• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCEGAHAN MELALUI LATIHAN DAN OLAHRAGA

PENYEMPITAN DAN PENGERASAN PEMBULUH DARAH

(ATHERIOSCLEROSIS) DAN FAKTOR RESIKO DALAM UPAYA

PENCEGAHAN MELALUI LATIHAN DAN OLAHRAGA

Yuda Purwaka

Widyaiswara Ahli Madya LPMP NTB E-mail : yudapurwaka@yahoo.co.id

ABSTRAK

Menyempitnya pembuluh darah koroner, arteri yang sebelumnya fleksibel, kuat dan elastis menjadi kaku, sehingga darah yang mengalir ke jantung tidak lancar karena terhambat hal ini mengakibatkan gangguan jantung. Penyakit ini muncul disebabkan berbagai faktor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi, disiplidemia, diabetes mellitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat kelurga.

Latihan (exercise) dan olahraga hendaknya menjadi suatu menu kehidupannya yang harus dilakukan dengan waktu 20 sampai 30 menit per sesi dengan zona latihan 60%-80% atau disesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing individu dan intensitas minimal 3 x per minggu.

Kata Kunci: Atheriosclerosis, aktivitas jasmani, latihan dan olahraga PENDAHULUAN

Sejak jaman dahulu, jantung telah dianggap sebagai pusat per-wujudan manusia. Segala niat ke-baikan dan pemikiran dianggap ber-asal dari jantung. Dari peradaban Mesir purba sampai peradapan kaum Aaztec, jantung telah diang-gap organ terpenting dan pusat ke-bajikan. Menurut buku kematian Mesir purba, jantung orang yang mati akan ditimbang pada saat me-reka mempertanggung jawabkan perbuatan mereka selama di dunia. Mereka yang mempunyai kebajikan yang setara atau lebih berat akan

dibenarkan menikmati kehidupan abadi. Berdasarkan prasangka ini, jantung merupakan satu-satunya or-gan dalam yang dibiarkan berada di dalam tubuh mummi Mesir purba.

Kaum Aztec pun percaya bah-wa sekiranya mereka tidak menyem-bahkan jantung manusia kepada dewa Huitzilopochtli, matahari tidak akan muncul dan dunia akan mus-nah. Oleh sebab itu, mereka pernah mengorbankan sebanyak 80,400 orang sebagai persembahan dalam peresmian Kuil Agung Tenochtitlan pada tahun 1487. Upacara pengor-banan manusia yang dilakukan

se-46 rentak dilakukan empatkali secara

berurutan, sejak matahari terbit hing-ga matahari terbenam, selama em-pat hari tanpa berhenti.

Ibnu Sina (1037 sebelum Masehi) merupakan pakar ilmu Islam agung yang telah mengkaji jantung secara saintifik dan mengarang buku panduan mengenai jantung yang digunakan sebagai rujukan oleh orang-orang eropa selama enam ratus tahun sebelum kajian pertama kali oleh William Harvy (1578-1657). William Harvy telah belajar menge-nai anatomi manusia di Universitas Padua di Itali. Dia menetap di Lon-don pada 1603 dan akhirnya menja-di doktor pribamenja-di Raja King Charles I. Pada tahun 1628, William Harvy me-nulis mengenai peredaran darah da-lam 17 bab buku "Exercitation Ana-tomica de Motu Cordis et Sanguinis in Animalibus" (Mengenai Pergerak-an jPergerak-antung dPergerak-an Darah dalam HewPergerak-an) (Yong, 2006).

