• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diani Mentari

Dalam dokumen Kuat Melawan Corona (Halaman 97-104)

Dosen STIKES Guna Bangsa Yogyakarta

Awal bulan Maret 2020, kampus kami masih berjalan seperti biasa, kuliah tatap muka, bersalaman, Kantin kampus masih buka. Meskipun ini agak sedikit berbeda dengan harga hand sanitazer dan Masker yang dijual dibeberapa toko sudah ebih mahal dari satu buah pizza ukuran Large. Minggu kedua bulan Maret 2020, mulailah muncul berbagai kebijakan terkait Covid-19 dari berbagai instansi Pemerintah dan Instansi Kesehatan. Hal ini dikarenakan Provinsi DI Yogyakarta merupakan daerah dengan kasus covid-19 cukup tinggi. Pada saat itu sudah dikategorikan zona merah, karena angka kejadiannya meningkat seiring dengan bertambahnya hari dan beberapa pasien COVID-19 meninggal dunia.

Pada sebagian perguruan tinggi sudah mengeluarkan kebijakan pembelajaran dari rumah. Kantor-kantor besar juga menerapkan

Work Form Home (WFH), gang kecil di sudut perkampungan sudah

mulai “dilockdown” secara lokal dan jalan-jalan besar sudah terlihat sangat sepi, sepinya melebihi sunyinya malam kota Yogyakarta.

Pertengahan bulan Maret 2020, kampus kami menerapkan hal yang sama, WFH bagi dosen dan karyawan serta kegiatan pembelajaran dilakukan dirumah masing-masing. Pada saat minggu pertama, berkerja dari rumah, saya masih terasa “biasa” saja, malah berasa liburan akhir semester. Kegiatan yang sangat dirindukan adalah berkumpul dengan orang tua yang saat itu bisa saya tunaikan. Kegiatan bermain bersama anak dan moment “nyuapin” merupakan hal yang membuat saya bahagia. Hal ini dikarenakan, pada saat berkerja, anak saya “daycarekan” dari jam 08.00-17.00, sehingga moment untuk

“kruntelan” bersama keluarga adalah hal yang paling hangat dan dinantikan.

Secara pribadi, kebijakan WFH saat itu adalah seperti angin segar bagi saya, sebelumnya beberapa bulan terakhir hati dan pikiran terasa begitu penat, penuh sesak sehingga sering sekali menyebabkan kelelahan yang teramat sangat. WFH saat itu seperti “healing” bagi saya, karena untuk sementara waktu saya tidak bertemu dengan beberapa individu yang membuat emosi ini benar-benar terkuras. Kalau saat kita muda mungkin kita mengenal istilah “break” pada orang pacaran. Saat ini pada moment ini, social distancing dengan beberapa orang ternyata membuat saya lebih tenang. Menjauh sebentar adalah hal baik, untuk pemulihan. Ya, “Social distancing” ini memulihkan hati saya.

Allah Maha Kasih dan Allah Maha Baik, kita tidak benar-benar paham apa maksud dari Pandemi COVID-19. Secara kasat mata, ini memang terlihat seperti perang. Namun, dibalik itu semua, Allah pulihkan kondisi bumi ini, awan menjadi biru, udara menjadi syahdu, jalanan menjadi sunyi namun menenangkan dan Polusi mulai menghilang. Allah ajarkan kesabaran, melalui WFH, yang kesemuanya benar-benar melatih hati ini untuk “menerima” kondisi yang engkau berikan. Allah tunjukkan, mana pribadi yang baik dan mana pribadi yang “pura-pura baik”. Allah melatih jiwa kita apakah tetap beribadah padaNYA meskipun tak ada penilaian orang lain

Dan yang terpeting dalam kondisi sepi, Allah ingatkan kita untuk selalu bersyukur, terhadap apa yang telah kita miliki saat ini. Yang kelak, semua itu akan kembali padaNYA. Hari-hari telah berubah, namun belum tentu itu musibah. Terus berbenah agar hidup kita semakin berkah. Semua akan kembali indah, pulih kembali, maka jangan menyerah!Bismillah!, Terimakasih ya Allah, pastilah Engkau memberikan akhir cerita yang indah. Aamiin.

