• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI 1. Konsep Dasar Guru

DI PROVINSI SULAWESI TENGAH Agnes Maria Siaba

B. KAJIAN TEORI 1. Konsep Dasar Guru

a. Hakikat Guru

Secara etimologi istilah ”guru” berasal dari bahasa India yang arti-nya ”orang yang mengajarkan ten-tang kelepasan dari sengsara” Shambuan, Republika, (dalam Suparlan 2005:11). Berdasarkan be-berapa definisi di atas dapat disim-pulkan standar Kompetensi guru

adalah suatu pernyataan tentang kri-teria yang dipersyaratkan, ditetapkan dalam bentuk penguasaan perang-kat kemampuan yang meliputi pe-ngetahuan, sikap, nilai dan keteram-pilan bagi seorang tenaga kependi-dikan sehingga layak disebut kom-peten. Standar kompetensi guru di-pilah ke dalam tiga komponen yang kait-mengait, yakni: 1) pengelolaan pembelajaran, 2) pengembangan profesi, dan 3) penguasaan aka-demik. Komponen pertama terdiri atas empat kompetensi, komponen kedua memiliki satu kompetensi, dan komponen ketiga memiliki dua kom-petensi.

b.Strategi Pembinaan Guru

Guna efektivitas supervisi dan pembinaan kepada para guru di sekolah, para pengawas sekolah perlu menggunakan strategi yang cocok dengan situasi dan kondisi se-kolah dan gurunya. Menurut Sanjaya (2008:126), strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan ter-tentu. Dua hal yang perlu dicermati, pertama, strategi pembelajaran me-rupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan peman-faatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Kedua, strategi disu-sun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan

146 penyusunan strategi adalah

pen-capaian tujuan tertentu.

Pelaksanaannya, supervisi bu-kan hanya mengawasi apakah guru atau pegawai lainnya telah me-lakukan tugas dengan baik sesuai dengan instruksi atau ketentuan, te-tapi juga berusaha bersama-sama dengan guru merumuskan perbaikan proses pembelajaran. Arief (1986: 13) mengatakan bahwa supervisi sebagai suatu proses kegiatan da-lam usaha meningkat kemampuan dan ketrampilan tenaga pelaksana program, sehingga program itu da-pat terlaksana sesuai dengan proses dan hasil yang diharapkan.

2. Hakikat Bimbingan Berkelanjutan

Frank Parson.1951 (dalam RM Fatihah http://eko13.wordpress.com) menyatakan, “bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada in-dividu untuk dapat memilih, mem-persiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan da-lam jabatan yang dipilihnya.”Chiskon 1959 (dalam RM Fatihah http://eko 13.wordpress.com) menyatakan, “bimbingan membantu individu untuk lebih mengenal berbagai informasi tentang dirinya sendiri.” Guru perlu diberikan bimbingan berkelanjutan dalam upaya peningkatan profe-sionalismenya. Wacana tentang pro-fesionalisme guru kini menjadi sesu-atu yang mengemuka ke ruang publik

seiring dengan tuntutan untuk me-ningkatkan mutu pendidikan di Indo-nesia. Menurut H. Isjoni (2006:20) guru profesional bukan lagi meru-pakan sosok yang berfungsi sebagai robot, tetapi merupakan dinamisator yang mengantar potensi-potensi peserta didik ke arah kreativitas. C. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian Tindakan diklat ini dilaksanakan pada saat diklat In-struktur Kabupaten/Kota bagi guru Seni Budaya SMP se-Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini di-laksanakan dalam dua siklus, dan masing-masing siklus dilakukan se-lama tiga kali pertemuan pembim-bingan dan diskusi.

1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Diklat (PTD)

a. Siklus Pertama

Pelaksanaan penelitian tindakan diklat siklus pertama ini mencakup empat tahap kegiatan, yaitu peren-canaan, pelaksanaan, dan refleksi. 1). Perencanaan Penelitian

Sebelum penelitian tindakan dik-lat dilaksanakan, peneliti memper-siapkan segala sesuatunya agar pe-laksanaan berjalan lancar tanpa hambatan berarti. Kegiatan peren-canaan yang dilakukan adalah seba-gai berikut.

a) Menentukan tujuan kegiatan, tempat dan waktu kegiatan pem-berian tindakan.

