• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa penelitian pernah dilakukan mengenai penggunaan media pembelajaran terhadap kemampuan pemahaman konsep pecahan. Salah satunya yaitu penggunaan media model atau media tiga dimensi dalam penelitian Cica Anwar (2012: 60-70). Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya perubahan kemampuan pemahaman konsep pecahan sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan media model.

Perubahan kemampuan pemahaman konsep pecahan ditunjukkan dengan perolehan hasil sebelum perlakuan sebesar kurang dari 85% dan hasil setelah perlakuan sebesar lebih 85%. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa penggunaan media model efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan. Penggunaan media model dalam pembelajaran konsep pecahan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Pembelajaran menjadi lebih menarik serta siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran konsep pecahan. Penggunaan media model juga memperjelas penyajian materi melalui konsep yang konkret, sehingga pembelajaran tidak bersifat verbalistik dan siswa lebih mudah dalam memahami materi.

70

Penelitian tersebut dijadikan sebagai dasar oleh peneliti untuk menguji keefektifan penggunaan media model terhadap kemampuan pemahaman konsep pecahan bagi siswa tunanetra. Penelitian yang telah dilakukan oleh Cica Anwar (2012: 60-70) dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Adapun persamaan dan perbedaan penelitian tersebut sebagai berikut:

1. Persamaan penelitian:

Masing-masing penelitian memiliki tujuan untuk menguji keefektifan media model terhadap kemampuan pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas III.

2. Perbedaan penelitian: a. Subek penelitian

Subjek penelitian yang dilakukan oleh Cica Anwar (2012: 60-70) yaitu siswa berkesulitan belajar kelas III, sedangkan subjek penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu siswa tunanetra kelas III. Perbedaan subjek penelitian memberikan pengaruh pada pelaksanaan pembelajaran konsep pecahan dengan menggunakan media model. Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, pembelajaran menekankan pada pengoptimalan fungsi auditori dan taktual. Hal ini berdasarkan pada indera yang masih berfungsi serta saluran utama siswa tunanetra dalam memperoleh informasi. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tulisan Braille serta penggunaan media model dengan cara meraba setiap bagian media.

71 b. Bentuk media model

Penelitian yang dilakukan oleh Cica Anwar (2012: 60-70) menggunakan media kepingan CD (Compact Disk), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan media “bola pecahan”. Perbedaan bentuk media model berdasarkan pada kondisi dan karakteristik subjek penelitian. Penggunaan media model dilakukan dengan cara memodifikasi media menjadi berbentuk bangun ruang bola. Media model “bola pecahan” lebih mudah untuk diraba dan dipegang oleh siswa tunanetra. Media “bola pecahan” juga dilengkapi oleh tulisan Braille serta magnet agar lebih mudah dibongkar dan dipasang.

c. Materi yang disampaikan

Penelitian yang dilakukan oleh Cica Anwar (2012: 60-70) membatasi pada materi menyebutkan, menunjukkan dan mencocokan pecahan ,,,,, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti meliputi materi menentukan nilai pecahan, menyebutkan bagian-bagian pecahan, menentukan pecahan senilai, membandingkan pecahan berpenyebut sama, serta melakukan penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama sampai pecahan . Perbedaan penyampaian materi tersebut berdasarkan pada kesesuaian tujuan penelitian dengan kompetensi dasar materi pecahan yang akan dikuasai.

72 F. Kerangka Pikir

Siswa tunanetra kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta merupakan siswa yang mengalami hambatan penglihatan, sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus dan menggunakan tulisan Braille dalam proses pembelajaran. Akibat dari terhambatnya fungsi penglihatan, siswa tunanetra memiliki keterbatasan dalam menerima informasi visual serta keterbatasan dalam pemahaman konsep abstrak. Siswa tunanetra tidak menerima suatu informasi secara utuh, terutama informasi yang diperoleh melalui indera penglihatan. Kondisi yang dimiliki siswa tunanetra berdampak pada proses pembelajaran, salah satunya pemahaman konsep pecahan.

Siswa tunanetra masih memiliki kemampuan pemahaman yang rendah dalam pembelajaran konsep pecahan. Siswa tunanetra mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi dan membedakan nilai-nilai pecahan sederhana, membandingkan pecahan berpenyebut sama, serta melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana pecahan berpenyebut sama. Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan suatu upaya untuk mengatasi permasalahan pada pelaksanaan pembelajaran konsep pecahan siswa tunanetra kelas III. Salah satu upaya tersebut yaitu pelaksanaan pembelajaran konsep pecahan melalui penggunaan media pembelajaran model “bola” pecahan.

