• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN MUTU ELEMEN KURIKULUM 2013 MELALUI PENERAPAN PENDAMPINGAN POLA CLBK

Ahmad Sahid

Widyaiswara Ahli Muda LPMP NTB E-mail : bangsahid76@gmail.com

ABSTRAK

Pendampingan ini terinspirasi oleh keinginan untuk membantu sekolah melalui pola pemberian contoh, latihan, berdiskusi, dan konsultasi (CLBK) dalam meningkatkan mutu elemen kurikulum. Data awal menunjukkan mutu elemen kurikulum masih rendah, rata-rata pada rentang cukup. Karena itu diajukan permasalahan apakah pendampingan pola CLBK dapat meningkatkan mutu elemen kurikulum 2013? Menggunakan desain Pra-Eksperimental tipe One Short Case Study, melibatkan 57 guru Gugus 1 Jonggat, mengikuti langkah-langkah pola pendampingan. Setelah dikumpulkan data dengan menyebarkan instrumen, diperoleh skor rata-rata untuk perencanaan pembelajaran 88,32, pelaksanaan pembelajaran 90,04, penilaian pembelajaran 86,54, dan pola pendampingan 88,16. Hasil uji Shapiro Wilk menyatakan signifikansi di atas 0,05, data berdistribusi normal, dan hasil uji Glejser menyatakan signifikansi lebih besar 0,05, tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi, sehingga uji regresi dapat dilakukan. Hasil uji regresi menunjukkan Fhitung 3,274 lebih besar dari Ftabel 2,19 pada α=0,05 dk=53 serta dapat dinyatakan bahwa mutu elemen kurikulum pada aspek perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran secara bersama-sama berpengaruh signifikan setelah pendampingan pola CLBK diterapkan.

Kata Kunci: Peningkatan mutu, elemen kurikulum, pendampingan, CLBK PENDAHULUAN

Kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 ada-lah seperangkat rencana dan penga-turan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk men-capai tujuan pendidikan tertentu. Se-telah dikaitkan dengan pasal-pasal lain dan penjelasannya pada undang-undang tersebut, kurikulum memiliki

beberapa elemen penting, yaitu (a) tujuan, merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa setelah menerima pembelajaran, (b) isi dan bahan, merupakan materi pembe-lajaran yang harus disampaikan oleh guru kepada siswa agar mereka memiliki kompetensi sebagaimana ditetapkan pada tujuan, (c) cara yang digunakan, yaitu proses pembela-jaran yang digunakan untuk me-nyampaikan materi pembelajaran

69 kepada siswa, dan (d) pengaturan,

yaitu usaha-usaha untuk memastikan ketercapaian tujuan pembelajaran melalui pemantauan, pengukuran, dan pengendalian yang merupakan fungsi-fungsi pada penilaian pembe-lajaran. Artinya kurikulum memiliki 4 (empat) elemen dasar yaitu kompe-tensi atau capaian pembelajaran, materi pembelajaran, proses pembe-lajaran, dan penilaian pembelajaran. Karena itu, jika ingin memahami kuri-kulum secara utuh maka harus memahami keempat elemen terse-but.

Elemen kurikulum tersebut bila diperhatikan secara seksama, maka (1) tujuan yang dimaksudkan adalah kompetensi yaitu kompetensi lulusan, kompetensi inti, dan kompetensi da-sar, (2) isi dan bahan pelajaran ber-kenaan materi pembelajaran yang termuat dalam standar isi, (3) cara yang digunakan merupakan imple-mentasi standar proses, serta (4) pengaturan berkenaan usaha untuk memastikan ketercapaian tujuan yang merupakan fungsi penilaian pendidikan. Sehingga dapat dikata-kan bahwa standar kompetensi lulus-an, standar isi, standar proses, dan standar penilaian secara bersama-sama membangun kurikulum pendi-dikan. Dengan demikian, esensi

utama kurikulum merupakan turunan langsung dari keempat standar ter-sebut dalam arti bahwa pengem-bangan kurikulum harus mengacu pada keempat standar tersebut.

