• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Data Pelaksanaan Perlakuan dalam Pembelajaran Konsep Pecahan pada Siswa Tunanetra Kelas III dengan Penggunaan Media Pecahan pada Siswa Tunanetra Kelas III dengan Penggunaan Media

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

C. Deskripsi Data Hasil Penelitian Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan pada Siswa Tunanetra Kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta Pecahan pada Siswa Tunanetra Kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta

2. Deskripsi Data Pelaksanaan Perlakuan dalam Pembelajaran Konsep Pecahan pada Siswa Tunanetra Kelas III dengan Penggunaan Media Pecahan pada Siswa Tunanetra Kelas III dengan Penggunaan Media

Model “Bola Pecahan”

Perlakuan dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan yang terbagi dalam minggu kedua dan minggu ketiga penelitian. Perlakuan dilaksanakan di dalam kelas pada saat pembelajaran mata pelajaran matematika. Pelaksanaan perlakuan yaitu setiap hari Senin dan Rabu pada jam pelajaran ke-5 sampai jam ke-6. Jangka waktu masing-masing perlakuan yaitu 2x35 menit. Perlakuan dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru kelas. Peneliti berperan sebagai guru, sedangkan guru kelas berperan sebagai observer yang mengamati perilaku siswa tunanetra kelas III pada saat mengikuti pembelajaran konsep pecahan. Observasi dilaksanakan selama perlakuan dengan mengamati kemampuan pemahaman konsep pecahan serta keaktifan dan partisipasi siswa tunanetra kelas III. Observasi dilakukan

dengan cara memberikan tanda cek (√) pada lembar panduan observasi. Tujuan pelaksanaan perlakuan yaitu untuk menyampaikan dan mengajarkan materi konsep pecahan dengan menggunakan media model

119

“bola pecahan”. Beberapa hal yang juga dilakukan oleh peneliti pada saat pemberian perlakuan yaitu memberikan motivasi kepada siswa agar mengikuti pembelajaran dengan baik dengan cara memberikan dorongan dan pujian. Hal lain yang dilakukan peneliti yaitu memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi konsep pecahan, baik bantuan secara verbal maupun bantuan secara taktual.

Penyampaian materi konsep pecahan pada saat perlakuan terbagi menjadi tiga materi pokok pada empat kali pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua membahas mengenai nilai pecahan. Pertemuan ketiga membahas mengenai perbandingan pecahan berpenyebut sama. Pertemuan keempat membahas mengenai operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana pecahan berpenyebut sama. Setiap pertemuan terdiri dari tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Adapun gambaran mengenai pelaksanaan perlakuan dalam pembelajaran konsep pecahan pada siswa tunanetra kelas III dengan penggunaan media model

“bola pecahan” sebagai berikut:

a. Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2015. Materi pokok yang disampaikan pada pertemuan pertama yaitu nilai pecahan. Materi nilai pecahan terdiri dari menentukan nilai pembilang dan penyebut suatu pecahan, membaca pecahan sederhana, membilang pecahan sederhana, serta menulis lambang pecahan sederhana, Adapun langkah pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu sebagai berikut:

120 1) Kegiatan awal

Peneliti menyiapkan materi mengenai nilai pecahan serta

membawa media model “bola pecahan”. Subjek duduk tenang dan rapi di bangkunya masing-masing serta salah satu subjek memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai.

2) Kegiatan inti

a) Subjek diberikan contoh penggunaan konsep pecahan di kehidupan sehari-hari seperti pengalaman subjek diminta tolong oleh orang tua untuk membeli gula pasir seperempat kilogram atau membagi makanan dua bagian sama besar.

b) Subjek meraba media model “bola pecahan” 1, ǡǡǡǡ dan secara utuh dengan bergantian, kemudian membaca nilai pecahan pada tulisan Braille yang tercantum pada permukaan “bola pecahan”, serta membelah bola pecahan sehingga menjadi irisan -irisan “bola pecahan”. Salah satu contohnya yaitu pecahan pada

bahwa satu “bola pecahan” utuh dapat dibagi rata sebanyak 5 irisan “bola pecahan”.

c) Subjek diberikan penjelasan mengenai bagian-bagian pecahan yang terdiri dari pembilang dan penyebut serta cara membedakan nilai pembilang dan penyebut. Posisi penulisan pembilang terletak setelah tanda angka Braille (

#

) dan posisi penulisan penyebut terletak setelah tanda per atau garis miring Braille (

/

).

