara Barat termasuk juga zona merah pandemic covid-19

sehingga perlu memiliki strategi khu-sus dalam pembelajaran yang akan dilakukan di sekolah.

Semua pihak terkait bergerak untuk melawan pandemic covid-19 sesuai dengan kewenangan dan ke-mampuan masing-masing. Hal ini sesuai dengan pasal 27 ayat 3 UUD 1954 yang menyatakan bahwa Se-tiap Warga Negara berhak dan wajib dalam upaya pembelaan negara. Seluruh lapisan masyarakat menja-lankan tugasnya sesuai dengan ke-wajibannya. Pemerintah pusat dan daerah, mengatur kebijakan-kebi-jakan daerah, menyediakan sarana dan prasarana memadai untuk me-mutus rantai penyebarannya.

Proses pembelajaran yang dilakukan di rumah membutuhkan strategi efektif karena menyangkut gaya mengajar guru dan gaya be-lajar siswa. Saat ini salah satu aspek yang penting dari pendidikan adalah gaya belajar dari siswa karena suatu keberhasilan mereka tergantung

30 pada cara belajar mereka belajar

dengan baik, saat sekarang cara belajar tidak hanya bisa di dapatkan yang biasanya kita langsung ke sekolah untuk mendapatkan ilmu atau kita menimba ilmu yang mana kita harus ada dalam suatu kelas, zaman sekarang sudah ada gaya belajar jarak jauh yang bisa difasi-litasi melalui internet yang mana kita tidak harus pergi ke sekolah yang biasanya kita lakukan. Dengan kecanggihan internet zaman seka-rang kita bisa belajar dengan lewat internet yang bisa dilakukan di ru-mah saja, model pembelajaran ini juga bisa kita gunakan dengan cara kita berdasarkan pengalaman kita hal ini bisa mengimbangi dengan cara model belajar jarak jauh yang cukup mudah didapatkan pada saat sekarang.

Walaupun kita tidak bertatap muka langsung dengan guru yang mengajarnya, tetapi media pembela-jaran dilengkapi dengan penggu-naan media yang memungkinkan terjadinya interaksi antara pengajar dan pembelajar sehingga memung-kinkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Pembe-lajaran jarak jauh masih dalam masa pertumbuhan saat ini. Disebabkan keterbatasan jaringan infrastruktur,

pengalaman, tenaga kerja, kebijakan yang efektif, dan penerimaan dari pengusaha. Pembelajaran jarak jauh merupakan pembelajaran yang cu-kup bisa di terima dikalangan ma-syarakat saat ini hampir mendekati setara dengan pembelajaran umum yang sebagaimana biasanya. Wa-laupun pembelajaran ini hanya menggunakan komputer dan internet sebagai alat untuk menghubungkan antara pengajar dan yang diajar dalam proses belajar hal ini menjadi sangat mendukung karena dengan pembelajaran seperti ini bisa mem-buat belajar lebih nyaman dan bisa dilakukan dimana saja tanpa ada suatu peraturan sebagaimana yang ada di sekolah-sekolah formal seba-gaimana biasanya. Pembelajaran ini sangat menunjang mutu pendidikan di Indonesia karena belajar sekarang tidak hanya bisa dilakukan di kelas namun bisa juga dilakukan di luar kelas dimanapun kita berada. Selain itu pula, dalam pembelajaran jarak jauh dikenal pula istilah E-Learning.

E-learning merupakan metode penyampaian yang digunakan dalam pembelajaran jarak jauh, E-learning dapat dipahami sebagai metode penyampaian dengan komputer dan memanfaatkan teknologi internet serta pemrograman yang

memung-31 kinkan para peserta didik untuk

ber-interaksi dengan bahan-bahan pela-jaran melalui chat room (ruang komunikasi), banyak program e-learning yang dapat digunakan dalan pembelajaran jarak jauh ini, tetapi apakah pembelajaran jarak jauh yang diterapkan selama ini melalui fasilitas internet, WA, Google Form, Google Classroom dapat lebih efektif dan menyenangkan dalam pem-belajaran?

