• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT"

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

(2)

Jurnal Ilmiah Pendidikan

WIDYA KITA

Vol.

6

No.

1

1-220

Hal.

Mataram,

Juli 2020

ISSN :

2460-4070

SK 0005.24604070/JI.3.2/SK.ISSN/2015.07

(3)

Mulai tahun 2015, terbit 2 kali setahun, pada bulan Juli dan Desember

Penanggung jawab

: Mohamad Mustari, M.M., M.A., Ph.D.

Pemimpin umum

: Drs. Sakban

Ketua Penyunting

: Nur Hidayati, S.Kom, M.T.

Penyunting

: Drs. Kirdanuri M.Pd., Rustam Effendi, S.Kom, M.T.,

Bakhtiar Ardiansyah, M.Pd.

Desain Grafis

: Dedy Wahyudin, S.T., Nur Hidayati, S.Kom, M.T.

Tim Sekretariat

: St. Agung Budiwidodo, SE; Sarijan, S.Pd., Suhaidi

Distribusi dan Sirkulasi : Seksi Sistem Informasi

Alamat

: Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)

Provinsi Nusa Tenggara Barat

Jln. Panji Tilarnegara No. 8 Mataram

Telp./ Fax.

: (0370) 631088, 636310 / (0370) 629835

E-mail

: jurnalwidyakita@lpmpntb.org

Website

: http://lpmpntb.org

(4)

Mulai tahun 2015, terbit 2 kali setahun, pada bulan Juli dan Desember

Daftar Isi

Volume 6, Nomor 1 – Juli 2020

OPTIMALISASI PENCAPAIAN INDEKS EFEKTIVITAS PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR MELALUI PENDAMPINGAN DI PROVINSI NTB TAHUN 2019-2020 ... 1-27 Ma Min Shen / LPMP NTB

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN JARAK JAUH (DISTANCE LEARNING) SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM KONDISI DARURAT NON BENCANA ALAM ... 28-44 Anggraini Naskawati / LPMP NTB

PENYEMPITAN DAN PENGERASAN PEMBULUH DARAH (ATHERIOSCLEROSIS) DAN FAKTOR RESIKO DALAM UPAYA PENCEGAHAN MELALUI LATIHAN DAN OLAHRAGA ... 45-67 Yuda Purwaka / LPMP NTB

MENINGKATKAN MUTU ELEMEN KURIKULUM 2013 MELALUI PENERAPAN PENDAMPINGAN POLA CLBK ... 68-77 Ahmad Sahid

EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI SPMI DALAM PENCAPAIAN SNP DI SEKOLAH MODEL DAN IMBAS JENJANG SMP KABUPATEN DOMPU ... 78-91 Takyudin / LPMP NTB

IMPLEMENTASI PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA MASA PANDEMI COVID-19 JENJANG SMA NEGERI DI NUSA TENGGARA BARAT ... 92-105 Sugeng Prayoga / Cabang Dinas Dikbud Lombok Barat-Mataram

Baiq Safrida Yuniati / LPMP NTB

PROFIL CAPAIAN IMPLEMENTASI SPMI DI SEKOLAH MODEL JENJANG SMP PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2019 BERDASARKAN HASIL EVALUASI MODEL CIPP ... 106-120 Wirman Kasmayadi / LPMP NTB

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MASA DARURAT PANDEMI COVID-19 MELALUI DIKLAT DALAM JARINGAN (ONLINE) GURU SD DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ... 121-132 Syamsul Hadi / LPMP NTB

(5)

BARAT ... 133-141 Muhamad Hari Nurhadi / LPMP NTB

PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN DAN MENGEMBANGKAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) YANG BAIK DAN INOVATIF MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN DAN DISKUSI PADA GURU MATA PELAJARAN SENI BUDAYA SMP DI PROVINSI SULAWESI TENGAH ... 142-154 Agnes Maria Siaba / LPMP Sulawesi Tengah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IX.E SMP NEGERI 1 GUNUNGSARI TAHUN 2019 ... 155-168 Lalu Ukir / SMPN 1 Gunungsari Lombok Barat

MENINGKATKAN KREATIVITAS MELUKIS MELALUI STONE PAINTING PADA PEMBELAJARAN SENI RUPA PESERTA DIDIK KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 WANASABA TAHUN PELAJARAN 2019/2020 ... 169-181 Agus Eko Juwarno / SMAN 1 Wanasaba Lombok Timur

EFEKTIVITAS PERAN PENGAWAS SEKOLAH MELALUI SUPERVISI KELOMPOK DAN PENDAMPINGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN “TPMPS” DALAM ANALISIS PEMENUHAN DOKUMEN MUTU SEKOLAH KABUPATEN BIMA . 182-196 M. Sarjan Ibrahim / Cabang Dinas Dikbud Kabupaten Bima dan Kota Bima

UPAYA PENINGKATAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS XII IPS-1 SMA NEGERI 1 Huu SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2019/2000 ... 197-210 St. Aisah / SMA Negeri 1 Hu’u Kabupaten Dompu

PENERAPAN SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM MEMILIH DAN MENENTUKAN MATERI PELAJARAN DI SDN 3 JEREWEH KEC. JEREWEH KAB. SUMBAWA BARAT TAHUN PELAJARAN 2019-2020 ... 211-220 Abd Hamid MK / SDN 3 Jereweh

(6)

SAMBUTAN KEPALA LPMP NTB

Assalamualaikum wr. wb.

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA edisi kesebelas (Vol. 6, No. 1) Juli 2020 dapat diselesaikan penyusunannya dengan baik sesuai harapan.

Jurnal ini diharapkan dapat menjadi sarana dan wadah untuk menampilkan karya tulis ilmiah pendidikan bagi semua pihak, baik guru, widyaiswara, dosen, maupun pendidik lainnya, serta masyarakat umumnya yang peduli untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pada edisi ini, Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA berusaha berbuat untuk mutu pendidikan dengan menampilkan berbagai topik terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan kompetensi guru dalam menguasai karakteristik peserta didik, strategi pembelajaran, dan penggunaan perangkat maupun media pembelajaran.

Kami berharap keberadaan Jurnal ini dapat memberikan manfaat yang optimal sebagai sumber belajar untuk pengembangan profesi maupun pengembangan karir bagi tenaga fungsional seperti Widyaiswara, Dosen, Pengawas, Guru, dan tenaga fungsional lainnya. Kami juga mengharapkan peran aktifnya untuk menyumbangkan ide dan gagasan dalam bentuk artikel hasil penelitian maupun hasil kajian ilmiah untuk edisi mendatang.

LPMP NTB dan semua pihak untuk Bersama Menjamin Mutu, dalam kerangka pencapaian visi “Terselenggaranya Layanan Prima dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Berstandar Nasional dan Berwawasan Global Menuju Insan NTB yang Cerdas dan Berdaya Saing”.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah berusaha keras dalam mewujudkan penerbitan ini, kami menghaturkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan taufik, hidayah, dan innayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Wassalaamualaikum wr. wb.

Kepala LPMP NTB,

Mohamad Mustari, M.M., M.A., Ph.D. NIP. 196404111986031003

(7)

Format Penulisan

Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA

Juli 2020 | ISSN : 2460-4070 | Tahun Ke-6 No. 1 Hal. 1 s.d. 220

1. Artikel yang ditulis untuk jurnal meliputi hasil penelitian dan kajian konseptual di bidang pendidikan. Artikel merupakan suatu bentuk pemaparan ide secara ilmiah yang memiliki daya dukung berupa teori dan atau hasil temuan penelitian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Dengan demikian, Jurnal Ilmiah Pendidikan WIDYA KITA LPMP NTB dapat menerima artikel penelitian atau artikel gagasan. 2. Artikel diserahkan ke redaksi dalam bentuk hardcopy 1 (satu) eksemplar dan softcopy. Berkas file

softcopy dapat pula dikirim ke email: jurnalwidyakita@lpmpntb.org. 3. Sistematika penulisan:

a. Jika berupa hasil penelitian, memuat judul; nama penulis; abstrak (maksimal 250 kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan yang memuat latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil dan pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

b. Jika berupa kajian konseptual, memuat judul; nama penulis; abstrak (maksimal 250 kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan yang memuat latar belakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan; pembahasan (dapat dibagi ke dalam beberapa sub bagian); kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk). 4. Kaidah penulisan:

a. Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, kecuali pada abstrak dapat dalam Bahasa Inggris. Pada bagian lainnya, apabila memerlukan penulisan dalam Bahasa Inggris agar ditulis dengan huruf miring;

b. Judul ditulis dengan huruf kapital dan ditetakkan di tengah-tengah, ukuran font Arial 13;

c. Nama penulis ditulis dengan huruf besar pada awal nama dan tanpa dicantumkan gelar akademik. Dibawah nama penulis dituliskan jabatan dan alamat email penulis;

d. Abstrak ditulis dengan font Arial 11 dan 1 spasi serta cetak miring. Kata-kata kunci (key word) terdiri dari 3 sampai dengan 5 kata dan dituliskan segaris dengan abstrak;

e. Daftar rujukan ditulis dengan font Arial 11 dan 1 spasi dan diurutkan sesuai abjad;

f. Sumber rujukan sedapat mungkin menggunakan pustaka terbitan 10 tahun terakhir, rujukan yang diutamakan adalah sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, atau disertasi) atau artikel-artikel penelitian dalam jurnal atau majalah ilmiah;

g. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Jika sumber pada kutipan langsung wajib mencantumkan halaman tempat asal kutipan;

5. Jenis kertas, jenis huruf, jumlah halaman, margin, dan jumlah kolom tulisan.

a. Jenis kertas yang digunakan adalah kertas HVS ukuran A4, menggunakan font Arial 11 dan 1,5 spasi. Jumlah halaman antara 6 s.d. 10 halaman;

b. Margin normal yaitu 4 cm tepi atas, 3 cm tepi bawah, 4 cm tepi kiri, dan 3 cm tepi kanan;

c. Kolom tulisan dalam jurnal dalam bentuk 2 kolom kecualli pada tabel dan grafik yang membutuhkan ruang lebih besar.

