• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL NASIONAL KRISAN (Chrysanthemum sp.) TERHADAP PENYAKIT KARAT

Dalam dokumen EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK NITROGEN POSF (Halaman 102-107)

(The resistance of several national superior varieties of Chrysanthemum sp. to rust (Puccinia horriana) at Magelang)

Yayuk Aneka Bety dan Teja Sarwana Balai Penelitian Tanaman Hias

ABSTRAK

Krisan menduduki posisi penting diantara tanaman hias yang dibudidayakan di Jawa Tengah, yaitu pada peringkat ke tiga setelah mawar dan anggrek. Salah satu kendala utama dalam budidaya krisan adalah serangan hama penyakit. Dari beberapa penyakit utama pada tanaman krisan, penyakit karat putih yang disebabkan oleh jamur Puccinia horriana paling banyak dijumpai pada pertanaman krisan di lokasi Prima tani Kabupaten Magelang. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi ketahanan beberapa varietas unggul nasional krisan terhadap penyakit karat di lokasi Prima Tani Kabupaten Magelang. Penelitian dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang pada bulan April 2006 sampai dengan bulan Agustus 2006. Varietas krisan yang diuji sebanyak 6 varietas unggul nasional, yaitu Puspita Nusantara, Puspita Kencana, Puspita Arum, Shakuntala, Dewi Ratih, dan Cut Nya’ Dien. Penelitian ditata dalam rancangan acak kelompok dengan enam ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap intensitas serangan penyakit dan tinggi tanaman pada waktu tanaman menjelang dipanen. Intensitas serangan diperoleh dengan menentukan indeks penyakit skala 0 - 4 pada 5 tanaman contoh pada setiap ulangan dan setiap varietas. Selanjutnya dilakukan pengelompokan ketahanan varietas krisan terhadap penyakit karat putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Banyuroto, varietas-varietas yang diuji memiliki ketahanan yang berbeda terhadap serangan karat. Terdapat varietas-varietas yang mengalami perubahan tingkat ketahanan, apabila dibandingkan dengan deskripsi pada waktu dilepas sebagai varietas. Dari enam varietas yang diuji varietas Puspita Arum sangat tahan terhadap penyakit karat, Puspita Nusantara dan Dewi Ratih agak tahan, Puspita Kencana dan Cut Nya’ Dien peka dan Shakuntala sangat peka.

Kata kunci : Krisan, Chrysanthemum, penyakit karat

ABSTRACT

For some reasons, Chrysanthemum is one of several prospective flowers to cultivate in Central Java and positioned at the third rank after orchids and roses. One of many constrains in cultivating Chrysanthemum in central Java is the disease attact of white rust caused by Pucciana horriana The experiment was aimed to identify the resistance of some national superior varieties of chrysanthemum to white rust. The experiment was carried out at Banyuroto, Magelang district on July 2006 to November 2006. The six superior varieties released by National Research Institute for Ornamental Crops (Balithi) were tested to identify their resistance to white rust. Those varieties were Puspita Nusantara, Puspita Kencana, Puspita Arum, Shakuntala, Dewi Ratih, and Cut Nya’ Dien. The experiment was arranged in randomized block design with six replications. The disease intensity and plant height was observed on five determined plants for each variety and replication. The disease intensity was measured in scale of 0 to 4 to determine the resistance level of each varieties. The result of the experiment showed that the degree of resistance of some varieties changed during this experiment, different from the description during releasing varieties. Puspita Arum was identified very resistant, Puspita Nusantara and Dewi Ratih were resistant, Puspita Kencana and Cut Nya’ Dien were rather susceptible, and Shakuntala was very susceptible.

Key words: Chrysanthemum, rust.

PENDAHULUAN

Bunga krisan menduduki posisi penting di antara tanaman hias yang dibudidayakan di Jawa Tengah. Berdasarkan luas panen, jumlah tangkai yang dihasilkan dan jumlah tangkai per m2, krisan menduduki peringkat ketiga setelah mawar dan anggrek Pada tahun 2003 luas panen krisan mencapai lebih dari

44.984 m2 dengan jumlah tangkai yang

dihasilkan sebesar 155.324 tangkai (BPS, 2003).

