• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.3 Koordinasi dalam Implementasi Program Kampung KB di kelurahan

4.3.2 Kesempatan Awal

Koordinasi dapat dicapai lebih mudah dalam tingkat-tingkat awal perencanaan dan pembuatan kebijakan. Misalnya, sambil mempersiapkan rencana itu sendiri harus ada konsultasi bersama. Dengan cara demikian tugas penyesuaian dan penyatuan dalam proses pelaksanaan rencana menjadi lebih mudah. Maka dalam kesempatan awal ditunjukkan dengan adanya konsultasi bersama pada saat pembuatan kebijakan. Konsultasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan (nasihat, saran, kebijakan dan sebagainya) yang sebaik-baiknya.

Dalam koordinasi pada program Kampung KB di Kelurahan Sari Rejo, kesempatan awal ditunjukkan dengan adanya komitmen para pemimpin yang tercermin dalam landasan kebijakan untuk dilakukan koordinasi yaitu berupa kesepakatan kerja, ataupun aturan yang mendukung koordinasi yang dilakukan untuk menunjukkan komitmen para pemimpin. Koordinasi dalam program Kampung Keluarga Berencana (KB) didasari oleh Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 440/70/SJ, tertanggal 11 Januari 2016 tentang Pencanangan dan Pembentukan Kampung KB. Dalam poin kedua tertulis bahwa persiapan dan pelaksanaan kampung KB di masing-masing Kabupaten/Kota dikoordinasikan oleh Gubernur/bupati dan perwakilan BKKBN provinsi sesuai batas kewenangan masing-masing. Surat tersebut ditindaklanjuti oleh Gubernur Sumatera Utara dengan menerbitkan Surat

Nomor 440/842 tanggal 3 Januari 2017 perihal pencanangan dan pembentukan kampung KB yang bertujuan membangun Indonesia dimulai dari pinggiran, untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga dan masyarakat melalui program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) serta pembangunan sektor terkait.

Surat Gubernur Sumatera Utara tersebut ditindaklanjuti sampai pada pemerintahan kabupaten/kota sebagai sinkronisasi kebijakan kependudukan dan keluarga berencana yaitu dengan adanya surat tersebut Walikota Medan meneruskan Surat Edaran Nomor 470/1856 tanggal 28 Februari 2019 tentang Intervensi Organisasi Perangkat Daerah Kota Medan dalam Melaksanakan 8 Fungsi Keluarga di Kampung KB. Surat tersebut diterbitkan untuk mempertegas kembali koordinasi dalam pelaksanaan kampung KB setelah sebelumnya Walikota Medan telah membuat Surat Keputusan Nomor 476/572.K/VI/2017 tanggal 15 Juni 2017 tentang Kelompok Kerja Kampung KB di Kota Medan. Dengan memperhatikan surat keputusan tersebut Lurah Kelurahan Sari Rejo menindaklanjuti dengan membuat surat keputusan terbaru Nomor 411.4/01 tanggal 4 Maret 2020 tentang Kelompok Kerja Kampung KB Percontohan Kelurahan Sari Rejo tahun 2020.

Mengenai surat-surat yang telah dijelaskan di atas, menjelaskan kesempatan awal dalam koordinasi pada program kampung KB sudah ada dalam bentuk surat resmi yang dikonsultasikan bersama oleh para pemimpin dalam setiap hirarki pemerintahan, sebagaimana pendapat Ketua pokja berikut:

“Ya sudah ada, karena kan nawacita presiden jadi harus didukung semua pihak, dari Lurah dan Camat menunjukkan ada SK kampung KB juga mereka sering mengunjungi, jadi memang kampung KB ini ada koordinasinya”. (Wawancara Sufiati, 5 Agustus 2020).

Sejalan dengan pendapat di atas, pendapat dari informan lain yaitu Kabid Pengendalian Penduduk BKKBN juga menunjukkan adanya kesempatan awal berupa bentuk SK kampung KB yang telah dibuat dan edaran dari pemimpin,

“Sudah ya untuk BKKBN yang pasti kita muat direnstra juga kan dengan mengundang sekda dan lembaga pemerintahan lain. Untuk peraturan dari lembaga lain, seperti surat tanggapan dari bupati atau kepala daerah di Sumatera Utara sendiri khususnya Kota Medan sudah ada ya dari pencanangan itu ada surat walikota”. (Wawancara Alpian Siregar, 7 September 2020).