Sebagai seorang dosen, maka saya harus menjadi pribadi pembelajar. Perkuliahan secara daring membuat kita “terpaksa” melek teknologi, harus terampil dalam menggunakan e-learning, ataupun

platform lain yang mendukung proses pembelajaran. Bersyukur, kampus kami menyedikan platform e-learning yang lengkap menurut saya. Materi perkuliahan bisa diupload dan tersimpan secara sistematis, sehingga mahasiswa dapat dengan mudah mengunduh materi tersebut. Namun terkadang, saya ada beberapa materi yang saya anggap “horor”. Materi tersebut memerlukan penjelasan secara live

lecture, sehingga diharapkan mahasiswa tidak “ngibrit” terlebih dahulu

karena kesusahan dalam memahami materi. Pada kondisi WFH, pada pelaksanaan live lecture terkadang timbul gangguan-gangguan yang bersifat “lokal” dan “temporal”, seperti anak tiba-tiba menghampiri minta dibantu untuk buang air kecil dikamar mandi. Rengekan anak yang mau “lebih diperhatikan”, atau terkadang bunyi dan suara-suara yang terdengar namun harusnya tidak perlu diperdengarkan. Ya, memang saat ini kondisinya serba “spontan” yang terkadang terasa mengelitik ketika kembali diingat.

Seni berkerja yang dibutuhkan saat WFM adalah kita harus “Legowo” dengan kondisi yang ada. Pada saat ini kita berkerja dirumah, rumah kita yang penuh dengan aktivitas yang tidak bisa kita kendalikan disaat jam 08.00-17.00. Keikhlasan untuk memahami kondisi sekitar harus benar-benar kita dahulukan, karena apabila semakin meratapi keadaan, mengeluh atau tak menerima kenyataan. Maka semua akan menjadi semakin berat, Bebannya juga sungguh terasa. So, percayakanlah pada Sang Pencipta, bahwa saat ini adalah kondisi “terbaik” yang diberikan oleh-NYA untuk kita. Beliau tau kapasitas kita dan Beliau tau bahwa kita bisa melaksanakannya dengan baik.

Pembelajaran online sudah berjalan 3 mingguan. Pada satu waktu, saya menemukan materi yang saya anggap “horor” sehingga sayapun menginfokan kepada koordinator angkatan kelas, melalui pesan singkat di WhatsApp.

“Selamat pagi mas, untuk materi perkuliahnnya sudah saya

upload di kelas (e-learning), Nanti silahkan dilihat ya!, Jam 10.00

nanti kita kuliah bersama pakai Zoom sebentar saja, Diakhir kuliah ada kuis melalui Quizziz”

Pesan saya kirim dan tanpa menunggu lama koordinator kelas tersebut membalas

“Pagi juga Bu, baik terima kasih infonya, akan saya sampaikan dikelas”. Pesan text tersebut disisipi icon Namaste. Namun tak beberapa lama pesan whatsapp kembali muncul Notifikasi “Selamat pagi Bu maaf mengangu waktunya, menyampaikan dari teman-teman mengenai perkuliahan nanti, pengunaan aplikasi Zoom sebagian teman-teman berkeluhan dimana tidak ada aplikasi dan tidak ada jaringan, bagaimana Bu?, sekian dan terima kasih”, Icon Nasmate tetap diberikan diakhir pesan tersebut.

Hanya selisih beberapa menit dari pesan yang telah masuk, sayapun membalas pesan tersebut.

“Wallaikumsallam, materikuliahnya silahkan bisa dibaca saja mas, Tidak perlu live lecture. Nanti sekitar jam 10.00 kita kuis pakai quizizz saja ya mas, Bagaimana ?