Pertanyaan–pertanyaan ini mencakup juga keefektifan pelak-sanaan pendidikan jarak jauh yang dilakukan sekolah dalam masa pandemic covid-19 ini, sebagai upaya memutus mata rantai penye-barannya serta ketertarikan penulis untuk mengungkapkan tentang Efek-tivitas Pelaksanaan Pembelajaran Jarak jauh (Distance Learning) Sebagai Metode Pembelajaran Dalam Kondisi Darurat Non Bencana Alam di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2020.

KAJIAN TEORI

Pembelajaran Jarak Jauh

(Distance Learning).

Dalam era yang serba modern seperti sekarang ini, memang harus diakui bahwa perkembangan tek-nologi sangatlah cepat. Untuk men-dapatkan informasi yang kita

butuh-kan kita tidak perlu bersusah payah membuang waktu dan tenaga untuk datang ke tempat sumber informasi tersebut melainkan cukup dengan mengakses internet, baik di dalam rumah maupun di tempat yang me-nyediakan koneksi internet.

Moore (1973) bahwa pendi-dikan jarak jauh adalah sekumpulan metode pengajaran dimana aktivitas pengajaran dilaksanakan secara ter-pisah dari aktivitas belajar. Pemisah kedua kegiatan tersebut dapat be-rupa jarak fisik, misalnya karena pe-serta ajar bertempat tinggal jauh dari lokasi institusi pendidikan.

Pengertian pembelajaran on-line Menurut Maswan (2014) adalah pembelajaran yang berasaskan penggunaan internet. Sedangkan Jamaludin dalam Maswan (2014) menyatakan pembelajaran online adalah satu corak memperoleh ilmu atau pendidikan menggunakan sistem pendekatan penyampaian pengajaran bagi membolehkan peru-bahan kekal dalam diri seseorang individu dari segi mental, pemikiran, konsep, sikap dan perlakuan melalui pengalaman tertentu melalui suatu sistem daring (online) yang mem-bahas tentang pembelajaran, pen-transferan ilmu pengetahuan, pe-mantauan prestasi pelajar, penilaian

32 dan capaian kepada sumber

penga-jaran dan pembelapenga-jaran yang se-gera. Teori lain berangkat dari Stewart, Keagen, dan Holmberg dalam Munir (2009: 19-20) yang membicarakan tiga teori utama ten-tang pembelajaran jarak jauh yaitu teori otonomi dan belajar mandiri, industrialisasi pendidikan, dan komu-nikasi.

Pada awal tahun 1983, Moore menemukan hubungan positif antara kemandirian lapangan dan maha-siswa belajar dalam lingkungan be-lajar mandiri. Sejak itu, tertarik pada hubungan antara keberhasilan da-lam pendidikan jarak jauh dan pem-belajaran gaya yang lebih umum telah melebar, seperti yang ditunjuk-kan oleh meta analisis oleh Allen et al (2002). Dalam teori kolb meng-gambarkan empat gaya belajar dasar yaitu akomodatif, asimilatif, divergen dan konvergen. Dimasuk-kan dalam setiap gaya belajar adalah kombinasi dari dua empat model belajar. Kolb dan Fry (1975) juga telah menjelaskan bahwa ling-kungan, lingkungan belajar simbolis, lingkungan belajar persepsi, dan lingkungan belajar belajar perilaku.

Akhirnya, lingkungan belajar perilaku menekankan aktif menerap-kan pengetahuan atau keterampilan

untuk masalah praktis. Untuk sukses dalam lingkungan ini, kegiatan harus di susun agar peserta didik menda-patkan penghargaan intrinsik dan nilai-nilai. Guru bertindak sebagai pelatih atau pemandu jika maha-siswa memulai atau meminta ban-tuan. Kerja, proyek kelompok kecil interaktif yang menerapkan teori be-lajar simbolik lingkungan, bebe-lajar perilaku lingkungan untuk pengatur-an dunia nyata, dpengatur-an umppengatur-an balik sebaya adalah contoh utama dari kegiatan mahasiswa dalam ling-kungan. Pengukuran adalah bentuk “seberapa baik sesuatu bekerja, kelayakan, sellability, penerimaaan klien, biaya, hasil pengujian dan kualitas estetika” (Kolb,1984).