Salah satu kendala utama dalam budidaya krisan adalah serangan hama penyakit,. Dari beberapa penyakit utama pada tanaman krisan, penyakit karat putih yang disebabkan oleh jamur Puccinia horriana paling banyak

dijumpai pada pertanaman krisan di lokasi Prima Tani Kabupaten Magelang. Penyakit ini telah mendominasi serangan penyakit yang ada dan telah mengurangi nilai estetika dan harga jual, meskipun tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Fenomena ini sejalan dengan hasil penelitian Hanudin et al. (1996) yang mendapatkan bahwa penyakit karat putih tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Pada varietas yang rentan, gejala penyakit karat putih ditunjukkan dengan adanya pustul putih pada bagian bawah daun dan lekukan-lekukan berwarna kuning pucat pada permukaan daun bagian atas dan terlihat hampir menutupi daun. Pada varietas tahan, gejala penyakit tidak terlihat atau ada tetapi dalam presentase yang sangat kecil. Seperti pada umumnya lingkungan tumbuh yang baik, jamur P. horriana menyukai lingkungan dengan kelembaban tinggi untuk perkembangannya (Agrios, 1977), oleh karena itu intensitas serangan penyakit karat meningkat secara nyata pada lingkungan yang lembab. Lingkungan ini terjadi karena adanya musim hujan atau pertanaman yang terlalu rapat. Untuk mengatasi tingginya serangan karat petani biasanya menggunakan fungisida pada dosis yang melebihi dosis anjuran, meskipun pengendalian lebih aman telah diteliti. Djatnika (1991) mengemukakan bahwa intensitas penyakit karat pada krisan dapat dikurangi dengan pestisida berbahan aktif benomyl (3 g/l) dan mancozeb (3 g/l) dan perompesan daun tua pada bibit yang hendak ditanam dengan meninggalkan tiga daun pucuk. Hal yang sama dianjurkan oleh Pirone (1978) bahwa penyakit karat pada krisan dapat dikendalikan oleh fungisida mancozeb. Untuk itu dalam upaya menekan biaya produksi dan menjaga kelestarian lingkungan diperlukan teknologi yang murah, mudah dan ramah lingkungan, dan penggunaaan varietas resisten merupakan salah satu komponennya.

Sampai saat ini telah ditemukan varietas- varietas dan klon-klon krisan tahan karat. Hanudin et al. (2003) telah berhasil mengidentifikasi dua klon tahan karat dari klon yang diuji. Klon-klon tersebut adalah klon 00.02 dan 00.07, meskipun kedua klon ini masih belum mampu mengalahkan varietas tahan Saraswati yang dalam pelepasan varietas terdiskripsi sebagai varietas tahan karat (Balithi, 2001). Pada pengidentifikasian sebelumnya Jatnika et al. (1994) mendapatkan

bahwa varietas Puma white, Yellow west, Tiger, Phino, 146 dan 147 bersifat sangat tahan terhadap serangan penyakit karat. Meskipun telah tersedia beberapa varietas krisan tahan karat, masih diperlukan adanya identifikasi terhadap klon-klon dan varietas baru karena ketahanan suatu varietas dalam menangkal serangan penyakit juga dipengaruhi oleh lingkungan dimana krisan tersebut ditanam.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketahanan beberapa varietas unggul nasional krisan terhadap penyakit karat di lokasi prima tani kabupaten Magelang.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang yang merupakan lokasi kegiatan Prima Tani kabupaten Magelang. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2006 sampai dengan bulan November 2006. Varietas krisan yang diuji sebanyak 6 varietas unggul nasional produksi Balai Penelitian Tanaman Hias. Varietas-varietas tersebut adalah Puspita Nusantara, Puspita Kencana, Puspita Arum, Shakuntala, Dewi ratih, dan Cut Nya’ Dien yang memiliki warna bunga bervariasi dari kuning, putih, dan ungu dan bentuk bunga adalah lima varietas spray dan satu varietas standar, yaitu Shakuntala.

Varietas-varietas tersebut diuji dalam rancangan acak kelompok ulangan 3 kali dan tiap varietas ditanam pada bedengan berukuran 10 m x 1 m x 0,30 m. Tanaman ditanam di bawah rumah plastik yang mengandung UV dan dilengkapi dengan instalasi listrik, dimana tiap tanaman dari umur 0-35 hari diberi tambahan penyinaran selama 4 jam/hari dari pukul 22.00-02.00. Tambahan cahaya diperlukan untuk mengatur agar fase pembungaan dimulai pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman sudah cukup atau sudah mencapai pertumbuhan optimalnya. Tanaman ditanam 2 minggu setelah tanah diolah, dibuat bedengan dan kemudian diberi pupuk kandang 30 t/ha, SP 36 300 kg/ha, urea 200 kg/ha dan KCl 350 kg/ha. Tanaman ditanam pada jarak tanam 12,5 cm x 12,5 cm, 1 tanaman/lubang, diatas bibit yang baru ditanam dipasang jaring agar tanaman dapat berdiri tegak. Pemupukan susulan dilakukan pada 2, 4, dan 6 minggu setelah tanam dengan menggunakan pupuk

