• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian dan Jenis Seni Lukis

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Pembelajaran Seni Lukis di Sekolah Dasar

1. Pengertian dan Jenis Seni Lukis

Seni lukis merupakan bagian dari bidang seni rupa murni yang berwujud dua dimensi, sehingga seni lukis merupakan karya yang terlepas dari unsur-unsur kegunaan praktis. Lebih jelas lagi seni lukis merupakan suatu pengucapan pengalaman artistik seseorang yang dicurahkan ke dalam bidang dua dimensi dengan menggunakan garis, warna, bidang, dan tekstur. Seni lukis adalah salah satu lingkup seni murni berwujud dua dimensi. Karya seni lukis yang juga sering disebut dengan lukisan, umumnya dibuat di atas kain kanvas berpigura dengan bahan cat minyak, cat akrilik, atau bahan lainnya. Objek dan gaya lukisan sangatlah beragam. Karya seni lukis bergaya naturalis (potret) dibuat persis seperti objek aslinya, seperti pemandangan alam, figur manusia, binatang, atau benda lainnya. Karya lukis bergaya ekspresionis (penuh perasaan) memiliki objek benda atau figur yang dibuat dengan garis dan warna yang bernuansa emosi pelukisnya. Lukisan bergaya abstrak berasal dari khayalan kreatif senimannya, bentuknya tidak nyata, tersamar, bahkan kurang dimengerti oleh orang awam, tetapi mengandung berbagai alternatif rupa yang baru.

Dalam pembuatan sebuah karya seni lukis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu elemen seni lukis dan kaidah-kaidah komposisi.

a. Elemen-elemen seni lukis

1) Garis

Pada dasarnya garis merupakan elemen utama dalam seni lukis, karena garis yang pertama menentukan bentuk suatu karya lukis secara keseluruhannya.

Garis merupakan hasil suatu goresan yang diakibatkan oleh sebuah titik bergerak lurus sehingga membentuk jejak. Garis adalah batas limit suatu benda, massa, ruang, warna, dan susunan dari objek-objek. Wujud garis dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (a) garis nyata, garis ini dihasilkan dan terjadi karena suatu goresan, sehingga meninggalkan bekas yang nyata, (b) garis semu, yaitu garis yang terjadi karena kesan yang dapat ditangkap oleh mata yang sesungguhnya merupakan batas limit suatu benda, massa, ruang, warna, dan susunan objek. Selanjutnya Ruta (2005: 22) mengatakan bahwa garis dapat menyatakan bentuk, gerak, irama, tekstur, gelap terang, suasana, dan kontur.

Apabila dilihat dari bentuk garis, Djelantik (1999: 19) mengemukakan bahwa garis sebagai bentuk mengandung arti lebih daripada titik karena dengan bentuknya sendiri garis menimbulkan kesan tertentu pada pengamat. Garis yang kencang memberikan perasaan yang berbeda dari garis yang berbelok atau melengkung. Yang satu memberi kesan yang kaku, keras, dan yang lain memberikan kesan luwes dan lemah lembut. Kesan yang diciptakan juga tergantung dari ukuran, tebal-tipisnya, dan dari letaknya terhadap garis-garis yang lain, sedang warnanya berfungsi sebagai penunjang dan menambahkan kualitas tersendiri.

Sesuai dengan pendapat di atas, garis merupakan sebuah goresan, kumpulan dari beberapa titik dan sebuah bentuk yang mengandung arti yang melebihi daripada titik, karena bentuknya yang menimbulkan perasaan tertentu kepada si pengamat.

2) Bidang

Bidang merupakan suatu area yang dibatasi oleh garis, baik garis nyata maupun garis semu. Dengan demikian, titik dapat berupa bidang, namun bidang belum tentu titik. Demikian juga dengan garis, bahwa garis dapat berupa bidang, namun bidang belum tentu berwujud garis. Jenis bidang dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu:

(a) Bidang geometris, dibuat secara terukur

Gambar 1. Bidang Geometris

(b) Bidang organik, dibatasi oleh garis lengkung bebas yang mengesankan keceriaan dan pertumbuhan

Gambar 2. Bidang Organik

(c) Bidang bersudut, dibatasi oleh beberapa garis lurus yang secara matematis tidak bertalian.

Gambar 3. Bidang Bersudut

(d) Bidang tak beraturan, dibatasi oleh garis lurus dan lengkung yang secara matematis tidak bertalian.

Gambar 4. Bidang Tak Beraturan

3) Ruang

Ruang dapat diartikan sebagai keluasan yang dibatasi oleh limit baik keluasan positif maupun keluasan negatif. Keluasan positif yaitu ruang yang sering menggambarkan objek sedangkan keluasan negatif yaitu keluasan dalam bentuk dua dimensi ruang negatif ini sering menjadi background.

Beberapa teknik dalam pencapaian ruang dalam karya dua dimensi yaitu:

(a) Penumpangan, satu bentuk menumpang pada bentuk lain. Bentuk yang

nampak berada di depan atau di atas bentuk lain.