Elemen kurikulum tidak berarti apa-apa tanpa implementasi, artinya kurikulum harus berwujud pembela-jaran bukan berhenti sampai pada dokumen, karena kurikulum tersebut harus disampaikan kepada siswa dalam bentuk pembelajaran. Dalam implementasinya, kurikulum juga di-pengaruhi oleh standar yang lain, diantaranya kurikulum pasti menuntut kemampuan guru dan tenaga ke-pendidikan yang sesuai. Kurikulum juga menuntut sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan pe-laksanaannya.

Bentuk aktivitas pembelajaran yang merupakan implementasi kuri-kulum dalam pembelajaran meliputi aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Karenanya, dapat dikatakan mutu elemen kuri-kulum merupakan kemampuan da-lam pengembangan kurikulum mela-lui peningkatan kemampuan pada aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.

70 Pemberlakuan kurikulum 2013

merupakan penyempurnaan dalam sistem pendidikan nasional Indo-nesia. Pembaruan tersebut diselaras-kan dengan dinamika perkembangan masyarakat lokal, nasional, dan global guna mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Di-namika perkembangan tersebut be-rupa dinamika internal yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Dinamika lainnya terkait faktor per-kembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Untuk dinamika eks-ternal berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diper-lukan di masa depan, persepsi ma-syarakat, perkembangan pengeta-huan dan pedagogik, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka (Kemdikbud, 2014:1).

Kenyataannya sekolah-sekolah yang menjadi bagian dari program pendampingan masih bermasalah dengan tingkat pemahaman guru terhadap implementasi kurikulum. Mengacu pada hasil pengolahan data awal pada beberapa sekolah yang telah mengimplementasikan kuriku-lum tahun 2018 menunjukkan tingkat pemahaman guru pada aspek peren-canaan pembelajaran berkategori baik. Demikian pula terhadap praktik

pembelajaran pada kegiatan pen-dahuluan menunjukkan kategori cu-kup, kegiatan inti berkategori cucu-kup, penilaian berkategori cukup, dan ke-giatan penutup berkategori baik. Hal ini terjadi karena sebagian dari me-reka merasakan bahwa kurikulum 2013 merupakan hal baru sementara sebagian yang lain sudah mulai mengenal tapi masih ragu sehingga masih membutuhkan penyegaran, penguatan, pendampingan, maupun bantuan teknis yang lebih imple-mentatif.

Menurut Rusman (2012:121), sumber daya yang menjadi pendu-kung keberhasilan implementasi kuri-kulum meliputi manajemen sekolah, pemanfaatan sumber belajar, gunaan media pembelajaran, peng-gunaan strategi dan model pembe-lajaran, kualitas kinerja guru, dan monitoring pelaksanaan kurikulum (pembelajaran). Kualitas kinerja guru menjadi salah satu faktor kunci, ka-rena itu perubahan kurikulum harus dibarengi dengan peningkatan kuali-tas guru.

Untuk membantu satuan pendi-dikan menguatkan guru-gurunya da-lam mengembangkan elemen-ele-men kurikulum, diperlukan aktivitas pendampingan yang akan membim-bing dan mengarahkan guru agar

71 mencapai kemampuan yang sesuai,

yakni dengan menerapkan pingan pola CLBK yaitu pendam-pingan dengan pemberian contoh, la-tihan, berdiskusi, dan konsultasi, se-hingga kompetensi guru dalam rencanakan, melaksanakan, dan me-nilai pembelajaran menjadi lebih baik.

Mengacu pada uraian di atas, diajukan permasalahan, apakah pen-dampingan pola pemberian contoh, latihan, diskusi, dan konsultasi dapat meningkatkan mutu elemen kuriku-lum 2013 di Gugus 1 Jonggat Kabu-paten Lombok Tengah? Untuk men-dapatkan jawabannya, tentu perlu dilakukan pembuktian secara empiris di lapangan.

