BAB II KAJIAN PUSTAKA
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Uji Coba
1. Data Studi Awal
a. Hasil Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk mengetahui keterkaitan antara tujuan pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan (seni lukis) dengan standar kompetensi lulusan (SKL) tingkat satuan pendidikan sekolah dasar. Tujuan mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di sekolah dasar dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut.
Mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan; (2) menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan; (3) menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan ketrampilan; (4) menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingkat lokal, regional, maupun global (BSNP, 2006:192).
Dalam Permen 22 tahun 2006 dinyatakan bahwa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SD/MI secara umum adalah sebagai berikut.
1) Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak
2) Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri
3) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya 4) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan
sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya
5) Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif
6) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru/pendidik
7) Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya
8) Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari
9) Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar
10)Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
11)Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan tanah air Indonesia
12)Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal
13)Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang
14)Berkomunikasi secara jelas dan santun
15)Bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong, dan menjaga diri sendiri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya
16)Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
17)Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung
Hasil analisis kurikulum menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang sangat erat antara tujuan pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tingkat satuan pendidikan sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI). Keterkaitan tersebut disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa mata pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan mempunyai sumbangan yang cukup strategis terhadap pencapaian SKL SD. Hal ini berarti keberhasilan pembelajaran Seni Budaya akan mendukung keberhasilan pencapaian SKL SD, khususnya SKL No 5 sampai dengan 13, kemudian SKL No. 14 dan 15.
Tabel 5
Hubungan antara Tujuan Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan (PSB) dengan SKL Satuan Pendidikan SD
Nomor Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan SD No. Tjn. PSB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 X X X X X X X X X X X 2 X X X X X X X X X X X X X X 3 X X X X X X X X X 4 X X X
b. Hasil Analisis Kebutuhan Lapangan
Analisis kebutuhan lapangan melibatkan 20 orang guru yang mengajar mata pelajaran seni lukis. Ada 14 item yang diidentifikasi dalam studi awal ini, yaitu kurikulum, buku acuan, bahan dan alat, penentuan tema lukisan, minat anak, metode penilaian, prosedur penilaian, komponen yang dinilai, kriteria penilaian, penentuan skor, unsur kreativitas, kesulitan yang dihadapi, pandangan guru, dan partisipasi sekolah/anak dalam lomba lukis. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan masing-masing item tersebut dapat dielaborasi berikut.
Pembelajaran seni lukis anak, 75% menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan sisanya 25% menggunakan gabungan KTSP dengan kurikulum sebelumnya. Informasi tersebut disajikan pada Gambar 47. KTSP yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Permen No 22 tahun 2006 tentang standar isi pendidikan merupakan kurikulum terbaru yang digunakan pada jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Kurikulum yang digunakan sebelumnya adalah kurikulum 2004, yaitu kurikulum berbasis kompetensi (KBK). KTSP pada dasarnya sama dengan
kurikulum 2004, perbedaannya hanya level standar kompetensi yang ingin dicapai dan cakupannya.
Gambar 47.
Jenis Kurikulum Yang Digunakan Hasil Studi Awal
Hasil wawancara menunjukkan bahwa hanya 5% guru menggunakan buku acuan yang sesuai dengan KTSP. Sebagian besar guru, 85% guru, menggunakan buku yang sesuai KTSP dan sumber lain, dan 10 % guru menggunakan buku yang tidak sesuai KTSP. Infomasi kesesuaian buku yang digunakan dengan KTSP disajikan pada Gambar 48.
Dalam kaitan dengan penyiapan alat dan bahan pembelajaran seni lukis, teridentifikasi ada 5 (lima) komponen yang menyiapkannya, yaitu
Gambar 48.
siswa, guru, sekolah dan siswa, guru dan siswa, serta gabungan siswa, guru, dan sekolah. Komponen pertama, 25% siswa yang menyiapkan alat dan bahan pembelajaran, komponen kedua, 5% guru yang menyiapkan alat dan bahan
Gambar 49.
Subjek Yang Menyiapkan Alat dan Bahan Hasil Studi Awal
pembelajaran, komponen ketiga, 40% sekolah dan siswa yang menyiapkan alat dan bahan, komponen keempat, 20% guru dan siswa yang menyiapkan alat dan bahan, dan komponen kelima, 10% guru, siswa, dan sekolah yang menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran. Data tersebut menunjukkan bahwa sekolah secara mandiri belum mampu menyediakan alat dan bahan yang diperlukan untuk pembelajaran Informasi tentang penyiapan alat dan bahan disajikan pada Gambar 49.
Pembelajaran seni lukis diawali dengan penentuan tema yang akan dilukis oleh siswa. Dalam kaitan dengan penentuan tema lukisan tersebut, ada 30% tema ditentukan oleh guru sesuai dengan kurikulum, 10% tema ditentukan oleh siswa, dan 60% tema ditentukan bersama antara guru dan siswa. Informasi ini disajikan pada Gambar 50.