Dan pendapat Lurah berikut mempertegas kembali bahwa kesempatan awal dalam pembuatan kebijakan atau bentuk formal berupa surat keputusan tentang program kampung KB dan kepengurusannya sudah dibuat untuk mendukung koordinasi,

“Ooh sudah sudah, kan ada juga itu sudah ada SK nya beserta dengan kepengurusan resminya sudah lengkap di SK Kampung KB Sari Rejo.

Itulah bentuk komitmen bersama pada kesempatan awal kami dalam memprioritaskan program kampung KB di kelurahan Sari Rejo ini”.

(Wawancara Nur’aini, 31 Agustus 2020).

Berdasarkan hasil wawancara yang dihimpun peneliti dan observasi peneliti tentang kesempatan awal perihal pembentukan kebijakan ataupun aturan formal, koordinasi pada program kampung KB di kelurahan Sari Rejo berjalan dengan adanya komitmen sebagai bentuk kesepakatan bersama dalam kesempatan awal koordinasi yang dituangkan dalam bentuk formal seperti surat-surat yang disebutkan sebelumnya terkait pelaksanaan kampung KB dan peran-peran dalam struktur organisasi pelaksana program Kampung KB.

Kesempatan awal dalam koordinasi juga ditunjukkan melalui adanya kerangka kerja yang jelas yang menjabarkan tugas dan fungsi merupakan hal yang penting dalam koordinasi untuk menghindari adanya tumpang tindih tugas. Selain itu, alur kerja akan jelas dan pihak-pihak akan dapat bekerja dengan rapi. Dalam aspek kerangka kerja pada program kampung KB di Kelurahan Sari Rejo bahwa hal tesebut sudah jelas berdasarkan adanya pedoman dan petunjuk teknis yang dibuat untuk pelaksanaan seluruh kampung KB. Pada kampung KB Sari Rejo yang ditetapkan sebagai kampung KB percontohan, pedoman dan petunjuk yang jelas seperti yang dikemukakan PLKB Sari Rejo sebagai berikut :

“Ada, kita ada buku pedoman pelaksanaan yang dibagikan dari DPPKB juga BKKBN. Kalau saya ya harus paham kalau tidak bagaimana menjadi pendamping atau Pembina dilapangan. Jadi sudah jelas lah tupoksi saya dan saya mengerti karena kita juga ada pelatihan kan, sejauh ini kita bekerja pasti ya sesuai kapasitas kita masing-masing ya dek, misalnya pak babinsa juga sering ikut serta dalam kegiatan binaan remaja agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja dan penggunaan narkotika. Dan yang lain juga begitu, sampai pada mitra juga ya melakukan tugasnya masing masing sesuai kapasitas.” (Wawancara, Halimatun 8 Agustus 2020).

Pendapat informan didukung dengan dokumen pedoman dan petunjuk pelaksanaan kampung KB di lini lapangan dan road map kampung KB percontohan yang dibuat oleh BKKBN dengan melakukan rapat koordinasi pada berbagai pihak yang dilibatkan. Pedoman pengelolaan dibuat untuk dipahami oleh setiap lembaga yang terkoordinasi dalam program kampung KB hingga ke tingkat hirarki pemerintahan terkecil.

Gambar 4.7: Buku Pedoman Pengelolaan Kampung KB

Sumber : Dokumentasi peneliti 2020

Berdasarkan adanya dokumen-dokumen berupa pedoman pengelolaan dan road map yang tertera lengkap di website kemudian, website juga dapat diakses oleh siapa saja. Dalam pedoman tersebut dijelaskan secara gamblang dan rinci mengenai peran masing-masing pihak dalam kepengurusan kelompok kerja kampung KB. Pedoman juga berisikan sasaran, indikator, dan kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah krusial di pemukiman padat penduduk dan masalah lainnya serta dituliskan dengan kalimat yang mudah dipahami kalangan tokoh masyarakat. Bukan hanya itu saja, road map penyelenggaraan kampung KB juga dipetakan dengan jelas dari berbagai dokumen yang disusun BKKBN.

