• Tidak ada hasil yang ditemukan

SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo

Dalam dokumen MENYELAMATKAN MASA DEPAN GENERASI EMAS B (Halaman 53-61)

Generasi “Z” dikenal sebagai generasi Facebook, Instagram, Twitter, WhatsApp dan internet atau generasi sosial media. Mereka sangat dipengaruhi cepatnya arus informasi dan sangat bergantung pada teknologi. Mereka mampu berinteraksi dengan siapa pun tanpa harus bertatap muka. Bagi generasi Z, bekerja tidak harus berada di lokasi pekerjaan, asalkan dapat diselesaikan. Self –Esteem mereka dipenuhi dengan membuat produk yang menunjukkan keunikan dan jati diri. Pesatnya arus informasi membuat mereka toleran dengan hidup alternatif. Akulturasi budaya begitu deras, kadang terbentuk jarak budaya antara mereka dengan orang tuanya, apalagi dengan kakek-neneknya. Sebagian besar identitas diri tidak lagi ditentukan dari nilai-nilai budaya tradisional, melainkan seberapa mampu mereka memiliki, menyebarkan, dan mengetahui banyak informasi. Mereka menganggap bahwa “mengelola“ informasi lebih bernilai daripada bertahan pada nilai-nilai tradisional.

Guru maupun orang tua, harus mengetahui siapa dan bagaimana generasi “Z” ini. Kepekaan dari orang sekitar akan memicu mereka untuk lebih kreatif dalam berkegiatan. Lingkungan harus mendukung ide dan keinginannya dengan menyeimbangkan adab dan budaya. Dalam kondisi ini tentu menjadi tugas kita yang harus mengenalkan nilai-nilai budaya tradisional kepada mereka, hingga akhirnya tidak terjadi ketimpangan karakter.

Generasi merupakan aset bangsa yang sangat berharga. Kemajuan suatu bangsa bergantung pada generasi yang akan melanjutkannya. Tujuan pembangunan nasional dapat tercapai bila didukung oleh seluruh komponen bangsa, termasuk generasi muda. Pemuda mempunyai peranan penting dalam menentukan masa depan bangsa. Oleh karena itu, bidang pendidikan mempunyai peranan penting dalam menciptakan generasi cerdas. Generasi cerdas adalah generasi yang mempunyai pengetahuan luas, potensi diri yang tinggi, mempunyai keahlian dan ketrampilan,

serta produktif. Generasi “Z” sebagai generasi penerus bangsa juga harus memiliki daya saing dan daya juang tinggi. Hal ini diperlukanuntuk melanjutkan pembangunan Indonesia diera globalisasi.

Untuk menciptakan generasi yang cerdas diperlukan keseimbangan dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal bersumber pada diri anak itu sendiri, kemauan, dan kemampuan untuk mengembangkan dirinya, sedangkan faktor eksternal adalah orang tua, sekolah, dan lingkungan. Kedua faktor ini harus seiring sejalan dalam setiap kehidupan anak bangsa.

Di samping pendidikan, faktor yang juga berperan untuk membentuk generasi Z yang berkualitas adalah iman dan takwa kepada Allah SWT. Keimanan dan ketakwaan akan membentengi seseorang dari perbuatan- perbuatan tercela. Sebuah pepatah yang berbunyi “ilmu tanpa agama adalah buta” memang benar adanya. Setinggi apa pun ilmu yang didapatkan tanpa diikuti kepatuhan terhadap perintah agama pasti akan binasa. Selain cerdas dan kreatif generasi Z harus beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Untuk menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada generasi Z, pemerintah telah memasukkan materi pendidikan agama ke dalam kurikulum pembelajaran di sekolah. Selain itu, kegiatan keagamaan di lingkungan rumah, seperti majelis taklim merupakan solusi lain dalam rangka menanamkan dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT. Dengan demikian, terbentuklah generasi penerus pilihan yang cerdas, kreatif, berakhlak mulia, dan mengedepankan nilai- nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.

Aspek pendidikan adalah aspek terpenting dalam membentuk karakter bangsa. Dengan mengukur kualitas pendidikan, dapat melihat potret bangsa yang sebenarnya. Aspek pendidikan menentukan masa depan seseorang, dalam hal ini generasi Z. Apakah mereka dapat memberikan suatu yang membanggakan bagi bangsa? Apakah mereka juga dapat mengembalikan jati diri bangsa atau sebaliknya? Pendidikan seperti apa yang diberikan agar generasi Z lebih berkarakter. Setidaknya ada empat faktor utama yang harus diperhatikan, yaitu kurikulum, dana yang tersedia untuk pendidikan, kelayakan tenaga pendidik, dan lingkungan yang mendukung bagi penyelenggaraan pendidikan. Keempat faktor ini terkait satu sama lain untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan karakter yang yang mampu bersaing di era global, sehingga dapat mengembalikan jati diri bangsa.