METODOLOGI

Dilakukan Pendampingan pola CLBK kepada seluruh guru di Gugus 01 Jonggat menggunakan desain Pra-Eksperimental tipe One Short Case Study, oleh Suryabrata (2013:100-101) tipe ini sama sekali tidak ada kelompok kontrol, tidak ter-jadi pengendalian terhadap variabel luar, serta validitas tidak terpenuhi, rancangan ini berguna untuk me-ngembangkan gagasan atau alat tertentu.

Data yang dikumpulkan bentuk skala interval atau rasio yang

diper-oleh dengan menyebarkan instrumen kepada responden. Melibatkan varia-bel perencanaan pemvaria-belajaran (X1), pelaksanaan pembelajaran (X2), dan penilaian pembelajaran (X3), yang diperoleh setelah pola pendampingan CLBK (Y) diterapkan.

Dilakukan uji regresi dengan bantuan IBM SPSS Statistics 20 untuk membuat prediksi yang dapat dipercaya terhadap nilai suatu varia-bel, jika nilai variabel lain yang ber-hubungan dengannya diketahui, sete-lah melakukan uji normalitas melalui Uji Shapiro Wilk dan uji hetero-skedastisitas melalui uji Glejser sebagai syarat uji regresi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Terdapat 7 sekolah di Gugus 1 Jonggat dengan jumlah guru 57 orang. Telah dilakukan pendam-pingan mulai bulan Januari sampai Mei 2020. Selama pendampingan, banyak terhambat kendala dan perubahan dari rencana awal dika-renakan bertepatan dengan pelak-sanaan program kerja sekolah, ter-masuk dikarenakan oleh adanya pandemi Covid 19, sehingga bebe-rapa proses yang seharusnya dila-kukan secara tatap muka, berubah ke pertemuan dalam jaringan, misalnya pertemuan diskusi dan konsultasi

72 sedianya dilakukan tatap muka pada

beberapa pertemuan menjadi dalam jaringan.

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan pendampingan, ditetapkan langkah-langkah pendampingan se-bagai berikut.

Langkah (1) Kegiatan awal, dilaku-kan koordinasi dan konsultasi dengan KCD Kecamatan Jonggat dilanjutkan koordinasi dengan Ketua Gugus 1 Jonggat yang hasilnya dibuatkan MoU antara Gugus 1 Jonggat dengan LPMP NTB sebagai dasar pelak-sanaanya, disepakati waktu kegiatan yang selanjutnya dilakukan pembu-kaan kegiatan dan kebijakan oleh KCD.

Langkah (2) Perencanaan, dilaku-kan penyampaian tujuan serta infor-masi lain yang dibutuhkan selama pendampingan, paparan materi, pem-berian contoh dan berdiskusi, berlatih menyusun rencana mengikuti contoh, meminta guru sejawat menelaah ren-cana yang telah disusun menggu-nakan instrumen telaah rencana, ber-sama guru sejawat mendiskusikan hasil telaah, dan memperbaiki ren-cana berdasarkan hasil telaah dan diskusi.

Langkah (3) Praktik pembelajaran dan observasi, menyepakati waktu pembelajaran, guru melaksanakan

pembelajaran sesuai rencana, guru sejawat dan kepala sekolah sebagai observer menggunakan lembar ob-servasi praktik pembelajaran, dan guru melakukan refleksi diri. Pada langkah ini dibuatkan kelompok dis-kusi per sekolah sebagai wadah sharing.