Seratus ribu kali sehari, 2.500 juta kali seumur hidup, jantung ma-nusia memompa terus-menerus tan-pa henti. Dihantarkannya unsur-un-sur penting ke seluruh sistem tubuh dan mengangkut sampah melalui system peredaran darah. Kerja jan-tung yang begitu berat tersebut ber-langsung terus menerus hingga ia

berhenti berdetak baik disebabkan oleh penyakit ataupun tidak.Dewasa ini semakin banyak orang yang mati mendadak karena serangan jantung. Banyak orang yang mengalami se-rangan pertama kali langsung mati. Jika orang tersebut berhasil menga-tasi serangan tiga puluh menit perta-ma, maka ia masih mempunyai ha-rapan untuk pulih walaupun dalam jangka waktu yang pendek. Berda-sarkan penelitian yang dilakukan oleh Australian Academy of Science, “penyakit jantung koroner adalah pe-nyakit yang paling umum di Australia dan diperkirakan 30% dari penyebab kematian disebabkan olehnya” (Knight, 1998). Sedangkan di Ja-karta diketahui penyebab kematian dari penduduk yang diteliti adalah: jantung (42,9 persen), stroke (25,9 persen), penyakit paru dan asma (12,5 persen), kanker (5,4 persen), dan penyakit lain (kurang dari empat persen). Lebih dari separuh mening-gal di rumah, sepertiga meningmening-gal di rumah sakit, 1,8 persen meninggal dalam perjalanan, dan 0,9 persen meninggal setelah berolahraga tenis yang didominasi anaerobic (Kus-mana, 2006). Hasil Survei Kese-hatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986 dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit

kar-47 diovaskuler yang menyolok sebagai

penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab ke-matian nomor satu.

Penyakit jantung koroner dise-babkan oleh menyempitnya pembu-luh darah koroner, arteri yang sebe-lumnya fleksibel, kuat dan elastis menjadi kaku, sehingga darah yang mengalir ke jantung tidak lancar karena terhambat. Proses ini disebut atherosclerosis yang merupakan sa-lah satu jenis arteriosclerosis. Wa-laupun atherosclerosis sering me-nyebabkan penyakit jantung tetapi akan dapat mengganggu setiap arteri tubuh anda dimanapun tem-patnya. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh proses di atas antara lain peripheral arterial disease, chest pain (angina) or a heart attack, transient ischemic attack (TIA) or stroke, dan aneurysm (http://www.mayoclinic.com/health/ar

teriosclerosis-atherosclerosis/DS00525).

Atherosclerosis terbentuk se-cara perlahan-lahan selama bebe-rapa tahun oleh endapan berbagai zat dan garam yang terdapat pada darah, endapan itu terjadi pada lapisan intima arteri. Sehingga da-lam jangka waktu tertentu akan menyebabkan penyumbatan aliran

darah yang mengalir menyuplai organ-organ dan jaringan tubuh khu-susnya organ jantung dan memicu terjadinya penyakit jantung koroner (coronary arterial disease). Penyakit ini menyebabkan beberapa perubah-an pada jperubah-antung, pembuluh darah, dan darah. Menurut Melvin D. Cheitlin, 2003, perubahan-perubah-an itu meliputi hal-hal berikut.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada jantung sebagai akibat penyakit jantung koroner adalah sebagai berikut:

1. Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipo-fusin (aging pigment) pada serat-serat miokardium.

2. Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka jantung. Selain itu juga terjadi kalsifikasi dan perubahan sirkumtenes menjadi lebih besar sehingga katub menebal. Bising jantung yang disebabkan dari kekakuan katup sering ditemukan pada lansia.

3. terdapat penurunan kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan pengatur irama jantung. Selain sel-sel nodus Sinus Arteria juga akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak manusia berusia 50 tahun. Jumlah sel dari nodus AV

48 tidak berkurang, tetapi akan

ter-jadi fibrosis. Sedangkan pada ber-kas His juga akan ditemukan ke-hilangan pada tingkat seluler. Perubahan ini akan mengakibat-kan penurunan jantung.

4. Terjadi penebalan dinding jan-tung, terutama pada ventrikel kiri. Ini menyebabkan jumlah darah yang ditampung menjadi lebih se-dikit walalupun terdapat pembe-saran jantung secara keseluruh-an. Pengisian darah ke jantung juga melambat.