Tony Bates menyatakan bah-wa teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila diguna-kan secara bijak untuk pendididiguna-kan. Verduin dan Clark (1991:4) menya-takan bahwa “distance education is education in which teacher and learner are separate during a majority of instruction”. Lebih lanjut Verduin dan Clark (1991:19) melengkapi konsep mereka yaitu “distance education is carried out by an organization that develops educational media to unite teacher and learner and provides appropriate

33 evaluation of the learning”.

Efektivitas program pendidikan jarak jauh secara online harus didasarkan pada desain instruksional keputusan yang akan memiliki dampak pada siswa belajar. Ini mungkin termasuk keputusan terkait dengan struktur pengiriman saja, komunikasi guru-siswa yang sesuai tugas dan ke-giatan yang kondusif untuk pembela-jaran online, dan efektif mengguna-kan sumber daya online. Pembela-jaran yang dilakukan juga agar dapat mengakomodasi gaya belajar siswa agar berdampak bagi peningkatan kemampuan belajar siswa.

Pendidikan jarak jauh adalah sekumpulan metode pengajaran di-mana aktivitas pengajaran dilakukan secara terpisah dari aktivitas belajar. Pemisah kedua kegiatan tersebut dapat berupa jarak fisik, misalnya karena peserta ajar bertempat ting-gal jauh dari lokasi institusi pendi-dikan. Pemisah jarak pula jarak non-fisik yaitu berupa keadaan yang memaksa seseorang yang tempat tinggalnya dekat dengan lokasi insti-tusi tetapi tidak bisa mengikuti pem-belajaran dari institusi tersebut. Keterpisahan kegiatan pengajaran dari kegiatan adalah ciri khas dari pendidikan jarak jauh.

Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Desease (Covid-19) menyebutkan bahwa proses belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberi-kan pengalaman belajar bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kuri-kulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan; belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan keca-kapan hidup antara lain mengenai pandemic covid-19, aktivitas dan tugas belajar dari rumah dapat ber-variasi antar siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses atau fasilitas belajar di rumah, bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah di beri umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna bagi guru tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.

Materi pembelajaran dalam pembelajaran dalam jaringan ini dapat dibuat dalam jumlah banyak dengan menggunakan teknologi yang maju, kemudian di berikan kepada penguna secara luas. Se-dangkan Lingkungan belajar afektif

34 menekankan pengalaman yang

nyata sehingga siswa benar-benar mengalami apa yang mungkin ingin menjadi professional di bidang ter-tentu. Lingkungan belajar merupa-kan wadah nyata dimana peserta didik dapat terlibat dan mencoba memecahkan masalah dengan men-dapatkan solusi terbaik.

Jadi disini yang terutama dalam pembelajaran jarak jauh ini terutama bagi siswa dan guru dima-na pembelajaran yang dilakukan bisa lebih mudah karena kita bisa belajar dimana saja dan kapan, saja hal ini lebih senang dan disukai oleh kalangan orang-orang yang super sibuk yang tidak sempat untuk me-lakukan pendidikan seperti biasa.

Berbeda dengan dengan pem-belajaran yang dilakukan di dalam kelas dimana belajar itu harus ada guru, siswa, sarana dan prasaran penunjang pembelajaran yang ter-lihat lebih nyata dan dapat disentuh, terjadi proses pembelajaran, komu-nikasi dan mengoptimalkan interaksi dan komunikasi yang terjadi di kelas, tetapi dalam pembelajaran ini sebe-narnya ada kelebihan dan kekurang-annya dimana tergantung diri kita masing-masing untuk meyakininya.

Pembelajaran jarak jauh juga bisa untuk melayani kebutuhan

ma-syarakat dan mengembangkan dan mendorong terjadinya inovasi ber-bagai proses pembelajaran dengan berbagai sumber belajar dan Pem-belajaran jarak jauh diharapkan da-pat mengatasi masalah kesenjangan pemerataan kesempatan, pening-katan mutu, dalam bidang pendi-dikan yang disebabkan oleh berba-gai hambatan seperti jarak, tempat, dan waktu. Pembelajaran jarak jauh juga memberikan kesempatan pen-didikan kepada warga masyarakat yang tidak dapat mengikuti pem-belajaran yang biasanya dan penye-lenggaraan sistem pendidikan jarak jauh dapat dilakukan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan seperti pendidikan dasar, pendidikan me-nengah, pendidikan tinggi, pendidik-an kedinaspendidik-an, pendidikpendidik-an keagama-an, dan pendidikan berkelanjutan.