121

d) Subjek membedakan bagian-bagian pecahan dengan cara membedakan posisi penulisan pembilang dan penyebut serta

memaknainya dengan menggunakan irisan “bola pecahan”.

e) Subjek menyebutkan nilai pembilang dan penyebut dari suatu pecahan dan irisan “bola pecahan” yang ditentukan oleh peneliti. Peneliti menunjukkan berbagai irisan “bola pecahan”, kemudian

secara bergantian subjek menyebutkan nilai pembilang dan

penyebut dari irisan “bola pecahan” tersebut.

f) Subjek Subjek dijelaskan cara membaca, membilang, dan menulis suatu pecahan dengan menggunakan irisan “bola pecahan”. Salah

satu contohnya yaitu pecahan dapat dibaca satu perdua, seperdua, atau setengah dan penulisannya yaitu

#a/b

.

g) Subjek membaca, membilang, dan menulis suatu pecahan dari

irisan “bola pecahan” yang ditentukan oleh peneliti. Peneliti menunjukan berbagai irisan “bola pecahan”, kemudian secara

bergantian subjek membaca, membilang, dan menulis pecahan dari

irisan “bola pecahan” tersebut.

h) Subjek dan peneliti melakukan tanya jawab mengenai bagian-bagian pecahan, membaca pecahan, membilang pecahan, dan menulis suatu pecahan. Subjek bergantian bertanya dan menjawab serta teman lainnya memperhatikan dan memberikan tanggapan.

122 3) Kegiatan penutup

a) Subjek mengerjakan soal isian sebanyak 10 soal mengenai bagian-bagian pecahan, membaca pecahan, membilang pecahan, dan menulis pecahan dengan cara didiktekan. Peneliti memeriksa jawaban subjek dan mengulas kembali kesulitan yang masih dialami oleh subjek.

b) Subjek menyimpulkan materi dengan cara menyebutkan dan menjelaskan bagian-bagian pecahan serta cara membaca, membilang, dan menulis pecahan secara bergantian.

c) Subjek diberikan penjelasan cara menyimpan media model “bola pecahan”. Salah satu subjek memimpin doa setelah pembelajaran selesai.

Evaluasi pada pertemuan pertama yaitu hampir keseluruhan subjek mampu membedakan nilai pembilang dan penyebut serta mampu membaca, membilang, dan menulis pecahan sederhana. Subjek FR dan DW mampu menjawab pertanyaan mengenai bagian-bagian pecahan dengan tepat, walaupun sesekali masih keliru atau lama dalam menentukan jawaban. Subjek GN masih membutuhkan bantuan dari peneliti dalam menentukan bagian pecahan. Subjek GN sering keliru dalam membedakan pembilang dan penyebut. Ketiga subjek telah mampu membaca, membilang, dan menulis pecahan meskipun sesekali mendapat bantuan dari peneliti. Pada pertemuan pertama, subjek diberikan kesempatan untuk mengenal bagian-bagian “bola pecahan”.

123

Ketiga subjek diminta untuk mengorientasi masing-masing bagian “bola pecahan”. Subjek sangat antusias menggunakan media model “bola pecahan” meskipun masih nampak kesulitan membelah dan memasang

irisan “bola pecahan”. b. Pertemuan kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2015. Materi pokok yang disampaikan pada pertemuan kedua yaitu nilai pecahan. Materi nilai pecahan terdiri dari menentukan nilai pembilang dan penyebut suatu pecahan, membaca pecahan sederhana, membilang pecahan sederhana, menulis lambang pecahan sederhana, serta menentukan pecahan senilai. Pada pertemuan kedua, pembelajaran lebih menekankan pada pengulangan materi penentuan nilai pembilang dan penyebut, membaca pecahan sederhana, membilang pecahan sederhana, menulis lambang pecahan sederhana, serta pembelajaran mengenai materi menentukan dua buah pecahan yang memiliki nilai sama walaupun berbeda pembilang dan penyebut. Adapun langkah pembelajaran pada pertemuan kedua yaitu sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

Peneliti menyiapkan materi mengenai nilai pecahan serta

membawa media model “bola pecahan”. Subjek duduk tenang dan rapi di bangkunya masing-masing serta salah satu subjek memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai.