29

Ciptakan Generasi ‘Z” Cerdas dan Berkarakter

Pada aspek pendidikan, generasi Z tidak hanya dibekali aspek kognitif saja. Bekal aspek kognitif itu membuat peserta didik hanya sekedar ‘tahu’ dan ‘mengenal’ ilmu pengetahuan, tanpa memahami apa yang dipelajari, dan bagimana menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari. Dari pernyataan tersebut, tentunya peserta didik harus dibekali aspek sikap dan ketrampilan, agar peserta didik menjadi manusia yang dapat mengerti ilmu dan juga mempraktikkannya. Institusi pendidikan harusnya dapat membuat anak didik menerapkan ilmu yang dipelajari, karena sesungguhnya itulah kegunaan dari ilmu pengetahuan. Dengan aspek sikap dan ketrampilan yang mumpuni, diharapkan generasi Z akan menjadi generasi yang cerdas dan berkarakter.

Secara normatif, pembentukan atau pengembangan karakter yang baik memerlukan kualitas lingkungan yang baik juga. Dari sekian banyak faktor atau media yang berperan dalam pembentukan karakter, ada empat peran media yang memiliki pengaruh sangat besar yaitu: keluarga, media masa, lingkungan sosial, dan pendidikan formal. Keempat faktor tersebut merupakan bagian yang selalu bersinggungan dengan generasi Z, ulasan tersebut dijabarkan sebagai berikut.

1. Keluarga

Keluarga adalah lingkungan pertama seorang manusia sejak dini. Dalam keluarga, seorang anak belajar mengenai konsep baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, serta benar dan salah. Dengan kata lain, di keluargalah seseorang dibentuk menjadi individu yang sadar lingkungan, belajar tata-nilai atau moral, dan bagaimana bersikap dalam kehidupan. Pendidikan di keluarga menentukan seorang anak berproses menjadi orang yang lebih dewasa. Di dalam keluarga pula nilai moral dipelajari, misalnya kejujuran, kedermawanan, dan kesedehanaan. Selain itu, keluarga sebagai tempat mengembangkan konsep awal mengenai keberhasilan dalam hidup dan wawasan mengenai masa depan. Oleh karena itu, sebagai orang tua selayaknya mampu menciptakan suasana keluarga yang harmonis, agar anak tumbuh menjadi generasi yang lebih baik. Proses komunikasi antara masing-masing anggota keluarga juga sangat diperlukan guna menciptakan suasana yang harmonis.

2. Media massa

Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, salah satu faktor yang berpengaruh pada pembangunan adalah media masa. Hampir

semua informasi yang sampai pada pembaca dan pendengar merupakan andil dari media massa. Kondisi yang demikian memang memberikan kemudahan kepada siapaun, tetapi tidak dapat dipungkiri di balik kemudahan yang menyertainya ada sebuah ancaman besar. Jika penggunaan media masa tidak terkontrol, maka akan menjadi pemicu rusaknya karakter masyarakat, khususnya generasi Z. Dengan semakin majunya teknologi maka semakin menjamur pula keberadaan media massa atau mdia sosial di kalangan masyarakat.

Bentuk media sosial yang dapat menyamai peran media massa meliputi, Facebook,Twitter, Line, WhatsApp, BBM, Linkid, Path, Instagram, dan Telegram. Dengan semakin beraneka ragamnya bentuk media sosial yang ada, secara otomatis berdampak pada tampilan da nisi media tersebut. Dalam hal ini peran orang tua untuk mengontrol penggunaan media sosial yang digunakan oleh anak-anak. Perbedaan generasi bukan menjadi penghalang dalam melakukan kontrol kepada anak, perlu metode yang tepat dan sesuai dengan jiwa generasi Z. Seperti kata bijak “Didiklah anakmu seperti zamannya, jangan didik anakmu seperti zamanmu”. Dari pernyataan itu sudah sangat jelas bahwa sebagai orang tua harus mengantarkan mereka dengan dunia mereka sendiri. Jika mereka memiliki akun-akun di media sosial, sebagai pengontrol orang tua juga tidak boleh ketinggalan. Sebagai orang tua tidak boleh gagap teknologi, tapi wajib melek teknologi, sehingga perkembangan generasi Z seiring sejalan antara iman dan teknologi. Harapan untuk menjadikan generasi yang berkemajuan pun akan terwujud dengan baik.