6. Penulisan judul tabel, gambar, dan grafik

a. Judul tabel, gambar, dan grafik menggunakan font Arial 10, dan dicetak tebal; b. Judul tabel diberi nomor dan diletakkan di atas tabel dan ditengahkan; c. Judul gambar dan grafik diberi nomor, diletakkan dibawah, dan ditengahkan;

d. Apabila tabel, gambar, dan grafik diambil dari suatu sumber, maka sumber harus ditulis dan diletakkan di bagian bawah tabel atau dibawah judul gambar atau judul grafik;

(8)

1

OPTIMALISASI PENCAPAIAN INDEKS EFEKTIVITAS

PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

MELALUI PENDAMPINGAN DI PROVINSI NTB TAHUN 2019-2020

Ma Min Shen

Widyaiswara Ahli Madya LPMP NTB E-mail :maminsen@yahoo.co.id

ABSTRAK

Sistem Penjaminan Mutu Internal adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas kebijakan dan proses yang terkait untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh setiap sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk menjamin terwujudnya pendidikan bermutu yang dapat memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk Meningkatkan capaian Indeks Efektivitas Penjaminan Mutu Pendidikan sekolah dasar melalui Sistem Pendampingan di NTB. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan wawancara dan studi dokumen pada kepala sekolah, Analis Data Mutu Pendidikan, Pengolah Data Mutu Pendidikan LPMP NTB tahun 2019. Penelitian diskriptif kualitatif ini memberikan hasil pada tersedianya Peta Mutu Pendidikan Nusa Tenggara Barat tahun 2018 dan Peningkatan Capaian Indeks Efektivitas Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar 2019.

Kata Kunci : Peta Mutu Pendidikan, Indek Efektivitas

PENDAHULUAN A. Latar belakang

Upaya peningkatan mutu pen-didikan dasar dan menengah terus dilakukan oleh pemerintah. Berbagai terobosan baru juga dikembangkan dan disesuaikan dengan perkem-bangan dunia pendidikan secara glo-bal. Regulasi-regulasi telah dikeluar-kan untuk mendorong dan memas-tikan tercapainya kualitas mutu pen-didikan yang semakin baik. Per-aturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (SNP), sebagaimana te-lah diubah dengan Peraturan Peme-rintah nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Peme-rintah Nomor 19 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 telah meng-amanatkan bahwa setiap satuan pendidikan pada jalur formal atau-pun informal harus melakukan pen-jaminan mutu pendidikan. Pen-jaminan mutu ini dilakukan dalam

(9)

2 rangka memenuhi atau melampaui

SNP.

Peraturan Menteri Pendi-dikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem Pen-jaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa pen-jaminan mutu pendidikan merupakan suatu mekanisme yang sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses pendidikan sesuai dengan standar mutu. Ada dua sistem penjaminan mutu yang dikembangkan dalam Permendibud tersebut, yaitu Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME).

SPMI adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas kebijakan dan proses yang terkait untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh setiap sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk menjamin terwu-judnya pendidikan bermutu yang dapat memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan. Dalam implementasinya, SPMI dilaksana-kan melalui siklus kegiatan yang terdiri atas 1) pemetaan mutu pen-didikan pada tingkat satuan pendi-dikan berdasarkan SNP; 2) penyu-sunan rencana peningkatan mutu; 3)

pelaksanaan pemenuhan mutu da-lam pengelolaan satuan pendidikan dan proses pembelajaran; 4) moni-toring dan evaluasi atau audit inter-nal proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan; dan 5) penyusunan strategi peningkatan mutu berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi untuk memenuhi target berikutnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Lembaga Pen-jaminan Mutu Pendidikan (LPMP) mengembangkan sekolah model un-tuk menjadi percontohan pelaksa-naan SPMI. Sekolah model ini ditetapkan dan dibina oleh LPMP berdasarkan usulan dari dinas pen-didikan dan kebudayaan propinsi dan kabupaten/kota. LPMP NTB menetapkan dan membina sebanyak 150 sekolah model. Pengawalan pendampingan dan implementasi SPMI di sekolah model dan sekolah imbas dilakukan oleh Seksi Peme-taan Mutu dan Supervisi.

Tabel 1 menampilkan jumlah sekolah yang mengirim dan yang ti-dak mengirim data PMP tahun 2016 – 2018 pada jenjang dikdas, hanya 7.07% sekolah yang tidak mengirim data PMP dalam 3 tahun pengiriman data PMP.

(10)

3

Tabel 1. Data Jumlah Sekolah yang Mengirim dan Tidak Mengirim Data PMP Tahun 2016 – 2018

Selama tiga tahun dilaksana-kannya pemetaan mutu, berbagai kendala dihadapi di lapangan. Ken-dala-kendala ini menjadi faktor uta-ma penyebab tidak lancarnya proses pengumpulan data. Berdasarkan hasil evaluasi dari pengawas se-kolah, kepala sese-kolah, guru, siswa, dan tim LPMP selama mengawal proses pengumpulan data PMP tersebut, beberapa hal berikut men-jadi penyebab jumlah sekolah yang mengirim data PMP tidak maksimal. Hal ini juga berlaku secara nasional. Penyebabnya diantaranya adalah: 1) terbatasnya jaringan, infrastruktur sistem (server & storage penuh) dan jalur kirim data sehingga sulit mengi-rim data; 2) aplikasi selalu menga-lami perubahan sehingga menyu-litkan sekolah dalam mengentri dan mengirim data; 3) belum semua sekolah memiliki perangkat kompu-ter kompu-terutama untuk jenjang SD; 4)

untuk jenjang SD, sekolah kesulitan dana untuk menanggulangi penga-daan internet; 5) tidak semua se-kolah memiliki tenaga operator ter-utama jenjang SD.

Saat kali pertama dilakukan pemetaan pada tahun 2016, hasil pemetaan mayoritas pada level “menuju SNP 3” pada semua jen-jang. Pada pemetaan tahun 2017 dan tahun 2018, terjadi penurunan jumlah sekolah yang memiliki capaian mutu di bawah kategori “menuju SNP 3”. Penurunan ini diiringi dengan kenaikan jumlah sekolah yang memiliki capaian mutu dalam kategori “menuju SNP 4”, baik hasil pemetaan untuk sekolah model atau hasil pemetaan pada tingkat NTB pada jenjang sekolah dasar. Di Provinsi NTB, jumlah sekolah model jenjang SD sebanyak 60 sekolah.

Pada nilai indeks efektifitas (IE), terdapat Sekolah yang

(11)

menga-4 lami kenaikan capaian mutu tetapi

ada juga yang mengalami penu-runan, hal ini dengan sendirinya akan berdampak terhadap gambar-an indek efektifitas (IE), padahal SPMI sudah dilaksanakan selama 3 tahun bertutut-turut.

B. Masalah penelitian

Berdasarkan kondisi yang sudah digambarkan di atas tentang data pengiriman PMP, raport mutu, dan indek efektifitas PMP dapat di Identifikasi beberapa masalah , antara lain :

1. Berdasarkan hasil raport mutu pada satuan Pendidikan (sekolah dasar), belum ada sekolah yang berkatagori SNP setelah 3 tahun melaksanakan SPMI

2. Masih diperlukanya terobosan baru untuk meningkatkan hasil pelaksanaan SPMI di sekolah Dasar

3. Belum optimalnya pencapaian Indeks Efektivitas Penjaminan Mutu Pendidikan di sekolah Dasar

Rumusan Masalah : Bagai-mana Upaya Untuk Mengoptimalkan Pencapaian Indeks Efektivitas Pen-jaminan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar melalui Sistem Pendam-pingan di Provinsi NTB di tahun 2018-2019. Berdasarkan rumusan

masalah maka dilakukan penelitian dengan Judul : Optimalisasi Penca-paian Indeks Efektivitas Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar melalui Sistem Pendampingan di Provinsi NTB di tahun 2019-2020.

C. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai antara lain :

1. Memberikan gambaran tentang peta mutu pendidikan jenjang Se-kolah Dasar se-NTB tahun 2018; 2. Memberikan gambaran tentang

peta mutu pendidikan sekolah model tahun 2018;

3. Meningkatkan capaian Indeks Efektivitas Penjaminan Mutu Pen-didikan Sekolah Dasar melalui Sistem Pendampingan di NTB 2019;

D. Manfaat penelitian

Manfaat yang akan diperoleh, yaitu : 1. Tersedianya peta mutu pen-didikan jenjang Sekolah Dasar se-NTB tahun 2018

2. Tersedianya peta mutu pendi-dikan sekolah model tahun 2018 3. Meningkatnya capaian Indeks

Efektivitas Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar melalui Sistem Pendampingan

(12)

5 KAJIAN TEORI

A. Konsep Dasar Sistem Pen-jaminan Mutu Internal

Pengertian Sistem Penjaminan Mutu Internal.

Pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan adalah bentuk dari per-tanggunjawaban lembaga pendi-dikan terhadap hak-hak stakeholder yang ada didalamnya seperti pen-didik, peserta pen-didik, dan orang tua wali. Kegiatan penjaminan mutu pendidikan harus dilakukan secara terpadu antara pemangku kepen-tingan dan pembina pendidikan di semua tingkatan pendidikan, seba-gaimana yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasio-nal (Permendiknas) Nomor 63 Ta-hun 2009 tentang Sistem Penja-minan Mutu Pendidikan.

Untuk dapat menerapkan pen-jaminan mutu pendidikan dengan baik, satuan pendidikan harus mem-bentuk Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Sesuai dengan Per-mendikbud Nomor 28 Tahun 2016 tentang sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah menjelaskan bahwa Sistem Penja-minan Mutu Internal (SPMI) adalah pengelolahan pada satuan pendi-dikan pada jenjang pendipendi-dikan dasar dan menengah yang menerapkan

manajemen berbasis sekolah, antara lain: kemandirian, kemitraan, parti-sipasi, keterbukaan dan akuntabili-tas. Sedangkan petunjuk pelaksa-naan penjaminan mutu pendidikan menjelaskan bahwa SPMI adalah sistem penjaminan mutu yang dija-lankan oleh seluruh komponen di dalam lembaga pendidikan. SPMI mencakup seluruh aspek penyeleng-garaan pendidikan dengan meman-faatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai Standar Nasional Pendi-dikan (SNP).

Jadi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah kegiatan dalam mengelola satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah secara mandiri dan terus-menerus untuk menjamin pendidikan bermutu yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal

Kebijakan dalam pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah tidak hanya mengatur urusan kuri-kulum, pedagogi dan penilaiannya, tetapi juga kondisi guru dan peme-liharaan sarana prasarana. Kebijak-an dalam pendidikKebijak-an berfungsi Kebijak- anta-ra lain: menyediakan akuntabilitas norma budaya yang menurut peme-rintah perlu ada dalam pendidikan

(13)

6 dan melembagakan mekanisme

akuntabilitas untuk mengukur kinerja siswa dan guru. (Nanang Fattah, 132).

Pada tahun 2016, pemerintah melalui Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) menggulirkan penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan dasar dan menengah yang dicantumkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2016. Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah terdiri dari dua komponen yaitu sistem penjaminan mutu eksternal (SPME) dan sistem penjaminan mutu internal (SPMI). (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2016). SPME adalah sistem penja-minan mutu yang dilaksanakan stakeholder yang berada di luar lembaga seperti halnya pemerintah, pemerintah daerah, lembaga akre-ditasi dan lembaga standarisasi pendidikan. (Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan oleh Satuan Pendidikan, hal. 4). Sedang-kan SPMI adalah pengelolahan sa-tuan pendidikan pada jenjang pen-didikan dasar dan menengah yang menerapkan sistem manajemen ber-basis sekolah : kemandirian,

kemi-traan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.( Hanun Asrohah, 106)

Penjaminan mutu dijalankan oleh seluruh komponen yang ada pada satuan pendidikan. Kegiatan penjaminan mutu internal harus di-evaluasi, dikembangkan dan ditetap-kan secara berkelanjutan oleh satu-an pendidiksatu-an kemudisatu-an ditusatu-angksatu-an dalam pedoman pengelolahan satu-an pendidiksatu-an serta disosialisasiksatu-an kepada pemangku kepentingan satuan pendidikan.

Prinsip Sistem Penjaminan Mutu Internal

Ada beberapa prinsip sistem penjaminan mutu internal antara lain (Pedoman Umun Sistem Penja-minan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah, 27-28) : 1) Mandiri SPMI dikembangkan dan diimplementasi-kan secara mandiri oleh satuan Pen-didikan; 2) Terstandar SPMI meng-gunakan Standar Nasional Pendi-dikan (SNP); 3) Akurat SPMI meng-gunakan data dan informasi yang akurat; 4) Sistemik dan Berkelan-jutan; 5) Holistik; 6) Terdokumentasi Seluruh aktivitas dalam pelaksanaan SPMI.

Tujuan Sistem Penjaminan Mutu Internal

Sesuai dengan Permendikbud Nomor 28 Tahun 2018 pasal 2 ayat

(14)

7 (1) menjelaskan bahwa sistem

penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah berfungsi untuk mengendalikan penyelengaraan pendidikan oleh satuan pendidikan, sehingga terwujud pendidikan yang bermutu. Sedangkan ayat (2) men-jelaskan bahwa sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan me-nengah bertujuan untuk menjamin pemenuhan standar pada satuan pendidikan secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri. (Permendikbud Nomor 28 tahun 2018 Pasal 2, tenteng Sistem Pen-jaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah).

Siklus Sistem Penjaminan Mutu Internal

Sistem penjaminan mutu inter-nal merupakan suatu siklus yang terpadu dan sistematis yang dilak-sanakan secara berkelanjutan dalam menjamin peningkatan mutu pen-didikan serta terbangunnya budaya mutu pada lembaga pendidikan. (Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan oleh Satuan Pendidikan, 8). Berdasarkan metode penjaminan mutu, siklus penjaminan mutu internal pada satuan

pendidikan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Siklus Penjaminan Mutu Internal

Sesuai dengan siklus yang terlihat pada Gambar 1, ada lima siklus sistem penjaminan mutu pendidikan antara lain :

a. Pemetaan mutu pendidikan di satuan pendidikan.

b. Penyusunan rencana peningkatan mutu.

c. Pelaksanaan rencana peningkatan mutu. Pemenuhan mutu akan me-mandu anggota dalam menerap-kan proses pembelajaran, kegiat-an ekstrakulikuler dkegiat-an kegiatkegiat-an lain yang berkaitan dengan pro-gram penjaminan mutu internal. d. Evaluasi atau Audit pelaksanaan

rencana peningkatan mutu. e. Penerapan standar mutu baru. f. Hasil Sistem Penjaminan Mutu

Internal. Seluruh proses dalam siklus sistem penjaminan mutu internal (SPMI) disatuan pendi-dikan, akan menghasilkan Rapor

(15)

8 Hasil Implementasi Sistem

Penjaminan Mutu Internal, seperti pada Gambar 2, sebagai berikut :

Gambar 2 Hasil Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal

Sebagaimana yang terlihat pada Gambar 2. Hasil dari sistem penjaminan mutu internal adalah ter-jadinya peningkatan mutu pendi-dikan pada level sekolah dari waktu ke waktu.

Organisasi Sistem Penjaminan Mutu internal

Sistem penjaminan mutu inter-nal dapat berjalan dengan baik, jika di dalam lembaga tersebut mem-punyai manajemen penjaminan mutu yang berjalan secara efektif yang disebut tim penjaminan mutu pen-didikan. Tim Penjaminan Mutu ber-sifat independen yang terdiri dari unsur manajemen, kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan yang berkontribusi disatuan pendi-dikan. Adapun struktur organisasi pada sistem penjaminan mutu pen-didikan dapat dilihat pada Gambar 3. berikut ini (Petunjuk Pelaksanaan

Penjaminan Mutu Pendidikan oleh Satuan Pendidikan) :

Gambar 3. Struktur Organisasi Tim Penjaminan Mutu Internal

Sebagaimana yang dapat dili-hat pada bagan di atas, jika sumber daya tidak mencukupi, fungsi penja-minan mutu ini menjadi tugas dari manajemen sekolah yang ada. Pem-bagian tugas dan penjaminan mutu internal adalah sebagai berikut : a. Lembaga Pendidikan : 1)

Meren-canakan,melaksanakan, mengen-dalikan, dan mengembangkan SPMI; 2) Menyusun dokumen SPMI; 3) Membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituang-kan dalam Rencana Kerja Seko-lah; 4) Melaksanakan pemenuhan mutu baik dalam pengelolahan satuan pendidikan maupun pro-ses pembelajaran; 5) Menetapkan standar baru dan menyusun stra-tegi peningkatan mutu berdasar-kan hasil monitoring dan evaluasi; 6) Membentuk unit penjaminan mutu pada satuan Pendidikan; 7)

(16)

9 Mengelola data mutu pendidikan

di tingkat satuan Pendidikan; b. Tim Penjaminan Mutu Pendidikan

Lembaga Pendidikan : 1) Mengo-ordinasikan pelaksanaan penja-minan mutu di tingkat satuan pendidikan; 2) Melakukan pembi-naan, bimbingan, pendampingan, dan supervisi terhadap pemangku pendidikan dalam mengembang-kan penjaminan mutu Pendidimengembang-kan; 3) Melaksanakan pemetaan mutu pendidikan berdasarkan data mutu Pendidikan; 4) Melakukan monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan; 5) Mem-berikan rekomendasi strategi pe-ningkatan mutu berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi.