Tanpa waktu yang lama Koordinator angkatan tersebut merespon “Oh iya baik Bu, saya sampaikan dikelas Bu”

Selang beberapa menit, koordinator angkatan tersebut kembali mengkonfirmasi melalui pesan di whatsapp”teman2 pada setuju Bu”

Sayapun membalas pesan tersebut “Oke, terimakasih mas, Nanti jam 10.00 kode Kuis saya berikan, jam 10.10 kita mulai kuisnya ya”.

Pembelajaran jarak jauh memang menjadi kendala tersendiri bagi sebagian orang. Ada yang terkendala terkait dengan skill penggunaan Teknologi Informasi, ada yang sudah punya skill namun tidak punya sarana dan prasarana memadai, atau mungkin ada yang memiliki skill TOP, Sarana dan Prasarana Awesome, namun Niat belajarnya yang nihil. Hehehe, kendala pembelajaran masing-masing orang beda-beda. Saya pribadi berpendapat bahwa, Mahasiswa kami adalah orang-orang yang memiliki tekad kuat untuk belajar. Mereka sebagian besar berasal dari luar pulau Jawa, mereka datang ke Kota Pelajar dengan harapan menjadi menjadi pribadi yang lebih baik. Mereka meninggalkan kenyamanan dari tanah kelahiran dan kelak akan

pulang untuk membangun keadaan. Mahasiswa kami, banyak yang berasal dari Indonesia Bagian Timur. Saya pribadi belum pernah kesana, hanya saja pernah berpetualang melalui Kanal Youtube maupun Google earth. Kendala terkait provider dan faktor pendukung lainnya (koneksi, paket data dan lain-lain) pasti merupakan salah satu masalah bagi mereka.

Pada moment lain, saya memberikan perkuliahan untuk angkatan lain secara live lecture, diakhir sesi saya menyampaikan kepada peserta kuliah apakah ada yang perlu ditanyakan, kemudian salah satu perwakilan mahasiswa menyampaikan.

“Bu, mohon maaf untuk penjelasan terkait cara pembacaan hasil Indentifikasi belum jelas, karena tadi koneksi sempat terputus, apakah bisa kami dibuatkan vidio tersendiri terkait hal tersebut?” Tanpa banyak pertimbangan saya iyakan “Baik mas”

Sekarang, kendala ada disaya, koneksi yang tidak stabil menyebabkan penyampaian informasi menjadi terputus. Hal ini yang membuat saya harus mulai merubah strategi pembelajaran. Mulai dari sinilah, ide membuat vidio pembelajaran dan diupload di kanal Youtube mulai muncul.

Youtube sebagai menambah informasi untuk mendukung kegiatan pembelajaran sering kali saya lakukan. Namun untuk menjadi conten

creator sebuah Kanal Youtube sama sekali belum pernah terpikirkan.

Ya, semuanya karena The Power of Kepepet Pembelajaran Daring, sehingga mau tak mau harus segera saya lakukan untuk memudahkan mahasiswa memahami materi perkuliahan. Saya harus memulainya sekarang, sekarang juga!.

Sebagai seorang pemula, untuk membuat vidio dengan durasi 10 menitan, saya memerlukan waktu satu minggu, sangat lama ya. Hehehe. Saya memilih menggunakan aplikasi di Hp agar mempermudah proses editing. Vidio pertama yang saya buat sangat sederhana sekali. Sebagai pemula sebenarnya bukan alasan untuk menampilkan vidio dengan kategori diatas sederhana. Namun untuk kali ini, saya membuat level sederhana yang saya anggap sudah cukup.

Pembuatan vidio dilakukan dengan mencuri waktu segan. Pada pengisian Audio, saya lebih memilih malam hari. Hal ini karena malam hari suasananya lebih tenang, suara-suara seperti bunda pipis, bunda mau pup, bunda aku haus bisa diminimalisir. Namun malam hari inilah yang “mengharuskan” untuk berkata-kata lebih lirih, karena jangan sampai suara ini membangunkan seisi jagat raya ^_^. Lirihnya suaraku membuat hasil audio terdengar seperti orang “Kelelep” didalam air. “Blup...blup...blup”. “Ahh sudahlah, masih pemula”, begitu ucapku.

