BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.3 Koordinasi dalam Implementasi Program Kampung KB di kelurahan
4.3.4 Dinamisme
Koordinasi harus secara terus-menerus diubah mengingat perubahan-perubahan lingkungan baik intern maupun ekstern. Dengan kata lain koordinasi itu tidak boleh terlalu kaku. Pekerjaan koordinasi dapat menemukan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan baru yang pada waktunya dapat menambah masalah. Koordinasi yang dinamis akan meredakan masalah-masalah yang timbul dengan mengetahui secara dini dan mencegah kejadiannya. Koordinasi harus bersifat dinamis dalam artian tidak kaku, koordinasi tidak kaku dapat dilihat dengan adanya perubahan selama proses koordinasi.
Perubahan dapat dilihat dengan memperhatikan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dalam proses pelaksanaan koordinasi secara dini. Jika kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dalam proses koordinasi dapat diketahui secara dini maka hal itu dapat meredakan masalah-masalah yang timbul dengan cepat dan dapat mencegah agar masalah-masalah lainnya tidak terjadi.
Dalam koordinasi pada program kampung KB di Kelurahan Sari Rejo melibatkan banyak pihak lintas sektor. Setiap peran yang diberikan kepada masing-masing pihak memiliki fungsi yang berbeda-beda, namun dalam mencapaian tujuan kampung KB Sari Rejo fungsi dan peran masing-masing
pihak tersebut memiliki keterkaitan satu sama lainnya. hal ini dijelaskan oleh Kepala Seksi KB DPPKB Kota Medan, berikut wawancara peneliti:
“Kampung KB ini kan juga merupakan program lintas sektoral, demi mencapai tujuannya ini kita bersama-sama harus saling bersatu, bekerjasama dan melaksanakan fungsi koordinasi dengan sebaik-baiknya.
Karena ketika ada suatu masalah dalam satu instansi , sangat besar kemungkinan instansi lainnya juga akan sulit dalam melaksanakan perannya. Jadi, semua pihak harus saling koordinasi, seperti DPPKB selaku leading sector dalam mengadakan kunjungan ataupun rapat koordinasi dengan kasi dinas lain misalnya.” (wawancara tambahan Ibu Faridah, 22 Februari 2021)
Pernyataan di atas juga didukung oleh informan lain yaitu Koordinator PLKB Kecamatan Medan Polonia, sebagai berikut:
“untuk kesepahaman dengan lintas sektor sangat diperlukan ya tentunya dalam program kampung KB ini. Karena dalam program kampung KB kegiatan-kegiatannya ada yang melibatkan instansi lintas sektor jadi sudah ada aturan kerjanya yang ditetapkan oleh walikota, sedangkan dengan mitra lain kesepahaman disepakati dengan pedoman dari BKKBN jadi itu diberlakukan hingga unit di desa atau kelurahan” (wawancara tambahan Ibu Aminah, 25 Februari 2021)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dipahami bahwa dalam melaksanakan program kampung KB ini keterkaitan satu sama lain pihak akan sangat menentukan keberhasilan dari program Kampung KB itu sendiri.
Program Kampung KB tidak akan dapat mencapai tujuannya jika tidak terjalin koordinasi yang baik oleh masing-masing pihak.
Dalam pelaksanaan program kampung KB di Sari Rejo peneliti menemukan masalah yang peneliti anggap sebagai suatu masalah yang cukup menghambat pelaksanaan program, yaitu terkait dengan koordinasi mengenai anggaran dalam kegiatan yang diajukan warga sekaligus berkaitan dengan lintas sektor. Dimana hal ini diakui masih cukup menjadi masalah eksternal yang
berulang ketika beberapa kegiatan yang diusulkan mengalami keterlambatan pelaksanaan karena keterbatasan anggaran, Dimana koordinasi yang dilakukan dalam kampung KB Sari Rejo seharusnya dapat memudahkan kegiatan terlaksana begitupula dengan kegiatan lintas sektoral untuk menjalankan program mereka ketengah-tengah masyarakat. Sebagaimana pendapat informan selaku PLKB Sari Rejo berikut tentang anggaran kampung KB,
“Ya kalau dari BKKBN pusat ada tapi cukup untuk rumah data dan kegiatan kecil. Kalau untuk semuanya kan sudah itulah koordinasinya kan. Memang kadang dari mitra kita agak lama nunggunya karena masalah anggaran jadi kadang ada kegiatan yang terhambat. Kita ya bisanya hanya membantu pokja melaporkan kebutuhan tapi kalau anggaran ya kita minta ke atasan lah bagaimana itu nanti bisa diturunkan atau tidak. Sejauh ini kalau tidak ada pihak pihak yang terlibat gak akan berjalan, jadi ya walaupun kekurangan ya seadanya tetap dijalankan.
Yang utama itu memang materi tapi partisipasi lurah dan mitra juga lintas sektoral itu juga penting.” (Wawancara Halimatun, 8 Agustus 2020).
Pendapat lain yang sejalan dengan pendapat di atas sebagaimana yang disampaikan ketua Pokja Kampung KB berikut,
“Ada pakai uang kas kalau disini, ada buku kas juga iuaran warga. Ya kalau menurut saya belum cukup, cuma anggaran dari pemerintah, karena mereka yang menetukan, setiap 2 bulan sekali, sekarang lagi ada jeda pertemuan, tapi kegiatan tetap berjalan dan masyarakat masih harus dibina.” (Wawancara Sufiati, 5 Agustus 2020).
Dari hasil wawancara tentang kegiatan yang dapat diusahakan tetap berjalan walaupun program mengalami masalah koordinasi mengenai keterbatasan anggaran, diketahui bahwa program kampung KB tetap dapat berjalan seadanya. Akan tetapi, bukan berarti masalah inti seperti anggaran ini dapat terus dibiarkan tanpa ada solusi atas kelemahan dalam program kampung KB Sari Rejo. Justru kegiatan yang dilakukan seadanya menjadi suatu tindakan
yang tidak sesuai dengan perencanaan dan kerangka kerja yang sebelumnya telah disepakati. Sehingga, masalah anggaran dapat meluas dan menyinggung aspek lain dalam koordinasi yang dijalankan.
Berdasarkan hasil observasi penulis tentang anggaran dalam koordinasi kampung KB Sari Rejo, adanya kendala pelaksanaan kegiatan di kampung KB dalam laporan dari kelurahan tentang program kampung KB Sari Rejo salah satunya terkait masalah anggaran. Anggaran belum cukup seperti dalam seksi seni budaya, dimana untuk mengembangkan kegiatan kelompok kesenian berupa sanggar tari tidak cukup dengan iuran masyarakat seperti yang selama ini dilaksanakan. Untuk mengembangkan kegiatan dalam seksi sosial budaya diperlukan guru yang ahli dalam bidangnya. Hasil pengamatan peneliti, selama ini kegiatan sosial budaya diisi dengan adanya pertunjukkan jarang kepang atau kuda lumping yang dibiayai dari iuran masyarakat. Pertunjukkan jaran kepang juga bukanlah kegiatan yang memberikan perubahan seni budaya masyarakat di kelurahan Sari Rejo juga bukan sebuah inovasi dari masyarakat melainkan kegiatan yang memang sudah ada sejak lama.
Selain itu, kelemahan lainnya dalam program kampung KB Sari Rejo ditunjukkan dengan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana, seperti yang disampaikan Kabid Pengendalian Penduduk BKKBN berikut ini:
“Fasilitas dan sarana prasarana kita juga terbagi dalam tiap bidangnya.
Misalnya di bidang dalduk ini kita memfasilitasi kampung KB dengan pembuatan rumah data. Rumah data merupakan himpunan data yang sistematis sehingga dapat mempermudah pelaksanaan di lini lapangan untuk memetakan masyarakat, pembuatan laporan dan lainnya.
Penyediaan banner yang terpampang di rumah data itu semua di sediakan bidang dalduk BKKBN.” (Wawancara Alpian Siregar, 7 September 2020)
Pendapat di atas sejalan dengan apa yang disampaikan oleh ketua kampung KB Sari Rejo bahwa,
“Sarana itu seperti rumah data ya ada banyak diberikan sumbangan dari BKKBN, ketika kampung KB Sari Rejo juara juga banyak dapat hadiah dari dinas lainnya. Buku, komputer, alat tulis lain, dengan data yang di dinding itu disediakan sama DPPKB dan BKKBN juga, alat kontrasepsi juga disediakan BKKBN” (Wawancara Sufiati, 5 Agustus 2020).
Gambar 4.9: Halaman parkiran masjid di kampung KB Sari Rejo
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2020
Dari hasil dokumentasi peneliti tentang komitmen pemimpin dalam pengadaan sarana dan prasarana belum maksimal di kampung KB Sari Rejo, karena walaupun rumah data tersedia tetapi ada kekurangan dalam penyediaan alat-alat olahraga dan lapangan olahraga. Namun kegiatan dari program masih dapat berjalan dengan memanfaatkan halaman parkiran masjid. Hal ini sejalan dengan pendapat tokoh masyarakat sekaligus ketua seksi perlindungan kampung KB Sari Rejo berikut :
”Sarana dan prasarana ada tapi menurut saya masih belum cukup, karena banyak kegiatan yang perlu tempat seperti kegiatan anak-anak remaja yang berolahraga.” (Wawancara Dimun, 5 Agustus 2020).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti perihal sarana prasarana, bahwa sarana dan prasarana di Kampung KB Sari Rejo yang disediakan menunjukkan adanya usaha pihak-pihak untuk saling berkoordinasi guna mencapai tujuan kampung KB. Selain itu, tempat untuk pertemuan antar pengurus dan anggota pokja kampung KB juga memanfaatkan kesukarelaan warga. Sementara kegiatan-kegiatan yang tidak memerlukan tempat luas juga dilaksanakan pada rumah ketua kelompok kerja sebagai warga yang menyediakan tempat tinggal secara sukarela untuk keberlangsungan kegiatan kampung KB Sari Rejo.
Akan tetapi, peneliti menarik kesimpulan bahwa dinamisme dalam koordinasi kampung KB Sari Rejo masih belum maksimal karena masalah anggaran dan sarana prasarana masih menjadi kelemahan dalam koordinasi.
Sehingga perlu dioptimalkan lagi dengan adanya perubahan yaitu disediakannya tempat dan alat-alat khusus untuk pelatihan olahraga remaja yang sampai saat ini masih kongsi dengan halaman masjid. Alat-alat olahraga diperlukan agar dapat mendorong remaja melakukan aktivitas yang bermanfaat seperti menjaga kebugaran jasmani dan dapat memotivasi remaja yang memiliki bakat dalam bidang olahraga. Hal ini dilakukan agar berkurangnya kenakalan remaja di lingkungan kelurahan Sari Rejo.