BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.2.1 Tujuan Kampung KB
Kampung KB memiliki tujuan umum yaitu meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung atau yang setara melalui Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga serta pembangunan sektor terkait dalam rangka mewujudkan keluarga kecil berkualitas. Selain itu, kampung KB juga memiliki tujuan khusus untuk Meningkatkan peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, Lembaga non Pemerintah dan swasta dalam memfasilitasi, melakukan pendampingan dan pembinaan kepada masyarakat agar turut berperan serta aktif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui:
1) Peningkatan kualitas dan akurasi data dan peta keluarga 2) Peningkatan jumlah Peserta KB Aktif (CU/PUS) 3) Peningkatan jumlah Peserta KB MKJP
4) Peningkatan jumlah Peserta KB Pria 5) Penurunan angka unmet need
6) Peningkatan Partisipasi keluarga yang memiliki balita dalam Bina Keluarga Balita (BKB)
7) Peningkatan Partisipasi keluarga yang memiliki remaja dalam BKR 8) Peningkatan Partisipasi keluarga yang memiliki lansia dalam BKL 9) Peningkatan Partisipasi lansia dalam BKL
10) Peningkatan Partisipasi remaja dalam PIK
11) Peningkatan Rata-rata usia kawin pertama perempuan
12) Peningkatan Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak 13) Peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat
14) Peningkatan status sosial ekonomi
15) Peningkatan rata-rata lama sekolah anak usia sekolah 16) Peningkatan lingkungan dan pemukiman yang sehat
17) Peningkatan kualitas pembangunan sektor pembangunan terkait (huruf l s/d q dirumuskan oleh K/L terkait)
Tujuan tersebut tidak hanya dimaksudkan untuk kepentingan satu lembaga saja akan tetapi sebagai strategi untuk mencapai tujuan yang lebih luas. Tujuan-tujuan tersebut merupakan usaha yang dilakukan untuk mengurangi kemiskinan, kepadatan penduduk, pengangguran, dan pembangunan sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas.
4.2.2 Sasaran Penggarapan
Sasaran yang merupakan subjek dan objek dalam pelaksanaan program dan kegiatan di Kampung KB adalah: Keluarga; Remaja; Penduduk Lanjut Usia (Lansia); Pasangan Usia Subur (PUS); Keluarga dengan balita; Keluarga
dengan remaja; Keluarga dengan lansia; Sasaran sektor sesuai dengan bidang tugas masing masing. Dengan pelaksana sebagai berikut:
1) Kepala Desa/Lurah;
2) Ketua RW;
3) Ketua RT;
4) PKB/PLKB/TPD;
5) Petugas Lapangan sektor terkait;
6) Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Tingkat Desa/Kelurahan;
7) Institusi Masyarakat Pedesaan (PPKBD dan Sub PPKBD)
8) Tokoh Masyarakat (Tokoh Adat/Tokoh Agama/ Tokoh masyarakat di desa/kelurahan);
9) Kader.
4.2.3 Ruang Lingkup Kegiatan Kampung KB
Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan di Kampung KB meliputi:
1. Kependudukan;
2. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi;
3. Ketahanan Keluarga dan Pemberdayaan Keluarga (Pembangunan Keluarga);
4. Kegiatan Lintas Sektor (Bidang Pemukiman, Sosial Ekonomi, Kesehatan, Pendidikan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan sebagainya disesuaikan dengan kebutuhan wilayah Kampung KB).