124 2) Kegiatan inti

a) Subjek meraba media model “bola pecahan” secara utuh 1,

ǡǡǡǡ dan dengan bergantian, kemudian membaca nilai

pecahan pada tulisan Braille yang tercantum pada permukaan “bola pecahan”, serta membelah bola pecahan sehingga menjadi irisan

-irisan “bola pecahan”.

b) Subjek diberikan penjelasan kembali mengenai bagian-bagian pecahan yang terdiri dari pembilang dan penyebut serta cara membedakan pembilang dan penyebut.

c) Subjek menyebutkan nilai pembilang dan penyebut dari suatu

pecahan dan irisan “bola pecahan”. Subjek secara mandiri

mengambil berbagai irisan “bola pecahan”, kemudian menyebutkan

nilai pembilang dan penyebut secara bergantian.

d) Subjek dijelaskan kembali cara membaca, membilang, dan menulis

suatu pecahan dengan menggunakan irisan “bola pecahan”.

e) Subjek membaca, membilang, dan menulis suatu pecahan dari

irisan “bola pecahan” yang ditentukan oleh peneliti. Subjek secara

mandiri mengambil berbagai irisan “bola pecahan”, kemudian

membaca, membilang, dan menulis nilai pecahan secara bergantian.

f) Subjek dijelaskan cara menentukan nilai pecahan senilai dengan cara mengalikan suatu pecahan dengan pecahan yang memiliki nilai pembilang dan penyebut sama.

125

g) Subjek menentukan pecahan senilai dengan cara mengalikan dengan pecahan berpembilang dan berpenyebut sama, sehingga salah satunya diperoleh hasil bahwa pecahan memiliki nilai sama dengan pecahan dan pecahan . Subjek kemudian membuktikan dengan menggunakan irisan “bola pecahan” pada masing-masing pecahan secara bergantian.

h) Subjek dan peneliti melakukan tanya jawab mengenai bagian-bagian pecahan, membaca pecahan, membilang pecahan, menulis suatu pecahan, dan menentukan pecahan senilai. Subjek lain memperhatikan dan memberikan tanggapan.

3) Kegiatan penutup

a) Subjek diberikan tugas mengerjakan soal isian sebanyak 10 soal mengenai bagian-bagian pecahan, membaca pecahan, membilang pecahan, menulis pecahan, serta menentukan pecahan senilai dengan cara didiktekan. Peneliti memeriksa jawaban subjek dan mengulas kembali kesulitan yang masih dialami oleh subjek.

b) Subjek menyimpulkan materi dengan cara menyebutkan dan menjelaskan bagian-bagian pecahan, cara membaca, membilang, dan menulis pecahan, serta menentukan pecahan senilai.

c) Subjek diberikan penjelasan cara menyimpan media model “bola pecahan”. Salah satu subjek memimpin doa setelah pembelajaran selesai.

126

Evaluasi pada pertemuan kedua yaitu hampir keseluruhan subjek mampu membedakan nilai pembilang dan penyebut, mampu membaca, membilang, dan menulis pecahan sederhana, serta menentukan pecahan senilai. Kemampuan pemahaman nilai pecahan subjek mengalami perubahan yang lebih baik dibandingkan pada pertemuan pertama. Subjek FR memiliki kemampuan pemahaman menentukan pecahan senilai yang lebih baik dari teman-temannya. Subjek FR telah mampu menebak pecahan senilai dengan cepat dan tepat tanpa harus mengalikan dengan pembilang dan penyebut yang sama. Subjek DW masih menentukan pecahan senilai dengan cara mengalikan kepada pembilang dan penyebut yang sama. Subjek GN masih membutuhkan bantuan dan bimbingan agar tidak keliru dalam mengalikan dengan pembilang dan penyebut yang sama. Ketiga subjek aktif bertanya dan memberikan tanggapan kepada peneliti maupun temannya. Subjek telah lebih baik

dalam menggunakan “bola pecahan” serta lebih antusias mengikuti pembelajaran. Ketiga subjek tidak sabar untuk bergiliran menggunakan

media “bolapecahan”.

c. Pertemuan ketiga

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2015. Materi pokok yang disampaikan pada pertemuan ketiga yaitu perbandingan pecahan berpenyebut sama. Pada pertemuan ketiga, pembelajaran menekankan pada cara menentukan nilai pecahan yang lebih besar, lebih kecil atau sama besar serta penggunaan tanda

127

perbandingan yang tepat. Adapun langkah pembelajaran pada pertemuan ketiga yaitu sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

Peneliti menyiapkan materi mengenai perbandingan pecahan berpenyebut sama serta membawa media model “bola pecahan”.