urea dan KNO3 dengan dosis 1,5 g dan 6 g/m2 yang dilarutkan di dalam air. Pemupukan terakhir diberikan 8 minggu setelah tanam dengan dosis yang sama tetapi diletakkan di dalam larikan diantara barisan tanaman. Pemotesan pucuk dilakukan 2-3 minggu setelah stek ditanam. Pengendalian hama penyakit serta penyiangan gulma dilakukan sesuai kebutuhan.

Pengamatan dilakukan terhadap intensitas serangan penyakit dan tinggi tanaman. Intensitas serangan diperoleh dengan menentukan indeks penyakit skala 0-4 (Jatnika et al., 1994) pada 5 tanaman contoh pada setiap ulangan dan setiap varietas. Selanjutnya intensiyas serangan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah (n x v) IP = --- X 100% N x Z

Keterangan :

IP = intensitas penyakit

N = jumlah tanaman yang diamati Z = nilai skala tertinggi

N = jumlah tanaman dalam setiap kategori serangan

V = nilai skala penyakit

Pengelompokan ketahanan varietas krisan terhadap serangan karat putih dilakukan dengan mengadopsi dan memodifikasi metode Norman et al. (1999) yang dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 1. Kriteria ketahanan tanaman krisan terhadap penyakit karat putih.

Intensitas penyakit (%) Kriteria

01,00 - 10,99 Tahan

11,00 – 35,99 Kurang tahan

36,00 – 65,99 Peka

70,00 - 00,00 Sangat peka

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Ketahanan terhadap penyakit karat

Secara umum ke enam varietas krisan yang diuji dapat tumbuh dengan baik, dan tidak ditemukan jenis penyakit lain yang menyerang krisan dalam intensitas yang berarti dan penyakit karat menjadi satu- satunya penyakit yang dominan pada pertanaman tersebut. Sumber inokulum tersedia secara alami tidak melalui inokulasi buatan atau penananaman varietas peka sebagai sumber inokulum. Tidak terjadi “disease escape” karena serangan yang terjadi sangat nyata. Keadaan ini terjadi karena lokasi penelitian memiliki kelembaban udara yang tinggi. Penyakit karat pada krisan biasanya berkembang dengan baik pada kondisi kelembaban udara tinggi dan penyebaran sporanya dipengaruhi oleh turbulensi udara pembawa spora. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa di desa Banyuroto tingkat ketahanan masing-masing varietas yang diuji berbeda-beda dari yang

sangat tahan sampai sangat peka, dengan kisaran intensitas serangan sebesar 0-80% (Tabel 1). Pada varietas tahan Puspita Arum tidak ditemukan becak sama sekali meskipun varietas ini ditanam berdekatan dengan varietas peka Shakuntala. Pada pengujian ini Puspita Arum merupakan varietas yang sangat tahan dengan intensitas serangan 0% dan berbeda nyata ketahanannya dibandingkan dengan kelima varietas lain yang diuji (Tabel 1). Puspita Nusantara dan Cut Nya’ Dien agak tahan terhadap karat dengan intensitas serangan sebesar 27-31%, namun Puspita Kencana dan Dewi Ratih mendapatkan serangan lebih dari 50%. Shakuntala, meskipun dapat tumbuh dan berbunga dengan baik tetapi mulai awal pertumbuhannya sudah menunjukkan adanya gejala serangan karat. Pada pengamatan yang dilakukan menjelang panen pertama, menunjukkan bahwa Shakuntala terserang penyakit karat dengan intensitas serangan lebih dari 80% (Gambar 1, 2, dan 3).

Tabel 2. Intensitas serangan penyakit karat (Puccinia horiana) beberapa varietas unggul nasional krisan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang April 2006- Agustus 2006.