4.2.4 Persyaratan dan Kriteria Pembentukan Kampung KB
4.2.4.1 Persyaratan
Dalam proses pembentukannya, suatu wilayah yang akan dijadikan sebagai lokasi Kampung KB perlu memperhatikan prasyarat wajib yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Dukungan dan komitmen Pemerintah daerah
Komitmen dan peranan aktif seluruh instansi/ unit kerja, Pemerintahan Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan dalam memberikan dukungan terhadap program dan kegiatan yang akan dilaksanakan di kampung KB dan bersedia memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidang tugas instansi masing-masing untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
2. Ketersediaan Data dan Informasi Kependudukan yang Akurat
Data Kependudukan yang akurat adalah data yang bersumber dari Hasil Pendataan Keluarga, Data Potensi Desa dan Data Catatan Sipil yang akurat sehingga dapat digunakan sebagai dasar penetapan prioritas, sasaran dan program yang akan dilaksanakan di suatu wilayah Kampung KB secara berkesinambungan. Dukungan lintas sektor tingkat Kabupaten/Kota dalam penggarapan Kampung KB, didasari analisis data hasil Pendataan Keluarga tahun 2015, data kependudukan dan catatan sipil serta data potensi Desa. Data tersebut dibahas dan dibedah dalam forum sarasehan data hasil pendataan di tingkat Kampung. Satu-persatu persoalan dibahas dan diselesaikan oleh Dinas/Instansi yang berwenang.
maka segera dilakukan langkah dikoordinasikan oleh PLKB/PKB kepada Kepala Desa, agar di undang Kemendag/KUA untuk memberikan surat nikah kepada keluargakeluarga di Kampung KB yang belum mempunyai Surat Nikah. Contoh lain, misal ditemukan data dalam keluarga yang mempunyai anak dan bayi tapi belum di imunisasi, maka segera dilakukan langkah dikoordinasikan oleh PLKB/PKB kepada Kepala Desa agara Kepala Puskesmas atau Bidan Desa untuk melakukan pelayanan imunisasi di kampung KB.
3. Partisipasi Masyarakat
Dukungan partisipasi aktif dari tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat serta masyarakat dalam pengelolaan dan pelaksanaan seluruh kegiatan yang akan dilakukan di kampung KB secara berkesinambungan merupakan prasyarat pembentukan kampung KB guna meningkatkan taraf hidup seluruh masyarakat yang di wilayahnya. Selain itu keterlibatan pihak swasta dalam penggarapan program Pembangunan di Kampung KB sangat penting sebagai bentuk gotong royong dari semua pihak.
4.2.4.2 Kriteria Pembentukan Kampung KB 1. Kriteria Utama
Terdapat dua kriteria utama yang wajib dipenuhi dalam pemilihan dan penetapan pembentukan kampung KB. Kedua kriteria utama tersebut adalah :
Jumlah Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera (KS) I di atas rata-rata KPS dan KS I tingkat desa dimana kampung tersebut berada, dan Jumlah peserta KB di bawah rata-rata pencapaian peserta KB tingkat desa dimana kampung tersebut berlokasi.
2. Kriteria Wilayah
Setelah terpenuhi dua kriteria di atas sebagai kriteria utama pemilihan dan pembentukan kampung KB, maka selanjutnya dapat memilih salah satu kriteria wilayah berikut :
1) Kumuh;
2) Pesisir/Nelayan;
3) Daerah Aliran Sungai (DAS);
4) Bantaran Kereta Api;
5) Kawasan Miskin (termasuk Miskin Perkotaan);
6) Terpencil;
7) Perbatasan;
8) Kawasan Industri;
9) Kawasan Wisata;
10) Tingkat kepadatan penduduk tinggi.
3. Kriteria Khusus
1) Kriteria Data Setiap RT/RW memiliki Data dan Peta Keluarga yang bersumber dari hasil Pendataan Keluarga data kependudukan dan/atau pencatatan sipil yang akurat.
2) Kriteria Kependudukan Angka partisipasi sekolah rendah dan tingkat putus sekolah tinggi.
3) Kriteria Program Keluarga Berencana
a. Peserta KB Aktif lebih rendah dari capaian rata-rata tingkat desa/kelurahan;
b. Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) lebih rendah dari capaian rata-rata tingkat desa/kelurahan;
c. Tingkat Unmet Need lebih tinggi dari capaian rata-rata tingkat desa/kelurahan.