3. Lingkungan Sosial

Peran orang tua harus mampu untuk mendominasi dan meletakkan generasi Z ada di lingkungan yang bagaimana. Tentunya dengan demikian dapat mengarahkan pergaulan sosial yang lebih baik. Hal ini tidak hanya pada lingkungan yang dengan mudah dapat dipantau, namun harus mampu menyesuikan dengan era yang sudah berubah. Generasi Z hidup di zaman perkembangan teknologi yang semakin maju. Dapat dikatakan lingkungn mereka berada di dunia ganda, yaitu dunia nyata dan dunia maya. Sebagai orang tua harus mengetahui dua dunia tersebut, agar lingkungan yang baik selalu dapat mengiringi perkembangan generasi Z.

31

Ciptakan Generasi ‘Z” Cerdas dan Berkarakter

4. Pendidikan Formal

Pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi diharapkan berperan besar dalam pembangunan karakter bangsa. Lembaga-lembaga pendidikan formal diharapkan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Harus diakui bahwa pendidikan formal di Indonesia secara umum banyak melakukan pelatihan daripada pendidikan. Kegiatan pendidikan telah terusir menjadi kegiatan ’mengisi’ otak para siswa dan mahasiswa sebanyak-banyaknya, dan kurang perhatian pada perkembangan ’hati’ mereka. Keberhasilan seorang guru diukur dari kecepatannya ’mengisi’ otak para siswanya. Sekolah menjadi ’pabrik’ untuk menghasilkan or- ang-orang yang terlatih, namun belum tentu terdidik. Dengan demikian, bukan berarti bahwa secara praktik pendidikan sama sekali terpisah dari pelatihan, melainkan dalam pendidikan dikembangkan juga berbagai keterampilan.

Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia harus mengarah kepada pembangunan karakter manusia. Hal ini dikarenakan sekolah adalah salah satu lembaga yang berorientasi dalam mencetak manusia yang lebih baik, jadi sekolah harus mampu memanusiakan manusia. Saat ini pembangunan fisik, teknologi, dan ilmu pengetahuan di dunia telah megalami kemajuan yang sangat pesat. Akan tetapi, kondisi manusia menjadi jauh dari kondisi manusia yang sempurna kemanusiaanya. Banyak manusia menjadi robot-robot hidup yang penuh dengan ketakutan-ketakutan yang diakibatkan oleh penemuan manusia itu sendiri, kondisi ini tidak mengarah kepada kedamaian dan ketenangan yang dibutuhkan oleh manusia. Manusia tidak tahu arah hidupnya dan menjadi budak-budak konsumsi dari apa yang diciptakan sendiri, akhirnya membuat hati mereka mati. Mereka terlalu mempertuhankan apa yang telah diciptakan dan diperbudak oleh otak kiri (akalnya) saja. Mereka tidak mempergunakan kemampuan otaknya secara sempurna, yaitu menggunakan otak kiri, otak kanan, bawah sadar, serta kekuatan hati nurani. Tentu saja kondisi yang demikian harus dijauhkan dari generasi Z agar tidak menjadi racun yang membunuh karakter mereka.

Menciptakan generasi yang beretika memang tidak semudah membalik telapak tangan, tetapi harus dengan perjuangan yang sungguh- sungguh. Sebenarnya, hal pertama yang harus diperbaiki adalah niat, niat untuk menjadi yang baik dan membaikkan. Pendidikan haus akan orang-orang yang beretika dan memiliki kesadaran hati nurani dalam

menjalankan profesinya, secara tidak langsung pendidikan adalah etika itu sendiri. Orang tahu bersopan santun karena dididik, orang tahu yang mana benar dan yang mana salah juga karena dididik, dan orang berbudi juga hasil dari didikan. Namun, yang sedang marak terjadi sekarang adalah anak yang tidak mau dididik, mereka lebih memilih caranya sendiri dan menganggap dirinya yang paling benar, hebat, dan yang lain dianggap salah. Tentu saja hal tersebut tidak diinginkan terjadi pada generasi Z, sehingga perlu sebuah langkah nyata dalam meresalisasikannya.

Karakter generasi yang tidak sesuai dengan cita-cita dan harapan bangsa dapat diperbaiki melalui beberapa cara sebagai berikut.

1. Mengubah Pola Pikir

Perubahan cara berpikir, hendaknya tidak dilakukan hanya oleh pemerintah saja, namun juga seluruh elemen pendidikan, mulai dari pemerintah, sekolah, guru, murid, keluarga, hingga siswa. Perubahan cara berpikir meliputi pemahaman tentang siapa dan bagaimana generasi sekarang yang dikenal dengan generasi Z.