Hasil vidio pertama membuatku tidak cukup puas, sehingga aku membuat vidio yang kedua dengan konsep yang berbeda. Animasi merupakan pilihanku, meskipun bagi pemula terasa berat, namun tak apa coba saja. Pada pembuatan vidio animasi ini, saya merasa ketagihan, informasi yang digabungkan dengan gambar atau animasi yang sesuai membuat apa yang ingin disampaikan dividio tersebut lebih mudah. Kali ini vido saya tambahkan intro dibagian depan. Bagi pemula seperti saya, hal itu sungguh sangat membuat hati riang. “Bagus juga ya”, pikirku saat itu.

Sama seperti vidio pertama, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya satu mingguan. Namun pada vidio kedua, sudah nampak “peningkatan” tidak lagi sederhana menurut saya. “DONE”, saya upload vidio tersebut dan benar saja vidio tersebut mengundang orang untuk berkomentar. Ahh begitu saja sudah membuat senang Youtuber pemula ini. Pembuatan vidio Youtube dari awalnya kepepet, langkah terasa terseret...hingga akhirnya bisa melawatinya. Ya langkah pertama terasa berat. Kalau sudah melangkah, tinggal kita menentukan apakah akan meneruskan atau tidak.

Vidio ketiga saya buat kembali, kali ini masih dengan tampilan animasi karena menurut saya cukup menarik. Sambil membuat vidio sayapun iseng-iseng membuka Facebook dan menemukan grup tentang perkumpulan dosen-dosen yang memiliki akun Youtube. “Woooow” pikirku saat itu, “Keren nich bisa sharing terkait akun Youtube”. Pada group tersebut, saya melihat profil Youtube dari beberapa dosen. Ada yang membuat materi perkuliahan, sharing

tentang ketrampilan atau ada juga profil seperti vlog pribadi. Anggota dari group tersebut saling subscribe-like-Comment sebagai bentuk dukungan dari antar anggota. Selain berbagi informasi, pasti dosen-dosen di group tersebut juga berimaginasi kelak “channel-nya” dapat seperti channel Atta Halilintar ataupun Ria Ricis.

Terlepas dari Dosen Youtuber. Pandemi ini mengajari saya banyak hal, situasi kepepet ini membuat saya keluar dari zona nyaman. Terkadang kita merasa berada disituasi yang salah, Namun bukan, Allah hanya meminta kita untuk adaptasi pada kondisi baru. Kesemuanya ada pada kita, kita memilih untuk berdiam atau bergerak mengikuti arus perubahan. Gerak-gerak-gerak, karena diam juga ada resikonya.

Pada sebagian orang, tahun 2020 berasa begitu berat. Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa ini tidak real dan ingin “menginstall ulang”. Perubahan yang sangat cepat membuat beberapa orang masih belum mau menerima perubahan yang ada. Mereka masih menggunakan idealisme mereka, yang saat ini idealismenya sudah usang, sudah tidak sesuai dengan keadaan. New Normal yang dikeluarkan pemerintah membuat kita beradaptasi dengan keadaan. Kita harus berani menghadapi setiap “Tembok” yang ada didepan kita, karena apabila kita takut mengadapinya maka kita akan tertinggal dibelakang tak bisa meraih mimpi yang kita inginkan

Youtuber pemula merupakan predikat beberapa dosen saat

ini, mereka mencoba beradaptasi untuk menyampaikan materi pembelajaran yang lebih mudah dipahami saat diterapkan pada pembelajaran daring. KH. Maimoen Zubair pernah menyampaikan satu nasehat “Jadi guru itu tidak usah punya niat bikin pintar orang. Nanti kamu hanya marah-marah ketika melihat muridmu tidak pintar. Ikhlasnya jadi hilang. Yang penting NIAT menyampaikan ilmu dan mendidik dengan baik. masalah Muridmu kelak jadi pintar atau tidak, serahkan pada Allah. Didoakan saja terus menerus ahar muridnya mendapatkan hidayah”

PESAN KIPASAN BUMI, KIBASAN

Dalam dokumen Kuat Melawan Corona (Halaman 97-104)