4) Kriteria Program Pembangunan Keluarga
a. Partisipasi keluarga dalam program pembinaan ketahanan keluarga;
b. Partisipasi keluarga dalam program pemberdayaan peningkatan ekonomi keluarga;
c. Partisipasi Remaja dalam kegiatan Generasi Berencana (GenRe) melalui Pusat Informasi dan Konseling (PIK).
5) Kriteria Program Pembangunan Sektor Terkait
a. Kesehatan: Sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga, Pemerintah Provinsi, Pemerintahan Kabupaten/Kota.
b. Sosial Ekonomi: Sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga, Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan
c. Pendidikan: Sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga, Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan Kabupaten/Kota.
d. Pemukiman dan Lingkungan: Sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga, Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan Kabupaten/Kota.
e.
Kriteria Program lainnya sesuai dengan perkembangan.4.2.5 Operasional Kampung KB
Setelah seluruh proses tahapan pembentukan Kampung KB di atas selesai, maka dilanjutkan pada tahapan operasional untuk mengimplementasikan kegiatan yang didahului dengan rapat persiapan oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait di tingkat kabupaten, dimana salah satu output yang diharapkan dapat dicapai pada rapat tersebut adalah tersusunnya terjemahan Rencana Program dan Anggaran Kampung KB melalui Alokasi Jadwal Kegiatan (AJK) yang meliputi rencana pelaksanaan kegiatan bulanan dan mingguan agar dapat mengarahkan para pelaksana kegiatan (Kelompok Kerja Kader per-Bidang) agar dapat mencapai target kinerja yang diharapkan. Kemudian pada tahapan selanjutnya, diselenggarakan workshop tingkat Kabupaten/Kota oleh Perwakilan BKKBN Provinsi, dimana workshop tersebut bertujuan untuk :
1. Memberikan pemahaman tentang konsep Kampung KB termasuk indikator-indikator keberhasilan yang harus dicapai.
2. Mensosialisasikan Rencana Program dan Kegiatan Kampung KB yang telah disusun.
3. Mensosialisasikan Alokasi Jadwal Kegiatan (AJK) bulanan dan mingguan.
4. Pemaparan informasi tentang alur pengganggaran kegiatan (APBN/APBD/Dana Desa/Dukungan anggaran lintas sektor).
5. Mensosialisasikan format-format evaluasi dan pelaporan.
6. Koordinasi lintas sektor dan kemitraan.
Di tingkat Kecamatan, diselenggarakan lokakarya mini yang diikuti oleh pemangku kepentingan tingkat Kecamatan dan Desa/Lokasi Kampung KB untuk kemudian ditindaklanjuti dengan lokakarya mini tingkat Desa dan Pelatihan Kader Desa/Kelurahan (Kelompok Kerja Kader per-bidang yang telah ditetapkan dalam Struktur Organisasi Kampung KB) dengan target setiap kader mampu melaksanakan kegiatan Kampung KB yang telah direncanakan. Setelah memperoleh pelatihan di tingkat desa, Kader bersama dengan Toga/Toma melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) kepada masyarakat melalui :
1. KIE Individu atau kunjungan ke rumah-rumah sasaran;
2. KIE Kelompok dengan memanfaatkan forum-forum sosial (pengajian, pertemuan BKB, Pertemuan BKR, pertemuan UPPKS, Arisan, Taman Posyandu dll);
3. KIE Massa dengan memanfaatkan media tradisional, Mupen, acara-acara hiburan rakyat, dll;
4. KIE Konseling kepada sasaran (Ibu Hamil, BUTEKI, PUS bukan peserta KB, Calon Peserta KB) untuk menentukan dan memantapkan pilihan kontrasepsi yang digunakan.