B. Perencanaan dalam Sistem Penjaminan Mutu Internal

Agar perencanaan mutu ter-sebut sesuai dengan apa yang dirapkan, maka satuan pendidikan ha-rus melakukan pemetaan mutu. Pe-metaan mutu dilaksanakan melalui kegiatan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dengan mengacu pada SNP. Pemetaan mutu melibatkan seluruh komponen satuan pendidikan seperti kepala satuan pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan, komite,

orang tua, peserta didik, pengawas serta pemangku kepentingan diluar satuan pendidikan harus terlibat dalam proses pemetaan mutu pendidikan.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan satuan pendidikan dalam melaksanakan pemetaan mutu, yaitu: penyusunan instrumen, pengumpulan data, pengolahan dan analisa data serta penyusunan hasil. Satuan pendidikan menyusun instru-men instru-mencakup seluruh standar be-serta indikator dari masing-masing standar. Tahap pengumpulan data dapat dilakukan satuan pendidikan melalui kegiatan sebagai berikut : melakukan sosialisasi cara pengi-sian alat Evaluasi Diri Satuan Pen-didikan; melakukan pengisian EDS dengan standar acuan SPM dan/ atau SNP; menelaah hasil pengisian; mengumpulkan hasil pengisian instrumen untuk diolah.

Setelah data bukti terkumpul, satuan pendidikan mengolahan dan analisa. Dalam analisa data yang dapat dilakukan satuan pendidikan adalah sebagai berikut : mengecek kebenaran data dilengkapi dengan bukti-bukti kemutakhiran, juga fakta yang ada pada satuan Pendidikan; mengolah data sesuai dengan indi-kator dan kategori yang terdapat

(17)

pa-10 da EDS; merangkum data hasil

ka-tegorisasi menjadi deskripsi kondisi satuan Pendidikan; menganalisis ha-sil pengolahan dengan mengacu pa-da rubrik EDS; hasil analisis berupa ketercapaian standar acuan mutu.

Dari hasil pemetaan yang telah dilakukan, diharapkan mampu me-nyusun perencanaan dan mencari solusi dengan cara melakukan upa-ya upa-yang bersumber dari kekuatan sendiri. Rencana pemenuhan mutu berisikan tanggungjawab untuk pelaksanaannya, dilengkapi dengan kerangka waktu, tenggang waktu dan ukuran keberhasilan.

Gambar 4. Perencanaan Pemenuhan Mutu

Berdasarkan Gambar 4, Ke-giatan perencanaan pemenuhan mu-tu dapat diawali dengan : Pertama, membangun visi bersama atau visioning. Kedua, menyempurnakan Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) dalam Rencana Kerja

Seko-lah (RKS) yang meliputi: 1) Arah kebijakan dan program kerja me-nengah; 2) Strategi dan kegiatan pe-menuhan mutu sekolah; 3) Indikator dan sasaran kinerja sekolah; 4) Ang-garan; 5) Sumberdaya. Penyempur-naan RKJM lembaga pendidikan ha-rus menjamin seluruh permasalahan pada lembaga pendidikan dalam EDS yang sudah diselesaikan. Ke-tiga, menjabarkan Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran Seko-lah (RKAS). Proses yang dilakukan untuk menjabarkan rencana kerja jangka menengah ke dalam rencana kerja dan anggaran tahunan sekolah antara lain: 1) Pembuatan rencana biaya satuan pendidikan Rencana biaya program; 2) Pembuatan renca-na pendarenca-naan satuan pendidikan Rencana pendanaan; 3) Penyesuai-an rencPenyesuai-ana biaya dengPenyesuai-an sumber pendanaan. Dari hasil pemetaan dan perencanaan mutu pendidikan yang telah dirancang dengan baik, diha-rapkan pelaksanaan pemenuhan mutu pada satuan pendidikan dapat berjalan efektif dan mencapai tujuan. C. Pelaksanaan Mutu dalam

Sistem Penjaminan Mutu Internal Pelaksanaan mutu pada satu-an pendidiksatu-an adalah realisasi dari

(18)

11 semua kegiatan yang telah

diran-cang dengan baik dalam perenca-naan mutu pada satuan pendidikan. Dalam pelaksanaan mutu pendi-dikan dilaksanakan oleh seluruh pe-mangku kepentingan pendidikan dan mereka harus mempunyai komitmen yang tinggi dan partisipasi yang luas agar seluruh tujuan yang telah diren-canakan agar dapat tercapai.

Menurut Idris Apandi menga-takan bahwa proses pelaksanaan keberhasilan pelaksanaan mutu an-tara lain: 1) Sosialisasi pelaksanaan mutu kepada warga sekolah; 2) Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat; 3) Perubahan paradigma warga sekolah; 4) Komitmen dari TPMPS dan warga sekolah; 5) Ber-jiwa pembelajar; 6) Memahami se-tiap tahapan pelaksanaan mutu; 7) Konsisten dalam pelaksanaan mutu; 8) Pembinaan yang optimal dari TPMPD

D. Audit Mutu dalam Sistem Penjaminan Mutu Internal

Audit mutu dalam sistem pen-jaminan mutu internal dilakukan se-cara sistematis, mandiri dan terdo-kumentasi untuk memperoleh bukti audit, sehingga dapat menentukan tingkat pemenuhan kriteria audit. Kemudian dari hasil audit tersebut dapat digunakan sebagai proses

pengambilan keputusan dan peren-canaan. Audit mutu internal adalah pengujian secara sistematik dan independen yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk menilai efektivitas dari pelaksanaan penjaminan mutu internal.

Luaran dari kegiatan audit mu-tu adalah laporan pelaksanaan pe-menuhan SNP dan pelaksanaan rencana pemenuhan mutu oleh sa-tuan pendidikan. Selain itu dirumus-kan rekomendasi tindadirumus-kan perbaidirumus-kan jika ditemukan adanya penyimpang-an dari rencpenyimpang-ana dalam pelakspenyimpang-anapenyimpang-an pemenuhan mutu. Hasil audit mutu dilaporkan kepada kepala sekolah atau disampaikan pada saat rapat manajemen sekolah. Dari audit mutu akan ditemukan permasalahan yang dihadapi oleh lembaga yang kemu-dian dirumuskan rekomendasi per-baikannya.

Audit mutu internal dilakukan oleh auditor internal dari struktur tim penjaminan mutu internal, dalam upaya menentukan tingkat kese-suaian terhadap persyaratan sistem manajemen organisasi, sehingga dapat dilakukan kegiatan perbaikan. (Ridwan Abdullah Sani, dkk. 165).

(19)

12 METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Fokus penelitian ini adalah sis-tem penjaminan mutu internal di NTB, khususnya pada sekolah da-sar. Pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif. Penelitian kua-litatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peris-tiwa, kegiatan sosial, sikap, keper-cayaan, persepsi, pemikiran sese-orang maupun kelompok. Data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data berbentuk deskriptif berdasarkan wawancara, catatan lapangan, memo, dan doku-men resmi lainnya.( Lexy J.Moleong, 131 ). Metode penelitian kualitatif ini sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama yaitu pertama menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan kedua menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Kebanyak-an penelitiKebanyak-an kualitatif bersifat des-kriptif dan eksplanatori. (Nana Syaodi Sukmadinata, 60)

Jadi dalam penelitian ini, pene-liti menggunakan jenis penepene-litian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu peneliti hanya mendeskripsikan, menganalisis fenomena, peristiwa dan kegiatan yang dilakukan di lembaga pendidikan yang berkaitan dengan sistem penjaminan mutu internal.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di LPMP NTB yang terletak di Jalan Panji Tilarnegara No. 8 Mataram NTB. Penelitian ini mengambil lokasi tersebut dilatarbelakangi oleh bebe-rapa pertimbangan atas kesesuaian dengan topik dalam penelitian ini. Adapun beberapa alasan yang cukup signifikan, mengapa penelitian ini dilaksanakan di LPMP NTB yaitu pertama LPMP merupakan pusat data Pemetaan Mutu Pendidikan di tingkat Provinsi, kedua LPMP memiliki tupoksi yang sesuai Sistem Pejaminan Mutu Internal (SPMI). Sumber Data dan Informam Penelitian

Data adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesim-pulan). Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yang akan dikumpulkan oleh peneliti, yaitu:

(20)

13 1. Sumber Data. Sumber data primer

adalah data yang diperoleh secara langsung dari Satuan Pendidikan baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan alat lainnya. Data primer tersebut diperoleh melalui hasil wawancara kepada informan. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari bahan kepusta-kaan. Data ini biasanya diguna-kan untuk melengkapi data mer, mengingat bahwa data pri-mer dapat dikatakan sebagai data praktek yang ada secara lang-sung dilapangan karena penerap-an suatu teori.

2. Informan Penelitian Informan da-lam penelitian ini adalah data atau seseorang yang memberikan informasi yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian. Dalam hal ini yang menjadi kunci informan (key informan) adalah Kasi Peme-taan Mutu dan Supervisi. Adapun informan yang mendukung lain-nya adalah tenaga Analis Data Mutu Pendidikan, Pengolah Data Mutu Pendidikan, di LPMP NTB. Metode Pengumpulan Data.

