• Tidak ada hasil yang ditemukan

SMP Negeri 2 Dau Satu Atap Malang

Dalam dokumen MENYELAMATKAN MASA DEPAN GENERASI EMAS B (Halaman 129-135)

Ini sebuah kisah nyata. Mereka ada di sekitar kita.

Sepulang mengajar dari sekolah, saya biasanya nyambi sebagai guru les. Kali ini murid saya seorang anak SMA di sebuah perumahan elit. Ketika sedang asyik belajar, tiba-tiba ada seorang anak kecil usia empat tahunan, sedang asyik bersepeda di jalan raya sendirian. Kulitnya agak hitam dengan baju ketat yang kekecilan. Kancing bajunya terkatup tak sempurna, hingga menampakkan sebagian kulit perutnya. Rambutnya agak kemerahan dikepala yang ukurannya terlalu kecil untuk anak seumurannya. Sekilas saya melihatnya nampak seperti anak yang kurang gizi. Anak kecil itu berlarian kesana kemari, membunyikan klakson sepeda roda tiganya disiang yang terik. Entah kenapa, memperhatikan anak ini membuat saya tertarik bertanya pada murid les saya. “Siapa anak itu? Kok panas-panas begini main sendirian di jalanan. Apa tidak kepanasan?”

“Oh, dia memang biasanya begitu, Bu. Maklum keluarganya kurang perhatian.”

“Memang rumahnya dimana?” tanya saya penasaran.

“Itu Bu. Disebelah kanan persis depan gang.” Ujarnya sambil menunjuk suatu arah. Saya agak terkejut saat menyadari bahwa rumah yang ditunjuk murid saya ini termasuk bangunan mewah meski terlihat kurang terawat. Rumah seperti itu harganya masih milyaran. Halaman depan rumah banyak tumbuh rumput yang sudah panjang. Kondisinya pun kotor seperti jarang disapu. Sampah plastik bercampur sampah rumah tangga bertebaran dimana-mana.

“Yang rumah bagus itu?” tanya saya berusaha meyakinkan diri. Murid saya mengangguk. Saya terdiam meski masih ingin bertanya. Saya berusaha menahan diri karena ini waktunya belajar bukan berbincang. Saya dibayar untuk mengajar bukan untuk bergosip. Namun, entah kenapa rasa penasaran saya pada anak itu tak bisa saya tahan lebih lama lagi. Belum sempat saya bertanya, murid saya menyela. “Ibu penasaran ya sama anak itu?” Saya mengangguk. Beberapa menit setelah itu sebuah cerita mengalir dari bibir murid saya.

Ternyata ayah dari anak kecil itu masih berstatus pelajar SMA. Ia bersekolah disalah satu sekolah favorit di kota ini. Kakek dan nenek dari anak kecil itu berprofesi sebagai dosen. Mereka saat ini dalam proses cerai dan masing-masing tinggal diluar kota yang berbeda. Mereka sudah berencana membina keluarga baru lagi jika proses cerai itu nanti selesai. Karena pasangan dosen itu sudah tidak tinggal bersama lagi, praktis rumah sebesar ini hanya dihuni tiga orang, yaitu pelajar SMA yang juga ayah biologis dari anak itu, anak itu sendiri dan seorang asisten rumah tangga berusia paruh baya. Ketidakhadiran orang tua dan fasilitas materi tanpa diiringi tanggung jawab adalah jurang ampuh untuk menghancurkan masa depan seorang anak. Setiap hari pelajar SMA itu membonceng teman perempuannya untuk diajak ke rumah. Teman perempuan ini selalu berganti-ganti setiap hari. Asisten rumah tangga di rumah itu hanya mampu diam dan tak bisa berbuat apapun. Ketidakhadiran orang tua membuat pelajar SMA tersebut bebas melakukan apapun tanpa kontrol. Ditunjang dengan kondisi masyarakat perkotaan di perumahan yang individualis membuat kontrol masyarakat menjadi lemah. Hingga pada akhirnya salah seorang teman wanitanya hamil. Kejadian inilah yang membuka fakta-fakta yang sebelumnya tertutup rapat. Bahwa ternyata ini bukanlah kehamilan yang pertama. Ada tujuh teman perempuan yang pernah hamil dan enam diantaranya berhasil digugurkan. Dan perempuan kali ini adalah yang ketujuh. Yang k-e-t-u- j-u-h!