Langkah (4) Pembahasan hasil, refleksi pembelajaran dimulai dari refleksi diri guru atas pembela-jarannya selanjutnya semua observer menyampaikan hasil observasinya, mendiskusikan hasil observasi, merumuskan langkah-langkah per-baikan, memberikan contoh lain yang berbeda, dan konsultasi dengan pendamping mengacu hasil per-baikan untuk menyusun perencanaan berikutnya. Pada langkah ini pen-damping berkunjung ke tiap sekolah dan memfasilitasi guru berdiskusi dan konsultasi termasuk memberikan motivasi kepada guru untuk mem-perbaiki hal-hal yang dirasakan ma-sih kurang pada perencanaan mau-pun pelaksanaannya.

Langkah (5) Perbaikan dan tindak lanjut, guru memperbaiki perencana-annya termasuk pelaksanaan pembe-lajaran yang dilakukan guru sebagai tindak lanjut hasil diskusi dan kon-sultasi. Pendamping hadir

memberi-73 kan saran dan masukan sesuai

kebu-tuhan guru.

Langkah (6) Pelaporan, melakukan evaluasi dan refleksi program pen-dampingan, menyusun laporan pro-ses dan hasil pendampingan, dan menyusun rekomendasi sebagai bahan perbaikan baik oleh pen-damping maupun guru sasaran. Keenam langkah tersebut dilakukan secara berkesinambungan untuk per-baikan berkelanjutan, untuk meng-hasilkan mutu elemen kurikulum yang minimal baik.

Instrumen perencanaan pembe-lajaran berisi pernyataan tertutup dan terbuka. Tertutup karena telah dise-diakan alternatif pilihan jawaban yaitu jawaban iya dengan skor 1 dan tidak dengan skor 0. Terbuka karena dari alternatif pilihan jawaban, dapat di-berikan komentar sesuai capaian ha-sil telaah. Berdasarkan haha-sil pengo-lahan data, diperoleh skor rata-rata 88,32 pada rentang baik, dengan distribusi capaian sebagaimana tabel berikut.

Instrumen pelaksanaan pembe-lajaran berisi pernyataan yang bersi-fat tertutup, artinya alternatif pilihan

jawaban telah disediakan yaitu skor 4 sangat baik, skor 3 baik, skor 2 cu-kup, dan skor 1 kurang. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh skor rata-rata 90,04 pada rentang baik, dengan distribusi capaian sebagai-mana tabel berikut.

Instrumen penilaian pembe-lajaran berisi pernyataan tertutup dan terbuka. Tertutup karena telah dise-diakan alternatif pilihan jawaban yaitu jawaban iya dengan skor 1 dan tidak dengan skor 0. Terbuka karena dari alternatif pilihan jawaban, dapat di-berikan komentar sesuai capaian ha-sil telaah. Berdasarkan haha-sil pengo-lahan data, diperoleh skor rata-rata 86,54 pada rentang baik, dengan dis-tribusi capaian sebagaimana tabel berikut.

Instrumen pendampingan pola CLBK berisi pernyataan yang bersifat tertutup karena pilihan jawaban telah disediakan yaitu skor 4 sangat baik, skor 3 baik, skor 2 cukup, dan skor 1 kurang. Berdasarkan hasil pengo-lahan data, diperoleh skor rata-rata

74 88,16 pada rentang baik, dengan

dis-tribusi capaian sebagaimana tabel berikut.

Persyaratan analisis regresi adalah data yang diperoleh harus berdistribusi normal serta ketidak-samaan varians residual data. Data hasil uji Shapiro Wilk dikatakan berdistribusi normal, jika signifikansi di atas 0,05. Diperoleh signifikansi data perencanaan pembelajaran 0,188, pelaksanaan pembelajaran 0,122, penilaian pembelajaran 0,615, dan pendampingan pola CLBK 0,456, menunjukkan perolehan seluruh nilai lebih besar dari 0,05, artinya data yang diperoleh berdistribusi normal.