147 b) Menyiapkan materi

pembimbing-an berkaitpembimbing-an dengpembimbing-an pedompembimbing-an penyusunan RPP.

c) Menentukan langkah-langkah pemberian tindakan yang dianggap tepat.

d) Penyusunan instrument/daftar observasi pengamatan

e) Penyiapan format penilaian/ telaah RPP

f) Penyiapan format-format pengo-lahan data observasi dan telaah RPP.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pemberian tin-dakan pembimbingan berkelanjutan dan diskusi untuk tiga kali per-temuan pada siklus pertama adalah sebagai berikut.

a) Curah pendapat tentang teknik penyusunan RPP yang baik dan efektif.

b) Peneliti menjelaskan berbagai kekurangan penyusunan RPP yang dibuat para guru selama ini.

c) Penjelasan dengan contoh bagaimana teknik penyusunan RPP yang benar, efektif, dan inovatif, baik berkaitan dengan sistematika maupun isinya.

3) Refleksi

a) Sebelum refleksi dilaksanakan, peneliti mengolah data hasil obser-vasi, dan data kemampuan menyu-sun dan mengembangan RPP se-mua guru.

b) Refleksi dilakukan pada akhir siklus.

c) Bahan refleksi adalah data hasil observasi dan data nilai hasil telaah kemampuan menyusun dan me-ngembangkan RPP.

d) Hasil refeksi siklus pertama dijadikan bahan untuk menyusun rencana penelitian pada siklus kedua.

b. Siklus Kedua

Sama halnya dengan siklus per-tama, pelaksanaan penelitian tindak-an diklat ini mencakup empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelak-sanaan, observasi, dan refleksi.

1) Perencanaan Penelitian

Sebelum penelitian tindakan diklat dilaksanakan, peneliti mempersiapkan segala sesuatunya agar pelaksanaan berjalan lancar tanpa hambatan berarti. Kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a).Menentukan tujuan kegiatan, tem-pat dan waktu kegiatan pemberian tindakan.

b).Menyiapkan materi pembimbing-an berkaitpembimbing-an dengpembimbing-an penyusunpembimbing-an RPP.

c). Menentukan langkah-langkah pemberian tindakan yang sudah diperbaiki sebagai hasil refleksi. d) Penyusunan instrument/daftar observasi pengamatan, Penyiapan format penilaian/telaah RPP

Pe-148 nyiapan format-format pengolahn

data observasi dan telaah RPP. 2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pemberian tindak-an pembimbingtindak-an berkeltindak-anjuttindak-an dtindak-an diskusi untuk tiga kali pertemuan pada siklus kedua adalah sebagai berikut.

a) Tanya jawab dan penguatan ten-tang teknik penyusunan RPP yang baik dan efektif. Peneliti menjelas-kan berbagai kekurangan penyusun-an RPP ypenyusun-ang dibuat para guru pada siklus pertama/sebelumnya.

b) Penjelasan kembali dengan con-toh-contoh bagaimana teknik penyu-sunan RPP yang benar, efektif, dan inovatif, baik berkaitan dengan sis-tematika maupun isinya.

c) Para guru jumlah 25 orang dibagi 5 kelompok, 5 orang per kelompok, lalu setiap anggota menyusun RPP secara mandiri. Hasil setiap anggota didiskusikan, kemudian membuat satu RPP model kelompok. Disa-rankan semua kelompok mengambil materi/KD pada semester ganjil. Se-tiap kelompok memaparkan contoh RPP model yang dibuat, lalu ditang-gapi kelompok lainnya, kemudian peneliti memberikan bimbingan atau arahan-arahan.

3) Refleksi

a) Sebelum refleksi dilaksanakan, peneliti mengolah data hasil ob-servasi, dan data kemampuan

me-nyusun dan mengembangan RPP semua guru.

b) Refleksi dilakukan pada akhir siklus.

c) Bahan refleksi adalah data hasil observasi dan data nilai kemampuan menyusun dan mengembangkan RPP.

d) Refleksi dilakukan untuk mencari dan menemukan kelemahan pene-rapan tindakan pembimbingan ber-kelanjutan dan diskusi, menunjukkan bahwa sebagain besar guru telah bersiap baik dan positif mengikuti pembinaan dan pembimbingan pe-neliti/widyaiswara, dan telah mampu memnyusun dan mengembangkan RPP yanbg sistematuis, inovatif, dan efektif.

e) Hasil refeksi siklus pertama dija-dikan bahan untuk menyusun renca-na penelitian pada siklus kedua 2. Sikap dan Perilaku Guru

a) Dikaji dari Rata-Rata tiga kali Pertemuan

Data jumlah guru yang bersikap dan berperilaku positif selama me-nerima tindakan pembimbngan ber-kelanjutan dan diskusi menunjukkan adanya peningkatan dari pertemuan ke pertemuan, dan dari siklus pertema ke siklus kedua. Jika dikaji rata-rata untuk tiga kali pertemuan antara siklus pertama dan siklus kedua, maka dapat disajikan pada diagram berikut ini.

