• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

H. Uji Validitas Penelitian

Validitas adalah “suatu derajad ketepatan instrumen (alat ukur) yang berarti instrumen yang digunakan tepat dalam mengukur apa yang diukur” (Zainal Arifin, 2011: 244). Instrumen yang valid adalah instrumen yang dapat mengukur dengan tepat keadaan yang ingin diukur (Purwanto, 2007: 125). Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas isi dan validitas kontruk.

Validitas isi adalah validitas untuk mengukur instrumen berbentuk tes yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur

94

efektivitas pelaksanaan program dan tujuan (Sugiyono, 2013: 176). Validitas isi digunakan untuk mengukur instrumen tes hasil belajar serta media pembelajaran. Validitas isi dilakukan dengan menyesuaikan tujuan penelitian dengan indikator maupun materi yang akan dicapai. Validitas konstruk adalah derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk sementara (Sukardi, 2007: 123). Validitas konstruk digunakan untuk mengukur tingkah laku. Validitas konstruk pada penelitian ini digunakan untuk mengukur instrumen observasi.

Uji validitas instrumen dalam penelitian ini, dilakukan oleh uji validitas ahli (expert judgemend). Uji validitas ahli merupakan pengujian validitas yang dilakukan dengan meminta pertimbangan kepada orang yang memiliki kompetensi dalam suatu bidang tertentu untuk menilai ketepatan isi butir instrumen (Purwanto, 2007: 126). Uji ahli dilakukan oleh guru mata pelajaran matematika siswa tunanetra kelas III dan dosen ahli media. Validitas yang dilakukan berupa mengamati semua aspek yang divaliditas, kemudian mengkoreksi dan mempertimbangkan aspek yang diujikan. Instrumen tes hasil belajar dan observasi diuji oleh guru kelas III di SLB-A Yaketunis yang bernama Ibu Sri Wahyuni Endaryani, S. Pd. Alasan pemilihan uji ahli tersebut yaitu dengan pertimbangan sebagai berikut: berprofesi guru mata pelajaran Matematika serta menjadi wali kelas III di SLB-A Yaketunis. Aspek instrumen tes hasil belajar yang divalidasi berupa: kesesuaian soal tes dengan standar kompetensi, kesesuaian soal tes dengan materi pembelajaran konsep pecahan, dan kesesuaian soal tes dengan kemampuan anak tunanetra kelas III. Aspek

95

instrumen observasi yang divalidasi berupa: kesesuaian isi butir dengan tujuan pengamatan berupa aspek kemampuan pemahaman konsep pecahan serta keaktifan dan partisipasi siswa tunanetra dalam pembelajaran.

Instrumen untuk perlakuan berupa media pembelajaran diuji oleh Ibu Isniatun Munawaroh, M. Pd. Alasan pemilihan uji ahli tersebut adalah dengan pertimbangan sebagai berikut: berprofesi tenaga pengajar Prodi Teknologi Pendidikan FIP UNY dan lulusan Magister Pengembangan Kurikulum. Aspek instrumen media yang divalidasi berupa: kesesuaian bentuk bola dan irisan media model “bola pecahan” dengan tujuan pembelajaran konsep pecahan, tampilan media, kemudahan penggunaan media, keawetan media, keamanan media bagi siswa tunanetra.

Uji validitas dilakukan melalui permintaan saran tertulis, diskusi, dan perbaikan instrumen. Pemaknaan hasil uji validitas dilakukan dengan cara deskriptif. Validitas instrumen tes hasil belajar, observasi, dan media pembelajaran dikategorikan valid apabila telah memenuhi kriteria kesesuaian antara tujuan yang akan dicapai dengan isi instrumen serta nilai dari masing-masing aspek yaitu minimal baik.

Uji validiasi instrumen tes dan observasi dilaksanakan sebanyak satu kali konsultasi. Hasil konsultasi tersebut yaitu instrumen tes dan observasi yang dibuat oleh peneliti sudah baik, sehingga dapat langsung digunakan dalam penelitian tanpa harus diperbaiki. Uji validitas media dilaksanakan sebanyak dua kali konsultasi. Hasil konsultasi pertama yaitu pemberian saran berupa irisan “bola pecahan” kurang presisi, magnet harus diperkuat,

96

lampirkan panduan penggunaan media, serta perdalam tempat penyimpanan media. Konsultasi kedua yaitu pengujian setelah media diperbaiki dan diperoleh hasil bahwa media yang dibuat oleh peneliti telah baik, sehingga dapat langsung digunakan dalam penelitian tanpa harus diperbaiki.

Berdasarkan uji validitas instrumen yang telah dilakukan oleh guru dan dosen diperoleh hasil validitas bahwa semua aspek instrumen memperoleh hasil penilaian baik dan sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa instrumen tes, observasi, dan media telah memenuhi kriteria minimun instrumen dikategorikan valid yaitu baik. Intrumen telah dinyatakan valid oleh uji ahli serta dapat digunakan dalam penelitian.