Dijalankannya tugas dan peran masing-masing pihak dalam program kampung KB Sari Rejo sesuai pedoman dan petunjuk teknis yang disepakati terlihat dari adanya keterlibatan mitra Babinsa dalam pelayanan keamanan dan

kegiatan pembinaan kenakalan remaja. Selain itu, seksi pendidikan juga telah melakukan kegiatan pembinaan dengan melaksanakan Bina Keluarga Lansia (BKL), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Balita (BKB) sebulan sekali. Adapun seksi lainnya, seperti seksi reproduksi melaksanakan pelayanan KB rutin sebulan sekali. Seksi ekonomi membentuk dan membina usaha wedang sere, produksi tempe dan kripik. Seksi perlindungan melakukan mediasi dari warga yang terlibat KDRT, serta seksi pembinaan lingkungan yang melakukan gerakan penanaman tanaman dan melakukan kerja bakti memelihara lingkungan.

Menurut hasil observasi penulis mengenai kerangka kerja berdasarkan pedoman pengelolaan kampung KB, penulis mengamati bahwa kampung KB Sari Rejo sudah dilaksanakan sesuai dengan kerangka kerja yang menjelaskan tupoksi masing-masing pihak khususnya peran-peran pihak dalam lini lapangan. Output dalam kegiatan yang dilaksanakan sesuai tupoksi yang tertera dalam pedoman pelaksanaan kampung KB sehingga tiap seksi dapat mengetahui tupoksi dan indikator dari output yang akan dicapai. Dari hasil pengamatan peneliti pihak-pihak yang terlibat koordinasi dalam program ini juga sudah mengetahui tupoksi dan perannya dengan jelas. Untuk beberapa pengurus lini lapangan yang anggotanya direkrut dari masyarakat di kelurahan Sari Rejo tupoksi dan peran dapat dibaca, dipelajari langsung oleh para penyuluh KB lapangan atau siapa saja yang dianggap dapat menjelaskan tupoksi dan peran yang mereka emban.

4.3.3 Kontunuitas

Koordinasi merupakan suatu proses yang kontinu dan harus berlangsung pada semua waktu mulai dari tahap perencanaan. Oleh karena koordinasi merupakan dasar struktur organisasi, maka koordinasi harus berlangsung selama organisasi melaksanakan fungsinya. Maka dari penjelasan tersebut kontinuitas ditunjukkan dengan koordinasi yang berlangsung pada semua waktu. Berlangsung pada semua waktu artinya koordinasi merupakan suatu proses yang harus dilakukan mulai dari tahap perencanaan hingga tahap evaluasi dan pelaporan. Dapat dipahami dalam mengukur bagaimana kontinuitas koordinasi yang berlangsung maka peneliti melihat apakah koordinasi berlangsung selama proses dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasaan hingga tahap pengukuran kinerja.

Dalam koordinasi pada program kampung KB Sari Rejo, pada tahap pencanangan awal kampung KB membahas mengenai anggaran yang ditetapkan untuk memenuhi ketersediaan dan kecukupan sumber daya. Aspek ketersediaan dan kecukupuan sumber daya merupakan salah satu aspek pendukung pada keberlangsungan dan keberlanjutan suatu kegiatan. Tidak terkecualikan dalam koordinasi pada program kampung KB Sari Rejo yang membutuhkan sumber daya. Pada program kampung KB Sari Rejo pembentukan kampung KB sudah difasilitasi dengan waktu yang cukup dan anggaran awal untuk penyediaan sarana dan prasarana kampung KB.

Akan tetapi, anggaran tersebut hanya anggaran pada saat pembentukan

pelaksanaan kampung KB Sari Rejo yang sudah berjalan 3 tahun sejak dicanangkan di kelurahan Sari Rejo, sumber anggaran untuk kegiatan berkelanjutan dibebankan dari APBN, APBD, iuran pengurus, sumbangan masyarakat. Sedangkan untuk anggaran khusus untuk loka karya mini, rapat kepengurusan dan evaluasi kegiatan belum ada. Kegiatan lintas sektoral pun bertumpu pada anggaran program masing-masing lembaga yang terlibat dalam kegiatan di kampung KB. Sebagaimana dengan keterangan yang disampaikan oleh Kepala Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN berikut:

