• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evva SMA Negeri 4 Malang

Dalam dokumen MENYELAMATKAN MASA DEPAN GENERASI EMAS B (Halaman 69-77)

Komunikasi sangatlah dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Komunikasi secara ilmiah memiliki arti proses penyampaian pesan atau informasi dari pengirim (komunikator/sender) kepada penerima (komunikan/receiver) dengan menggunakan symbol atau lambang tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung (menggunakan media) untuk mendapatkan umpan balik (feedback). Manusia saling bertukar informasi melalui berkomunikasi kepada masing-masing individu yang dituju. Budaya berkomunikasi akan berpengaruh terhadap cara manusia melakukannya. Komunikasi itu sendiri dapat mengubah budaya dalam masyarakat.

Dalam perkembangan terakhir di mana dunia informasi menjadi sangat penting dalam aspek kehidupan manusia, maka menjadi bagian yang sangat penting dalam melengkapi kehidupan manusia. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa perkembangan zaman memberikan kontribusi dalam berkomunikasi, apabila pada saat dahulu kala sebelum berkembangnya teknologi komunikasi, manusia dapat melakukan komunikasi kepada orang secara tatap muka. Namun seiring berkembangnya zaman serta teknologi komunikasi, proses komunikasi dapat dilakukan tanpa batasan waktu, jarak dan tempat.

Perkembangan teknologi dalam beberapa aspek sudah mengubah pola kehidupan masyarakat. Contoh nyata hasil perkembangan teknologi komunikasi ialah munculnya telepon genggam. Pada masa saat ini penggunaan telepon genggam bukanlah hal aneh karena hampir penduduk Indonesia sudah menggunakan telepon genggam dalam kesehariannya. Namun, alat komunikasi jarak jauh tersebut juga mengalami kemajuan teknologi yang sangat pesat. Telepon genggam sudah beralih fungsi dari alat komunikasi jarak jauh menjadi sebuah

benda yang sangat pintar yang dapat digunakan berbagai macam hal oleh sipenggunanya. Dalam era masa kini telepon genggam disebut menjadi smartphone, alat yang dapat digunakan banyak hal selain untuk berbicara jarak jauh maupun mengirim pesan singkat.

Dulu sebuah handphone diciptakan memang bertujuan untuk mempermudah melakukan komunikasi jarak jauh. Namun, seiring berkembangnya teknologi munculnya sebuah smartphone tidak hanya dapat digunakan untuk melakukan komunikasi jarak jauh. Bahkan lebih dari itu, seperti menonton video, mendengarkan musik, mencari informasi di internet, dan bermain game. Kemudahan yang didapatkan dari penggunaan smartphone menjadikan seseorang termasuk di dalam bagiannya adalah siswa di sekolah terlena terhadap dirinya dan juga lingkungan sosialnya, hingga seorang pengguna smartphone terkadang tidak menyadari bahwa mereka menjadi ketergantungan dalam menggunakan sebuah smartphone. Ini merupakan salah satu dampak negatif penggunaan smartphone.

PEMBAHASAN

Saat ini smartphone sudah menjadi salah satu kebutuhan primer bagi kebanyakan orang. Kegiatan komunikasi sesederhana menyapa teman pun tetap kita lakukan menggunakan smartphone. Seberapa sering kita chatting melalui instant messanger pun sudah mulai menjadi salah satu tolak ukur kedekatan kita dengan seseorang. Selain itu, kita merasa banyak hal menarik yang dapat didapatkan melalui smartphone. Mulai dari info terkini, games, dan berbagai hiburan lainnya yang dapat kita lakukan pada benda canggih dalam genggaman.

Penggunaan smartphone dalam jumlah tinggi juga terjadi di lingkungan sekolah, dimana siswa merupakan pengguna aktif dari

smartphone. Mulai dari smartphone yang berharga murah sampai yang mahal merupakan pilihan mereka. Dari pengamatan itu membuat ketertarikan kami untuk melakukan survei ke siswa kelas X dan XI di SMAN 4 Malang, dan ditemukan data dari 246 siswa yang mengisi angket ada satu siswa yang menjawab tidak memiliki smartphone, artinya 99,6% siswa memiliki smartphone yang memiliki fitur canggih untuk mengakses berbagai kegiatan yang disukai oleh siswa.

Kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan siswa dengan menggunakan

45

Ketergantungan Siswa terhadap Penggunaan Smartphone Berdampak pada pribadi dan Interaksi Sosial

diakses sebagai berikut, 1) Chatting atau sekedar mengecek chat grup; 2) Membuka social media; 3) Bermain game online; 4) Mencari informasi pelajaran atau mencari jawaban tugas sekolah; 5) Menonton film atau mencari film di youtube; 6) Browsing; 7) Mendengarkan musik; 8) Baca berita terkini; 9) Baca Webtoon; 10) Telepon; 11) Selfie/ foto diri; 12) Membaca novel; 13) Download film/lagu/pelajaran; 14) SMS; 15)

Stalking/kepo informasi orang lain; 16) Edit foto; 17) Upload cerita fiksi; 18) Video call; 19) Membaca Al-Quran; dan 20) Berjualan

Saat ditanya apa yang dirasakan siswa ketika smartphone nya tertinggal, dari hasil survei ada 59,7 % siswa menjawab tidak senang dengan uraian jawaban mereka menyatakan bingung, merasa aneh, cemas, gelisah, hampa, khawatir, kesepian, menyesal, resah, panik, takut. Sejumlah kurang lebih 40 % siswa menjawab biasa saja. Dari hasil perhitungan tersebut menandakan bahwa banyak siswa merasakan ketergantungan terhadap smartphone mereka.

Tidak dapat dipungkiri, ketergantunggan siswa terhadap smartphone

sudah mulai mengkhawatirkan, siswa sering sekali bahkan ‘ketagihan’ untuk terus mengecek smartphone-nya. Berbagai kegiatan mendasar seperti komunikasi, sudah kita gantungkan pada smartphone. Smartphone

dapat digunakan untuk menjadi asisten pribadi, dikarenakan alat ini dapat menyimpan data-data penting maupun sebagai pengingat apa yang harus dilakukan selanjutnya oleh si penggunanya. Smartphone

dapat dimasukan berbagai aplikasi untuk keperluan chat, email, telepon, media sosial, dan hiburan, begitu juga untuk keperluan pengerjaan tugas siswa, menjadi kamus bahasa asing, mencari jawaban pertanyaan yang sulit, dan sebagainya dalam hal yang positif. Namun, ada beberapa hal negatif dari penggunaan smartphone tersebut, seperti aplikasi game online yang membuat para siswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mencoba. Di samping itu smartphone mampu memudahkan pengguna dalam bertukar informasi.

Dengan kemajuan teknologi ini juga mempengaruhi pola hidup manusia dalam mendapatkan informasi. Saat ini, semua informasi yang ada dari belahan dunia manapun dapat dengan mudah tersebar ke seluruh penjuru dunia dengan adanya teknologi jaringan, era digital yang menggunakan sistem internet yang dapat membuat manusia dengan mudah dan cepat memperoleh informasi.

Seiring dengan penjelasan di atas dilihat dari hasil perhitungan survei dikatakan siswa merasa cemas, takut, panik, dan gelisah ketika

smartphone-nya tertinggal. Ketakutan atau kecemasan yang menetap (setiap tersadar bahwa seseorang pergi dan tidak membawa smartphone- nya), tidak rasional dan berlebihan, serta ada desakan-desakan yang irasional untuk menghindarinya, maka itu dapat dimasukkan ke dalam kelompok phobia. Gejala yang dialami tersebut dinyatakan oleh sebuah studi dari perusahaan pengesahan keamanan sebagai penyakit psikologis yang disebut dengan nomophobia (nomobilephonephobia).

Gangguan ini akan mempengaruhi ke diri siswa apalagi kalau kecemasan yang dialami siswa berubah menjadi gangguan kecemasan yang tidak beralasan. Kecemasan yang dirasakan memang bukan tanpa alasan. Salah satunya adalah masalah biaya yang harus dikeluarkan jika benar-benar kehilangan smartphone, dan juga kehilangan akses berbagai data, mulai data penting hingga data-data rahasia yang ada pada

smartphone. Belum lagi ditambah dengan kesulitan berkomunikasi dengan kerabat. Padahal, tanpa smartphone, siswa masih dapat melakukan berbagai pekerjaan lain dan tetap dapat bersosialisasi secara nyata dan intens dengan teman bicara. Smartphone memang memberikan kepraktisan dalam melakukan banyak hal, namun tanpa smartphone

siswa (pengguna gadget) dapat menjadi lebih kreatif. Kamu akan berpikir bagaimana cara melakukan berbagai hal tanpa smartphone

yang tentunya akan membuahkan ide yang berbeda dari orang lain. Kegiatan-kegiatan siswa dalam menggunakan smartphone ada yang bernilai positif, yaitu dengan memanfaatkan smartphone sebagai sarana belajar. Kemajuan teknologi saat ini menjadikan smartphone sebagai alat komunikasi yang memudahkan seseorang untuk berhubungan tanpa ada jarak dan waktu yang membatasi. Siswa dapat saling menanyakan tugas yang belum dimengerti melalui aplikasi chatting, yang memungkinkan siswa dapat memfoto pekerjaannya untuk dibagi dengan teman yang lain. Namun, ternyata dari teknologi komunikasi yang modern itu juga dapat menyebabkan pengaruh pada kehidupan sosial siswa, yaitu menurunnya kepedulian sosial siswa terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Mereka terlalu asyik menikmati fitur-fitur yang ada di smartphone, sehingga seolah yang terjadi adalah “Dengan

smartphone mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”. Belum lagi jika terjadi siswa menjadikan smartphone sebagai benda

47

Ketergantungan Siswa terhadap Penggunaan Smartphone Berdampak pada pribadi dan Interaksi Sosial

yang harus selalu ada di hari-harinya, bahkan menjadi cemas jika

smartphone-nya tertinggal.