Varietas Intensitas serangan (%) Kriteria

Puspita Nusantara 30,67 d Agak tahan

Dewi Ratih 26,67 d Agak tahan

Puspita Kencana 50,67 c Peka

Shakuntala 80,00 a Sangat peka

Puspita Arum 0,00 e Sangat tahan

Cut Nya’ Dien 57,63 b Peka

Hal ini sesuai dengan deskripsi yang dikeluarkan sebelum pelepasan varietas yang menyebutkan bahwa varietas Shakuntala dan Dewi ratih teridentifikasi sedikit tahan terhadap penyakit karat yang disebabkan oleh jamur (Pucciana horiana) (Balithi, 2001), sedangkan varietas Puspita nusantara dan Puspita kencana dalam deskripsi disebutkan tahan terhadap penyakit karat (Balithi, 2004). Pada pengujian di Banyuroto terjadi perubahan ketahanan yang dialami oleh varietas Cut Nya’ Dien dan Puspita Kencana. Pada pengujian ini varietas Cut Nya’ Dien dan Puspita Kencana berubah menjadi peka dengan intensitas serangan 57,63% dan 50,67%.

b. Tinggi tanaman

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa varietas-varietas dengan tinggi tanaman pendek memiliki intensitas serangan karat yang tinggi. Untuk varietas Shakuntala dan Cut Nya’ Dien dengan tinggi tanaman kurang dari 50 cm memiliki intensitas serangan yang tinggi (Tabel 1 dan 2). Hal ini dapat dijelaskan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara tinggi tanaman dengan intensitas serangan karat, dengan nilai korelasi sebesar - 0,837 yang berarti bahwa semakin berkurang tinggi tanaman semakin besar intensitas serangan penyakitnya.

Gambar 1. Serangan karat pada varietas sangat peka Shakuntala Tabel 3. Tinggi tanaman beberapa varietas

unggul nasional krisan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. April 2006- Agustus 2006.

Varietas Tinggi tanaman (cm)

Puspita Nusantara 61,4 c

Dewi Ratih 89,4 a

Puspita Kencana 68,4 b

Shakuntala 44,0 d

Puspita Arum 86,4 a

Cut Nya’ Dien 48,0 d

Hal ini mungkin disebabkan semakin pendek tanaman, maka kepadatan pustul per satuan luas pada daun di bagian bawah, tengah dan atas semakin tinggi karena pada tanaman yang pendek luasan jaringan tanaman sehat yang tersedia lebih sedikit. Hal ini bertolak belakang dengan pada tanaman yang tinggi yang dapat menyediakan jaringan tanaman sehat yang lebih luas sehingga kepadatan pustulpun berkurang.

KESIMPULAN

1. Di Desa Banyuroto Kabupaten Magelang

enam varietas unggul nasional krisan memiliki ketahanan yang berbeda terhadap penyakit karat putih, yaitu

varietas Puspita Arum sangat tahan, Puspita Nusantara dan Dewi Ratih agak tahan, Puspita Kencana dan Cut Nya’ Dien peka, dan Shakuntala sangat peka.

2. Beberapa varietas mengalami perubahan

tingkat ketahanan terhadap penyakit karat dari diskripsi pada waktu pelepasan varietas.

PUSTAKA

Agrios, G.N. 1977. Plant Pathology. Academic Press. San Diego. 635 p. Badan Pusat Statistik . 2003. Statistik

tanaman obat-obatan dan hias. BPS. Jakarta, Indonesia. Hal. 23.

Balai Penelitian Tanaman Hias. 2004. Monograf varietas baru tanaman hias No. 8. Ed. : Effendy K. Balai Penelitian Tanaman Hias. Hal. 4 - 5.

Balai Penelitian Tanaman Hias. 2001. Monograf varietas unggul krisan, mawar, anyelir, gladiol. Ed.: Marwoto B., Darliah, badriah, D.S., dan Effendy K. Balai Penelitian Tanaman Hias. Puslitbanghorti, Badan Litbang Pertanian. Hal. 7-12.

Djatnika, I., Dwiatmini, K., dan L. Sanjaya. 1994. Ketahanan beberapa kultivar krisan terhadap penyakit karat. Bull. Penel. Tan. Hias (11)2:19-25.

---, I. 1991. Pengendalian penyakit karat pada tanaman krisan. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian Tanaman Hias. Balithi, Puslithorti., Badan Litbang Pertanian. Hal. 167-171.

Hanudin, Kardin, K., dan Suhardi. 1996. Evaluasi ketahanan klon-klon krisan terhadap pernyakit karat putih. J. Hortikultura. 14 (Edisi khusus):430-435. Norman, D.J., Henny, R.J., I.M.F. Yuen.

1999. Resistant levels of post anthurium cultivars to Xanthomonas campestris pv. dieffenbachiae. HortSci. 34(4):721-722. Pirone, P.P. 1978. Disease and Pest of

ornamental plants. 5 th ed. John Willey & Sons. New York

PRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SRIKANDI PUTIH DAN

Dalam dokumen EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK NITROGEN POSF (Halaman 102-107)