Disamping itu para kader juga melakukan pembinaan Ketahanan Keluarga melalui berbagai Kelompok Kegiatan (Poktan) seperti BKB, BKR, BKL dan UPPKS serta integrasi program serumpun dengan kegiatan sektor lainnya yang ada di desa/kampung/kelurahan. Pada pelayanan KBKR dapat dilakukan melalui Faskes, Jejaring Kesehatan lainnya, serta pelayanan KB-KIA juga dapat dilakukan di Kampung KB melalui Posyandu. Dalam pengembangan dan pembinaan kepada masyarakat di Kampung KB Pelayanan KKBPK juga dapat dilakukan melalui rujukan ke fasilitas pelayanan yang lebih tinggi
Gambar 4.4 Tahapan Impelemetasi Kampung KB
Sumber: Petunjuk Teknis kampung KB (BKKBN. 2019)
4.2.6 Pemantauan, Evaluasi Dan Pelaporan A. Pemantauan
Tujuan pemantauan dilakukan untuk memastikan dan mengetahui pelaksanaan, identifikasi masalah dan kegiatan operasional Kampung KB berjalan sesuai dengan rencana yang disepakati bersama; Waktu pemantauan dilakukan secara periodik dan berjenjang untuk mengetahui perkembangan Kampung KB; Kegiatan yang dipantau meliputi keberadaan, pemanfaatan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan program KKBPK.
B. Evaluasi
Tujuan evaluasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang hasil dan manfaat serta perkembangan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan program KKBPK; Hasil evaluasi diperlukan untuk merencanakan pengembangan kegiatan-kegiatan program KKBPK yang akan datang dengan melibatkan pemberintah daerah dan lintas sektor.
C. Pelaporan
Perkembangan pelaksanaan kegiatan dan realisasi program dan anggaran secara rutin dilaporkan (triwulanan, semesteran dan tahunan) oleh Ketua Kampung KB secara berjenjang kepada Kepala SKPD KB untuk ditembuskan kepada Bupati/Walikota selaku Pembina Kampung KB dan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi.
4.3 Koordinasi dalam Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana di kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia
Dengan terbitnya Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga memperluas peran BKKBN bukan hanya sebagai penyelenggaraan KB tapi juga pengendalian penduduk. Diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 tentang BKKBN dimana tugasnya melaksanakan pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana. Sesuai dengan arah kebijakan pemerintahan Kabinet Kerja, BKKBN diamanatkan turut serta untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dengan diharapkan menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas.
Tindakan melakukan inovasi atas perintah presiden dengan pembentukan kampung KB yang melibatkan pembangunan lintas sektoral mengharuskan BKKBN untuk melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait. Untuk melakukan koordinasi BKKBN meneruskan perpanjangan tangan kebijakannya pada setiap provinsi dengan adanya Perwakilan BKKBN pada setiap provinsi di Indonesia.
Perwakilan BKKBN di Provinsi memiliki tugas diantaranya perumusan kebijakan, pemaduan, sinkronisasi kebijakan di bidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana, pelaksana advokasi dan koordinasi di bidang pengendalian penduduk dan KB, penyediaan alat dan kebutuhan KB, Pemberdayaan organisasi masyarakat dalam hal KB, penyelenggara pemantauan dan lainnya.
Untuk menjalankan tugas-tugas di tingkat provinsi tersebut BKKBN perwakilan
pemerintahan daerah, menjalin perjanjian kerja dengan pemerintah daerah untuk dapat mensinkronisasi kebijakan tentang pengendalian penduduk dan keluarga berencana dalam pemerintahan daerah. Selanjutnya, Pemerintah daerah yaitu Gubernur dan Bupati/Walikota mengkoordinasikan kebijakan tersebut dengan Perangkat Daerah Provinsi dan Perangkat Daerah Kabupaten/Kota.
Berdasarkan nomenklatur, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana adalah penamaan Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten/Kota bertugas membantu Bupati/Walikota dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pengendalian penduduk, KB, ketahanan dan kesejahteraan keluarga Daerah Kabupaten/Kota.