5. Terjadi iskemia subkendoral dan fibrosis jaringan interstisial. Hal ini disebabkan karena menurunnya perfusi jaringan akibat kenanan diastolic menurun.

Perubahan pada pembuluh darah : 1. Hilangnya elastisitas dari aorta

dan arteri-arteri besar lainnya. Ini menyebabkan meningkatkan re-sistensinya ketika ventrikel kiri memompa sehingga tekanan sis-tolik dan afterload meningkat. Ke-adaan ini akan berakhir dengan yang disebut “isolated aortic incomepetence”. Selain itu akan terjadi juga penurunan dalam tekanan diastolic.

2. Menurunnya respons jantung sti-mulasi receptor

-adrenergik.

Selain itu reaksi terhadap peru-bahan-perubahan baroreceptor dan kemoreceptor juga menurun. Perubahan respons terhadap baroreceptor dapat dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi Ortostatik pada lansia.

3. Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuang-an melambat.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada darah:

1. Terdapat penurunan Total Body Water sehingga volume darah pun menurun.

2. Jumlah sel Darah (hemoglobin dan hematokrit) menurun. Juga terjadi penurunan jumlah leukosit yang sangat penting untuk men-jaga imunitas tubuh. Hal ini me-nyebabkan resistensi tubuh ter-hadap infeksi menurun.

Kini sudah diketahui berbagai penyebab jantung koroner. Sebagian berkaitan dengan kebiasaan makan orang tersebut. Ada juga yang tidak berkaitan dengan makanan. Berikut ini penyebab-penyebab utamanya antara lain :

Faktor-faktor non-dieter

1. Sejarah keluarga (kemungkinan karena hubungan genetic)

49 2. Penyakit-penyakit yang bertalian;

Diabetis Mellitus, Naiknya Tekan-an Darah Tinggi (Hypertensi) 3. Kurang bergerak badan

(exer-cise), dan tekanan psikologis (stress).

4. Merokok

Faktor-faktor yang berkaitan dengan diet :

1. Meningkatnya lemak dalam darah (hyperlipidemia)

2. Karbohidrat

3. Berat badan yang berlebihan (Obesitas)

4. Faktor mineral; protein (Knight, 1998)

Sedangkan menurut http:// columbia.thefreedictionary.com/arteri osclerosis up dated 6 September 2006, Faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner meliputi elevated levels of fats in the blood, cigarette smoking, diabetes mellitus, and obesity. Begitu juga dengan Depkes RI, 2006 yang menyatakan, penyakit tersebut timbul karena berbagai faktor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi, disiplidemia, diabetes mellitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari fak-tor risiko diatas yang sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hiper-tensi, obesitas, disiplidemia dan dia-betes mellitus. Pendapat lain tentang

penyebab ateroklesoris ialah seba-gai berikut;

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis ingin mencoba meme-cahkan permasalahan itu yang di tuangkan dalam makalah yang berjudul “Atheriosclerosis dan Faktor Resiko dalam Upaya Pencegahan Melalui Latihan dan Olahraga ”.

PEMBAHASAN A. Faktor Resiko 1. Sejarah Keluarga

Jika orang tua meninggal ka-rena serangan jantung atau stroke, maka resiko anak pun akan semakin tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan faktor genetik. Inilah salah satu per-tanyaan yang ditanyakan dokter ke-tika melakukan pemeriksaan leng-kap pertama. Sayangnya, kita tidak dapat memilih orang tua kita, yang penting ialah bilamana itu merupa-kan faktor penyebabnya, maka perlu dijaga semua unsur resiko yang lain.

Eksperimen menunjukkan seki-tar 5 sampai 10 persen bayi yang

50 baru lahir mempunyai kadar

koleste-rol yang lebih tinggi dari biasa. Banyak diantaranya tidak berba-haya, dan pada waktu yang cukup lama dapat juga kembali normal. Tetapi ada beberapa yang mem-punyai turunan dari keluarga hyper-cholesterolaemia artinya orang yang kadar kolesterolnya tinggi. Tingginya kolesterol ini menumpuk dalam la-pisan endotel arteri yang semakin lama akan semakin tepat dan mung-kin dapat menyebabkan hambatan aliran darah olehnya.