Untuk pengumpulan data dan memperoleh data yang akurat, peneliti menggunakan beberapa

me-tode sebagai berikut : 1) Wawan-cara; 2) Observasi; 3) Dokumentasi. Analisis Data

Analisis data adalah upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil dari observasi, wawancara dan lainnya yang telah dilakukan untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang telah diteliti dan menyajikannya sebagai temuan orang lain.(Suharsimi Arikunto, 147) Analisis data adalah proses mencari dan menata data dari hasil obser-vasi, wawancara dan dokumentasi secara sistematis untuk mening-katkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan-nya sebagai temuan bagi yang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pe-mahaman tersebut, analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya men-cari makna (interpretasi).( Lexy J. Moleong, 92)

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan baik pada awal mencari data maupun pada saat selesai pengumpulan data. Dalam analisis data tersebut ada 3 tahapan sebagai berikut.( Sugiyono, 246) : 1. Reduksi Data (Data Reduction),

adalah proses pemilihan, pemu-satan perhatian pada

(21)

penyeder-14 hanaan, pengabstrakan,

transfor-masi data kasar yang muncul dari data catatan lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung. (Imam Suprayogo, 2001). Mere-duksi data berarti merangkum, memilih hal hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta mencari tema dan polanya.

2. Penyajian Data (Data Display). Penyajian data adalah diskripsi kumpulan informasi tersusun dalam bentuk teks naratif yang memungkinkan untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan tin-dakan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam analisis setelah pengumpulan data adalah sebagai berikut: Pengumpulan Data Peta Mutu Pendidikan (PMP), bagian terpenting dan paling dasar dalam siklus penjaminan mutu pendidikan adalah pemetaan mutu pendidikan. Pemetaan mutu pen-didikan merupakan proses yang ter-kait kegiatan pengumpulan, pengo-lahan, analisis data dan informasi tentang capaian pemenuhan SNP mulai tingkat sekolah, kabupaten/ kota, provinsi, hingga nasional. Pemetaan mutu dilakukan dengan

menggunakan instrumen yang di-kembangkan oleh Direktorat Jen-deral Pendidikan Dasar dan Me-nengah. Instrumen pemetaan mutu pendidikan dasar dan menengah disusun mengacu delapan kom-ponen standar nasional pendidikan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Daftar jumlah pertanyaan pada setiap standar yang ditanyakan melalui formulir dapodik dan instrumen pemetaan mutu ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Jumlah Pertanyaan Instrumen Pemetaan

Pendidikan

Kegiatan pemetaan mutu oleh satuan pendidikan dilaksanakan melalui evaluasi diri sekolah (EDS). EDS ini dilakukan dengan mengisi instrumen pemetaan yang telah dikembangkan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Pemetaan ini dilakukan dengan me-libatkan kepala sekolah, perwakilan guru, perwakilan tenaga kependi-dikan, perwakilan siswa, perwakilan orang tua siswa/komite sekolah, dan

(22)

15 pengawas pembina sekolah

terse-but. Distribusi jumlah responden pe-metaan mutu di setiap satuan pen-didikan ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Jenis Responden Pemetaan Mutu Setiap Satuan

Pendidikan

Berdasarkan Tabel 3, respon-den pemetaan mutu pendidikan di setiap satuan pendidikan bersifat triangulasi. Semua unsur dalam satuan pendidikan tersebut diberikan ruang untuk menilai sekolah ber-dasarkan pengetahuan, data, dan informasi yang mereka miliki. Hal ini dimaksudkan agar data dan infor-masi peta mutu yang dihasilkan dalam satuan pendidikan tersebut komprehensif dengan validitas dan kualitas yang baik. Instrumen PMP dikembangkan dari 8 SNP yang ditu-runkan menjadi 29 indikator. Seluruh indikator ini kemudian dikembang-kan menjadi 189 subindikator. 3. Penarikan Kesimpulan dan

verifi-kasi (Conclusion Verification). Kesimpulan awal yang

dikemu-kakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak dite-mukan bukti-bukti yang mendu-kung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid saat peneliti kembali ke lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel. Analisis Peta Mutu Pendidikan

Hasil evaluasi diri sekolah yang dilakukan melalui pengisian instru-men PMP yang telah dikirim ke server pusat selanjutnya disaring untuk menentukan data yang layak dijadikan dasar pengolahan. Pengo-lahan nilai dilakukan oleh tim pusat. Data jawaban dari 790 pertanyaan dalam instrumen PMP kemudian dikombinasikan dengan data isian dapodik yang terdiri atas 476 pertanyaan. Data dari kedua sumber ini kemudian dianalisis secara komprehensif. Hasil analisis dalam bentuk rapor mutu yang diagregasi secara bertahap. Rapor mutu setiap sekolah ditampilkan dalam bentuk capaian masing-masing subindika-tor. Capaian setiap subindikator di-agregasi untuk menjadi capaian indi-kator dan puncaknya adalah capaian

(23)

16 setiap SNP. Nilai capaian mutu

dikelompokkan menjadi 5 kategori dengan skala 7. Artinya, nilai teren-dah dan tertinggi masing-masing 0 dan 7. Kategori capaian mutu ini di-tunjukkan pada Tabel 4. Berdasar-kan Tabel 4, kategori capaian mutu yang paling rendah adalah “menuju SNP 1”, dalam rapor mutu ditandai dengan tanda bintang sebanyak satu (*). Kategori tertinggi adalah “SNP”, dalam rapor mutu ditandai dengan tanda bintang sebanyak lima (*****).

Tabel 4. Kategori Capaian Mutu

Indeks Efektivitas Penjaminan Mutu Pendidikan (IE)

Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pelaksanaan penja-minan mutu pendidikan, khususnya di sekolah model akan digunakan ukuran Indeks Efektivitas (IE). IE yang akan dihitung dalam laporan ini adalah IE untuk sekolah model. IE adalah perbandingan jumlah sekolah model yang mengalami kenaikan capaian mutu terhadap total sekolah model yang memiliki rapor mutu pada rentang waktu pemetaan

tertentu. IE dinyatakan dalam bentuk persentase. Jadi, ada tiga IE pada setiap jenjang. IE pertama, selan-jutnya ditulis IE (2016-2017), diguna-kan untuk mengukur sejauh mana efektivitas penjmainan mutu pendi-dikan pada tahun 2016 – 2017. IE kedua, selanjutnya ditulis IE (2017-2018), digunakan untuk mengukur sejauh mana efektivitas penjmainan mutu pendidikan pada tahun 2017 – 2018. IE ketiga, selanjutnya hanya ditulis IE, digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas penjmainan mutu pendidikan pada rentang tahun 2016 – 2018.

HASIL PENELITIAN

Rapor Mutu Provinsi Nusa Tenggara Barat, uraian berikut men-jelaskan tentang capaian mutu Pro-pinsi Nusa Tenggara Barat selama tahun 2016 – 2018. Diskripsi diberi-kan untuk memudahdiberi-kan membaca dan memahami rapor mutu tersebut. Capaian mutu NTB merupakan agregasi capaian mutu masing-masing sekolah untuk setiap jenjang. Capaian Mutu NTB Jenjang SD. Tabel 6 menunjukkan jumlah seko-lah berdasarkan kategori capaian SNP tahun 2016 – 2018. Sebagai catatan bahwa sampai tanggal 2 Maret 2019, belum semua sekolah

(24)

17 yang telah mengirim data PMP

diproses untuk dikeluarkan peta mutunya. Untuk selanjutnya, data peta mutu yang digunakan dalam analisis peta mutu NTB untuk semua jenjang adalah data per tanggal 2 Maret 2019. Berdasarkan data pada Tabel 5 tersebut, jumlah sekolah dengan capaian “menuju SNP 1” berangsur turun jumlahnya pada tahun 2017 dan tahun 2018. Banyaknya sekolah dengan capaian SNP dengan bintang satu pada tahun 2016 mungkin disebabkan adanya sikap abai oleh sekolah dalam mengisi instrumen PMP. Pengisian instrumen evaluasi diri sekolah kurang serius karena sekolah belum memahami makna dan dampak data yang diisi. Kurang maksimalnya sosialisasi oleh penga-was pembina tentang makna dan manfaat hasil PMP dapat menjadi penyebab hal tersebut. Adanya sosialisasi yang gencar dan intervensi kebijakan pemerintah pusat dan daerah, maka pada tahun 2017 dan tahun 2018, jumlah sekolah dengan capaian SNP “menuju SNP 1” turun sampai 75% lebih.

Tabel 5. Distribusi Sekolah Jenjang SD Berdasarkan Capaian Mutu Tahun

2016-2018

Perubahan mencolok juga terjadi pada kategori capaian mutu “menuju SNP 3” dan “menuju SNP 4”. Pada tahun 2016, jumlah sekolah dengan kategori “menuju SNP 3” hampir 82% dari jumlah sekolah yang diproses data PMP-nya. Jumlah ini berkurang secara drastis pada tahun 2018. Pengurangan ini lebih dari 83% dibandingkan jumlah sekolah dengan capaian “menuju SNP 3” pada tahun 2016. Hal yang menggembirakan adalah semakin bertambahnya jumlah sekolah dengan capaian “menuju SNP 4”. Jumlah paling banyak terjadi pada tahun 2017, yaitu sebanyak 2.286 sekolah atau sekitar 72% dari jumlah sekolah yang diproses rapor PMP-nya. Jumlah ini sedikit menurun pada tahun 2018 karena adanya kejadian gempa bumi yang melanda 7 kabupaten/kota sebagai salah satu sebabnya sehingga jumlah sekolah yang mengirim data PMP menurun tahun 2018. Hal yang menarik dan perlu mendapat perhatian adalah

(25)

18 tidak adanya sekolah yang masuk

dalam kategori SNP. Sekolah dise-but telah mencapai SNP jika semua standar dalam SNP sudah terpenuhi. Capaian pada kategori SNP dihitung berdasarkan rata-rata capaian dela-pan standar. Artinya, jika salah satu dari delapan standar yang ada be-lum mencapai SNP, secara umum capaian sekolah tersebut belum ma-suk kategori SNP. Namun, jika dili-hat setiap standar, maka suatu se-kolah bisa jadi sudah SNP pada standar tertentu. Misalnya, ada se-kolah sudah SNP pada standar kom-petensi lulusan, tapi belum menca-pai SNP pada standar pembiayaan. Ada sekolah yang su-dah memenuhi SNP pada standar proses dan stan-dar penilaian pendidikan, tapi bisa jadi belum SNP pada standar penge-lolaan. Lihat Gambar 5.