Dalam melaksanakan tugasnya, DPPKB memiliki fungsi sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, yaitu: perumusan kebijakan teknis; pelaksanaan pemaduan dan sinkronisasi kebijakan pengendalian kuantitas penduduk; pelaksanaan pendayagunaan tenaga penyuluh KB/petugas lapangan KB dan kader KB; pelaksana pengendalian dan pendistribusian alat dan kontrasepsi, pelaksanaan pemberdaya dan peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan dalam pelaksanaan pelayanan ber-KB, dan pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) melakukan koordinasi dengan Kecamatan hingga Kelurahan. Hal ini dilakukan untuk melaksanakan program dari kebijakan yang telah
yang dimaksud adalah Program Kampung Keluarga Berencana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kampung KB merupakan satuan tingkat wilayah setingkat RT/Dusun atau yang setara dengan kriteria tertentu, dimana nantinya berdasarkan kriteria tertentu tersebut dilaksanakan keterpaduan program KKBPK dan pembangunan sektor lain yang dilaksanakan secara sistemik dan sistematis untuk mendorong kemajuan wilayah tersebut yaitu mensejahterakan masyarakat setempat.
Atas tujuan untuk mendorong kemajuan wilayah dan mensejahterakan masyarakat program kampung Keluarga Berencana memiliki syarat adanya partisipasi langsung dari masyarakat sebagai salah satu pendorong kesuksesan program. Untuk itu, program kampung KB dilaksanakan dengan adanya bentukan kelompok kerja (pokja) yang saling berkoordinasi dengan kepengurusannya.
Kelompok Kerja tersebut didampingi langsung oleh Petugas Lapangan KB (PLKB) dari Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana (DPPKB) sebagai pembina lapangan pokja kampung KB yang ada di kelurahan.
Sebagaimana alur koordinasi yang dijelaskan di atas, dapat diketahui bahwa program kampung KB bergantung dengan koordinasi yang dilakukan untuk melaksanakan keterpaduan Program KKBPK dan pembangunan lintas sektoral di wilayah setingkat kelurahan. Dalam penelitian ini untuk melihat koordinasi program kampung KB di kelurahan Sari Rejo mengunakan pendapat dari Tripathi dan Reddy dalam buku Moekijat terkait syarat-syarat mencapai koordinasi yang efektif hubungan langsung, kesempatan awal, kontinuitas, dinamisme, tujuan yang jelas, organisasi yang sederhana, perumusan wewenang dan tanggung jawab yang jelas,
4.3.1 Hubungan Langsung
Menurut Beebe (2005) dalam Skripsi Rahayu mengungkapkan bahwa hubungan antar pribadi merupakan hubungan yang terbangun antara dua orang sebagai hasil dari komunikasi antar pribadi. Hubungan antar pribadi seperti layaknya komunikasi antar pribadi bersifat transaksional dimana setiap individu yang terlibat saling mempengaruhi satu dengan lainnya.
Hubungan pribadi langsung dapat dilakukan dengan melakukan komunikasi tatap muka (face to face communication). Komunikasi ini juga biasa disebut komunikasi secara lisan (oral communication). Maka dapat diukur indikator dalam hubungan pribadi langsung adalah komunikasi lisan (oral communication) Komunikasi lisan adalah komunikasi yang dilakukan dengan cara tatap muka (face to face communication). Komunikasi ini mempunyai banyak keuntungan karena dapat menilai dari tingkat daripada penerimaan atas pengertian terhadap orang-orang yang diajak bicara, sebab dapat langsung menanyakan, dapat menilai dari jawabannya, dapat mengetahui secara jelas pengertian-pengertiannya, dan dapat diketahui secara jelas apa yang dibicarakan.
