• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERING DESA TLOGOWUNGU KECAMATAN JAPAH KABUPATEN BLORA

Dalam dokumen EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK NITROGEN POSF (Halaman 158-162)

Suprapto dan Subiharta

Balai Pengkajian Tehnologi Pertanian Jawa Tengah

ABSTRAK

Uji adaptasi beberapa varietas kacang tanah telah dilakukan di Desa Tlogowungu Kecamatan Japah Kabupaten Blora pada musim tanam kedua bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2006. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi beberapa varietas kacang yang dilihat dari pertumbuhan tanaman dan hasilnya. Percobaan dirancang menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 ( tiga ) ulangan. Varietas kacang tanah yang diuji adalah varietas Jerapah, Singa, Kancil, Lokal Tuban, Lokal Sidoharjo, Lokal Pati, Lokal Blora dan Bison. Pada saat ini varietas yang berkembang di lokasi adalah varietas Lokal Blora dengan produksi yang masih rendah. Dengan uji adaptasi beberapa varietas ini diharapkan dapat memberikan alternatif pengembangan kacang tanah dengan produksi yang cukup tinggi. Hasil uji adaptasi menunjukkan bahwa varietas Singa mendapatkan hasil tertinggi ( 3.375 kg/ha polong basah) yang diikuti oleh varietas Lokal Sidoharjo dengan hasil 2.175 kg /ha polong basah. Varietas Lokal jepara sendiri hanya mendapatkan hasil 1860 kg menempati urutan keenam. Dengan hasil tersebut dapat disarankan Varietas Singa maupun varietas Lokal Sidoharja dapat dikembangkan. Untuk Varietas singa karena biji perpolong lebih dari dua tidak disukai oleh pasar, tetapi untuk varietas Lokal Sidoharjo berpolong dua sesuai yang dikehendaki pasar. Dengan demikian Lokal Sidoharjo mempunyai prospek yang baik.

Kata kunci : lahan kering, adaptasi, kacang tanah.

PENDAHULUAN

Permasalahan pertanian di Kabupaten Blora, utamanya di lahan kering adalah jumlah bulan basah yang pendek, lahannya kritis dan daya beli masyarakat rendah. Luas lahan kritis disini mencapai 33,4 % dan potensial kritis seluas 53,5 % (Blora dalam angka 2003). Usahatni lahan kering selalu ditekankan bagaimana tanaman mampu memberikan hasil memberikan hasil maksimum tanpa irigasi. Permasalahan yang dihadapi biasanya kekurangan air pada saat dalam fase genetatif (Purnomo et al., 2000). Dalam keadaan demikian pemanfaatan varietas toleran terhadap kekeringan akan memberikan keuntungan sekaligus menjadikan cara usahatani yang mudah diadopsi oleh petani.

Tanaman pangan di Kabupaten Blora merupakan tanaman utama petani untuk mencukupi kebutuhan pangan. Tanaman pangan merupakan tanaman yang sangat rentan terhadap kekeringan, selain masalah air penggunaan pupuk berimbang juga belum diterapkan. Dengan terbatasnya air disini pemilihan komoditas dan varietas yang sesuai sangat diperlukan. Salah satu komoditas yang

banyak ditanam dilahan kering di Kabupaten Blora adalah kacang tanah.

Tanaman kacang tanah merupakan tanaman serbaguna, karena semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan dan mampu memberi nilai guna yang tinggi. Daunnya dimanfaatkan dan mampu memberi nilai guna yang tinggi. Daunnya dimanfaatkan sebagai makanan ternak, kulit polongnya dapata dimanfaatkan sebagai bahan bakar atau media tumbuh tanaman hias dan biji kacang digunakan sebagai bahan pangan, pakan ternak, dan bahan industri (Suyamto, 1996).

Kacang tanah sebagai salah satu komoditas petani yang banyak dibutuhkan dalam menu makanan sehari-hari masyarakat maupun sebagai bahan baku industri yang kebutuhannya meningkat setiap tahunnya. Budi daya kacang tanah di Indonesia sebagian besar berada di lahan kering dan lahan bukaan baru (70%) dan sekitar 30% ditanam di lahan sawah berpengairan dan sawah tadah hujan setelah padi (Karsono, 1996). Ketersediaan air, kesuburan lahan, tingkat pengelolaan tanaman serta paket teknologi yang sesuai untuk masing-masing lokasi merupakan serangkaian kendala yang dihadapi petani (Adi Sarwanto et al., 1996).