Kolesterol ialah molekul yang ditemukan dalam sel. Merupakan se-jenis lipid yang merupakan molekul lemak atau yang menyerupainya. Kolesterol ialah jenis khusus lipid yang disebut steroid. Steroids ialah lipid yang memiliki struktur kimia khusus. Struktur ini terdiri atas 4 cincin atom karbon.Steroid lain ter-masuk steroid hormon seperti kor-tisol, estrogen, dan testosteron. Nya-tanya, semua hormon steroid terbuat dari perubahan struktur dasar kimia kolesterol. Saat tentang membuat sebuah molekul dari pengubahan molekul yang lebih mudah, para ilmuwan menyebutnya sintesis (http: //id.wikipedia.org/wiki/Kolesterol

downloaded 20/11/2006).

Gambar 1. Molekul Kolesterol

2. Penyakit yang bertalian

Jika terdapat penyakit-panyakit yang dapat memicu jantung koroner, maka semakin besar kemungkinan seseorang akan mendapatkan penya-kit jantung koroner. Adapun penyakit itu antara lain: Diabetis Mellitus dan Hipertensi (tenan darah tinggi).

B. Diabetes Militus (DM) a. Apa Diabetes Mellitus itu?

Diabetes Mellitus (DM) meru-pakan salah satu masalah kesehat-an ykesehat-ang berdampak pada produktifi-tas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu ne-gara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita DM ini semakin mening-kat, terutama pada kelompok umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya pe-nanggulangan penyakit DM belum menempati skala prioritas utama

da-51 lam pelayanan kesehatan, walaupun

diketahui dampak negatif yang ditim-bulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, sis-tem saraf, hati, mata dan ginjal. DM merupakan salah satu penyakit de-geratif, dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta ditandai dengan ting-ginya kadar gula dalam darah (hiper-glikemia) dan dalam urin (gluko-suria).

b. Apa Penyebab DM?

DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormone insulin baik absolut maupun relatif. Absolut ber-arti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas. Ada 2 macam type DM :

1). DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini di-sebabkan akibat kekurangan in-sulin dalam darah yang terjadi ka-rena kerusakan dari sel beta pan-kreas. Gejala yang menonjol ada-lah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering

la-par dan sering haus, sebagian be-sar penderita DM tipe ini berat ba-dannya normal atau kurus. Biasa-nya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.

2). DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, ren-dah atau bahkan bahkan mening-kat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/ kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan bia-sanya diketahui DM setelah usia 30 tahun. Kegemukan atau obe-sitas salah satu faktor penyebab penyakit DM, dalam pengobatan penderita DM, selain obat-obatan anti diabetes, perlu ditunjang de-ngan terapi diit untuk menurunkan kadar gula darah serta mencegah komplikasi-komplikasi yang lain. c. Gejala DM

Gejala klinis yang khas pada DM yaitu “Triaspoli” polidipsi (banyak minum), poli phagia (banyak makan) & poliuri (banyak kencing), di sam-ping disertai dengan keluhan sering

52 kesemutan terutama pada jari-jari

ta-ngan, badan terasa lemas, gatal-ga-tal dan bila ada luka sukar sembuh. Kadang-kadang BB menurun secara drastis. Untuk mengetahui apakah seorang menderita DM yaitu dengan memeriksakan kadar gula darah. Kadar gula darah normal yaitu :

Pada saat : Puasa (nuchter) : 80 - < 110 mg/dl

Setelah makan : 110 - < 160 gr/dl d. Komplikasi DM

Penyakit DM dapat menim-bulkan berbagai komplikasi yang membahayakan jiwa maupun mem-pengaruhi kualitas hidup seseorang. Komplikasi akut