Gambar 5 Grafik Capaian Mutu NTB Jenjang SD Tahun 2016 – 2018

Gambar 5 menunjukkan capai-an mutu NTB jenjcapai-ang SD pada tahun 2018. Berdasarkan kriteria pada Tabel 6, ada tiga standar yang

me-menuhi SNP, yaitu standar kompe-tensi lulusan (6.95), standar proses (6.97), dan standar penilaian pen-didikan (6.75). Tiga standar lain yai-tu, standar isi, standar pengelolaan pendidikan, dan standar pembiayaan meskipun belum mencapai SNP, memiliki capaian yang cukup tinggi masing-masing 6.52, 6.15, dan 6.49. Capaian tiga standar ini relatif kon-sisten dengan tiga standar sebelum-nya yang sudah SNP. Sisasebelum-nya, dua standar yang lain, yaitu standar sa-rana dan prasasa-rana pendidikan serta standar pendidik dan tenaga kepen-didikan (PTK), memiliki capaian yang cukup rendah. Hal ini cukup “aneh” dan perlu mendapat perha-tian khusus. Sumber data dari dua standar yang terakhir ini sebagian besar dari isian pada dapodik. Oleh karena itu, hal ini perlu dicek apakah rendahnya nilai kedua standar ter-sebut disebabkan kesalahan atau ketidaklengkapan data yang diinput dalam aplikasi dapodik atau ada penyebab lainnya.

Nilai capaian untuk standar PTK yang rendah tidak sinkron dengan nilai capaian standar proses, standar isi, standar penilaian pendi-dikan, dan standar kompetensi lulus-an ylulus-ang cukup tinggi, bahklulus-an sudah SNP. Keempat standar yang

(26)

dise-19 butkan terakhir ini berhubungan

langsung dengan kompetensi PTK. Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan faktor penting terpe-nuhinya proses pembelajaran yang baik dan sesuai standar. Terseleng-garanya proses pembelajaran yang baik tentu tidak terlepas dari kemam-puan PTK dalam merancang pe-rangkat pembelajaran dan penilaian yang sesuai dengan komptensi lulusan yang disyaratkan.

Anomali lainnya adalah ren-dahnya capaian mutu untuk standar sarpras pendidikan sedangkan enam standar lain yang cukup tinggi. Pada kasus ini, standar sarpras pendi-dikan memiliki nilai yang sangat ren-dah (3.91). Paren-dahal, empat standar lain–standar proses, standar isi, standar penilaian pendidikan, dan standar kompetensi lulusan–yang dipengaruhi langsung oleh standar sarpras memiliki nilai yang sangat tinggi. Idealnya, agar PTK dapat melakukan tugasnya dengan mak-simal untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi bagus, selain peningkatan kapasitas dan kompetensi, pendidik dan tenaga kependidikan memerlukan dukungan sarpras pendidikan yang sesuai standar. Tersedianya sarpras pendi-dikan yang sesuai standar akan

membuat proses pembelajaran men-jadi lancar. PTK dan peserta didik juga menjadi nyaman dalam melak-sanakan proses pembelajaran. Agar data pada Gambar 8 tidak menjadi informasi yang menyesatkan, perlu dilihat pada bagian mana dari standar PTK dan standar sarpras pendidikan yang menyebabkan ren-dahnya nilai kedua standar itu se-cara keseluruhan. Tabel 8 menun-jukkan nilai capaian untuk masing-masing indikator pada setiap stan-dar. Adanya informasi tentang indi-kator dan subindiindi-kator mana saja yang masih lemah dapat menjadi acuan penyusunan program per-baikan. Tidak hanya pada standar pendidikan yang nilainya masih ku-rang, standar pendidikan dengan ni-lai yang sudah bagus juga harus di-telaah indikator-indikator mana saja yang harus ditingkatkan. Pada stan-dar PTK tampak bahwa indikator 5.1 dan 5.2 memiliki capaian nilai yang cukup tinggi. Ketersediaan dan kom-petensi guru dan kepala sekolah ma-sing-masing sudah terpenuhi 71% dan 84%. Artinya, rendahnya nilai standar PTK bukan karena rendah-nya kualifikasi dan kompetensi pen-didik dan kepala sekolah. Berda-sarkan. Rendahnya nilai indikator 5.3, 5.4, dan 5.5 di jenjang SD dapat

(27)

20 disebabkan pada umumnya di

jen-jang SD tidak ada tenaga adminis-trasi, laboran, dan pustakawan. Jikapun ada, hanya terbatas di sekolah-sekolah besar yang berada di kota dan jumlahnya tidak banyak. Pada standar sarpras pendidikan, indikator kapasitas daya tampung sekolah memadai baru terpenuhi sekitar 62%. Indikator ini menjelas-kan tentang kapasitas rombongan belajar, rasio luas lahan, kondisi lahan sekolah, rasio luas bangunan

dengan jumlah siswa, kondisi bangunan sekolah, dan ragam pra-sarana lainnya. Tampak dari data pada Raport Mutu NTB Jenjang SD tahun 2016-2018, bahwa rasio luas bangunan dengan jumlah siswa be-lum terpenuhi dan sekolah ke-banyakan belum memiliki ragam sarpras yang memadai. Capaian mutu NTB setiap standar dan indikator jenjang SD th.2018, tamak pada tabel 6.

Tabel 6. Capaian Mutu NTB Setiap Standar dan Indikator Jenjang SD Tahun 2018

Dua indikator berikutnya, 6.1 dan 6.2, memiliki nilai yang cukup rendah. Dua indikator inilah yang menjadi penyumbang utama ren-dahnya capaian untuk standar sarpras pendidikan. Jika diteliti lebih lanjut berdasarkan data pada Raport Mutu NTB Jenjang SD tahun 2016 2018, sebagian besar SD tidak

memiliki sarpras seperti laboratorium IPA dan perpustakaan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 mengamanatkan bahwa satuan pendidikan SD/MI harus memiliki ruang laboratorium IPA dan ruang perpustakaan yang layak dipakai. Nilai capaian standar sarpras yang rendah juga diperparah

(28)

21 oleh sarpras lain yang belum

meme-nuhi standar. Hal ini sejalan dengan standar PTK dimana banyak SD yang tidak memiliki tenaga laboran dan pustakawan sehingga wajar pada kedua standar itu nilainya ren-dah. Sarpras pembelajaran lainnya juga belum lengkap.

Perkembangan capaian mutu NTB untuk jenjang SD selama tahun 2016 – 2018 cukup baik. Gambar 9, bagian kanan menunjukkan bahwa kenaikan capaian mutu terjadi pada setiap standar. Kenaikan nilai ca-paian yang cukup signifikan terjadi antara capaian mutu tahun 2016 dan 2017. Seperti telah dijelaskan sebe-lumnya di atas bahwa kenaikan nilai capaian mutu ini disebabkan

sosia-lisasi tentang pentingnya pemetaan mutu pendidikan semakin gencar dilakukan. Sekolah mulai memahami dan merasakan manfaat data PMP yang dihasilkan sehingga sekolah mengetahui kelemahan dan kekuat-annya. Selain itu, ada intervensi kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah dalam peningkatan mutu pendidikan.

IE Sekolah Model Jenjang SD Jumlah sekolah model jenjang SD sebanyak 60 sekolah, seperti tampak pada tabel 7. Sebanyak dua sekolah tidak dilibatkan dalam mencari IE karena masing-masing satu sekolah tidak keluar peta mutunya pada th 2016 dan th 2017.

Tabel 7. Capaian Mutu SNP Sekolah Model Jenjang SD Tahun 2016-2018

(29)

22 Berdasarkan grafik sebelah

kanan pada Gambar 6, IE-SD (2016-2017) sebesar 91.38%. Pada kasus ini, berdasarkan data pada data Tabel 7, kolom “Progres” dan sub-kolom “2016-2017”, jumlah sekolah model yang mengalami kenaikan capaian mutu sebanyak 53 sekolah

dan 5 sekolah dengan capaian mutu menurun. Sekolah yang mengalami kenaikan capaian mutu ditandai dengan kata “naik” dan sekolah yang menurun capaian mutunya ditandai dengan kata “turun” pada subkolom “2016-2017”.