Gambar 50.
Hasil Studi Awal Subjek Yang Menentukan Tema Lukisan
Penentuan tema merupakan tahap yang sangat krusial dalam pembelajaran seni lukis karena berkaitan dengan minat siswa. Hasil identifikasi melalui wawancara diperoleh bahwa menurut persepsi guru ada 75% siswa memiliki
Gambar 51.
Minat Siswa dalam Belajar Hasil Studi Awal
minat yang sangat tinggi, 15% anak kurang berminat, dan 10% siswa tidak berminat dalam melukis. Distribusi minat siswa terhadap pelajaran seni lukis hasil studi awal disajikan pada Gambar 51.
Metode yang digunakan guru dalam melakukan penilaian seni lukis siswa adalah 15% guru menggunakan metode pengamatan, 5% guru menggunakan portofolio, 5% guru menggunakan tes perbuatan, 30% guru menggunakan pengamatan portofolio, 20% guru menggunakan pengamatan dan tes perbuatan, 5% guru menggunakan portofolio dan tes perbuatan, 15% guru menggabungkan metode pengamatan, portofolio dan tes perbuatan dalam memberikan penilaian terhadap siswa, dan 5% guru tidak memahami metode penilaian. Informasi tersebut dapat disajikan pada Gambar 52.
Gambar 52.
Hasil Studi Awal Jenis Penilaian Yang Digunakan Guru
Selanjutnya, metode penilaian yang digunakan memiliki karakteristik yang berbeda, termasuk uraian dan prosedur dalam memberikan penilaian. Dalam melakukan penilaian 60% guru memberikan uraian prosedur yang sesuai dengan langkah-langkah penilaian dan 40% tidak memberikan uraian prosedur. Informasi tentang uraian dan prosedur dalam melakukan penilaian disajikan pada Gambar 53. Kesesuaian prosedur dalam melakukan penilaian setidaknya dapat memberikan patokan bagi guru dalam upaya menghindari subjektifitas penilai.
Gambar 53.
Hasil Studi Awal Kesesuaian Prosedur Yang Digunakan dalam Penilaian Dalam kaitan dengan komponen-komponen yang dinilai dalam pembelajaran seni lukis selama ini menunjukkan bahwa 40% hanya komponen produk, 5%
Gambar 54.
Hasil Studi Awal Komponen Penilaian Guru
komponen proses, dan 55% komponen proses dan produk. Informasi hasil studi awal ini disajikan dalam bentuk grafik seperti Gambar 54. Gambar 54 memberikan gambaran bahwa secara umum gabungan komponen proses dan produk merupakan objek penilaian yang dilakukan oleh guru.
Gambar 55.
Hasil Studi Awal Kriteria Penilaian Guru
Komponen proses dan produk yang dinilai terdiri atas beberapa kriteria. Kriteria proses meliputi sikap, semangat, keberanian sebesar 70%. Kriteria produk meliputi komposisi warna, komposisi bidang, kesesuaian lukisan dengan tema sebesar 25% . Di samping itu, ada 5% guru memberikan kriteria proses yang meliputi cara melukis, cara mewarnai produknya, kesesuaian warna, dan komposisi bidang. Secara grafik, informasi ini disajikan pada Gambar 55.
Setelah menetapkan kriteria untuk setiap komponen penilaian, langkah selanjutnya adalah penentuan skor. Hasil studi awal menunjukkan bahwa ada dua macam penentuan skor dalam menilai karya lukis siswa yang dilakukan, yaitu melalui pemberian angka (80%), pemberian huruf misalnya sangat baik, baik, kurang baik (10%), kombinasi angka dan huruf (5%), dan yang menjawab tidak tahu (5%). Informasi tentang penentuan skor dalam penilaian seni lukis anak hasil studi awal ini disajikan pada Gambar 56. Gambar 56 menunjukkan bahwa penentuan skor dalam penilaian seni lukis anak yang dilakukan oleh guru pada umumnya melalui pemberian angka. Hasil wawancara peneliti dengan guru
Gambar 56.
Hasil Studi Awal Jenis Penentuan Skor Penilaian oleh Guru
tentang apa makna angka yang diberikan misalnya 60, guru tersebut tidak memberikan jawaban yang pasti, semuanya serba kemungkinan.
Skor angka yang diberikan pada hasil karya seni lukis anak belum dapat dijadikan sebagai dasar bagi guru untuk melihat kreativitas dari anak. Hasil studi awal menunjukkan bahwa untuk melihat unsur kreativitas dalam sebuah produk hasil karya seni siswa, 70% guru mengungkapkan dengan memperhatikan
Gambar 57.
kesesuaian unsur-unsur rupa serta kemampuan anak dalam mengembangkan ide, dan 30% guru belum mengungkapkan kriteria kreativitas anak. Secara grafik, informasi ini dapat disajikan pada Gambar 57.