Media model “bola pecahan” merupakan media tiga dimensi yang memiliki kelebihan dalam membantu mengkonkretkan konsep abstrak pecahan, dapat digunakan dalam beberapa kali pertemuan (awet), bersifat portable, serta tidak membutuhkan biaya perawatan dan penyimpanan yang besar. Media ini

73

belum pernah digunakan dan diteliti terhadap kemampuan pemahaman konsep pecahan anak tunanetra kelas III. Adanya kelebihan tersebut digunakan untuk membantu siswa tunanetra dalam memahami konsep pecahan dan menguji keefektifan media tersebut terhadap kemampuan pemahaman konsep pecahan siswa tunanetra kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta. Penggunaan media model “bola pecahan” dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Guru mempersiapkan materi dan media pembelajaran yang akan digunakan. 2. Guru menjelaskan sifat-sifat media model “bola pecahan” kepada siswa; 3. Siswa diberikan kesempatan untuk meraba media model “bola pecahan”,

kemudian membaca nilai pecahan dengan tulisan Braille yang tercantum pada permukaan “bola pecahan”, serta membelah bola pecahan sehingga menjadi irisan-irisan “bola pecahan”;

4. Siswa diberikan penjelasan mengenai konsep pecahan melalui media model “bola pecahan” dengan cara sebagai berikut:

a. Siswa diminta mengidentifikasi dan menyebutkan bagian pecahan dengan cara membedakan posisi penulisan pembilang dan penyebut serta memaknainya dengan menggunakan irisan “bola pecahan”.

b. Siswa diminta berlatih membaca, membilang, dan menulis nilai pecahan dengan bimbingan guru.

c. Siswa diminta menentukan pecahan senilai dengan bimbingan guru secara bergantian dengan bimbingan guru. Siswa mengalikan suatu pecahan dengan pecahan yang memiliki pembilang dan penyebut sama, kemudian membuktikan dengan menggunakan irisan “bola pecahan”.

74

d. Siswa diminta meraba dua buah irisan “bola pecahan” yang memiliki penyebut sama secara bergantian dengan bimbingan guru. Siswa membandingkan nilai pecahan dengan menggunakan dua buah irisan “bola pecahan”, kemudian siswa diminta menentukan tanda perbandingan (>, <, atau =) yang tepat.

e. Siswa melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana pecahan berpenyebut sama dengan cara menjumlahkan atau mengurangkan nilai pembilang. Siswa juga dapat menggunakan media model “bola pecahan” dengan cara menjumlahkan atau mengurangkan irisan “bola pecahan” sesuai nilai pecahan secara bergantian.

5. Siswa diberikan latihan dan bersama guru menyimpulkan materi pelajaran konsep pecahan.

6. Siswa diberikan penjelasan mengenai cara menyimpan media model “bola pecahan”.

Pengujian keefektifan media model “bola pecahan” dilakukan dengan menilai perubahan perilaku dan kemampuan pemahaman konsep pecahan siswa tunanetra kelas III melalui tes hasil belajar dan pengamatan pembelajaran konsep pecahan. Adapun alur kerangka pikir dalam penelitian ini sebagai berikut:

75

Gambar 7. Alur Kerangka Pikir Keefektifan Media Model “Bola Pecahan” terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan pada Siswa Tunanetra

Kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu media model “bola pecahan” yang dilengkapi dengan tulisan Braille efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep pecahan pada siswa tunanetra kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta.

Siswa Tunanetra Kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta

Siswa tunanetra mengalami keterbatasan dalam memperoleh informasi visual serta keterbatasan pada pemahaman konsep abstrak

Siswa tunanetra mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi dan membedakan nilai pecahan sederhana, membandingkan pecahan berpenyebut sama, serta melakukan operasi hitung penjumlahan dan

pengurangan sederhana pecahan berpenyebut sama

Penggunaan media model “bola pecahan” yang dilengkapi dengan tulisan Braille dalam pembelajaran konsep pecahan di kelas III SLB-A Yaketunis Yogyakarta. Penggunaan media model “bola pecahan” dilakukan dengan cara siswa meraba tulisan Braille dan irisan “bola pecahan” sambil mendengarkan penjelasan dari guru mengenai materi

konsep pecahan.

Keefektifan media model “bola pecahan” terhadap kemampuan pemahaman konsep pecahan di kelas III SLB-A Yaketunis Yogyakarta. Media model “bola

pecahan” efektif terhadap kemampuan pemahaman siswa tunanetra kelas III apabila hasil post-test lebih baik dari pada hasil pre-test, capaian hasil belajar

berada di atas persentase pencapaian KKM skor sebesar 70%, serta adanya perubahan perilaku dan kemampuan pemahaman konsep pecahan siswa

76 BAB III

METODE PENELITIAN