Benih merupakan komponen penting dalam usaha tani kacang tanah, sistem produksi benih kacang tanah saat ini masih tergolong ke dalam sistem produksi benih informal, yakni ditandai oleh kecilnya penggunaan benih bersertifikat yang kurang dari 1%, penggunaan varietas lokal yang masih besar (50%) dan benih ini atas usaha sendiri (Sumarno, 1998). Berkaitan dengan benih dalam usaha tani kacang tanah maka perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut varietas unggul baru kesesuaian dan adaptabilitas varietas dengan lokasi, peluang dan potensi pasar, serta benih berkualitas.

Peran komoditas kacang tanah ke depan akan semakin besar mengingat peranannya sebagai penyedia pangan dan bahan baku industri, pendorong penciptaan lapangan kerja pedesaan dan sumber devisa. Pada saat ini masih terdapat sumberdaya pertanian yang belum termanfaatkan secara optimal khususnya untuk kacang tanah, demikian pula masih terdapat faktor-faktor ekonomis yang belum dimanfaatkan. Salah satu potensi ekonomis yang belum dimanfaatkan antara lain masih terdapat kesenjangan antara produktifitas riil dan produktivitas potensial, sehingga peningkatan produktifitas masih dimungkinkan melalui penerapan inovasi teknologi budidaya dan teknologi biologi.

BAHAN DAN METODE

Uji adaptasi dilakukan di kelompok tani Telogosari Desa Telogowungu Kecamatan Japah Kabupaten Blora dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2006. Penelitian dirancang menggunakan acak kelompok dengan tiga ulangan. Varietas yang diuji sebanyak delapan antara lain varietas Jerapah, Singa, Kancil, Lokal Tuban, Lokal Sidoharjo, Lokal Pati, Lokal Blora dan Bison.

Petak percobaan berukuran 5 x 6m dengan jarak tanam 40 x 10cm pertanaman 1 biji per lubang. Dosis pupuk yang digunakan, pupuk organic (pupuk kandang) 2 ton/ha serta pupuk anorganik dengan dosis: 75kg/ha Urea,

100kg/ha SP 36 dan 100kg/ha KCl. Pupuk kandang sapi diberikan satu minggu sebelum penanaman dengan cara ditebar, sedangkan pupuk kimia diberikan dua kali: sebagai pupuk dasar 50kg/ha Urea, 100kg/ha SP 36 dan 50kg/ha KCl. Selanjutnya pada umur 21 hari diberiakan pupuk susulan dengan dosis 25kg/ha Urea dan 50kg/ha KCl yang diberikan secara lariakan. Pemeliharaan tanaman dilakukan meliputi penyiangan, pembumbunan dan pengendalian hama penyakit.

Variabel yang diamati antara lain tinggi tanaman, jumlah polong isi dan hampa, berat 100 butir, hasil polong per ha. Data dianalisis dengan sidik ragam dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNP).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis statistik menunjukkan untuk tinggi tanaman yang diukur pada saat tanaman sudah masak (umur 90 hari) tidak menunjukkan beda nyata antar varietas, sehingga di lapangan pertumbuhan tanaman tidak berbeda (pertumbuhan rata). Dari kajian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah polong isi per tanaman, tetapi tidak berbeda nyata (P < 0,05) terhadap jumlah polong hampa dan bobot 100 butir.

Rata-rata jumlah polong isi tertinggi ditunjukkan oleh varietas Jerapah (18,93) tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas local Sidoharjo (18,27), varietas Kancil, varietas Lokal Pati, varietas Lokal Tuban dan varietas Lokal Blora, sedangkan jumlah polong terkecil ditunjukkan oleh varietas Singa sebanyak 11,87. Produksi polong kacang tanah pada pengkajian ini dipengaruhi oleh varietas, hal ini ditunjukkan adanya perbedaan nyata antar varietas. Varietas Singa memberikan hasil polong basah tertinggi (3375kg/ha) dan berbeda nyata (P < 0,05) dengan varietas lain yang diuji. Hasil polong terendah varietas Bison yang hanya mencapai 1620 kg/ha.

Tabel 1: Rata-rata tinggi tanaman, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, berat biji dan hasil polong . Varietas Tinggi tanaman (umur 90 hr) Rata-rata polong isi Rata-rata polong hampa Berat biji/ 100 butir Hasil polong (kg/ha) Jerapah Singa Kancil Lokal Tuban Lokal Sidoharjo Lokal Pati Lokal Blora Bison CV/KK 62,00 a 71,33 a 66,57 a 70,60 a 62,67 a 58,17 a 60,50 a 63,83 a 7,60% 18,93 a 11,87 b 16,33 ab 14,47 ab 18,27 a 15,00 ab 14,20 ab 14,13 b 17,17 % 6,07 a 5,87 a 6,93 a 4,07 a 3,87 a 5,87 a 6,07 a 5,67 a 27,23 % 38,74 a 41,14 a 44,65 a 43,79 a 49,53 a 43,47 a 39,01 a 38,06 a 9,27 % 1725 bc 3375 a 1890 bc 1950 bc 2175 b 1875 bc 1860 bc 1620 bc 19,58 %