Naudzubillahimindzalik! Saya terpaku diam, kisah ini nyata dan terjadi di sekitar kita, saya kaget mendengar cerita ini. Murid saya melanjutkan ceritanya, sebenarnya bayi dalam kandungan itu sudah berusaha digugurkan berkali-kali namun tak berhasil. Waktu itu ujian nasional masih kurang beberapa minggu saat pacar anak laki-laki tersebut harus melahirkan di rumah sakit. Sempat ada pikiran untuk meninggalkan bayi itu begitu saja di rumah sakit. Namun, nenek anak laki-laki tersebut merasa iba saat melihat wajah bayi. Akhirnya bayi itu dibawa pulang dan diasuh oleh asisten rumah tangganya. Sementara neneknya kembali ke rumahnya di luar kota. Alhasil bayi itu tumbuh tanpa kasih sayang orang tua. Setelah melahirkan, pacar anak SMA itu kembali melanjutkan sekolah dan mengikuti ujian nasional. Ia berhasil lulus dan kemudian menghilang entah kemana. Anak SMA itu pun melanjutkan sekolah hingga selesai. Bayi kecil itu ditinggal dan diasuh oleh asisten rumah

105

Pergaulan Bebas Penghancur Peradaban

tangganya sendirian. Saya terenyuh melihatnya, tanpa sadar saya menitikkan air mata. Ini fakta dan saya sulit percaya ini benar-benar terjadi.

Pergaulan bebas saat ini seolah menjadi tren remaja, anggota mereka yang tak mengikutinya maka dianggap tidak kekinian. Seringkali saya mengintip pembicaraan murid-murid saya di sekolah. Sekedar untuk mengetahui apa yang sedang tren dikalangan mereka. Dengan mengetahui apa yang terjadi diantara mereka, saya bisa melakukan banyak tindakan preventif dikelas. Seperti misalnya bahaya pacaran, penularan penyakit seksual maupun dampak buruk yang terjadi akibat ketidaksiapan menghadapi pernikahan dini.

Yang membuat saya miris, banyak dari mereka merasa malu jika tidak mempunyai pacar. Anggapan tidak laku akan menjadi stigma yang mampu menjadi hantu yang menakutkan bagi mereka. Disisi lain, punya pacar artinya mereka harus siap melakukan aktivitas-aktivitas seks yang berbahaya. Karena bagi mereka pacaran identik dengan aktivitas seks mulai dari yang ringan sampai berat. Masyarakat yang permisif membentuk pola pikir yang menyimpang dikalangan remaja. Mereka percaya dalam pacaran apapun boleh dilakukan asal tidak sampai hamil. Sebenarnya pergaulan bebas tidak hanya terjadi di masa kini, zaman dulu pun sebenarnya juga sudah ada. Namun, remaja zaman sekarang amat mudah mengakses hal-hal yang mampu membangkitkan libido hanya dengan menjentikkan jari di gadget. Hampir mayoritas murid saya memiliki gadget dengan fasilitas facebook, WA, twitter, BBM dan lain sebagainya. Padahal saya mengajar disekolah desa yang jauh dari pusat kota. Saya tak bisa membayangkan, jika didesa saja akses anak-anak sudah sejauh ini, bagaimana dengan mereka yang tinggal dikota. Belum lagi sinetron-sinetron dan tayangan yang tidak memdidik turut andil merusak moral dengan mengusung gaya hidup hedonis yang penuh hura-hura.