Di dalam pembelajaran jarak jauh, pembelajar dapat mengakses alat atau media yang akan membuat mereka dapat mengulang materi pembelajaran dan berinteraksi de-ngan pembelajar lainnya meskipun tempat mereka berbeda-beda dan berjauhan. Alat atau media itu seperti komputer, untuk mening-katkan kualitas pembelajaran karena ada potensi besar dari media ter-sebut. Melalui media dalam

pembe-35 lajaran ini dapat melibatkan

pembe-lajar untuk berperan aktif dan interaktif, tidak seperti dengan sis-tem pembelajaran tatap muka yang dibatasi oleh waktu.

Sistem pembelajaran dengan memanfaatkan media ini juga me-miliki kemampuan untuk memantau kegiatan pembelajar, kemudian me-lakukan peninjauan atas aktivitas yang dilakukan oleh pembelajar se-bagai laporan kepada pengajar untuk mengetahui bagaimana para pembelajar itu belajar (learning how to learn), sehingga para pengajar semakin menyadari bagaimana ke-mampuan para pembelajar di dalam belajarnya.

Perkembangan pembelajaran jarak jauh online dengan sarana internet sangat diharapkan akan te-rus berkembang dengan pesat sesuai dengan kecenderungan yang terjadi pada era globalisasi ini. Apa-lagi pembelajar yang merupakan potensi pengguna internet dari tahun ke tahun semakin bertambah, kare-na internet memungkinkan pembe-lajar bepembe-lajar sendiri dengan bebas tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat. Perkembangan ini menjadi perhatian dari kalangan dunia pen-didikan dan juga dari kalangan dunia teknologi informasi dan komunikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Efektivitas Pelaksanaan Pembela-jaran Jarak jauh (Distance

Learning)

Penelitian terdahulu Pembela-jaran jarak jauh di Indonesia menun-jukkan keberhasilan, antara lain mampu meningkatkan pemerataan pendidikan, mengurangi angka putus sekolah, meningkatkan prestasi be-lajar, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan wawasan (out-ward looking), mengatasi kekurang-an tenaga pendidikkekurang-an, dkekurang-an mening-katkan efisiensi. Pada pelaksana-annya ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan, agar sistem pendidikan (pembelajaran) jarak jauh dapat berjalan dengan baik, yakni perhatian, percaya diri pen-didik, pengalaman, mudah menggu-nakan peralatan, kreatif mengguna-kan alat, dan menjalin interaksi dengan peserta didik.

Keefektifan belajar jarak jauh terhadap pemahaman belajar pe-serta didik menjadi salah satu faktor pertimbangan penerapan belajar jarak jauh untuk pendidikan jangka panjang. Memang bukan hanya fak-tor pengajar dan sistem pembelajar-annya saja yang berpengaruh, tetapi kedua hal tersebut turut mendorong faktor yang lain yaitu tingkat

36 keingintahuan dan juga kemandirian

dari peserta didik.

Untuk mengukur keefektifitas-an belajar jarak jauh sebagai salah satu strategi pembelajaran dalam kondisi darurat non bencana alam ini, penulis menyebarkan instrumen melalui aplikasi Google Form kepa-da siswa-siswa kelas X( Sepuluh) SMK Negeri 1 Mataram tentang pe-laksanaan pembelajaran dalam ja-ringan yang dilakukan selama masa pandemic Covid-19 ini. Instrumen yang digunakan adalah instrument terbuka dimana siswa diberi ke-luangan persepsi dan pemahaman terhadap isi instrument yang ada. Instrumen-instrumen tersebut me-nyangkut : Siswa mudah mengakses dan memanfaatkan pembelajaran secara maksimal, Mata pelajaran yang pernah diterima melalui PBJJ, cara guru menyampaikan materi pembelajaran, cara siswa mema-hami materi yang diajarkan,

bagai-mana cara guru merespon balik pertanyaan siswa mengenai kesulit-an dkesulit-an pemahamkesulit-an materi, apakah ada kesulitan yang dialami siswa menyangkut sarana dan prasarana penunjang PBJJ, persiapan-persiap-an ypersiapan-persiap-ang dilakukpersiapan-persiap-an siswa sebelum memuliai pelajaran, Bentuk tindak lanjut hasil pembelajaran siswa, dan kendala lain yang dialami siswa da-lam PBJJ.