149

DIAGRAM 1 Perbandingan Rata-Rata Tiga Kali Pertemuan Jumlah Guru

yang Bersikap Positif Menerima Tindakan Antara Siklus Pertama

dan Siklus Kedua

Diagram di atas menunjukkan bahwa pada siklus pertama jumlah guru yang bersikap dan berprilaku positif dalam menerima dan melak-sanakan pembimbingan berkelan-jutan dan diskusi yang diberikan peneliti baru mencapai rata-rata 71,7% guru, dan masih tergolong cukup banyak (C). Namun, setelah langkah tindakan diperbaiki pada siklus kedua, tenryata menjadi se-makin efektif meningkatkan jumlah guru yang menerima tindakan yang diberi peneliti, yakni telah mencapai rata-rata 91% guru, atau sudah ter-masuk sangat banyak atau sebagian besar guru (A).

b) Dikaji dari Rata-Rata Pertemuan Ketiga

Pada dasarnya sikap dan pe-rilaku seseorang cenderung dilihat pada posisi gejala yang tampak terakhir. Data jumlah guru yang ber-sikap positif dalam menerima tindak-an ytindak-ang diberiktindak-an peneliti pada temuan ketiga atau akhir siklus per-tama dan siklus kedua menunjukkan

pula peningkatan yang luar biasa, sebagaimana tersaji pada diagram berikut ini.

DIAGRAM 2 Perbandingan Rata-Rata Pertemuan Ketiga Jumlah Guru yang Bersikap Positif Menerima Tindakan Antara Siklus Pertama dan Kedua

Data di atas menunjukkan bah-wa dikaji dari jumlah guru yang ber-sikap positif menerima tindakan yang diberikan peneliti pada per-temuan ketiga atau akhir siklus ter-nyata terjadi pula peningkatan yang luar biasa besarnya. Pada akhir sik-lus pertama baru mencapai rata-rata 78,6% guru, masih tergolong cukup banyak (C) sedangkan pada akhir siklus kedua meningkat sampai mencapai rata-rata 95% guru, dan sudah termasuk sangat banyak atau sebagian besar guru (A).

c) Dikaji Menurut Aspek Sikap dan Perilaku

Jika dikaji dari aspek sikap dan perilaku yang diamati, maka tetap saja terjadi peningkatan setiap as-pek dari pertemuan ke pertemuan dan dari siklus pertama ke siklus ke-dua, sebagaimana disajikan dalam diagram berikut ini.

150

DIAGRAM 3 Perbandingan Rata-Rata Jumlah Guru yang Bersikap dan Berperilaku Positif Menurut Aspek pada Pertemuan Ketiga atau Akhir

Siklus Pertama dan Kedua

Data pada diagram di atas me-nunjukklan bahwa pada akhir siklus pertama jumlah guru yang sudag tergolong banyak (B) terdapat pada dua aspek, sedangkan jumlah guru yang masih tergolong cukup banyak (C) terdapat pada lima aspek sikap dan perilaku. Sementara itu, pada akhir siklus kedua, jumlah guru yang sudah tergolong sangat banyak (A) terdapat pada ketujuh aspek sikap dan perilaku. Tidak ada lagi aspek yang jumlah gurunya cukup banyak (C), atau banyak (B).

Pada akhir siklus pertama, as-pek tertinggi yang sudah banyak dimiliki guru adalah kerja sama de-ngan teman sekelompok yang men-capai 88,8% guru, sedangkan yang terendah pada aspek cermat dalam mengerjakan tugas yang baru men-capai 72,5% guru. Sementara itu pada akhir siklus kedua, aspek ter-tinggi yang sudah banyak dimiliki gu-ru adalah keaktifan selama proses diskusi yang mencapai 98,8% guru, sedangkan yang terendah pada aspek cermat dalam mengerjakan

tugas yang baru mencapai 91,3% guru.

3. Kemampuan Guru Dalam

Menyusun dan

Mengembangkan RPP

Pembahasan kemampuan guru Seni dan Budaya SMP Provinsi Sulawesi Tengah dalam menyusun dan mengembangkan RPP setelah menerima tindakan berupa bim-bingan berkelanjutan dan diskusi adalah sebagai berikut.

a) Dikaji dari Rata-Rata Tiga Kali Pertemuan

Jika dikaji dari rata-rata tiga kali pertemuan, maka akan tampak perbandingan posisi kemampuan guru antara siklus pertama dan kedua, berikut ini.