“Anggaran kita dari APBN dan bekerja sama juga dengan pemerintah daerah sehingga ada anggaran APBD, begitu juga dengan kementerian desa melalu Dana Desa. Setiap bidang di BKKBN memiliki anggarannya masing, masing seperti dalduk dalam anggaran outputnya rumah data, bidang KS untuk output kegiatan tribina, UPPKS, PIK-R dan bidang KB juga ada anggaran tersendiri. Untuk lintas sektoral, kita tidak ada menganggarkan kalau untuk kegiatan lintas sektoral, karena mereka punya anggaran tersendiri dan masing-masing dari mereka sudah punya program sendiri. Jadi mereka punya anggaran sendiri dan tinggal kampung KBnya yang minta untuk dilayani atau dikunjungi, bisa mereka buat proposal apa yang dibutuhkan warga yang terlingkup kampung KB, misalnya masih ada yang tidak memiliki akte, pihak kampung KB di lapangan membuat proposal dan diteruskan pada OPD KB dan OPD KB bersurat atau meneruskan pada dinas yang terkait atau dari masyarakat dan kelurahan langsung ke dinas yang dituju.” (Wawancara Alpian, 7 September 2020).

Terkait keterangan mengenai anggaran kampung KB di atas dan hasil observasi penulis perihal perencanaan penyediaan anggaran, bahwa dalam program kampung KB Sari Rejo membutuhkan pengadaan anggaran khusus.

Anggaran khusus diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tanpa harus menunggu anggaran masing-masing lembaga lintas sektoral karena lembaga lintas sektoral mengeluarkan anggaran untuk program mereka tersendiri.

Seperti dalam pelaksanaan kegiatan untuk bidang sosial budaya yang dilaporkan masih belum berjalan karena keterbatasan anggaran.

Gambar 4.8 : Laporan Kegiatan Kampung KB Kelurahan Sari Rejo 2019

Sumber: Dokumen Kelurahan Sari Rejo 2020

Dari dokumentasi peneliti tentang laporan seksi sosial budaya kelompok kerja kampung KB, terkait rencana kerja kampung KB Sari Rejo tahun 2019 di atas, anggaran yang diterima di kampung KB belum cukup untuk memberikan honor pada guru tari serta membeli alat-alat yang berkaitan dengan pertunjukan kesenian dan kegiatan seni budaya. Sehingga kegiatan untuk mengisi seksi seni budaya terkesan seperti kegiatan yang di ada adakan saja untuk kampung KB Sari Rejo. Padahal pembentukan sanggar tari merupakan hasil kesepakatan bersama saat diadakan pertemuan awal untuk menetapkan rencana kerja dan kegiatan kampung KB di Sari Rejo. Maka hal ini menjelaskan bahwa keberlanjutan perencanaan hingga pelaporan dalam koordinasi kampung KB

tidak optimal. Padahal, adanya suatu kegiatan tidak lepas dari hasil kesempatan awal dalam rapat-rapat atau pertemuan yang diadakan.

Berdasarkan hasil observasi peneliti perihal anggaran untuk kegiatan dalam seksi seni budaya yang belum berjalan dengan maksimal, hasil pengamatan penulis bahwa dampak dari keterbatasan anggaran adalah kegiatan di kampung KB dalam seksi sosial budaya tidak efektif dan tidak efisien dimana kegiatan hanya sekedar untuk mengisi laporan bukan yang membuat suatu perubahan di lingkungan masyarakat kelurahan Sari Rejo. Tidak efektif dan tidak efisiennya kegiatan dalam seksi sosial budaya bukan semata-mata kesalahan dari kepengurusan pokja kampung KB Sari Rejo ataupun pemerintah saja akan tetapi merupakan PR bersama dalam koordinasi yang telah dijalin.

Dimana seharusnya pemerintah menyediakan anggaran untuk keberlangsungan kegiatan dan pelaksana lini lapangan dan kepengurusan pokja juga memutuskan kegiatan yang benar-benar bermanfaat, efektif dan efisien memberikan perubahan untuk masyarakat di lingkungan kampung KB.

Kegiatan-kegiatan yang tidak efisien dan tidak efektif juga tidak luput dari pengawasan dan pengukuran kinerja. Dalam aspek pengukuran kinerja terhadap suatu kegiatan sangatlah penting, dengan adanya pengukuran kinerja dapat diketahui sejauh mana keberhasilan kegiatan itu dilakukan. Berdasarkan observasi penulis, pengawasan yang dilakukan pada program kampung KB Sari Rejo sudah dilakukan dengan melihat seringnya kunjungan dari OPD KB yaitu DPPKB dalam pertemuan yang dijadwalkan. Selain itu juga, pihak BKKBN

Percontohan di Kota Medan. Sebagaimana yang disampaikan ibu PLKB berikut,

“Kita selalu pantau ya dan usahakan untuk tetap komunikasi jika terjadi sesuatu atau ada hal-hal yang sekiranya perlu dimusyawarahkan. Ada juga kan kunjungan tapi selama ada pandemic corona ini memang diminimalisir sementara pertemuan-pertemuan yang melibatkan banyak orang atau kerumunan.” (Wawancara Halimatun, 8 Agustus 2020).