Dalam otak manusia, terdapat bagian khusus yang dinamakan pre frontal cortex. Dibagian inilah tempat moral dan nilai-nilai tanggung jawab terbentuk dalam diri seseorang. Ia memiliki fungsi untuk mengatur emosi agar seseorang tersebut mampu menunda pemuasan kebutuhan sampat waktu yang ditentukan. Disinilah awal pembentukan terhadap kontrol diri seseorang dibentuk. Apabila fungsi ini gagal maka akibatnya akan sangat fatal bagi penerus generasi di negeri ini. Menurut penelitian

yang dilakukan Elly Risman, pakar parenting dan psikolog dari Yayasan Buah Hati Jakarta, gambar-gambar pornografi bertebaran di media sosial dapat merusak fungsi otak ini. Kerusakan yang ditimbulkan lebih parah dari luka karena kecelakaan. Kerusakan otak akibat pengaruh pornografi di mesin Magnetic Resonance Imaging (MRI), hasilnya sama dengan kerusakan pada mobil saat tabrakan keras.

Candu pornografi membuat seseorang menjadi dissensitifisasi. Gambar yang sudah dilihat tidak ingin dilihat lagi. Ia akan mencari gambar yang lain dengan level yang lebih dan lebih, sehingga pengonsumsi ini akan merasa kecanduan dan selalu ingin mencari gambar yang baru lagi. Hampir mayoritas lembaga survei menemukan fakta bahwa anak-anak mengkonsumsi pornografi dan pornoaksi dari ketidaksengajaan. Dalam salah satu postingan di facebook diceritakan bagaimana seorang anak tertarik mengetik kata “ciuman” di google hanya karena gara-gara melihat ending film spiderman. Dari satu adegan itulah semuanya berawal. Padahal banyak dari orang tua yang masih beranggapan film spiderman adalah film anak-anak!

Bahkan saya pernah mengalami dirumah saya sendiri, anak saya yang masih berumur tiga tahunan mengambil gadget tanpa sepengetahuan saya (saya amat protektif dan memberi batasan penggunaan gadget dirumah). Waktu itu saya lupa menaruhnya diatas meja. Sikecil mengambilnya lalu asal menyentuh tombol google. Tanpa sengaja ia mengetik huruf x. Dari satu huruf itu keluarlah gambar- gambar yang amat tidak pantas dilihat. Untunglah ia masih berusia tiga tahun dan belum paham tentang hal-hal semacam itu. Namun, kejadian itu membuat saya berpikir,jika saja asal pencet itu tidak terjadi pada balita seusia anak saya, namun pada anak usia remaja apa yang akan terjadi?

Satu lagi pengalaman dari saya. Waktu itu saya berencana menyapih

ASI si kecil yang sudah berusia dua tahun. Saya browsing mencari susu pendamping yang kira-kira cocok untuk anak saya. Di google saya mengetik “susu” ternyata gambar yang keluar bukan hanya susu formula namun anggota tubuh perempuan. Lagi-lagi saya membayangkan, jika saja yang melihat bukan saya yang notabene seorang perempuan, apa jadinya jika yang melihat adalah laki-laki usia remaja.

Data statistik di kota-kota besar menunjukkan tren pergaulan bebas semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan fakta mengejutkan

107

Pergaulan Bebas Penghancur Peradaban

dikota Batu, 60% calon mempelai wanita sudah dalam kondisi hamil. Kepala KUA Junrejo Kota Batu, Arif Syaifuddin pada hari selasa (22/2/ 2011) mengatakan dari 328 pasangan calon, 60%-nya ditolak mengajukan nikah karena sudah dalam keadaan hamil. Jika itu terjadi sekitar enam tahun yang lalu, maka dipastikan sekarang kondisinya semakin parah.