Subjek duduk tenang dan rapi di bangkunya masing-masing serta salah satu subjek memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai. 2) Kegiatan inti

a) Subjek diberikan penjelasan bahwa semakin besar nilai pembilang maka pecahan tersebut memiliki nilai yang semakin besar, serta sebaliknya.

b) Subjek diberikan penjelasan mengenai macam-macam tanda perbandingan. Subjek juga diberikan penjelasan mengenai penulisan dan penggunaan tanda perbandingan. Tanda perbandingan lebih besar

(3c) digunakan apabila suatu pecahan

memiliki pembilang lebih besar dari pembilang pecahan lainnya. Tanda perbandingan lebih kecil (

3-

) digunakan apabila suatu pecahan memiliki pembilang lebih kecil dari pembilang pecahan lainnya. Tanda perbandingan sama dengan (

33

) digunakan apabila kedua pecahan memiliki pembilang atau nilai pecahan sama besar. c) Subjek diberikan dua macam pecahan yang memiliki nilai

pembilang berbeda tetapi memiliki nilai penyebut sama dengan

128

dipegang dikedua tangan. Irisan “bola pecahan” pertama di pegang

ditangan kanan dan irisan “bola pecahan” kedua dipegang ditangan kiri. Perbandingan pecahan diawali dengan membandingan dua pecahan yang memiliki selisih nilai pecahan besar, kemudian membandingan dua pecahan yang memiliki selisih lebih kecil. d) Subjek membandingkan kedua pecahan dengan dua cara. Pertama,

membandingkan kedua pecahan dengan menentukan besar nilai masing-masing pecahan. Kedua, membandingkan dua buah

pecahan dengan menggunakan irisan “bola pecahan”. Subjek

membandingkan jumlah dan besar irisan “bola pecahan” pertama dengan irisan “bola pecahan” kedua.

e) Subjek menentukan tanda perbandingan yang tepat dari dua buah pecahan berpenyebut sama yang berbeda secara bergantian dengan bantuan dan mandiri. Subjek kemudian berlatih membandingkan pecahan berpenyebut sama tanpa menggunakan “bola pecahan”.

f) Subjek dan peneliti melakukan tanya jawab mengenai perbandingan dua pecahan berpenyebut sama yang lebih besar, lebih kecil atau sama besar, serta penggunaan tanda perbandingan yang tepat. Subjek bergantian bertanya dan menjawab serta teman lainnya memperhatikan dan memberikan tanggapan.

3) Kegiatan penutup

a) Subjek diberikan tugas mengerjakan soal isian sebanyak 10 soal mengenai perbandingan pecahan berpenyebut sama dengan cara

129

didiktekan. Peneliti memeriksa jawaban subjek dan mengulas kembali kesulitan yang masih dialami oleh subjek.

b) Subjek menyimpulkan materi dengan cara menyebutkan dan menjelaskan perbandingan pecahan berpenyebut sama serta penggunaan tanda perbandingan yang tepat.

c) Subjek diberikan penjelasan cara menyimpan media model “bola pecahan”. Salah satu subjek memimpin doa setelah pembelajaran selesai.

Evaluasi pertemuan ketiga yaitu hampir keseluruhan subjek telah menguasi materi membandingkan pecahan berpenyebut sama. Ketiga subjek mampu menulis tanda perbandingan Braille dengan tepat dan mampu membandingkan dua buah pecahan berpenyebut sama meskipun dengan bantuan dari peneliti. Subjek FR sudah memahami konsep perbandingan meskipun sesekali kurang teliti dalam menentukan nilai pembilang yang lebih tepat. Subjek DW telah mampu membandingan pecahan berpenyebut sama dengan tepat, meskipun pada pecahan yang memiliki nilai sama masih lambat dalam menentukan nilai pecahan senilai kedua pecahan tersebut. Subjek GN telah mampu membandingan pecahan berpenyebut sama, meskipun masih membutuhkan bantuan peneliti untuk menegaskan arah perbandingan dan besar nilai pecahan. Ketiga subjek antusias mengikuti pembelajaran.

Subjek lebih menguasai penggunaan “bola pecahan” dan berlatih membandingkan dua pecahan dengan pertanyaan dari peneliti maupun

130

pertanyaan yang dibuat sendiri oleh subjek. Masing-masing subjek kemudian mempersentasikannya hasil perbandingannya di depan kelas dan teman lainnya memberikan tanggapan atas jawaban benar atau salah. Hal ini nampak dari ketiga siswa yang mampu secara mandiri

menggunakan media model “bola pecahan”.

d. Pertemuan keempat

Pertemuan keempat dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2015. Materi pokok yang disampaikan pada pertemuan keempat yaitu operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana pecahan berpenyebut sama. Pada pertemuan keempat, pembelajaran menekankan pada cara menjumlahkan dan mengurangkan dua buah pembilang dan tidak mengoperasikan nilai penyebut. Adapun langkah pembelajaran pada pertemuan keempat yaitu sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

Peneliti menyiapkan materi mengenai operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana pecahan berpenyebut sama

serta membawa media model “bola pecahan”. Subjek duduk tenang dan rapi di bangkunya masing-masing serta salah satu subjek memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai.