DIAGRAM 4 Perbandingan Kemampuan Guru Menyusun dan

Mengembangkan RPP untuk Rata-Rata Tiga Kali Pertemuan

Siklus Pertama dan Kedua

Diagram di atas menunjukkan bahwa secara umum untuk tiga kali pertemuan kemampuan guru dalam menyusun dan mengembangkan RPP pada siklus pertama baru men-capai rata-rata 74%, atau masih pada level cukup mampu (C). Se-mentara itu, pada siklus kedua su-dah mencapai rata-rata 89,1%, dan

151 sudah termasuk pada level baik (B).

Paling tidak kenaikan 15,1% me-nunjukkan bahwa pada siklus kedua terjadi kenaikan kemampuan guru setelah menerima tindakan bim-bingan berkelanjutan dan diskusi dari peneliti.

b) Dikaji dari Rata-Rata Pertemuan Ketiga atau Akhir Siklus

Jika diperbandingkan rata-rata pertemuan ketiga atau akhir siklus pertama dan siklus kedua, maka akan tampak posisi kemampuan guru sebagai berikut.

DIAGRAM 5 Perbandingan Kemampuan Guru Menyusun dan Mengembangkan RPP untuk Rata-Rata Pertemuan Ketiga atau Akhir

Siklus Pertama dan Kedua

Seperti halnya sikap guru, maka keterampilan atau kemam-puan menyusun dan mengembang-kan RPP pun sebetulnya dilihat pada posisi keterampilan terkhair, atau dalam penelitian ini pada capaian pertemuan ketiga atau akhir siklus. Diagram di atas menunjukkan bah-wa kemampuan terakhir yang dimiliki para guru Seni Budaya SMP di Provinsi Sulawesi Tengah pada sik-lus pertama baru mencapai 79,2%, dan masih masuk level cukup mam-pu (C). Namun pada akhir siklus

kedua meningkat sampai 14,7% dan mencpaai rata-rata 93,9%, dan telah masuk pada level sangat baik (B). Paling tidak ketika selesai diklat, sebagian besar guru Seni Budaya SMP di provinsi Provinsi Sulawesi Tengah ini telah sangat mampu me-nyusun dan mengembangkan RPP yang sesuai dengan tuntutan Kuri-kulum 2013.

4. Perbandingan Kemampuan Guru Dalam Menyusun RPP Menurut Komponannya pada Pertemuan Ketiga atau Akhir Siklus

Jika diperbandingkan kemam-puan guru Seni Budaya SMP pe-serta diklat dalam menyusun dan mengembangkan RPP menurut komponen-komponennya pada per-temuan ketiga atau akhir siklus, maka akan tampak pada diagram berikut ini :

DIAGRAM 6 Perbandingan Kemampuan Guru Menurut Komponen RPP untuk Rata-Rata Pertemuan Ketiga atau Akhir Siklus

Pertama dan Kedua

Diagram di atas menunjukkan bahwa pada akhir siklus kedua se-mua aspek atau komponen RPP lebih tinggi dibandingkan dengan se-mua aspek atau komponen pada akhir siklus pertama. Pada akhir

sik-152 lus pertama masih terdapat tiga

komponen yang baru mencapai level kurang baik (D), sedangkan akhir siklus kedua tidak ada lagi. Pada akhir siklus pertama masih pula ter-dapat tiga komponen yang baru mencapai level cukup baik (C), sedangkan pada akhir siklus kedua tidak ada lagi. Kemudian pada akhir siklus pertama sudah terdapat dua komponen yang mencapai level sangat baik (A), dan satu komponen yang mencapai level baik (B), se-dangkan pada akhir siklus kedua sudah sembilan komponen yang ma-suk level sangat baik (A), dan tinggal dua komponen yang masuk level baik (B).