2. Penataan Ulang Konsep Pendidikan

Pemerintah harus mengambil langkah-langkah strategis dalam upaya pembangunan pendidikan nasional. Pemerintah juga harus dapat menjamin bahwa seluruh generasi memperoleh pendidikan dasar. Konsep pendidikan ke depan berupaya menciptakan suasana belajar yang memungkinkan peserta didik mencapai kesejahteraan batin dalam belajar dengan penuh kebebasan, sesuai dengan gaya belajar anak masing- masing. Penciptaan suasana dan konsep pendidikan, hendaknya berhubungan dengan nilai-nilai kreativitas, beretika, dan berkarakter .

3. Pemahaman tentang Pilar Pendidikan yang Humanis

Pendidikan bukan hanya berupa transfer ilmu pengetahuan dari satu orang ke orang yang lain, tapi juga mentransformasikan nilai-nilai ke dalam jiwa, kepribadian, dan struktur kesadaran manusia. Hasil cetak kepribadian manusia merupakan proses transformasi pengetahuan dan pendidikan yang dilakukan secara humanis.

4. Pemahaman bahwa Pendidikan adalah Faktor Kunci

Pendidikan menjadi kunci bagi semua hal, dengan pendidikan, manusia memiliki daya untuk membagi pengetahuan meski tidak harus

33

Ciptakan Generasi ‘Z” Cerdas dan Berkarakter

berlevel-level. Namun dari pendidikanlah semua ilmu pengetahuan dapat dikuasai, dan pemahaman tentang suatu hal dapat terjadi. Oleh karena itu, penting untuk memahamkan pendidikan sebagai faktor kunciuntuk membuka cakrawala dan berpikir dengan luas.

5. Dilakukan Terprogram Bersama-sama

Seluruh program pendidikan haruslah saling menunjang satu sama lain, dan saling mendukung. Dengan demikian, fungsi saling mengisi antar program pendidikan satu sama lain dapat terlaksana dengan baik.

6. Bergerak Bersama-sama dengan Semua Elemen

Sebuah mobil tidak akan berjalan bila roda-rodanya berjalan saling berlawanan arah. Ibarat roda, elemen-elemen pendidikan haruslah berjalan beriringan dan selaras satu dengan yang lain. Pemerintah, legislatif, sekolah, guru, siswa, bahkan keluarga, dan individu, harus paham dan siap bergerak bersama-sama.

Akhirnya, pendidikan mengambil peranan yang tidak pernah usai dan tidak berujung dalam rangka membangun karakter bangsa yang utuh. Hal ini dikarenakan karakter bangsa itu sendiri selalu berproses menurut perkembangan dan dinamika bangsa. Keberlanjutan proses ini memerlukan komitmen, konsistensi, dan waktu yang lama. Tak lupa pula, pembentukan karakter pada sebuah generasi diperlukan keterlibatan seluruh komponen bangsa guna membangun Indonesia yang maju, mandiri, kuat, dan berkepribadian.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mencetak generasi Z yang baik diperlukan pendidikan yang cerdas dan berkarakter. Sekolah merupakan satu wahana untuk membangun itu semua. Hampir semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama dalam program pembangunan nasional. Sumber Daya Manusia yang bermutu merupakan produk pendidikan dan merupakan kunci keberhasilan suatu negara. Oleh sebab itu, pendidikan sangat diharuskan sekali karena memberikan peranan yang sangat penting baik untuk diri sendiri, oang lain ataupun negara. Untuk diri sendiri keuntungan yang didapat adalah ilmu, untuk orang lain kita dapat mengajarkan ilmu yang kita ketahui, dan untuk negara kita dapat mengangkat nama baik melalui pendidikan di dunia internasional.

Pendidikan berkarakter merupakan pedoman pelaksanaan pembaharuan sistem pendidikan. Hal itu dikarenakan pendidikan yang

sangat berperan dan diharapkan mampu mendukung upaya mewujudkan kualitas masyarakat Indonesia yang maju. Selain itu, mampu menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui pendidikan yang cerdas dan berkarakter, maka tercipta generasi Z yang luar biasa. Jika Indonesia memiliki generasi Z yang cerdas, tangguh, dan beretika, maka dengan sendirinya terwujud tujuan pendidikan nasional yang baik. Apabila tujuan pendidikan nasional telah tercipta, maka cita-cita bangsa Indonesia yang berada di genggaman seluruh masyarakat Indo- nesia dapat terwujud. Dengan demikian, generasi Z dapat mewujudkan harapan masa depan ibu pertiwi.

35

Peran Orang Tua dan Peer Counselor dalam menyikapi Masalah Kenakalan Remaja

35

PERAN ORANG TUA DAN PEER COUNSELOR DALAM MENYIKAPI MASALAH

Dalam dokumen MENYELAMATKAN MASA DEPAN GENERASI EMAS B (Halaman 53-61)