Pada aspek hubungan langsung berbicara tentang adanya keterlibatan dengan komunikasi langsung berbagai lembaga dalam koordinasi pada program kampung KB di Kelurahan Sari Rejo. Dimana jika mengacu pada surat Walikota Medan Nomor 476/572.K/IV tahun 2017 lembaga yang terlibat dalam kelompok kerja kampung KB diantaranya adalah seluruh kepengurusan pokja,
kelurahan Sari Rejo juga melibatkan dinas lintas sektoral yang disesuaikan dengan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di kampung KB di kelurahan Sari Rejo.
Adapun terkait dengan hubungan langsung dalam koordinasi yang dilakukan pada program kampung KB Sari Rejo dapat dilihat melalui pertemuan langsung yang dihadiri oleh pihak-pihak terlibat. Pihak-pihak tersebut termasuk juga mitra dan instansi lintas sektoral yang hadir dalam tiap-tiap pertemuan yang diadakan di kampung KB. Pertemuan tersebut bertujuan untuk memusyawarahkan permasalahan dan pencarian solusi serta pembahasan mengenai rencana kerja yang selanjutnya dilakukan di kampung KB Sari Rejo.
Jadwal pertemuan yang dilakukan dalam kampung KB dilakukan dalam jangka waktu tertentu, seperti yang dapat dilihat dari gambar berikut :
Gambar 4.5: Pertemuan Forum Musyawarah Kampung KB Sari Rejo
Sumber: Dokumentasi peneliti 2020
Dari hasil dokumentasi peneliti tentang keterlibatan stakeholder dalam berbagai pertemuan koordinasi pada program kampung KB Sari Rejo, adanya
jadwal yang ditetapkan, membuat pertemuan yang diadakan menjadi lebih tersistematis sehingga hal tersebut mendukung para stakeholder agar dapat terlibat dalam setiap pertemuan yang dilakukan. Dalam setiap pertemuan juga terdapat daftar hadir, dokumentasi, dan berita acara. Dapat dilihat dari gambar di atas dan daftar hadir yang diamati peneliti, pertemuan dihadiri para stakeholder yang termasuk dalam undangan pertemuan yaitu kepala seksi DPPKB, koordinator PLKB Kecamatan, PLKB kelurahan, Lurah, semua kepala lingkungan, setiap penanggung jawab seksi pokja dan pengurus pokja hadir dalam forum musyawarah.
Gambar 4.6: Notulensi Forum dan Daftar Hadir Pertemuan Kampung KB
Sumber: Dokumentasi peneliti 2020
Dalam notulensi forum musyawarah mencatat permasalahan prioritas yang dihadapi masyarakat Sari Rejo. Forum musyawarah di masa pandemi bulan Nopember tercatat permasalahan yang diangkat mengenai meningkatnya kriminalitas pada masa pandemi di kelurahan Sari Rejo. Kriminalitas terjadi diduga karena semakin terhimpitnya ekonomi masyarakat menyebabkan banyak pelaku pencurian. Hal ini menjadi perhatian kampung KB terkait keamanan dan kenyamanan masyarakat Sari Rejo. Untuk mengatasi masalah tersebut diusulkan beberapa solusi di antaranya ialah memberlakukan jam malam untuk anak-anak, memperketat patroli dengan menjadwalkan warga dan keikutsertaan mitra dari Babinsa dan Bhabinkamtimnas melakukan patroli keamanan disekitar lingkungan kelurahan Sari Rejo.
Kemudian seperti hasil dari pertemuan forum musyawarah pada bulan Oktober lalu yang diamati peneliti, yaitu musyawarah terkait masalah sampah dan kenakalan remaja. Dan solusi yang diberikan oleh para stakeholder yaitu dengan menjadwalkan gotong royong membersihkan lingkungan dan memberikan sangsi pada warga yang kedapatan membuang sampah diselokan dan pinggir jalan yang bukan tempatnya. Forum musyawarah dilakukan sekali setiap bulannya. Adapun untuk permasalahan lain yang belum dinilai sebagai masalah mendesak dibicarakan kembali di luar pertemuan sesuai arahan pihak berwenang, seperti halnya keinginan warga dalam solusi sistem belajar online ketika masa pandemi.