Untuk menghitung heteroske-dastisitas digunakan uji Glejser, jika signifikansi (Sig.) lebih besar dari 0,05, maka tidak terjadi gejala hete-roskedastisitas dalam model regresi. Diperoleh signifikansi perencanaan pembelajaran 0,447, pelaksanaan pembelajaran 0,053, dan penilaian pembelajaran 0,166. Ketiga variabel independen dengan unstandardized residual memiliki signifikansi lebih dari 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi masalah

hetero-skedastisitas pada model regresi. Jika data diperbesar tidak menye-babkan kesalahan semakin besar pula.

Data yang diperoleh berdistri-busi normal dan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas, artinya data te-lah memenuhi persyaratan sehingga analisis regresi dapat dilakukan. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui apakah variabel depen-den dapat diprediksikan melalui va-riabel independen. Analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik dan turunnya variabel dependen dapat dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan keadaan variabel independen.

Permasalahan yang diajukan adalah apakah pendampingan pola pemberian contoh, latihan, diskusi, dan konsultasi dapat meningkatkan mutu elemen kurikulum 2013? bentuk statistiknya Ha = Fhitung > Ftabel dan Ho = Fhitung < Ftabel.

Dengan bantuan IBM SPSS Statistics 20 dilakukan analisis regresi, diperoleh nilai koefisien determinasi atau R Square 0,156

75 atau sama dengan 15,6%, artinya

sebesar 15,6% variasi pola pen-dampingan dapat dipengaruhi dari ketiga variabel independen, sedang-kan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Diperoleh

Unstandardized Coefficients (Constant) 82,209, X1 0,134, X2

0,136, dan X3 -0,210, maka dapat dibuatkan persamaan regresi men-jadi. Y = 82,209 + 0,134X1 + 0,136X2 – 0,210X3.

Pada data ANOVAa di atas, diperoleh Fhitung 3,274 pada signifikansi 0.028b, nilai Ftabel pada α 0,05 serta dk1 = 3 dan dk2 = N-k-1 = 57-3-1 = 53 sebesar 2,19. Dengan demikian, karena Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka dapat dikatakan bahwa variabel perencanaan pem-belajaran, pelaksanaan pembelajar-an, dan penilaian pembelajaran secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pendampingan pola pemberian contoh, latihan, berdiskusi, dan konsultasi.

Secara garis besar terdapat dua elemen yang mempengaruhi guru yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal guru dapat berupa kemampuan, kecakapan in-terpersonal, serta kecakapan teknis, sedangkan kondisi eksternal berupa

kondisi-kondisi yang berada di luar kendali guru. Penentu kemampuan guru yang lain adalah “pengalaman”. Pengalaman sangat menentukan da-lam perjalanan hidup apalagi karir seseorang, sekaligus menentukan tinggi rendahnya derajat mutu dan relevansi pendidikan. Istilah kerennya “jam terbang” dan sering dikaitkan dengan “track record”. Celakanya pengalaman sering disalah artikan sebagai “masa kerja”. Orang yang lama masa kerjanya otomatis di-anggap banyak pengalamannya, pa-dahal pengalaman sama sekali bu-kan masa kerja, melainbu-kan nilai-nilai hasil observasi kritis seseorang ter-hadap peristiwa sekililingnya yang direkonstruksi dan dikonsolidasikan-nya. Pengalaman tidak selalu

tergan-76 tung pada masa kerja atau usia

seseorang.

Untuk dapat mengelola pem-belajaran dengan baik, harus didu-kung oleh motivasi kerja, etos kerja, pengalaman mengajar yang banyak, jenis dan lama penataran yang ba-nyak dan tingkat pendidikan yang tinggi. Karena itu, partisipasi aktif guru dalam setiap kegiatan di gugus atau kelompok kerja dapat mening-katkan kinerjanya.

Kemendikbud, (2013:8) menye-butkan bahwa tujuan umum pendam-pingan dimaksudkan untuk menjamin terlaksananya implementasi kuriku-lum 2013 secara efektif dan efisien di sekolah. Pendampingan dimaksud-kan untuk memberidimaksud-kan bantuan kon-sultasi, pemodelan (modeling), dan pelatihan personal dan spesifik (coaching) baik secara langsung (direct intructional) maupun secara tidak langsung (indirect intructional).