Gambar 1. Diagram Jumlah Siswa yang Memiliki Smartphone

Gambar 2. Jumlah Aktivitas Siswa Menggunakan Smartphone

Hal ini menimbulkan dampak buruk dalam interaksi interpersonal secara langsung dan dapat merusak psikologis siswa, beriringnya waktu seseorang akan sulit menjalin komunikasi tatap muka dan membangun relasi dengan orang-orang disekitarnya. Bahkan ada rasa bahwa ingin menunjukkan eksistensi diri dengan menyamarkan identitas yang sebenarnya, hingga menurut Ratrioso: 2008, dalam bukunya yang berjudul “Remaja Unggul Kamukah Itu?” menyatakan bahwa masa remaja adalah masa yang tidak realistik dimana remaja cenderung melihat segala

sesuatu sesuai dengan apa yang ia inginkan, tidak sebagaimana adanya. Hal tersebut terwadahi dalam aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh siswa dengan smartphone-nya, yaitu membuat berbagai status dan komentar di media sosial. Aplikasi media sosial yang tersedia di

smartphone tidak hanya ada satu aplikasi saja, tetapi lebih dari itu. Penulisan status yang disertai foto pengguna seolah-olah ingin menunjukkan segi kelebihan dari si pembuat status meski itu dapat jadi hasil penyamaran. Begitu juga dengan berbagai kata-kata yang digunakan dalam status di media sosial tersebut bermaksud ingin menyindir orang lainyang akibatnya menimbulkan perselisihan. Selain itu, banyaknya waktu yang terserap untuk menikmati aplikasi media sosial yang ada di

smartphone menjadikan siswa kehilangan banyak waktu yang sia-sia dan keengganan untuk berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Apabila hal tersebut tidak segera dicegah akan menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi kehidupan sosial. Selain itu, maraknya muncul gambar-gambar pornografi yang dengan mudah diakses di

smartphone, penggunaan internet di smartphone juga mempengaruhi siswa menjadi asing dengan dunia luar karena jarang berinteraksi sosial, sehingga perasaan dan dinamika emosi yang biasanya muncul dan terasah dari perjumpaan-perjumpaan dengan orang lain menjadi agak kurang peka. Remaja lebih asyik chatting bermain dengan teman-teman di dunia mayanya yang belum pernah ditemui, mengutak-atik situs media sosial atau menikmati gameonline hingga bejam-jam. Remaja hidup dalam dunia maya sehingga persoalan-persoalan sosial yang terjadi di sekitarnya termasuk keluarganya tidak ia perhatikan.

Oleh karena itu, kita harus bijak dalam memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi yang berkembang saat ini. Ketika membutuhkan komunikasi jarak jauh sedapat mungkin untuk tidak terlalu mementingkan kerabat yang jaraknya jauh, kita harus sadar bahwa waktu dengan orang-orang disekitar kita lebih penting untuk selalu dapat menjalin komunikasi secara langsung. Dengan demikian, kita dapat menghargai waktu yang ada untuk melakukan aktivitas bersama keluarga atau kerabat yang sedang berada di sekitar kita. Bahkan kita sebagai masyarakat Indonesia yang ramah terhadap orang lain tetap menjadi budaya masyarakat Indonesia.

Dalam kehidupan sosial pun peran-peran penting seperti orang tua dan pemerintah harus menjadi pagar untuk perkembangan anak-anaknya

49

Ketergantungan Siswa terhadap Penggunaan Smartphone Berdampak pada pribadi dan Interaksi Sosial

dan masyarakat secara keseluruhan. Mempunyai smartphone memang mempermudah kita dalam menjalani aktivitas. Peran orang tua dalam menanamkan pendidikan agama pada anak-anaknya serta menanamkan nilai-nilai kehidupan dan norma-norma yang baik dan tidak baik, agar pemanfaatan teknologi itu sendiri lebih tepat. Pemerintah pun ikut andil dalam pengawasan dari perkembangan teknologi komunikasi. Dengan demikian, dampak negatif dapat semakin tersaring dan meminimaliskan dampak negatif itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Ratrioso, Iman. 2008. Remaja Unggul Kamukah Itu?. Jakarta: PT Perca. h t t p s : / / g h e o v a n c h o f f . w o r d p r e s s . c o m / 2 0 1 4 / 1 1 / 1 8 /p e n g e r t i a n -

51

Pendidikan Seksual Bagi Remaja Sebagai Upaya Preventif Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja

51

PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA SEBAGAI UPAYA PREVENTIF PERILAKU

Dalam dokumen MENYELAMATKAN MASA DEPAN GENERASI EMAS B (Halaman 69-77)