Hasil uji validitas instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar Konsep Pecahan untuk Siswa Tunanetra Kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta

No. Aspek Hasil Keterangan

1. Kesesuaian soal tes dengan standar

kompetensi Baik

Soal tes telah sesuai dengan standar kompetensi, sehingga tes pemahaman konsep pecahan dikatakan valid 2.

Kesesuaian soal tes

dengan materi

pembelajaran konsep pecahan

Baik Soal tes telah sesuai dengan cakupan materi, sehingga tes pemahaman konsep pecahan dikatakan valid

3. Kesesuaian soal tes dengan kemampuan anak

tunanetra kelas III Baik

Soal tes telah sesuai untuk mengukur kemampuan siswa tunanetra kelas III sesuai dengan kondisinya, sehingga tes pemahaman konsep pecahan dikatakan valid

97

Hasil uji validitas instrumen observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Tabel 11. Hasil Uji Validitas Instrumen Observasi Pembelajaran Konsep pecahan siswa Tunanetra kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta

No. Aspek Hasil Keterangan

Kesesuaian butir observasi dengan tujuan pengamatan 1. Kemampuan siswa dalam menyebutkan nilai pecahan Baik

Butir observasi telah sesuai dengan tujuan pengamatan, sehingga butir observasi dikatakan valid

2. Kemampuan siswa dalam membandingkan nilai

pecahan berpenyebut sama Baik

Butir observasi telah sesuai dengan tujuan pengamatan, sehingga butir observasi dikatakan valid

3.

Kemampuan siswa dalam melakukan operasi hitung

penjumlahan dan

pengurangan sederhana pecahan berpenyebut sama

Baik

Butir observasi telah sesuai dengan tujuan pengamatan, sehingga butir observasi dikatakan valid

4. Kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran Baik

Butir observasi telah sesuai dengan tujuan pengamatan, sehingga butir observasi dikatakan valid

5. Partisipasi siswa secara aktif dalam pembelajaran Baik

Butir observasi telah sesuai dengan tujuan pengamatan, sehingga butir observasi dikatakan valid

6.

Siswa aktif bertanya, menjawab, dan memberikan tanggapan terhadap topik yang dibahas

Baik

Butir observasi telah sesuai dengan tujuan pengamatan, sehingga butir observasi dikatakan valid

7. Ketelitian dan ketekunan siswa dalam mengerjakan

tugas Baik

Butir observasi telah sesuai dengan tujuan pengamatan, sehingga butir observasi dikatakan valid

98

Hasil uji validitas media model “bola pecahan” yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Tabel 12. Hasil Uji Validitas Instrumen Media Model “Bola Pecahan”

No. Aspek Hasil Keterangan

Kesesuaian Media

1. Kesesuaian media jika digunakan oleh siswa

tunanetra kelas III Baik

Media dapat digunakan oleh siswa tunanetra kelas III, sehingga media dikatakan valid

2. Kesesuaian media bentuk Baik

Bentuk media telah sesuai dengan tujuan penelitian dan kondisi siswa tunanetra kelas III, sehingga media dikatakan valid

Tampilan Media

3. Ukuran media Sangat baik Ukuran media sangat sesuai dengan kondisi siswa tunanetra kelas III, sehingga media dikatakan valid.

4. Tekstur Media Baik Tekstur media telah sesuai dengan kondisi siswa tunanetra kelas III, sehingga media dikatakan valid.

5. Tampilan Braille tulisan Baik Tampilan tulisan Braille telah sesuai dengan kondisi siswa tunanetra kelas III, sehingga media dikatakan valid. Kemudahan Penggunaan Media

6. Kemudahan penggunaan media Sangat baik Media sangat mudah digunakan oleh siswa tunanetra kelas III, sehingga media dikatakan valid.

7. Kemudahan memidahkan dan membawa media

Sangat baik

Media sangat mudah dipindahkan dan dibawa oleh siswa tunanetra kelas III, sehingga media dikatakan valid.

8. Kemudahan penyimpanan dan perawatan media

Sangat baik

Media sangat mudah disimpan dan dirawat oleh siswa tunanetra kelas III, sehingga media dikatakan valid.

Keawetan Media

9. Keawetan media Baik Media tidak mudah rusak dan awet digunakan beberapa kali pertemuan, sehingga media dikatakan valid

Keamanan Media

99 I. Teknik analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 282) analisis data kuantitatif dalam penelitian eksperimen diolah dengan rumus-rumus statistik yang sudah disediakan, baik secara manual maupun menggunakan jasa komputer. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif terdiri dari teknik analisis data statistik deskriptif dan statistik inferensial (Sugiyono, 2013: 147). Data tes hasil belajar konsep pecahan pada penelitian ini diolah menggunakan teknik analisis statistik inferensial dengan uji statistik non-paramertik. Data hasil observasi kemampuan pemahaman konsep pecahan pada siswa tunanetra diolah menggunakan teknik analisis statistik deskriptif.