Pendampingan pola CLBK dite-rapkan di Gugus 1 Jonggat mengikuti langkah yang ditetapkan, dan hasil-nya memberikan dampak yang sig-nifikan. Belum optimalnya tingkat signifikansi pendampingan disebab-kan oleh beberapa hal, antara lain (a) penerapan strategi yang belum optimal, disebabkan karena waktu yang disediakan terbatas, serta

kesibukan guru yang banyak, (b) guru terlambat datang mengikuti kegiatan, sehingga beberapa infor-masi terlewatkan, (c) pendamping masih lebih mendominasi, belum banyak memberikan kesempatan kepada guru untuk berkreasi, (d) pertemuan kelompok kerja guru yang bertepatan dengan kegiatan lain di sekolah, sehingga pikiran guru ber-cabang, tidak fokus, serta (e) se-bagian guru yang didampingi belum pernah mengikuti bimbingan teknis implementasi kurikulum 2013 baik yang diselenggarakan oleh pemerin-tah maupun pemerinpemerin-tah daerah, sehingga memerlukan waktu yang banyak untuk memahami konsep kurikulum 2013 serta penerapannya dalam kegiatan sehari-hari di sekolah.

Walaupun belum optimal capai-an dari pendampingcapai-an ini, tetapi ha-silnya telah berdampak pada pe-ningkatan mutu elemen kurikulum, yakni sebanyak 98,25% guru telah baik dan sangat baik dalam menyu-sun perencanaan pembelajaran, telah sebanyak 100% guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik dan sangat baik, dan telah sebanyak 87,72% guru melaksana-kan penilaian dengan baik dan sangat baik.

77 KESIMPULAN

Pendampingan pola CLBK terhadap peningkatan mutu elemen kurikulum 2013 di Gugus 1 Jonggat didukung oleh kepala sekolah dan guru yang terlibat sebanyak 57 orang. Sebagian guru tersebut telah mengikuti bimbingan teknis kurikulum 2013 yang difasilitasi oleh dinas pendidikan, namun guru merasa masih perlu mendapatkan pendam-pingan yang lebih intensif.

Telah dilakukan pengumpulan dan analisis data hasil pendampingan mengikuti langkah yang ditetapkan, sehingga dapat disimpulkan bebe-rapa hal berikut:

1. Penerapan pendampingan pola CLBK memberikan dampak positif terhadap peningkatan mutu elemen kurikulum 2013. Pendampingan pola pemberian contoh, berlatih secara terus menerus, berdiskusi dan kon-sultasi sangat membantu guru mem-barukan pengetahuan dan pengala-mannya;

2. Besarnya dampak pendampingan pola CLBK dalam meningkatkan mutu elemen kurikulum 2013 dapat dilihat dari hasil uji regresi, diperoleh Fhitung 3,274 lebih besar dari Ftabel 2,19 pada α=0,05, sehingga dapat dika-takan bahwa mutu elemen kurikulum pada aspek perencanaan

pem-belajaran, pelaksanaan pembelajar-an, dan penilaian pembelajaran se-cara bersama-sama berpengaruh sig-nifikan setelah pendampingan pola pemberian contoh, latihan, berdis-kusi, dan konsultasi diterapkan. DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik, Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Grouo, 2011.

Hamalik, Oemar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

Kemdikbud. Modul Bimbingan Teknis dan Pendampingan Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud, 2018.

Noviatmi, Andri. Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 Kelas I & IV SD di Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015. Tesis, Yigyakarta: UNY, 2015.

Palupi, Dyah Tri, Cara Mudah Memahami Kurikulum. Surabaya: Jaring Pena (Jawa Pos Grop), 2016.

Purwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2000.

Rusman. Manajemen kurikulum. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012.

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013.

78

EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI SPMI DALAM PENCAPAIAN SNP DI