Catatan : Superskrip berbeda pada kolom sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Varietas Jerapah merupakan varietas unggul yang dilepas sejak tahun 1998 dengan potensi produksi 1920 kg/ha dengan umur panen 93 hari dan memiliki beberapa keunggulan antara lain toleran terhadap kekeringan dan lahan masam. Tentunya sifat spesifik tersebut varietas Jarapah memiliki peluang untuk dikembangkan di wilayah Blora yang memiliki lahan kering cukup besar. Demikian pula varietas unggul lainnya, varietas Singa yang menghasilkan produksi sebanyak 3375 kg/ha di areal penelitian, varietas ini toleran terhadap kekeringan dan lahan masam serta tahan terhadap penyakit layu, agak tahan penyakit karat dan bercak daun. Varietas ini mempunyai peluang untuk dikembangkan di lahan kering (termasuk di Kabupaten Blora).

Produksi kacang tanah varietas local blora yang selama ini banyak diusahakan petani hanya mendapatkan produksi sebanyak 1860 kg/ha atau menempati urutan ke 6, akan tetapi masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan varietas Jarapah (1725 kg/ha) dan varietas Bison (1620 kg/ha). Varietas local Sidoarjo ternyata memberikan produksi yang cukup baik (2175 kg/ha). Hal ini menunjukkan bahwa masih terbuka peluang

untuk meningkatkan produksi kacang tanah di lahan kering seperti di Blora melalui pemilihan varietas kacang tanah baru yang mempunyai potensi hasil yang tinggi, tentunya harus dibarengi dengan teknologi budi daya yang intensif.

Walaupun pada uji adaptasi ini varietas Singa paling unggul dibanding dengan varietas lainnya namun agak susah untuk dikembangkan karena tidak varietas Singa mempunyai polong lebih dari dua sehingga tidak dikehendaki oleh pasar. Varietas Lokal Sidoarjo yang produksinya menepati urutan ke dua setelah varietas Singa (2.175kg/ha) mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan menggantikan varietas Lokal Blora yang produksinya hanya 1860kg/ha. Hal ini dikarenakan varietas Lokal Sidoarjo mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan varietas Lokal Blora dengan jumlah isi 2 biji/polong yang sesuai dengan permintaan pasar.

KESIMPULAN

Uji adaptasi varietas kacang tanah mendapatkan varietas Singa sebagai varietas yang paling unggul dibandingkan dengan

varietas lainnya dilihat dari produksi polong basah/ha (3375kg/ha) dan diikuti oleh varietas Lokal Sidoarjo yang menghasilkan 2.175 kg/ha. Varietas Lokal Blora yang telah dikembangkan sejak lama oleh petani hanya mendapatkan 1860kg/ha polong basah. Namum demikian karena varietas Singa mempunyai polong lebih dari dua kemungkinan besar tidak bias berkembang karena tidak sesuai dengan permintaan pasar diharapkan varietas Lokal Blora dapat digantikan dengan varietas Lokal Sidoarjo yang mempunyai produksi cukup tinggi.

PUSTAKA

Aisarwanto, D.M., Arsyad dan Sumarno. 1996. Pengembangan Paket Tehnologi Budidaya Kacang Tanah. Risalah Seminar Nasional Prospek Pengembangan Agribisnis Kacang Tanah Di Indonesia (Edisi Khusus Balitkabi No 7 ). Balai Penelitian Tanaman Kacang – Kacangan Dan Umbi – Umbian.

Purnomo, J., Novita, N., Astanto, K., Hari Prasetiyono, A. Munip. 2000. Toleransi Galur –Galur Homo Zigot Kacang Tanah Terhadap Cekaman Kekeringan. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Dan Hayati Pada Tanaman Kacang – Kacangan Dan Umbi – umbian. Pusat Penelitian Tanaman Pangan.

Karsono, S. 1996. Agroklimat Tanaman Kacang Tanah Dan Keadaan Pertanaman Di Indonesia. Risalah Seminar Nasional Prospek Pengembangan Sgribisnis Kacang Tanah Di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Kacang – Kacangan Dan Umbi – Umbian.

Sumarno. 1998. Tehnik Budidaya Kacang Tanah , Sinar Baru Bandung, 167 h. Suyamto. 1996. Status Hasil Utama Dan

Program Penelitan Kacang Tanah Mendukung Agribisnis. Risalah Seminar Pengembangan Agribisnis Kacang Tanah Di Indonesia. Balai Penelitian Kacang – Kacangan Dan Umbi – Umbian.

DAYA DUKUNG LIMBAH JAGUNG TERHADAP PENGEMBANGAN

Dalam dokumen EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK NITROGEN POSF (Halaman 158-162)