Dari hasil penyebaran instru-men tersebut dapat dilihat pada ta-bel-tabel berikut.

Keseluruhan responden diam-bil sebanyak 65 orang yang terdiri dari jurusan Akuntansi Keuangan Lembaga 30 orang, Multi Media 22 orang dan Perhotelan 13 orang, se-bagai sampel. Sisanya 31 orang ti-dak memiliki perangkat penunjang pembelajaran dalam jaringan.

Jumlah sampel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Jumlah Sampel Penelitian

Berikut grafik terkait dengan jumlah responden tersebut.

37

Gambar 1. Jumlah Responden Berdasrkan Jenis Kelamin

Seluruh responden tersebut te-lah mengisi instrumen yang dikirim melalui fasilitas google form untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur efektivitas

Pembe-lajaran Jarak Jauh sebagai salah satu strategi pembelajaran dalam kondisi darurat non bencana alam, dalam hal ini disebabkan oleh Pandemi Covid-19, dimana masya-rakat diminta untuk menghindari kerumunan dan jaga jarak.

Untuk mengukur apakah siswa mudah mengakses dan meman-faatkan pembelajaran daring selama covid 19 ini dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Pemanfaatan Pembelajaran Daring

Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dibuat grafiknya dengan menghitung keseluruhan jawaban responden yaitu :

Gambar 2. Pemanfaatan Pembelajaran Daring

Dari Gambar 2 dan Tabel 2 di atas, diketahui bahwa untuk item

pertanyaan siswa mudah meng-akses dan memanfaatkan pembe-lajaran dalam jaringan dari total se-luruh responden menjawab ya seba-nyak 58 (89,23%) dan menjawab tidak sejumlah 7 orang (10,76%)

Untuk pertanyaan kedua yaitu mata pelajaran yang diterima siswa secara daring, rinciannya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Mata pelajaran yang diterima secara daring

38 Total keseluruhan responden

dan prosentasenya dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Gambar 3. Mata pelajaran yang diterima secara daring

Sebanyak 54 orang (83,07%) responden menyatakan bahwa selu-ruh mata pelajaran yang diajarkan tersampaikan melalui daring, semen-tara sisanya yaitu 11 orag (16,92%) menyatakan sebagian menerima pembelajaran melalui daring dan media lainnya.

Selanjutnya untuk pertanyaan terkait strategi guru dalam menyam-paikan materi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Strategi guru dalam menmyampaikan materi

Secara keseluruhan pendapat respoden terkait strategi guru ter-sebut dapat dilihat pada grafik

berikut.

Gambar 4. Strategi guru dalam menyampaikan materi

Sebanyak 28 responden (43,07%) menyatakan bahwa stra-tegi guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan pemberian tugas atau hanya mencatat tugas tersebut. Sedangkan sisanya se-banyak 37 orang (56,92%) res-ponden menyatakan bahwa selain pemberian tugas yang dilakukan oleh guru, ada komunikasi lanjutan melalui media lain tentang kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran.

Selanjutnya terkait cara siswa memahami kembali pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Cara siswa memahami materi yang disampaikan guru

39 Berdasarkan tabel di atas,

maka total keseluruhan responden dalam menjawab pertanyaan terkait strategi siswa ini dapat dilihat pada grafik berikut :

Gambar 5. Cara siswa memahami materi yang disampaikan

guru melalui daring

Sebanyak 37 orang (56,92%) responden menjawab bahwa siswa memahami materi yang disampaikan guru melalui daring dengan mem-baca kembali materi yang diajarkan, 20 orang (30,76%) menyatakan mencari rujukan lain dalam me-mahami materi yang diajarkan dan 8 orang (12,30%) siswa hanya men-jawab saja segala pertanyaannya tanpa mencari rujukan lain ataupun