1). Komplikasi akut yang paling ber-bahaya adalah terjadinya hipo-glikemia (kadar gula darah sangat rendah), karena dapat mengaki-batkan koma (tidak sadar) bahkan kematian bila tidak cepat ditolong. Keadaan hipoglikemia ini biasanya dipicu karena penderita tidak patuh dengan jadwal makanan (diit) yang telah ditetapkan, sedangkan pen-derita tetap minum obat anti dia-betika atau mendapatkan infeksi insulin. Gejala-gejala terjadinya hipoglikemia adalah rasa lapar, lemas, gemetar, sakit kepala, ke-ringat dingin dan bahkan sampai kejang-kejang.

2). Koma pada penderita DM juga dapat disebabkan karena tingginya kadar gula dalam darah, yang bia-sanya dipicu adanya penyakit in-feksi atau karena penderita DM tidak minum obat/mendapatkan insulin sesuai dosis yang dianjur-kan. Gejala dari hiperglikemia ada-lah rasa haus, kulit hangat dan kering, mual dan muntah, nyeri abdomen, pusing dan poliuria. Komplikasi Kronis

Bila sudah terjadi komplikasi yang mengakibatkan tingginya kadar gula darah dalam waktu lama seperti gangguan pada saraf, mata, hati, jantung, pembuluh darah dan ginjal, selain upaya menurunkan kadar gula darah dengan obat antibiotik/insulin dan terapi diit, perlu pengobatan untuk komplikasinya. Diit juga ditujukan untuk mengurangi/me-nyembuhkan komplikasi tersebut (misalnya kadar kolesterol juga tinggi, diit diarahkan juga untuk me-nurunkan kadar kolesterol tersebut). Tingginya kadar kolesterol darah dan gangguan pada arteri juga akan memicu penyakit jantung koroner (

53 C. Hipertensi (tekanan darah

tinggi)

Apabila otot jantung berkon-traksi maka memancarlah darah ke aorta yang mengirimkan ke sistem arteri di dalam tubuh. Tekanan darah ini disebut tekanan darah sitolic. Di antara saat denyut berikutnya terjadi istirahat sejenak. Tenakan darah berhenti sesaat pada pembuluh nadi, hal ini disebut tekanan darah diastolic.

Tekanan normal darah adalah 140/90 mmHg, sekarang sudah di-ketahui bahwa angka yang di bawah (diastolic) adalah yang terpenting. Jika angka itu naik terus maka jan-tung bekerja melawan tekanan. Pe-kerjaannya tambah berat, dan akan mempertinggi resiko. Menurut

http://www.health-disease.org/cardio logy-disorders/hypertension.htm, ada beberapa jenis hipertensi, antara lain; 1) Mild hypertension : Diastolic pressure between 90-104 mm Hg, 2) Moderatehypertension : Pressure between 105-114 mm Hg, 3) Severe hypertension : Pressure above 115 mm Hg. 4) Malignant hypertension : Pressure above 140 mm Hg.

Komplikasi

Terjadinya hipertensi menye-babkan komplikasi dan resiko

mun-culnya penyakit lain, antara lain; 1. Cardiac-Enlarged heart, heart failure, heart attack. 2. Eyes-Hemorrhage within retina, edema. 3. Kidney-Decreased functions. 4. Brain-Strokes. Komplikasi yang sa-ngat perlu diperhatikan adalah te-kanan darah tinggi dapat menye-babkan penyakit pembuluh darah, yang terjadi akibat tekanan. Khu-susnya pada arteri-arteri otot jan-tung, aorta, pembuluh darah otak, dan pembuluh darah retina (http://www.health-disease.org/car diology-disorders/hypertension.htm).

Atheroma (suatu endapan le-mak pada dinding lapisan arteria) akan terjadi kemudian atheroscle-rosis berkembang. Dinding pembu-luh darah itu akan mengalami pe-ngapuran sehingga elastisitasnya berkurang. Jika ini terjadi, maka akan terjadi pembekuan darah (thrombus), dan inipun akan menim-bulkan komplikasi yang berupa se-rangan jantung, atau pembekuan darah diotak, dan pendarahan di otak. Salah satu komplikasi ini dapat terjadi secara mendadak dam mem-bahayakan jiwa.

