• Tidak ada hasil yang ditemukan

Periode pengambilan keputusan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Pembelajaran Seni Lukis di Sekolah Dasar

6) Periode pengambilan keputusan

Berlaku pada anak remaja usia 14 sampai 17 tahun

Anak bersikap kritis terhadap diri sendiri, introspektif, idealistic dan mulai memikirkan hubungan dirinya dengan masyarakat. Seni rupa menjadi produk dari suatu usaha yang serius.

Gambar 38. Bagan Anak Usia 14 Tahun

(Sumber: Horovitz, dkk, 1973: 182 (Part 3), Understanding Children’s Art for Better Teaching)

d. Tipologi Seni Lukis Anak

Tipologi dalam seni lukis anak diartikan sebagai pembahasan tentang tipe atau gaya atau corak yang dapat diamati pada hasil karya lukis anak. Tipe karya lukis anak dapat diidentifikasi berkat adanya berbagai studi yang dilakukan oleh para ilmuwan khususnya dalam bidang pendidikan dan psikologi. Beberapa penelitian tentang adanya bermacam tipe lukisan anak-anak ditinjau dari segi-segi tertentu dapat disebutkan antara lain: klasifikasi empirik atas perbedaan pure-style lukisan anak-anak oleh Herbert Read (1945), tipologi oleh Victor Lowenfeld (1952), serta tinjauan secara psikoanalisis yang dikemukakan oleh Edmund Burke Feldman (1970).

Menurut Victor Lowenfeld ada dua tipe lukisan anak-anak, yaitu: “the visual type” dan “the haptic type”. Pengertian tipe visual adalah bahwa titik tolak penghayatan anak lebih banyak berdasar pengamatan atau konsepsi visual atas

bentuk alam sekitar atau objek lukisannya. Dalam hal ini faktor eksternal relatif lebih berperan, dan ternyata ciri-ciri lukisannya mengarah pada realisme naturalistik; memperlihatkan plastisitas gerak objek dan proporsi visual; menggunakan warna sebagai terjemahan objek secara material.

Pada tipe haptic atau non visual titik tolak penghayatan anak lebih banyak berdasar “ideal concept”nya. Dalam hal ini faktor internal lebih nampak berperan, ciri-ciri lukisannya lebih menonjol sebagai ungkapan perasaan subjektif yang mengarah kepada corak non realistik, tidak mengupayakan ilusi keruangan secara optis; tidak perspektivis; menunjukkan gerak dan proposi figur ekspresif, sedang penggunaan warna tidak sebagai terjemahan bahan objek melainkan lebih nyata sebagai simbol yang sesuai dengan perasaan subjektifnya.

Secara lebih terperinci Herbert Read mendasarkan klasifikasi empiriknya atas perbedaan “pure style” lukisan anak-anak menjadi dua belas kategori lukisan sebagai hasil penelitian dari beribu-ribu gambar anak-anak dari berbagai tipe sekolah, kemudian diklasifikasikan. Ke dua belas kategori tersebut sebagai berikut:

1) Organic: pelukisannya berdasarkan pengamatan visual dan menunjukkan hubungan yang akrab dengan objek-objek eksternal, sebagai hubungan kesatuannya yang organis. Lebih menyukai objek yang mengelompok, bergerak dari pada objek yang terpisah dan diam.

2) Lyrical: pernyataan bentuk objeknya sama atau serupa dengan yang organic, tetapi lebih menyukai objek-objek yang statis, diam seperti halnya objek alam

benda (still-life) dengan pengerjaan yang halus, lembut. Lebih menunjukkan karakteristik sebagai lukisan anak perempuan.

3) Impresionist: lebih banyak sekedar melukiskan hasil penangkapan kesan sesaat terhadap situasi atau suasana objek secara cepat, kurang menunjukkan perhatian terhadap bagian-bagian kecil (detail) yang terdapat pada objek. 4) Rythmical pattern: berdasarkan hasil pengamatan terhadap bentuk-bentuk

objek tersebut dibuat pola-pola bentuk objek tertentu yang diulang-ulang secara ritmis dengan berbagai variasi sehingga memenuhi bidang lukisan. 5) Structural form: Kecenderungan anak untuk mendeformasi objek menjadi

bentu-bentuk geometrik yang merupakan esensi bentuk-bentuk eksternal. 6) Schematic: menggunakan bentuk-bentuk geometrik tetapi melepaskan diri dari

ikatan struktur objek alam. Bentuk-bentuk bagan seperti pada periode awal anak melukis tetap digunakan, lebih menonjol sebagai disain yang simbolik daripada penggambaran bagan secara realistik.

7) Haptic: menunjukkan pelukisan yang tidak berdasar pada konsep pengamatan visual terhadap objek, tetapi merupakan representasi citra nonvisual dari dunia internal anak sendiri.

8) Expressionist: terdapat kecenderungan yang menonjol untuk mendistorsi bentuk dan warna objek untuk mengungkapkan sensasi internal/subjektif anak secara spontan.

9) Enumerative: anak dengan penglihatannya secara cermat mengontrol objeknya, merekam setiap detailnya sebanyak mungkin yang dapat dilihat dan diingat dan menggambarkannya dalam struktur yang kurang organis. Aktivitas

mata lebih banyak sebagai alat perekam tanpa benyak melibatkan sensasi untuk menciptakan keutuhan suasana.

10)Decorative: anak memanfaatkan sifat-sifat dua dimensional, baik dalam penampilan organisasi tema, bentuk, pewarnaan yang bersifat datar, tidak menampilkan ilusi keruangan/kedalaman guna menciptakan pola-pola manarik, meriah.