Pergaulan bebas dapat di kategorikan sebagai perbuatan zina. Perbuatan ini amat dikutuk dalam kitab suci di agama manapun. Bahkan dalam salah satu riwayat Imam Syafii, zina adalah dosa yang azabnya dapat mengenai keluarga, tetangganya, keturunannya hingga tikus dan semut diliang rumahnya. Sedemikian berat dosa zina hingga azabnya pun dapat mengenai orang-orang bahkan binatang yang ada disekitarnya yang tidak tahu apa-apa.

Akhir tulisan ini saya hanya mengingatkan sebuah peristiwa beberapa saat sebelum kejatuhan Andalusia yang amat legendaris itu. Suatu hari raja Leon menyuruh salah seorang mata-mata pergi ke daerah tersebut, ditengah jalan ia bertemu dengan seorang anak laki-laki yang sedang menangis. Mata–mata itu bertanya kenapa ia menangis, anak itu menjawab “Anak panahku meleset. Jika begini bagaimana aku bisa mengalahkan musuhku nanti.” ujarnya tersedu-sedu. Mata-mata itu berpikir, jika anak sekecil ini saja mampu berpikir tentang keamanan sebuah negara, maka bagaimana mungkin kerajaan ini bisa dikalahkan. Ia laporkan kejadian itu pada rajanya. Beberapa tahun kemudian seorang mata-mata kembali dikirim ke Andalusia. Di tengah jalan mata-mata itu bertemu dengan seorang pemuda yang sedang menangis. Mata-mata itu bertanya kenapa ia menangis. Pemuda itu menjawab ia menangis karena baru saja ditinggal kekasihnya. Mata-mata itu segera melapor pada raja, seketika raja berkata, inilah saatnya menjatuhkan Andalusia.

Belajar dari sejarah, Andalusia yang kokoh berabad-abad itu akhirnya jatuh. Siapapun tak mampu percaya Andalusia yang negara superpower bisa ditaklukkan dan jatuh begitu saja tanpa perlawanan dan rajanya diusir dalam keadaan yang hina. Mereka lemah karena pemudanya lemah. Pergaulan bebas, dunia pacaran dan pornografi telah menghancurkan sebuah negara adidaya. Bandingkan dengan zaman Sultan Salahudin Al Ayubi yang pada umur 18 tahun waktunya telah dihabiskan untuk mewujudkan visi dan cita-cita besar menaklukan Konstantinopel. Bandingkan dengan generasi sekarang, usia 18 tahun waktu kita dihabiskan didepan TV sambil membicarakan ulah selebriti

yang tak habisnya membuat sensasi. Lalu merengek pada orang tua agar dibelikan gadget atau sepeda motor terbaru yang bisa dipamerkan di depan teman-teman sekelas.

Ah, jika kita tidak segera berbenah, negara kita akan hancur. Anak- anak muda adalah generasi penting yang akan memegang tongkat estafet menuju mercusuar dunia. Seperti kata bung Karno, berikan aku 10 pemuda dan akan kubangun negara ini. Betapa pentingnya generasi muda. Indonesia tidak akan pernah berkilau seperti “emas” jika kita tidak melakukan tindakan dari sekarang.

Selama ini masalah-masalah yang berhubungan dengan peserta didik seperti tawuran, pergaulan bebas dan lainnya disekolah ditangani oleh bagian kesiswaan. Melalui program-program kesiswaan ini diharapkan mampu menjadi motor utama dalam menyelesaikan masalah– masalah yang berhubungan dengan para peserta didik. Oleh karena itu, didalam sekolah, tim kesiswaan biasanya dekat dengan anak-anak. Namun kesiswaan tidak akan berhasil tanpa ditopang semua elemen baik itu dewan guru, orang tua maupun lingkungan sekitar. Kerjasama yang harmonis akan menyelamatkan generasi ini dari kehancuran. Tidakkah kita belajar dari sejarah?

109

Dalam dokumen MENYELAMATKAN MASA DEPAN GENERASI EMAS B (Halaman 129-135)