Pendapat lainnya yang mendukung pendapat informan di atas mengenai pengawasan di kampung KB Sari Rejo, sebagai berikut,

“Ya kalau keadaan normal PLKB sering berkunjung ke sini, DPPKB juga sering tanya apa yang kurang dan lain-lainnya. Orang dari BKKBN juga sesekali datang ada, bahkan yang pensiun juga mau datang. Dari DPPKB juga datang, ibu kadisnya juga saya kenal, waktu itu mutar film tentang KB. Supaya masyarakat ngerti kampung KB yang 8 fungsi tadi itu bisa mensejahterakan masyarakat, hidupnya aman.”

Hal yang sama juga disampaikan pihak BKKBN perwakilan provinsi Sumatera Utara, dengan sudut pandang yang lebih jelas tentang pengawasan yang dilakukan dalam program kampung KB secara keseluruhan,

“Kita pantau melalui web, kan kita punya whatsapp grup jadi jika kita lihat ada masalah kita bisa tanyakan bagaimana laporan dikampung KB tersebut. Lalu memfasilitasi OPD KB untuk menyelesaikan masalah.

Kalau kita turun langsung berapa banyak kampung KB yang harus didatangin lebih dari 800an dengan anggaran yang terbatas dan personil yang juga pasti membutuhkan akomodasi dan lainnya tentu tidak bisa kita awasi setiap saat, tentu diatur jadwal sedemikian. Makanya diharapkan OPD KB yang bertindak, jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan maka baru dilaporkan pada badan perwakilan dan diteruskan ke pusat.”

(Wawancara Alpian, 7 September 2020).

Dari hasil wawancara penulis melihat bahwa dalam aspek pengawasan dan pengukuran kinerja dalam program kampung KB Sari Rejo perlu dioptimalkan lagi. Hal ini karena belum semua sasaran dan indikator terpenuhi dengan cukup baik di setiap kegiatan dari seksi-seksi yang ada dalam pokja.

Kemudian penilaian untuk kampung KB di Kota Medan termasuk Sari Rejo diakui pihak BKKBN masih banyak yang belum berjalan dengan baik, sebagaimana yang disampaikan Kasubbag KB BKKBN berikut,

“Kampung KB kan sebenanarnya juga di bawahi oleh OPD daerah, jadi ada perpanjangan BKKBN dalam program yang kabupaten kota juga memiliki bidang tersebut. Kita punya monitoring dan evaluasi, kita melihat dan turun ke kampung KB yang sudah dibentuk. Ya memang kampung KB percontohan juga ada beberapa yang memang sudah bagus dan ada juga yang tidak, ada yang berjalan dengan bagus termasuk di Kabupaten Deli Serdang, Labuhan Batu, kalau Medan ada yang masih belum kami akui. Dan untuk mengevaluasi kami lakukan studi banding ke provinsi lain, jika sudah seperti itu maka karena kampung KB ini juga bergantung kepada masyarakatnya, bagaimana mereka mau dibina, kalau masyarakat tidak bergerak bagaimana kampung KBnya bergerak dan juga bukan cuma masyarakat ya, tetapi keikutsertaan kepala desa, PLKB, ada Toma. Selain itu juga agar menghasilkan kinerja yang baik perlu dukungan bupati dan walikotanya karena koordinasi kepala OPD KB dengan bupati yang baik juga merupakan faktor koordinasi dapat dijalankan.” (Wawancara Surtono, 17 September 2020).