Komplikasi lain seperti yang disebutkan oleh Michael Doumas dan rekan dari Universitas Athena mengevaluasi lebih dari 400 wanita

54 yang menjadi pasien rawat jalan di

sebuah klinik di Yunani. Mereka menemukan female sexual dysfunction (FSD) atau disfungsi seksual pada wanita banyak dijumpai pada wanita yang mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi, dibandingkan mereka yang tekanan darahnya nor-mal. Hasil penelitian yang akan dija-barkan pada Pertemuan Tahuan American Society of Hypertension ke-21 di New York dalam bulan ini juga menyebutkan usia dan lamanya seseorang menderita hipertensi menjadi pemicu utama seorang wanita mengalami FSD, seperti yang dilaporkan Newswise (http://www. kapanlagi.com/a/0000003686.html). Kurang Exercise dan Stress

Telah banyak bukti bahwa dengan exercise orang akan dapat mempertahankan kebugarannya de-ngan mempertahankan berat badan dalam kondisi normal. Hal ini akan menyebabkan orang terhindar dari obesitas, dan elastisitas arteri akan tetap terjaga dan darah akan meng-alir dengan normal tanpa ada tam-bahan tekanan. Sebaliknya jika orang tidak melakukan exercise, lambat laun akan terjadi penimbunan sisa makanan, dan obesitas akan terjadi karena aktivitas yang kurang,

dan tekanan darah bisa naik akibat lemak yang menumpuk.

Suatu penyelidikan di Inggris, diketahui bahwa hanya 1/3 orang yang bekerja dengan aktivitas fisik berat mengalami resiko penyakit jantung (Knight, 1998). Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa semakin sering melakukan gerak badan (exercise) secara teratur semakin besar daya proteksi tubuh terhadap penyakit jantung.

Tekanan sosial, tensi dan rasa cemas juga merupakan penyebab penyakit jantung. dari hasil penelitian yang banyak dilakukan para dokter berpendapat bahwa ada kaitannya antara tekanan psikologi social dengan penyakit jantung, karena itu tekanan ini tidak boleh diabaikan. D. Merokok

Laporan-laporan dari seluruh dunia sependapat, bahwa kematian karena penyakit jantung berhubung-an merokok. Hasil penelitiberhubung-an pria perokok yang berusia diatas empat puluh tahun dan menghabiskan 2 sampai 40 batang rokok sehari menghadapi resiko penyakit jantung tiga sampai lima kali lebih besar dari pada orang yang tidak merokok (http://www.indomedia.com/sripo/20 05/10/26/2610H17). Didapati pula, bahwa merokok mempengaruhi

55 peningkatan kadar racun nikotin

da-lam jantung. ini menimbulkan ketidak teraturan jantung, dan juga mema-sukkan zat kimia ke dalam sistem pembuluh darah yang disebut catecolamine.

a. Gas CO dalam Rokok

Sebagaimana diungkapkan di atas, gas CO yang dihasilkan seba-tang rokok dapat mencapai 3 - 6%, gas ini dapat di hisap oleh siapa saja. Oleh orang yang merokok atau orang yang terdekat dengan si pe-rokok, atau orang yang berada da-lam satu ruangan. Seorang yang merokok hanya akan menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus yang tengah atau mid-stream, sedangkan arus pinggir (side-stream) akan tetap ber-ada diluar. Sesudah itu perokok ti-dak akan menelan semua asap teta-pi ia semburkan lagi keluar

Gas CO mempunyai kemam-puan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap rokok di samping kadar oksigen uda-ra yang sudah berkuuda-rang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (oksigen). Sel tubuh yang men-derita kekurangan oksigen akan

ber-usaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh darah de-ngan jalan menciut atau spasme. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses