• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desa Kedungsuren, Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal

Dalam dokumen EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK NITROGEN POSF (Halaman 65-68)

VARIASI BUDIDAYA TERNAK KERBAU LUMPUR SEBAGAI TENAGA KERJA TRADISIONAL

B. Desa Kedungsuren, Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal

Sistem pemeliharaan ternak kerbau di desa Kedungsuren sangat spesifik. Ternak kerbau dikandangkan secara berkelompok di sekitar dan di dalam hutan jati. Dalam setiap kelompok terdapat sejumlah 40 ekor yang dimiliki oleh 10 orang pemilik dan tidak dipisahkan antara jantan dan betina, sehingga dimungkinkan terjadinya perkawinan sedarah. Petani tidak mengetahui kapan ternak kerbau miliknya kawin karena lokasi kandang yang jauh dari pemukiman. Keadaan ini tidak menguntungkan karena akan menurunkan mutu genetik kerbau di kemudian hari.

Pada musim hujan kerbau digembalakan oleh masing-masing pemilik untuk mencari rumput di sekitar hutan karena banyak rerumputan yang tumbuh. Sementara pada musim kemarau kerbau dilepas di sawah di sekitar hutan untuk mencari sisa jerami setelah musim panen. Jerami padi sebagai

pakan diberikan sebanyak ± 30 kg/ekor/hari untuk 3 ekor kerbau, disediakan di dalam kandang apabila sawah di sekitarnya sudah tidak tersedia lagi jerami dan petani harus mencari di lokasi lain yang tidak memungkinkan kerbau digembalakan di lokasi tersebut.

Di sekitar hutan jati terdapat sebuah sungai, dimanfaatkan bagi ternak kerbau sebagai tempat berendam. Dalam sehari ternak kerbau di desa Kedungsuren berendam 2 kali, pada pagi dan siang/sore hari selama kurang lebih 1 jam terutama pada musim kemarau. Pada saat itu sangat dimungkinkan terjadinya perkawinan karena banyaknya kerbau yang berkumpul di lokasi tersebut. Bahkan banyak kerbau jantan yang mengikuti kerbau betina ke kandangnya. Pemilik kerbau betina bertanggung jawab memelihara kerbau jantan pendatang agar tidak merusak area pertanian disekitarnya untuk mancari makan di malam hari.

(a) (b) (c)

Gambar 2. Profil peternakan kerbau di desa Kedungsuren Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal. (a). Kerbau petani, (b) peternak dan jerami pakan ternak, (c). sungai tempat berkubang ternak kerbau.

Latar belakang penempatan kandang ternak kerbau masuk ke dalam hutan adalah karena ternak ini dianggap merusak kondisi pematang sawah, merusak jalan desa juga karena kotorannya yang mengganggu atau mencemari lingkungan. Bagi sebagian petani atau penduduk desa yang memiliki ternak kerbau, kondisi ini sangat dirasa sebagai ketidak-adilan sehingga menimbulkan permasalahan yang cukup serius. Untuk mendapatkan kondisi yang nyaman, pemerintah setempat melalui PERHUTANI menawarkan sebuah penyelesaian yang simpatik. Semua ternak kerbau diberi lokasi kandang di hutan secara berkelompok. Setiap petani diberi lahan garapan hutan jati 0,25 ha, dengan upah 5 batang pohon jati. Lokasi hutan jati berjarak 4 – 5 km dari desa pemukiman penduduk.

3. Kemungkinan Pengembangan

Manajemen pemeliharaan ternak sangat dipengaruhi oleh kondisi alam sekitarnya dan ketersediaan pakan sepanjang waktu. Menyempitnya padang penggembalaan menyebabkan terbatasnya pakan sehingga dapat mengakibatkan makin menurunnya produktivitas ternak. Selain itu, terpenuhinya kebutuhan utama ternak kerbau untuk berendam yang merupakan kebutuhan faal hidup kerbau perlu diupayakan sehingga pertumbuhan, kondisi kesehatan dan kemampuan reproduksinya dapat dicapai secara optimal. Menurut Kassim dan Baharin (1979) dalam Zulbadri dan Kusumaningrum (2005) bahwa kerbau rawa berkubang selama 4,5 jam – 5,9 jam. Selanjutnya dikatakan oleh Zulbadri (1982) dalam Zulbadri dan Kusumaningrum (2005) bahwa memberikan waktu berkubang selama ± 30 menit telah memberikan efek penambahan bobot hidup lebih baik dibanding ternak kerbau yang tidak diberi kesempatan berkubang.

Pada dasarnya pakan kerbau terdiri dari rumput, hijauan dan limbah pertanian sementara kegiatan pertanian memerlukan pupuk organik yang berasal dari ternak. Oleh karena itu budidaya secara terpadu yang saling mendukung antara kegiatan pertanian dan peternakan akan memberikan manfaat yang besar bagi pelaku usaha. Sebagaimana diungkapkan oleh beberapa petani sekaligus peternak kerbau di desa Kedungsuren berdasarkan pengalaman dan pengamatan

mereka bahwa menggunakan kerbau untuk olah tanah seluas 0,25 ha mengurangi jumlah pupuk yang diberikan, dengan rata-rata produksi yang meningkat antara 1 – 1,5 kwintal ketimbang menggunakan traktor. Lebih lanjut dikatakan bahwa tumpahan solar dari traktor mengurangi kesuburan tanaman padi.

Pengembangan ternak kerbau perlu memperhatikan daya dukung lahan, sumber bibit dan ketersediaan pakan. Inovasi teknologi budidaya ternak kerbau berbagai aspek perlu diintroduksikan guna mendukung pengembangannya. Namun yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah kultur dan sosial budaya masyarakat setempat sehingga berkembang budidaya ternak kerbau spesifik lokasi.

KESIMPULAN

Hasil studi dari dua lokasi survei yakni desa Lerep dan desa Kedungsuren dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tatacara pemeliharaan ternak kerbau di lokasi/Kabupaten yang tidak berjarak jauh dengan karakteristik masing-masing. Oleh karena itu penelitian lebih mendalam perlu dilakukan di masing-masing Kabupaten yang berpotensi untuk pengembangan ternak kerbau sehingga dapat dipilih inovasi teknologi yang tepat dan bersifat spesifik lokasi.

PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah. 2006. Jawa Tengah Dalam Angka.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal (2006). Kendal Dalam Angka.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang (2006). Semarang Dalam Angka.

Dania, IB dan H. Poerwoto, 2006. Pertumbuhan Berat Badan, Laju Pertumbuhan dan Konversi Pakan Kerbau Jantan Akibat Pemberian Kesempatan Berkubang dan Jerami Padi Amoniasi. Prosiding Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi. Sumbawa, 4 – 5 Agustus 2006. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Hal: 99-102.

Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah, 2006. Statistik Peternakan Tahun 2006. Diwyanto,K. dan E. Handiwirawan, 2006.

Karakteristik Sistem Pemeliharaan Kerbau rawa di Kalimantan Selatan. Prosiding Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi. Sumbawa, 4 – 5 Agustus 2006. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Monografi Desa Lerep, September 2007. Siregar, A.R. dan K. Diwyanto, 1996. Ternak

Kerbau Sumber Ternak Lokal Penghasil Daging. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak, Bogor. Hal:381-384.

Sumadi dan Kuncoro, 1982. Hubungan antaraKedalaman Bajak, panjang garu dan luas sawah yang dikerjakan dengan ternak kerbau di Kabupaten klaten. Prosiding Seminar Penelitian Peternakan. Cisarua, 8 – 11 Pebruari 1982. Puslitbangnak. Bogor. Hal: 69-72.

Zulbadri, M dan D.A. Kusumaningrum, 2005. Penampilan Produksi Ternak Kerbau Lumpur (Bubalus bubalus) di Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Inovasi Teknologi Peternakan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dalam Mewujudkan Kemandirian dan Ketahanan Pangan Nasional. Bogor, 12 – 13 September, 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Hal 310 – 315.

KETAHANAN VARIETAS CABAI MERAH DENGAN PEMUPUKAN

Dalam dokumen EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK NITROGEN POSF (Halaman 65-68)