Adapun langkah teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Analisis data data tes hasil belajar konsep pecahan a. Persiapan

Pengecekan kelengkapan data tes hasil belajar konsep pecahan siswa tunanetra. Langkah ini dilakukan untuk menyortir dan memilih data yang akan diolah dan dianalisis.

b. Tabulasi Data

Data dari hasil tes belajar diberikan skor pada setiap item butir dan dihitung jumlah skor akhir. Data kemudian dipersentasekan dan dimasukan kedalam kategori penilaian. Hasil presentase menjadi data untuk dilakukan perbandingan antara hasil post-test dengan hasil pre-test.

100 c. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan melalui teknik statistik non-parametrik tes wilcoxon. Menurut Siegel (1996: 93-94) bahwa tes wilcoxon dapat mengungkapkan data mengenai perbedaan bobot dari dua pasangan yang berbeda kondisi. Tes Wilcoxon dapat digunakan untuk membuat penilaian antara dua skor yang berbeda dari dua pasang data. Adapun langkah-langkah dalam menguji data dengan menggunakan tes wilcoxon yaitu sebagai berikut:

1) Menentukan formulasi hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep pecahan siswa tunanetra kelas III sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, sehingga penggunaan media model “bola pecahan” tidak efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep pecahan siswa tunanetra kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta.

Ha : Ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep pecahan siswa tunanetra kelas III sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, sehingga penggunaan media model “bola pecahan” efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep pecahan siswa tunanetra kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta.

2) Menentukan taraf signifikan (α) yaitu 0,05 atau 5% 3) Menentukan kriteria pengujian

Ho diterima apabila Thitung > Ttabel

101 4) Menentukan statistik uji

Menentukan statistik uji dilakukan dengan langkah berikut: a) Membandingkan dan menentukan tanda hasil pre-test dan post-test

masing-masing subjek sehingga diperoleh nilai di.

b) Memberikan ranking pada di, dari yang terkecil sampai terbesar tanpa melihat tanda negatif (-) dan positif (+), sehingga diperoleh ranking d. Bila di = 0, maka dikeluarkan dari perhitungan. Bila di

sama, maka pemberian ranking dilakukan dengan membuat ranking rata-rata dari skor yang sama.

c) Menetapkan nilai T yaitu jumlah yang lebih kecil dari kedua kelompok ranking negatif (-) atau positif (+) yang memiliki tanda sama.

d) Menentukan nilai Ttabel dengan melihat kebenaran uji tes wilcoxon yaitu Tabel G.

5) Membuat kesimpulan

Membuat kesimpulan dilakukan dengan cara membandingkan nilai Thitung dengan nilai Ttabel, kemudian menyimpulkan hasil uji statistik untuk data tes hasil belajar dengan uji tes wilcoxon sebagai berikut:

a) Apabila Ho ditolak dan Ha diterima, maka dapat diartikan bahwa ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep pecahan siswa tunanetra kelas III sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, sehingga penggunaan media model “bola pecahan” efektif terhadap

102

kemampuan pemahaman siswa tunanetra kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta.

b) Apabila Ho diterima dan Ha ditolak, maka dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep pecahan siswa tunanetra kelas III sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, sehingga penggunaan media model “bola pecahan” tidak efektif terhadap kemampuan pemahaman siswa tunanetra kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta.

2. Analisis data observasi kemampuan observasi kemampuan pemahaman konsep pecahan pada siswa tunanetra

1. Persiapan

Pengecekan kelengkapan data observasi kemampuan observasi kemampuan pemahaman konsep pecahan pada siswa tunanetra. Langkah ini dilakukan untuk memilih data yang akan diolah dan dianalisis.

2. Tabulasi Data

Data dari hasil observasi diberikan skor pada setiap item butir dan dihitung jumlah skor akhir. Adapun cara penskoran sebagai berikut: 1) Menjumlahkan banyaknya centangan pada masing-masing kolom

pilihan.

2) Mengalikan banyaknya centangan dengan nilai skor. 3) Menjumlahkan semua hasil kali skor pada semua kolom.

4) Mempersentasekan hasil akhir skor dan memasukan ke dalam kategori penilaian yang telah disusun.

103 3. Membuat kesimpulan

Membuat kesimpulan dilakukan dengan cara mendeskripsikan perilaku siswa tunanetra pada saat pembelajaran konsep pecahan (perlakuan) berlangsung sesuai dengan skor observasi yang diperoleh selama pembelajaran. Kategori skor terdiri dari sangat baik, baik, cukup, dan kurang.