2) Kegiatan inti

a) Subjek diberikan penjelasan cara melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana pecahan berpenyebut

131

sama dengan cara menjumlahkan atau mengurangkan nilai pembilang tetapi tidak mengoperasikan nilai penyebut.

b) Subjek diberikan contoh operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana pecahan berpenyebut sama menggunakan

media model “bola pecahan” dengan cara menjumlahkan atau

mengurangkan irisan “bola pecahan” sesuai dengan nilai pecahan

secara bergantian.

c) Subjek melakukan operasi hitung penjumlahan sederhana pecahan berpenyebut sama dengan dua cara. Pertama, masing-masing subjek diberikan dua pecahan yang memiliki nilai pembilang berbeda tetapi memiliki nilai penyebut sama dengan menggunakan

irisan “bola pecahan”. Irisan “bola pecahan” pertama di pegang di tangan kanan dan irisan “bola pecahan” kedua dipegang di tangan kiri. Subjek menjumlahkan kedua pecahan tersebut dengan cara

menggabungkan semua irisan “bola pecahan”, kemudian menjumlahkan semua irisan “bola pecahan”. Kedua, subjek

menjumlahkan kedua pecahan berpenyebut sama dengan cara menjumlah kedua nilai pembilang dan tidak menjumlahkan kedua nilai penyebut.

d) Subjek melakukan operasi hitung pengurangan sederhana pecahan berpenyebut sama dengan dua cara. Pertama, subjek diberikan

irisan “bola pecahan” sebagai representasi dari pecahan pertama. Irisan “bola pecahan” diletakkan di salah satu tangan atau di meja.

132

Subjek kemudian mengurangkan pecahan pertama oleh pecahan

kedua dengan cara membuang/mengambil irisan “bola pecahan”

sesuai dengan nilai pengurangan pecahan. Subjek menghitung sisa

irisan “bola pecahan” setelah dikurangi. Kedua, subjek

mengurangkan kedua pecahan berpenyebut sama dengan cara mengurangi nilai pembilang pertama oleh nilai pembilang kedua dan tidak mengurangkan kedua nilai penyebut.

e) Subjek dan peneliti melakukan tanya jawab mengenai operasi hitung sederhana pecahan berpenyebut sama. Subjek lain memperhatikan dan memberikan tanggapan.

3) Kegiatan penutup

a) Subjek diberikan tugas mengerjakan soal isian sebanyak 10 soal mengenai operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana pecahan berpenyebut sama dengan cara didiktekan. Peneliti memeriksa jawaban subjek dan mengulas kembali kesulitan yang masih dialami oleh subjek.

b) Subjek menyimpulkan materi dengan cara menyebutkan dan menjelaskan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana pecahan berpenyebut sama.

c) Subjek diberikan penjelasan cara menyimpan media model “bola pecahan”. Salah satu subjek memimpin doa setelah pembelajaran selesai.

133

Evaluasi pertemuan keempat yaitu hampir keseluruhan subjek mampu melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana pecahan berpenyebut sama secara mandiri. Subjek mampu

menggunakan media model “bola pecahan” dengan tepat meskipun

dengan bantuan dari peneliti. Ketiga subjek telah mampu menjumlahkan

dan mengurangkan dua pecahan menggunakan irisan “bola pecahan”

secara mandiri dan benar. Ketiga subjek berlatih secara bergantian dengan pertanyaan yang diberikan peneliti dan pertanyaan dari temannnya. Masing-masing subjek kemudian mempersentasikan hasil jawabannya di depan kelas dan teman lainnya memberikan tanggapan. Subjek FR dan DW telah mampu menjumlahkan dan mengurangkan pecahan berpenyebut sama dengan benar, meskipun sesekali masih keliru dalam menghitung nilai pembilang dan keliru memaknai operasi hitung. Subjek GN masih memerlukan bantuan peneliti dalam mempertegas cara melakukan operasi hitung pecahan berpenyebut sama serta nilai dari masing-masing pecahan.

Pelaksanaan perlakuan secara keseluruhan telah terlaksana dengan baik. Ketiga subjek selalu mengikuti pelaksanaan tanpa absen. Subjek memiliki antusias dan partisiasi yang baik pada saat pembelajaran konsep

pecahan dengan menggunakan media model “bola pecahan”. Subjek lebih

semangat dan tertarik dengan penggunaan media model “bola pecahan”

134

3. Deskripsi Data Hasil Observasi selama Perlakuan pada Siswa