Adanya peningkatan jumlah guru yang bersikap positif dalam menerima tindakan penelitian yang diberikan peneliti pada siklus kedua merupakan efek positif dari adanya perbaikan langkah pembinaan beru-pa bimbingan berkelanjutan dan dis-kusi sebabai hasil refleksi pada akhir siklus pertama. Adanya peningkatan jumlah guru yang bersikap positif tersebut memberi dampak positif pada peningkatan kemampuan para guru dalam menyusun dan mengem-bangkan RPP yang baik dan inovatif. D. PENUTUP

Pemberian tindakan berupa pembimbingan berkelanjutan dan diskusi ternyata dapat meningkatkan

kemampuan menyusun dan me-ngembangkan Rencana Pelaksa-naan Pembelajaran (RPP) yang baik dna inovatif pada guru Seni Budaya di Provinsi Sulawesi Tengah pene-litian tindakan diklat ini antara lain sebagai berikut:

1. Pada siklus pertama jumlah guru yang bersikap dan berprilaku po-sitif dalam menerima dan melaksa-nakan pembimbingan berkelanjut-an dberkelanjut-an diskusi yberkelanjut-ang diberikberkelanjut-an pe-neliti baru mencapai rata-rata 71, 7% guru, dan masih tergolong cu-kup banyak (C). Namun, setelah langkah tindakan diperbaiki pada siklus kedua, ternyata menjadi semakin efektif meningkatkan jum-lah guru yang menerima tindakan yang diberi peneliti, yakni telah mencapai rata-rata 91% guru, atau sudah termasuk sangat banyak atau sebagian besar guru (A). 2. Jumlah guru yang bersikap positif

menerima tindakan yang diberikan peneliti pada pertemuan ketiga atau akhir siklus pertama baru mencapai rata-rata 78,6% guru, masih tergolong cukup banyak (C), sedangkan pada akhir siklus ke-dua meningkat sampai mencapai rata-rata 95% guru, dan sudah termasuk sangat banyak atau se-bagian besar guru (A).

3. Pada akhir siklus pertama jumlah guru yang sudah tergolong banyak

153 (B) terdapat pada dua aspek,

se-dangkan jumlah guru yang masih tergolong cukup banyak (C) terda-pat pada lima aspek sikap dan perilaku. Sementara itu, pada akhir siklus kedua, jumlah guru yang sudah tergolong sangat banyak (A) terdapat pada ketujuh aspek sikap dan perilaku. Tidak ada lagi aspek yang jumlah gurunya cukup ba-nyak (C), atau baba-nyak (B).

4. Secara umum untuk tiga kali pertemuan kemampuan guru da-lam menyusun dan mengembang-kan RPP pada siklus pertama baru mencapai rata-rata 74%, atau masih pada level cukup mampu (C). Sementara itu, pada siklus ke-dua sudah mencpaai rata-rata 89,1%, dan sudah termasuk pada level baik (B). Paling tidak ke-naikan 15,1% menunjukkan bahwa pada siklus kedua terjadi kenaikan kemampuan guru setelah mene-rima tindakan bimbingan berke-lanjutan dan diskusi dari peneliti. 5. Kemampuan terakhir yang dimiliki

para guru Seni Budaya SMP di Provinsi Sulawesi Tengah pada siklus pertama baru mencapai 79,2%, dan masih masuk level cu-kup mampu (C). Namun pada ak-hir siklus kedua meningkat sampai 14,7% dan mencapai rata-rata 93,9%, dan telah masuk pada level sangat baik (A). Paling tidak ketika

selesai diklat, sebagian besar guru Seni Budaya SMP di provinsi Pro-vinsi Sulawesi Tengah ini telah sangat mampu menyusun dan me-ngembangkan RPP yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Adanya peningkatan jumlah guru yang bersikap positif tersebut memberi dampak positif pada pe-ningkatan kemampuan mereka da-lam menyusun dan mengembang-kan RPP yang baik dan inovatif. DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Kurniawati Eni . 2009. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Dan Sastra Indonesia Dengan Pendekatan Tematis. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Depdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

---2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

---2005. UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas. ---2005. Standar Nasional

Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

_______2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007a tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas.

---2007. Permendiknas RI No. 12 Tahun 2007b tentang Standar Pengawas Sekolah/ Madrasah. Jakarta:Depdiknas. ---2008. Perangkat

154 Satuan Pembelajaran SMA.

Jakarta.

---2009. Petunjuk Teknis Pem-buatan Laporan Penelitian Tindakan Sekolah Sebagai Karya Tulis Ilmiah Dalam Ke-giatan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah. Jakarta. ---Imron, Ali. 2000.

Pembinaan Guru Di Indonesia. Malang: Pustaka Jaya.

_______Kemendiknas. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta.

---2010. Supervisi Akademik. Jakarta Publishing

---2016 Permendikbud RI Nomor 22 tahun 2016, tentang Standar Proses

155

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARN DISCOVERY LEARNING