Hubungan langsung dalam kampung KB di kelurahan Sari Rejo juga diungkapkan oleh PLKB Sari Rejo sebagai berikut,
“Kalau dikampung KB sari rejo bisa adek lihat karena ini kampung KB percontohan mungkin jadi ya semua pihak memang menunjukkan keterlibatan dankomunikasi langsung, seperti dinas P2KB Kota Medan yang memantau terus pelaksanaan kegiatan di kampung KB. Kami juga ada musyawarah atau pertemuan biasanya 2 bulan sekali untuk membahas kegiatan dan rencana kerja bersama pihak-pihak tersebut, misalnya bu lurah, koordinator KB juga, TP-PKK, babinsa dan lainnya karena kita bermitra tidak bisa kerja sendiri sendiri karena tugas saya juga bukan memantau masalah KB tapi juga pengendalian penduduk bahkan hingga ke perekonomiannnya.” (Wawancara Halimatun 8 Agustus 2020).
Berdasarkan hasil obeservasi peneliti tentang jadwal pertemuan, daftar kehadiran dan pertemuan yang diadakan di kampung KB Sari Rejo dapat diketahui bahwa hubungan langsung dalam pertemuan DPPKB dan Pokja program kampung KB bersama mitra sudah baik. Dengan hadirnya semua pihak yang menunjukkan komunikasi lisan dan partisipasi aktif sesuai dengan kapasitasnya. Namun dalam koordinasi dengan lembaga lintas sektoral masih menemui kekurangan. Dimana beberapa lembaga lintas sektoral yang diharapkan mengintervensi belum berpartisipasi aktif dalam kegiatan kampung KB di kelurahan Sari Rejo. Seperti yang disampaikan Koordinator PLKB Sari Rejo berikut,
“kalau dalam koordinasi di pokja kampung KB kita sudah sangat aktif ya anggotanya, tetapi dalam intervensi kita tidak punya wewenang untuk mendesak lembaga tersebut kita hanya menyurati. Seperti BNN yang belum langsung turun dengan timnya ke kampung KB Sari Rejo, karena memang masalah utama di kampung KB Sari Rejo ini masih banyak ditemukan penyalahgunaan narkoba.” (Wawancara Aminah, 14 Januari 2020).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai hubungan langsung lintas sektoral dan dari data-data di atas, peneliti menemukan fakta bahwa kampung KB Sari Rejo sebagai kampung KB percontohan yang ada di Kota Medan masih menemui kendala dalam mengundang lintas sektoral.
Seperti yang diakui oleh koordinator PLKB di kecamatan yang menjelaskan tentang dinas-dinas lain yang memiliki program tersendiri dan kurangnya anggaran untuk berpartisipasi pada program kampung KB menjadi alasan lintas sektoral masih menemui kendala seperti halnya di Kelurahan Sari Rejo yang belum menerima kunjungan langsung dari BNN untuk urusan penyuluhan narkoba.
Penyuluhan narkoba dimaksudkan agar masyarakat terutama remaja mengetahui bahaya dari pemakaian obat-obat terlarang dan enggan untuk memakai narkotika karena memahami akibat yang akan diterima apabila kedapatan menggunakan obat-obatan terlarang tersebut, serta memberikan wawasan akan kerugian dan efek yang ditimbulkan dari pemakaian narotika.
Walaupun dalam pelaksanaannya kegiatan penyuluhan selama ini tetap dapat berjalan, dengan memberikan arahan tentang bahaya narkoba dilakukan oleh mitra kerja di kelurahan yaitu Babinsa dan Babinkamtimnas. Kemudian,
Walaupun dalam pelaksanaannya kegiatan penyuluhan selama ini tetap dapat berjalan, dengan memberikan arahan tentang bahaya narkoba dilakukan oleh mitra kerja di kelurahan yaitu Babinsa dan Babinkamtimnas. Kemudian,