Gambar 6. Indeks Efektivitas PMP Sekolah Model Jenjang SD

Jika dicermati lebih jauh, selain nilai IE-SD (2016 -2017) yang sangat tinggi, grafik IE-SD (2016-2017) memiliki kemiringan yang sangat curam. Kemiringan yang tajam ini menunjukkan bahwa ke-naikan nilai capaian mutu yang dialami oleh sekolah model menye-babkan sekolah model tersebut berubah kategori capaian mutunya, naik ke level yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh capaian mutu sekolah model jenjang SD tahun 2016 sebesar 4.81 (menuju SNP 3) dan capaian mutu tahun 2017

sebesar 5.43 dengan kategori me-ningkat satu level “menuju SNP 4”. Grafik sebelah kiri pada Gambar 17 menunjukkan persentase sekolah yang memiliki capaian di bawah “menuju SNP 4” semakin menurun pada tahun 2017. Pada tahun 2016, terdapat 78.33% sekolah dengan capaian “menuju SNP 3”. Persen-tase turun drastis pada tahun 2017 menjadi hanya 8.33%. Sebaliknya, persentase sekolah dengan kategori “menuju SNP 4” naik dari 20.00% menjadi 86.67%.

(30)

23 IE-SD (2017-2018) tercatat

sebesar 64.15%. Efektivitas penja-minan mutu pendidikan turun sekitar 27% dari IE-SD (2016-2017). Jika di-telusuri data pada Lampiran 6 dan 7, ada 7 sekolah sekolah model yang tidak memiliki peta mutu pada tahun 2017 dan 2018. Jumlah tersebut me-ningkat dibandingkang dengan jum-lah sekojum-lah model yang memiliki peta mutu pada rentang 2016 dan 2017. Oleh karena itu, untuk meng-hitung IE-SD (2017-2018) hanya melibatkan sebanyak 53 sekolah model. Dari 53 sekolah model yang memiliki peta mutu, sebanyak 34 sekolah yang mengalami kenaikan capaian mutu dan 19 sekolah mengalami penurunan capaian. Jika dilihat pada Gambar 17 bagian kiri, penurunan sebesar 5% terjadi pada kategori “menuju SNP 4”. Ada be-berapa argumen yang bisa dimun-culkan untuk menjelaskan penyebab IE-SD (2017-2018) turun. Pertama, aplikasi PMP yang sering menga-lamai pembaharuan. Kedua, bebe-rapa sekolah model yang telah mengirim data PMP, tetapi rapor mutunya tidak keluar karena gagal diproses server pusat. Ketiga, ada kejadian gempa yang melanda be-berapa kabupaten, sehingga menye-babkan sekolah tidak mengirim data

PMP karena fokus penanganan pas-cagempa. Keempat, ada sekolah yang masih kurang peduli terhadap pentingnya pemetaan internal se-hingga pengisian instrumen PMP di-lakukan tanpa memperhatikan kon-disi riil sekolah.

Secara umum, dalam tiga ta-hun pemetaan, efektivitas penja-minan mutu pendidikan sebesar 59.61%. Hasil ini diperoleh dari per-hitungan yang melibatkan 52 seko-lah model jenjang SD yang memiliki rapor mutu. IE SD sebesar 59.61% memiliki makna bahwa dari 52 se-kolah model jenjang SD, 31 sese-kolah diantaranya konsisten menunjukkan kenaikan capaian mutu selama tiga tahun. Hal ini berarti bahwa program penjaminan mutu pendidikan yang telah dilaksanakan oleh sekolah mo-del melalui pendampingan LPMP NTB memiliki dampak positif. Seko-lah-sekolah tersebut terus melaku-kan perbaimelaku-kan terhadap kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada tahun sebelumnya. Data sekolah ter-sebut terdapat pada Lampiran 6, kolom “progres” dan subkolom “2016-2018”. Sekolah yang konsis-ten mengalami kenaikan capaian mutu ditandai dengan kata “naik” dan sekolah yang fluktuatif capaian

(31)

24 mutunya ditandai dengan kata

“turun” pada subkolom “2016-2018”. Proses Pelaksanaan

Pendampingan SPMI

Selama melaksanakan siklus SPMI, sekolah model didampingi oleh setiap fasilitator daerah. Secara umum fasilitator daerah yang men-dampingi sekolah model memiliki komptensi yang baik dalam mem-berikan layan teknis kepada sekolah model. Pendampingan implementasi SPMI rata-rata dilakukan sebanyak 3 kali. Pendampingan dilakukan saat pelaksanaan in dan on. Pola pen-dampingan in dan on ini sangat efek-tif bagi sekolah model. Pola ini memberikan kesempatan bagi seko-lah model untuk internalisasi imple-mentasi SPMI secara mandiri.

Berdasarkan hasil monitoring, secara umum sekolah model telah melaksanakan proses implementasi SPMI sesuai dengan pedoman yang ada. Sekolah model telah melakukan sosialisasi tentang SPMI kepada warga sekolah agar setiap unsur di sekolah model tersebut memiliki informasi yang cukup tentang SPMI. Mayoritas sekolah model melibatkan unsur-unsur seperti pengawas seko-lah, kepala sekoseko-lah, guru, siswa, te-naga kependidikan, komite sekolah, dan perwakilan orang tua dalam

im-plementasi SPMI di sekolah masing-masing dalam melakukan evaluasi diri sekolah, perencanaan pemenuh-an mutu sekolah, dpemenuh-an pelakspemenuh-anapemenuh-an pemenuhan mutu sekolah.

Pola pendampingan yang dibe-rikan oleh para fasilitator daerah kebanyakan dalam bentuk layanan konsultasi dan diskusi bersama dalam kerja kelompok. Cara ini paling efektif dalam pelaksanaan pendampingan. Materi pendamping-an ypendamping-ang pelakspendamping-anapendamping-annya lebih banyak pada saat jam efektif seko-lah tapi di luar jam pembelajaran ter-sebut fokus membahas beberapa hal seperti: pelaksanaan evaluasi diri sekolah, penyusunan perencanaan program pemenuhan mutu; bedah, penyusunan dan perbaikan doku-men sekolah; penjaringan keterlibat-an pemketerlibat-angku kepentingketerlibat-an dalam program sekolah; pembentukan tim penjaminan mutu sekolah; pengem-bangan pengelolaan keuangan; pengembangan pengelolaan sarana prasarana; pengembangan pembe-lajaran intra dan ekstrakurikuler, pengembangan kompetensi guru dan tenaga kependidikan. Materi-materi tersebut selain Materi-materi yang ditetapkan dalam siklus SPMI tetapi ada juga materi hasil pengembang-an masing-masing sekolah model.

(32)

25 Hasil evaluasi proses

pendam-pingan menggambarkan bahwa sekolah model mengharapkan agar pendampingan SPMI dilakukan se-cara berkesinambungan dengan fre-kuensi yang lebih sering. Materi pen-dampingan agar lebih subtantif dan aplikatif, tidak lagi didominasi oleh teori. LPMP perlu mengawal kualitas penyelenggaran pendampingan oleh sekolah model agar dapat meng-hasilkan luaran yang maksimal dan bisa berdampak nyata bagi per-baikan mutu sekolah. Selain itu, agar proses pendampingan lebih efektif, pelibatan pengawas pembina seko-lah model dalam pendampingan per-lu dioptimalkan. Pendampingan tidak hanya dilakukan oleh fasilitator dae-rah, tetapi juga oleh pengawas pem-bina, baik pengawas pembina seko-lah model maupun pengawas pem-bina sekolah imbas. Fokus pen-dampingan tidak hanya di sekolah model sebagai penerima dana ban-tuan pemerintah, tetapi pendamping-an di sekolah imbas juga perlu di-tingkatkan frekuensi dan kualitasnya. KESIMPULAN

Peta Mutu Provinsi Nusa Tenggara Barat

Jenjang Sekolah Dasar, secara umum, capaian mutu Propinsi NTB

di setiap jenjang pada tahun 2018 dalam kategori “menuju SNP 4”. Belum ada sekolah yang mencapai kategori SNP. Pada jenjang Sekolah Dasar, dari 2.692 sekolah yang terdaftar dalam progres pengiriman data Pemetaan Mutu Pendidikan, sebanyak 78% sekolah memiliki kategori “menuju SNP 4”. Sisanya, tersebar pada kategori yang lain di bawah kategori “menuju SNP 4”. Sebanyak 483 sekolah yang belum memiliki rapor mutu karena ada yang tidak mengirim (188 sekolah) dan ada yang belum keluar peta mutunya (295 sekolah). Rata-rata capaian mutu dari 8 SNP sebesar 5.97, kategori “menuju SNP 4”. Ada tiga standar yang memenuhi SNP, yaitu standar kompetensi lulusan (6.95), standar proses (6.97), dan standar penilaian pendidikan (6.75). Tiga standar lain yaitu, standar isi, standar pengelolaan pendidikan, dan standar pembiayaan meskipun be-lum mencapai SNP, memiliki ca-paian yang cukup tinggi masing-masing 6.52, 6.15, dan 6.49. Capai-an tiga stCapai-andar ini relatif konsisten dengan tiga standar sebelumnya yang sudah SNP. Sisanya, dua stan-dar yang lain, yaitu stanstan-dar sarana dan prasarana pendidikan serta standar pendidik dan tenaga

(33)

ke-26 pendidikan (PTK), memiliki capaian

yang cukup rendah, masing-masing 4.04 dan 3.91

Indeks Efektivitas Penjaminan Mutu Pendidikan

Indeks Efektivitas (IE) adalah perbandingan jumlah sekolah model yang mengalami kenaikan capaian mutu terhadap total sekolah model yang memiliki rapor mutu pada rentang waktu pemetaan tertentu. IE dinyatakan dalam bentuk persen-tase. Perhitungan IE didasarkan pa-da sekolah model yang memiliki ra-por mutu. IE penjaminan mutu pen-didikan untuk jenjang SD sebesar 59.61%. Artinya, sebanyak 59.61% sekolah model jenjnag SD yang mengalami kenaikan capaian mutu secara konsisten selama rentang 2016–2018, sisanya memiliki capai-an mutu ycapai-ang fluktuatif.