Berdasarkan hasil observasi peneliti tentang pengawasan dalam koordinasi dalam kampung KB Sari Rejo, bahwa sasaran dan indikator input dan output memang tertulis dengan jelas akan tetapi beberapa kegiatan yang diperhatikan hanyalah kegiatan dibidang prioritas seperti kegiatan seksi produksi, pendidikan, kesehatan, sedangkan kegiatan inovatif masyarakat dalam bidang lain seperti bidang sosial budaya belum mencapai sasaran dengan baik dan tidak tampak ide perubahan dari pertemuan atau rapat yang dilakukan oleh pelaksana lini lapangan, yang dapat menjadi sumber perbaikan keberlanjutan kegiatan dalam program kampung KB Sari Rejo. Sehingga diawasi dan dinilai melalui data update di website saja belum cukup, pendekatan mendalam dan pencaharian solusi juga perlu dilakukan secara terperinci mengingat kampung

KB Sari Rejo adalah Kampung KB Percontohan di Kota Medan yang dijadikan standar untuk pengukuran kinerja koordinasi dan hal lain pada kampung KB sekota Medan lainnya.

4.3.4 Dinamisme

Koordinasi harus secara terus-menerus diubah mengingat perubahan-perubahan lingkungan baik intern maupun ekstern. Dengan kata lain koordinasi itu tidak boleh terlalu kaku. Pekerjaan koordinasi dapat menemukan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan baru yang pada waktunya dapat menambah masalah. Koordinasi yang dinamis akan meredakan masalah-masalah yang timbul dengan mengetahui secara dini dan mencegah kejadiannya. Koordinasi harus bersifat dinamis dalam artian tidak kaku, koordinasi tidak kaku dapat dilihat dengan adanya perubahan selama proses koordinasi.

Perubahan dapat dilihat dengan memperhatikan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dalam proses pelaksanaan koordinasi secara dini. Jika kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dalam proses koordinasi dapat diketahui secara dini maka hal itu dapat meredakan masalah-masalah yang timbul dengan cepat dan dapat mencegah agar masalah-masalah lainnya tidak terjadi.

Dalam koordinasi pada program kampung KB di Kelurahan Sari Rejo melibatkan banyak pihak lintas sektor. Setiap peran yang diberikan kepada masing-masing pihak memiliki fungsi yang berbeda-beda, namun dalam mencapaian tujuan kampung KB Sari Rejo fungsi dan peran masing-masing

pihak tersebut memiliki keterkaitan satu sama lainnya. hal ini dijelaskan oleh Kepala Seksi KB DPPKB Kota Medan, berikut wawancara peneliti:

“Kampung KB ini kan juga merupakan program lintas sektoral, demi mencapai tujuannya ini kita bersama-sama harus saling bersatu, bekerjasama dan melaksanakan fungsi koordinasi dengan sebaik-baiknya.

Karena ketika ada suatu masalah dalam satu instansi , sangat besar kemungkinan instansi lainnya juga akan sulit dalam melaksanakan perannya. Jadi, semua pihak harus saling koordinasi, seperti DPPKB selaku leading sector dalam mengadakan kunjungan ataupun rapat koordinasi dengan kasi dinas lain misalnya.” (wawancara tambahan Ibu Faridah, 22 Februari 2021)

Pernyataan di atas juga didukung oleh informan lain yaitu Koordinator PLKB Kecamatan Medan Polonia, sebagai berikut:

“untuk kesepahaman dengan lintas sektor sangat diperlukan ya tentunya dalam program kampung KB ini. Karena dalam program kampung KB kegiatan-kegiatannya ada yang melibatkan instansi lintas sektor jadi sudah ada aturan kerjanya yang ditetapkan oleh walikota, sedangkan dengan mitra lain kesepahaman disepakati dengan pedoman dari BKKBN jadi itu diberlakukan hingga unit di desa atau kelurahan” (wawancara tambahan Ibu Aminah, 25 Februari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dipahami bahwa dalam melaksanakan program kampung KB ini keterkaitan satu sama lain pihak akan sangat menentukan keberhasilan dari program Kampung KB itu sendiri.

Program Kampung KB tidak akan dapat mencapai tujuannya jika tidak terjalin koordinasi yang baik oleh masing-masing pihak.

Dalam pelaksanaan program kampung KB di Sari Rejo peneliti menemukan masalah yang peneliti anggap sebagai suatu masalah yang cukup menghambat pelaksanaan program, yaitu terkait dengan koordinasi mengenai anggaran dalam kegiatan yang diajukan warga sekaligus berkaitan dengan lintas sektor. Dimana hal ini diakui masih cukup menjadi masalah eksternal yang

berulang ketika beberapa kegiatan yang diusulkan mengalami keterlambatan

berulang ketika beberapa kegiatan yang diusulkan mengalami keterlambatan