Kemudian peneliti menanyakan kepada guru tentang kesulitan yang dialami dalam melakukan penilaian seni lukis anak. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa 40% guru mengungkapkan karena tidak ada pedoman yang
Gambar 58.
Kesulitan Guru dalam Penilaian Hasil Studi Awal
praktis untuk menilai, 35% guru mengungkapkan faktor-faktor yang dinilai berasal dari siswa, misalnya kelengkapan peralatan dan bahan yang dibawa siswa, dan keseriusan siswa, 20% guru mengungkapkan tidak memahami seni, dan 5% guru mengungkapkan tidak ada kesulitan. Informasi ini disajikan pada Gambar 58. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam melakukan penilaian seni lukis anak ternyata cukup banyak.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut, semua guru menyarankan perlunya instrumen penilaian yang praktis untuk mempermudah dan menyeragamkan
penilaian yang dilakukan guru. Secara grafik, informasi tentang perlu tidaknya instrumen penilaian hasil belajar karya seni lukis anak disajikan pada Gambar 59.
Gambar 59.
Hasil Studi Awal Tanggapan Guru Perlunya Instrumen Penilaian
Partisipasi sekolah atau siswa dalam mengikuti kegiatan lomba seni lukis berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa 25% siswa sering mengikuti lomba lukis, 50% siswa cukup mengikuti lomba lukis, 20% siswa jarang mengikuti lomba lukis, dan 5% siswa tidak pernah mengikuti lomba. Sajian informasi tersebut dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 60.
Gambar 60.
Berdasarkan temuan studi awal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan penilaian seni lukis anak selama ini masih perlu perbaikkan dan peningkatan, terutama jika dilihat dari guru yang melaksanakan penilaian. Pada umumnya (95%) guru yang mengajarkan dan melaksanakan penilaian seni lukis anak tidak memiliki latar belakang pendidikan atau pengalaman seni. Sebaran guru dan latar belakang guru disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6
Daftar Peserta Studi Awal
Jenis Guru Inisial
resp
Usia
(Tahun) Asal Sekolah Guru kelas Guru bidang studi
Bidang Keahlian
SW 49 SD Lempuyangan 2 √ -
PB 36 SD Lempuyangan 1 √ Seni lukis
SR 39 SD Lempuyangan 3 √ - NH 47 SD Tegal Panggung √ - AG 54 SDN Widoro √ - PN 45 SD Suryodiningratan 4 √ - EL 55 SD Langensari √ - RL 50 SD Samirono √ - RP 35 SD Suryodiningratan 3 √ - SW 38 SD Pujokusumon 3 √ - SS 32 SD Muh.Danunegaran √ IPS
WA 39 SD Muh.Karangkajen √ Olah raga
TR 31 SD Muh. Nitikan √ B.Indonesia
RH 33 SD Muh. Danunegaran √ B.Indonesia
&IPS
ET 27 SD Muh.Nitikan √ Agama &
Sains
MR 35 SD Muh.Penumping √ B.Perancis
SR 29 SD Muh. Gowongan √ B.Indonesia
RP 34 SD Muh. Papringan √ Psikologi
SL 44 SD Muh. Papringan √ Tek.
Pendidikan
LP 28 SD Muh. Kauman √ Lukis & Tari
Mencermati informasi yang disajikan pada Tabel 6, tampak bahwa pembelajaran dan penilaian pendidikan seni lukis sungguh memprihatinkan.
Pendidik yang memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang seni lukis sangat sedikit (hanya 5%) yaitu mereka yang berlatar belakang pendidikan seni, sehingga kualitas pembelajaran dan penilaian seni lukis masih sangat rendah. Kenyataan ini merupakan suatu gambaran tentang pembelajaran dan penilaian seni lukis yang terjadi selama ini, sehingga memerlukan perhatian yang serius dari semua pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan seni lukis.
Berdasarkan uraian hasil studi awal di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen penilaian seni lukis anak perlu dikembangkan untuk mempermudah guru dalam melakukan penilaian yang lebih objektif. Penyimpulan ini didasarkan pada perbedaan karakteristik pembelajaran seni yang dilakukan oleh setiap guru. Perbedaan ini tampak pada Gambar 47-58 serta Tabel 6. Adanya perbedaan ini, dikhawatirkan akan memicu terjadinya penilaian yang cenderung subjektif. Selain fakta yang ditunjukkan pada gambar dan tabel tersebut, perlunya pengembangan instrumen seni lukis didasarkan juga pada fakta yang disajikan pada gambar 59. Gambar tersebut mengungkapkan secara eksplisit bahwa 100% guru yang diteliti menyatakan sangat perlu instrumen penilaian yang praktis sehingga untuk mempermudah dan menyeragamkan penilaian guru.