Gambar 6. Ruang dengan Teknik Penumpangan

(b) Pergantian warna, semakin jauh suatu benda warnanya semakin memudar

atau warna panas akan berkesan mendekat, sedangkan warna dingin berkesan menjauh.

Gambar 7. Ruang dengan Teknik Pergantian Warna

(c) Pergantian bentuk dan ukuran, yaitu semakin jauh suatu bentuk akan

terlihat semakin kecil.

Gambar 8. Ruang dengan Teknik Pergantian Bentuk dan Ukuran

(d) Pergantian tekstur, tekstur yang kasar akan tampak lebih dekat

Gambar 9. Ruang dengan Teknik Pergantian Tekstur

(e) Pelengkungan atau pelekukan, hal in terjadi dengan menukarkan

kedudukan bentuk untuk membangkitkan ruang maya.

Gambar 10. Ruang dengan Teknik Pelengkungan

(f) Penambahan bayangan pada bentuk, yaitu penambahan dapat dilakukan

dibelakang atau di depan.

Gambar 11. Ruang dengan Teknik Bayangan

(g) Manipulasi dengan teknik gelap terang atau dengan

perbedaan/perubahan tekstur.

4) Tekstur

Tekstur merupakan nilai raba suatu permukaan benda. Nilai raba suatu permukaan benda tersebut dapat berbeda-beda, ada yang kasar, halus, keras, lunak, kasap, dan licin. Jenis tekstur ada dua macam, yaitu: tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata yang dimaksud disini adalah nilai raba suatu permukaan benda secara fisik dapat dirasakan oleh indera raba, misalnya tekstur batu. Sedangkan tekstur semu adalah nilai raba suatu permukaan benda hanya dapat dinilai secara visual, tetapi tidak dapat dinilai atau dirasakan oleh alat indera raba.

5) Warna

Warna yang sering kita lihat atau gunakan dalam kehidupan sehari-hari dapat dibedakan menjadi tiga dimensi, yaitu:

(a) Hue, yaitu istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti merah, oranye, kuning, hijau, biru, dan lain-lain.

(b)Value, yaitu istilah yang digunakan untuk menunjukkan terang gelapnya warna. Terangnya seluruh warna adalah putih dan gelapnya seluruh warna adalah hitam. Oleh karena itu putih dan hitam tidak termasuk dalam lingkaran warna. Merubah value menjadi terang dapat dengan cara menambah warna putih secara bertingkat disebut tint, sebaliknya merubah value menjadi gelap dengan cara menambah warna hitam secara bertingkat disebut shade.

(c) Intensity, berkaitan tentang cerah dan suramnya warna, yaitu kualitas dari suatu warna yang menunjukkan suatu hue. Hue yang murni adalah

cemerlang dan kuat. Hue dalam intensitasnya yang lebih rendah adalah lebih lembut. Mengurangi intensutas suatu warna dapat dicapai dengan mencampur atau menambah hue yang murni dengan warna-warna netral seperti putih, hitam, dan abu-abu atau mencampur dengan warna komplemennya atau dapat juga dengan warna-warna yang ada disebelahnya.

Selain dimensi warna yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa hubungan antar warna, yaitu sebagai berikut:

(a) Analogus, yaitu hubungan warna yang saling bersebelahan pada lingkaran warna, seperti hijau dengan kuning, kuning dengan oranye, oranye dengan merah, dan sebagainya.

(b)Monocromatik, yaitu campuran warna-warna dari ketiga variabel dimensi warna yang berasal dari satu warna yang berlainan nilai dan intensitasnya. (c) Komplementer, yaitu susunan warna yang kontras atau bertentangan.

Semua warna memiliki temperatur, sehingga menimbulkan sensasi visual panas dan dingin. Klasifikasi temperatur warna tersebut dapat dilihat pada lingkaran warna: warna panas terdiri dari warna kuning, kuning-oranye, oranye, oranye-merah, merah, dan ungu merah. Sedangkan warna dingin terdiri atas: kuning-hijau, hijau, hiaju-biru, biru, biru-violet, dan violet. Untuk lebih jelasnya lingkaran warna dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 13. Lingkaran Warna

b. Kaidah-kaidah Komposisi

Ada beberapa kaidah komposisi yang perlu diperhatikan pembuatan sebuah karya lukis, yaitu sebagai berikut:

1. Kesatuan (Unity)

Nilai kesatuan dapat dicapai dengan mengkomposisikan elemen-elemen yang memiliki karakter yang sama. Kesatuan dapat dirinci menjadi kesatuan antar warna, antar garis, antar bidang, kesatuan antar tekstur, kesatuan antar garis dengan warna, garis dengan tekstur, garis dengan bidang, warna dengan tekstur, bidang dengan tekstur, dan antar semua elemen.

2. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan dalam karya seni rupa adalah keserasian bobot dari unsur- unsur seni rupa itu sendiri, artinya nilai dari sebuah karya seimbang, walaupun mungkin wujud dan jumlahnya tidak sama atau bahkan

bertentangan. Keseimbangan dalam karya seni rupa dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: keseimbangan simetris dan keseimbangan asimetris. Keseimbangan simetris merupakan keseimbangan antara dua sisi sama kuatnya, artinya antara sisi kanan dan sisi kiri dari sebuah karya seni rupa memiliki wujud dan jumlah yang sama kuatnya. Dengan kata lain, bagian yang satu merupakan cerminan bagian yang lainnya.

Keseimbangan asimetris merupakan keseimbangan yang dicapai dengan menyerasikan bobot antar unsur yang bersebelahan, namun wujud dan jumlahnya tidak sama. Keseimbangan asimetris ini memberi kesan yang labil, dinamis, sehingga mempunyai kesan yang tidak membosankan.

3. Irama (Rhythm)

Irama merupakan perubahan-perubahan warna dan bentuk secara teratur yang membawa perasaan hanyut di dalam perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan tersebut dapat juga terjadi karena adanya pengulangan. Menurut sifatnya, irama dapat dibedakan menjadi dua, yaitu irama monotone dan irama dinamis. Irama yang monotone terjadi karena adanya pengulangan wujud dan jumlah yang sama. Sedangkan irama yang dinamis dapat terjadi karena adanya pengulangan bentuk yang sangat variatif, sehingga dalam irama ini terjadi penekanan-penekanan, seperti keras-lunak, atau cepat-lambat.

4. Proporsi

Proporsi merupakan hubungan-hubungan ukuran dari bagian-bagian dalam keseluruhan suatu bentuk atau objek, misalnya: proporsi manusia adalah

antara ukuran kepala dengan tinggi badan, lebar bahu, atau panjang batang tubuh (torso). Proporsi digunakan untuk menciptakan keteraturan yang dapat membentuk standar keindahan dan kesempurnaan. Persoalan proporsi sangat berhubungan dengan ukuran atau dimensi anatar bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam suatu karya seni. Hubungan proporsi ini misalnya mengenai warna, cahaya atau gelap terang, bentuk dan jumlah elemen- elemen seni rupa lainnya.

5. Pusat Perhatian (Center of Interest)

Dalam komposisi seni diperlukan adanya pusat perhatian yang dapat memberikan aksentuasi yang disebut dengan dominasi dalam sebuah karya seni rupa. Dominasi dapat diciptakan melalui unsur utama yang didukung oleh dengan menampilkan unsur-unsur penunjang lainnya sehingga menghasilkan sesuatu yang kontras.

6. Keserasian

Keserasian merupakan prinsip yang digunakan untuk menyatukan unsur- unsur rupa walaupun berasal dari berbagai bentuk yang berbeda. Adapun tujuan keserasian adalah untuk menciptakan keselarasan dan keharmonisan dari unsur-unsur yang berbeda, misalnya dalam warna terdapat keserasian yang bersifat karib (analog) dan keserasian kontras. Keserasian karib pada warna ditandai dengan mendampingkan warna merah, merah-kuning, oranye-kuning, dan oranye. Sedangkan keserasian kontras yaitu pertentangan (komplementer) yang bersifat ganda, kontras dan silang dalam lingkaran warna.

Demikian elemen-elemen seni lukis dan kaidah-kaidah komposisi yang ada dalam karya seni lukis, namun dalam kenyataan apabila sudah menjadi suatu bentuk karya seni lukis: elemen garis, warna dan tekstur bukan lagi sebagai elemen-elemen pisik tetapi mencerminkan ekspresi kejiwaan yang kuat bagi pembuat karya lukis tersebut. Berkenaan dengan pengolahan elemen-elemen dan kaidah komposisi sehingga merupakan tanda-tanda karya seni lukis yang bermutu, Kusnadi (1991: 18) menyebutkan: bahwa pengolahan elemen-elemen tersebut mencerminkan ekspresi kejiwaan yang kuat. Kadang-kadang lembut sampai immaterial, atau merupakan bahan-bahan kelahiran ekspresi kontrastik yang serba menyala, jelas dan dinamis, dalam membentuk imaji kreatif dari karya seni. Konstruk yang tidak merusak harmoni dengan kemampuan membawakan kehidupan. Kesan unik, luar biasa atau langka, merupakan tanda-tanda positif karya bermutu. Dengan demikian untuk menentukan hasil karya seni lukis yang baik dari peserta didiknya tentunya seorang pendidik dituntut memiliki kompetensi sebagai pendidik mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada Sekolah Dasar. Hal ini sesuai dengan PP 19 tahun 2005 tentang Standar Penilaian Pendidikan, yang menyebutkan bahwa pendidik mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan harus mempunyai kompetensi: menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan (mencakup materi yang bersifat konsepsi, apresiasi, dan kreasi/rekreasi) yang mendukung pelaksanaan pembelajaran seni budaya (seni rupa, musik, tari, teater) dan keterampilan (PP 19 tahun 2005), sehingga diharapkan hasil penilaian yang dilakukan

pendidik memenuhi esensi yang dipersyaratkan pada penilaian karya seni anak.