Pendampingan implementasi SPMI

Pelaksanaan SPMI di sekolah model mengacu pada Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 yang meliputi lima siklus. Pendampingan imple-mentasi SPMI pada tahun 2018 dilakukan dengan pola in service-on service-in service. Pola ini mem-berikan kesempatan lebih luas bagi sekolah dalam melaksanakan siklus SPMI. Pola pendampingan in dan on

ini sangat efektif bagi sekolah model, untuk internalisasi implementasi SPMI secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi Suhaimin. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Asrohah, Hanun. 2014. Manajemen Mutu Pendidikan. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press

Ghafur. Hanief Saha. 2008. Manajemen Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi diIndonesia: Suatu Analisis Kebijakaan, (Jakarta: Bumi Aksara.

Hasbullah. 2014. Kebijakan Pendidikan (dalam Perspektif Teori, Aplikasi, dan Kondisi Objekti)

LPMP NTB, 2018. Laporan Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan Tahun 2018, Pendampingan Implementasi SPMI di Sekolah Model dan Sekolah Imbas

Moleong , Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kuanlitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya

Kemdiknas, 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta.

Kemdikbud, 2016. Permendikbud, Nomor 28 Tahun 2016 tentang sistem penjaminan mutu Pendidikan dasar dan menengah. Jakarta.

(34)

27 Kemdikbud. 2018. Permendikbud

Nomor 28 tahun 2018 Pasal 2, tenteng Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Sani, Ridwan Abdullah. dkk. 2015. Penjaminan Mutu Sekolah. Jakarta: PT. Bumi.

Subagiyo, Joko. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:Alfabeta) Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1. Jakarta.

____, Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. ---. Pedoman Sistem Penjaminan

Mutu Internal Pendidikan Akademik-Pendidikan Vokasi Pendidikan Profesi-Pendidikan Jarak Jauh.

(35)

28

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN JARAK JAUH (DISTANCE LEARNING)

SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM KONDISI

DARURAT NON BENCANA ALAM

Anggraini Naskawati

Widyaiswara Ahli Madya LPMP NTB E-mail :

arimbi.2006@gmail.com

ABSTRAK

Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Desease (Covid-19) menyebutkan bahwa proses belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan; belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemic covid-19, aktivitas dan tugas belajar dari rumah dapat bervariasi antar siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses atau fasilitas belajar di rumah, bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah di beri umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna bagi guru tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif. Untuk melihat apakan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (distance learning) ini telah efektif dilaksanakan di sekolah, penulis mengumpulkan data secara daring melalui aplikasi google form kepada siswa Sekolah Menengah Kejuruan kelas X jurusan Akuntansi Keuangan lembaga (AKL) sebanyak 30 orang, Multi Media (MM) sebanyak 22 orang dan Perhotelan sebanyak 13 orang, total responden sebanyak 65 orang, dengan menjawab 10 item pertanyaan. Rekapitulasi penghitungan data diperoleh hasil yang menyangkut kemudahan siswa dalam mengakses dan memanfaatkan pembelajaran melalui daring yang menjawab Ya sebanyak 58(89,23%) dan yang menjawab Tidak sebanyak 7 (10,76%). Mata pelajaran yang pernah diterima melalui daring, 54 (83,07%) menjawab seluruh mata pelajaran menggunakan strategi daring, 11 (16,92%) menyatakan sebagian mata pelajaran menggunakan daring. Strategi guru dalam menyampaikan materi denga memberikan tugas atau hanya mencatat tugas sebanyak 28(43,07%) sedangkan sisanya sebanyak 37 (56,92%) menyatakan bahwa guru dalam pembelajaran daring memberikan tugas dan mengkomunikasikan tugas tersebut jika ada siswa yang kesulitan dalam penyelesaian tugasnya. Dari hasil perhitungan diketahui juga cara siswa memahami materi yag disampaikan guru secara daring ini dengan membaca kembali sebanyak 37 (56,92%), selain membaca kembali juga mencari rujukan lainnya sebanyak 20 (30,76%) dan hanya menjawab saja sebanyak 8 ( 12,30%). Jika siswa kesulitan dalam memahami tugas yang diberikan, apakah guru merespon balik pertanyaan siswa mengenai kesulitan siswa dalam belajar, sebanyak 53(81,83%) responden menyatakan guru akan merespon balik, dan 12 (18,46%) menyatakan guru tidak merespon balik pertanyaan dari siswa. Jaringan

(36)

29 atau server menyebabkan 5 (7,69%) kesulitan dalam belajar, 47(72,30%) menyatakan tugasnya terlalu banyak dalam pembelajaran daring dan 13 (20%) siswa tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran daring. Tindaklanjut hasil pembelajaran melalui daring ini dikirimkan oleh siswa melalui email sebanyk 43(66,15%) melalui WA sebanyak 14 ( 21,53%) dan menggunakan media lainnya sebanyak 8 (12,30%).

Kata Kunci: Pembelajaran jarak jauh, Strategi Pembelajaran, Kondisi Darurat non Bencana Alam

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembelajaran jarak jauh (Distance Learning) mulai diterapkan secara terus menerus dan berkesi-nambungan terutama ketika wabah pandemi Covid-19. Kasus pertama penyebaran virus corona, Covid-19, di China terungkap. Setelah ditelu-suri kembali pemerintah China, ka-sus pertama penyebaran virus coro-na muncul pada 17 November 2019. Pandemi Covid sangat berdampak terhadap masyarakat utamanya dari aspek ekonomi, pendidikan, sosial sampai aktivitas keagamaan. Ma-syarakat diimbau untuk bekerja, be-lajar dan beribadah dari rumah untuk memutus rantai penyebaran covid-19. Dibeberapa daerah pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah yang sudah menjadi zona merah pandemic covid-19. Provinsi Nusa Tenggara Barat termasuk juga zona merah pandemic covid-19

sehingga perlu memiliki strategi khu-sus dalam pembelajaran yang akan dilakukan di sekolah.

Semua pihak terkait bergerak untuk melawan pandemic covid-19 sesuai dengan kewenangan dan ke-mampuan masing-masing. Hal ini sesuai dengan pasal 27 ayat 3 UUD 1954 yang menyatakan bahwa Se-tiap Warga Negara berhak dan wajib dalam upaya pembelaan negara. Seluruh lapisan masyarakat menja-lankan tugasnya sesuai dengan ke-wajibannya. Pemerintah pusat dan daerah, mengatur kebijakan-kebi-jakan daerah, menyediakan sarana dan prasarana memadai untuk me-mutus rantai penyebarannya.

Proses pembelajaran yang dilakukan di rumah membutuhkan strategi efektif karena menyangkut gaya mengajar guru dan gaya be-lajar siswa. Saat ini salah satu aspek yang penting dari pendidikan adalah gaya belajar dari siswa karena suatu keberhasilan mereka tergantung

Gambar

Gambar 1. Siklus Penjaminan Mutu Internal  Sesuai  dengan  siklus  yang  terlihat  pada  Gambar  1,  ada  lima  siklus  sistem  penjaminan  mutu  pendidikan antara lain :
Gambar 2 Hasil Implementasi Sistem  Penjaminan Mutu Internal  Sebagaimana  yang  terlihat  pada  Gambar  2
Gambar 4. Perencanaan Pemenuhan Mutu  Berdasarkan  Gambar  4,   Ke-giatan perencanaan pemenuhan  mu-tu  dapat  diawali  dengan  :  Pertama,  membangun  visi  bersama  atau  visioning
Tabel 3. Distribusi Jenis Responden  Pemetaan Mutu Setiap Satuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan Pokja II Jasa Konsultansi berdasarkan SK Nomor : 11/KPTS/ULP/2012, tanggal 12 Januari 2012, telah melakukan penutupan pemasukan/ upload dokumen

Pada hari ini Selasa t anggal empat belas bulan April t ahun dua ribu lima belas, mulai pukul 14.00 sampai dengan 15.30 Wakt u server, Pokja I (sat u) Unit Layanan Pengadaan

(Penelitian di Kelas VII MTs Al-Fatah Tunggilis Kecamatan Kalipucang Kabupaten Ciamis).

Tujuan penelitian ini yaitu: (1) mengetahui apakah rata-rata kecemasan matematika peserta didik yang diajar dengan pembelajaran probing-prompting bernuansa etnomatematika

Alasan pemilihan pangan utama pada subjek dengan kategori status gizi normal berupa kandungan alami dalam pangan, kesehatan dan harga. Pada kategori status gizi lebih

tahun 2013 terjadi kematian yang disebabkan karena kecelakaan lalu lintas dengan jumlah 2500 kasus.. Di Amerika Serikat, kejadian cidera kepala setiap tahun

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan buku teks pelajaran Kimia SMA/MA Kelas XI yang paling banyak digunakan di Kota Bandung pada materi

PPK masing-masing satker melakukan pengisian capaian output dalam aplikasi SAS dengan berpedoman kepada Manual Modul Capaian Output yang disertakan satu paket dengan