11)Romantic: Anak mengambil tema-tema kehidupan tetapi diintensifkan dengan fantasinya sendiri, dipadukan dengan rekonstruksi ingatan dan kenangannya terhadap sesuatu yang berhubngan dengan tema tersebut.

12)Literary: Anak menggunakan tema-tema dari cerita atau dongeng yang didapat sendiri dari bacaan atau dongeng dari guru, yang diungkap kembali lewat narasi bentuk dan warna.

Berdasarkan klasifikasi di atas dapat dikatakan bahwa cara pelukisan anak- anak yang sepenuhnya berdasarkan basis realistik-naturalistik adalah tiga kategori yang pertama, yaitu: organic, lirycal dan impressionist yang sama-sama menggunakan wujud atau bentuk alam sesuai dengan pegamatan visualnya. Sedangkan rythmical patern, structural form, schematic, haptic, expressionist dan decorative dapat dimasukkan ke dalam golongan non realistik, meskipun dalam kadar dan kecenderungan yang berbeda-beda.

Sesungguhnya klasifikasi tersebut diakui sendiri oleh Herbert Read kurang bersifat definitif dalam arti sebenarnya masih sangat mungkin terjadi reduksi atau perluasan kategori-kategori dalam kenyataan yang lebih luas maupun lebih khusus. Oleh karena itu Herbert Read mereduksi ke-12 kategori lukisan anak-anak

di atas menjadi 8 kategori yaitu: (1) organic, (2) empathetic, (3) rhythmical pattern, (4) structural form, (5) haptic, (6) enumerative, (7) decorative, (8) imaginative.

Reduksi di atas tetap mempertimbangkan relevansinya yaitu: Pertama, 4 tipe fungsi mental Jung (thinking, feeling, sensation, intuition) beserta kecenderungan kerakterologis (extrovert, introvert) dari fungsi-fungsi mental tersebut. Kedua, 4 tipe apresiasi estetik Bullough (objective, physiological/intra- subjective, associative, character). Pada tipe fungsi mental: thinking, cenderung lebih banyak mengandalkan aktivitas intelektual yang berdasar kepada gejala faktual obyektif.

Tipe fungsi mental yang demikian relevan dengan kecenderungan imitatif dalam penggambaran bentuk-bentuk obyek eksternal pada beberapa katagori lu- kisan anak-anak. Pada katagori organic anak tidak hanya merperhitungkan obyek yang dilukis seadanya tetapi juga memperhitungkan hubungan organisnya. Hasilnya masih berupa lukisan. yang obyektif/naturalistik tetapi vital dan organik. Di sini si pelukis memproyeksikan dan meleburkan dirinya ke dalam obyek lukisannya. Dalam katagori enumeratif tidak terdapat proyeksi semacam itu. Di sini tidak terdapat unsur diri (pribadi) si pelukis.

Indera mata sekedar berfungsi sebagai alat perekam fakta fisik (obyek yang dilukis), dengan demikian bersifat ekstroversif. Pada kategori organic indra mata lebih berfungsi sebagai saluran kamunikasi (penghubung) antar jiwa si pelukis dengan obyek yang diamati untuk ditulis, dengan demikian bersifat introversif.

Tipe fungsi mental: feeling, anak lebih banyak menggunakan perasaannya dalam menanggapi sesuatu hal. Apabila menanggapi bentuk dan warna obyek, dalam lukisannya diolah menurut perasaannya, tidak harus sama dengan sifat-sifat fisik bentuk dan warna obyek secara "kasat mata", namun lebih banyak menurut suasana hati anak. I.ukisan anak-anak dengan ekspresi extroverted feeling terdapat pada kategori decorative. Bentuk-bentuk alami (natural) diubah (guna mengekspresikan perasaan riang, melankolik dan lain-lain) dalam bentuk-bentuk motif yang merupakan simbolisasi perasaan anak. Misalnya bunga yang diberi warna cerah untuk mengekspresikan keriaan.

Perasaan dapat diekspresikan secara lebih subjektif, tidak bertolak dari sifat-extroversif seperti pada kategori decorative, namun dari imajinasi anak sendiri seperti pada kategori imaginative. Ekspresi haptic adalah aspek introvert dari tipe fungsi mental: sensation, dan "empathy" adalah aspek ekstrovert dari tipe fungsi mental yang sama.

Intuisi adalah fungsi mental yang banyak tampil pada ekspresi musikal. Anak yang bertipe fungsi mental: intuition nampak dalam kecenderungan mengembangkan aksen-aksen ritme spontan dalam lukisannya dengan motif-motif bentuk yang relevan. Dalam hal anak menciptakan motif-motif yang didasarkan pada bentuk-bentuk eksternal/alam dan mengkonstruirnya dalam pola-pola yang ritmis, maka menunjukkan ciri intuisi yang bersifat extrovert. Kecenderungan introvert dapat dilihat pada katagori structural form, di mana titik tolak ubahan bentuk obyek lukisannya diambil dari pola-pola bentuk yang abstrak geometrik.

Dengan demikian hubungan antara 8 kategori lukisan anak-anak di atas dengan tipe-tipe psikologis dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2. Tipe-Tipe Psikologis Anak & kategori lukisan anak Thinking : extrovert = enumerative

introvert = organic Feeling : extrovert = decorative

introvert = imaginative Sensation : extrovert = empathetic

introvert = expressionist (haptic) Intuition : extrovert = rhytmical pattern

introvert = structural form

Anak dalam menuang ekspresi artistik senantiasa berbeda, ada dua tipe yang membedakannya yaitu tipe visual dan non visual. Kedua tipe ini menurut Lowenfeld dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam menilai karya lukis anak. Namun masing-masing secara khusus memiliki ciri tersendiri bila dilihat dari karya lukis yang dihasilkan.