• Tidak ada hasil yang ditemukan

GELORA JIWA UNTUK CIKASUNGKA Indah P Tanjung

Dalam dokumen MENABUR BAKTI MENEBAR KARYA (Halaman 139-150)

langsung dalam masyarakat”

GELORA JIWA UNTUK CIKASUNGKA Indah P Tanjung

Terbenak dalam Pikiran: KKN

Kuliah Kerja Nyata atau disingkat KKN adalah hal terbesar yang terbenak saat memasuki semester enam perkuliahan. Perkataan-perkataan mengenai KKN dari kakak kelas pun bermunculan, tinggal di desa, hidup bersama orang lain, selalu siaga untuk membantu warga, dan bahkan hidup di lingkungan desa yang kumuh. Awalnya saya enggan menghadapi KKN, karena banyak sekali hal yang harus dipersiapkan dan begitu asing untuk saya. Apakah saya mampu mengabdi? menjadi pertanyaan paling top di dalam otak saya saat itu, banyak hal yang saya pikirkan sebelum KKN seperti siapa saja anggota kelompok saya, bagaimana saya beradaptasi, di mana desa yang saya akan tinggali, apakah benar seperti kata kebanyakan senior bahwa hanya derita saja yang ada di KKN. Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepala saya membuat saya enggan untuk KKN, tapi saya tidak ingin meladeni keengganan saya. Saya tetap harus melangkah menghadapi KKN.

Pemberitaan yang beredar mengenai kelompok adalah cara pencarian teman kelompok yang ternyata berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun lalu pembagian kelompok dibebaskan untuk mahasiswanya, asalkan berbeda Fakultasnya, tentang persentase jumlah Fakultas dalam kelompok tidak diatur, sehingga mahasiswa diharuskan untuk mengajukan kelompok mereka sendiri. Hal ini juga terjadi kepada saya dan mahasiswa lain untuk mencari kelompok KKN sendiri.

Beberapa besar teman sekelas saya pun baru mengetahuinya dan saya pun mulai mencari teman kelompok. Tak lama bagi saya mendapatkan 10 teman kelompok yaitu dari FEB, FIDIKOM, FTIK, FST dan FKIK. Saat itu ada teman kelompok saya dari FKIK dan FTIK yang ikut kelompok KKN. Namun tak lama keluar karena ternyata mahasiswa-mahasiswa FKIK dan FTIK tidak ikut KKN, melainkan PKL.

Lalu datang peraturan baru untuk KKN bahwa ada perombakan sistem khususnya pengelompokan dan pengaturan lokasi KKN ditentukan oleh PPM. Setelah mendaftar KKN di AIS, mahasiswa hanya tinggal menunggu hasil yang diumumkan PPM. 199, angka di mana Nama saya tertera, itu berarti saya akan sekelompok dengan mahasiswa lain yang

116 | Menabur BAKTI Menebar KARYA

bernomor 199 pula. Dari 11 orang, hanya satu teman yang saya sudah kenal, itupun karena satu kelas. Kekhawatiran pun melanda bagaimana bisa sejalan dengan mereka, menyatukan ego masing-masing, dan apakah mereka teman yang baik untuk bekerja sama.

Setelah mengikuti pembekalan KKN oleh PPM, saatnya pembagian lokasi KKN dan dosen pembimbing, kelompok saya mendapatkan lokasi di Desa Cikasungka, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang. Sebelumnya saya tidak pernah mengetahui ataupun mendengar nama Desa Cikasungka. Tidak banyak kabar yang di ekspos media maupun hasil pencarian Google mengenai Solear maupun Cikasungka. Namun, banyak gosip yang beredar di kalangan mahasiswa bahwa Cikasungka adalah daerah yang tidak aman. Sudah banyak kasus pembegalan yang ada di desa ini.

Cukup naik KRL saja untuk pergi kesana. Sebelum melaksanakan KKN setiap kelompok melakukan survei lokasi guna mengetahui bagaimana keadaan desa setempat apa permasalahannya yang dapat kami buat sebagai program kerja nanti. Survei-survei dilakukan oleh perwakilan kelompok dan yang dilakukan adalah mengenai lokasi dan bagaimana akses jalan kesana, profil desa, serta aparat desa.

Adaptasi dan Penguatan Diri

Apakah saya bisa menjalankan hal ini selama 30 hari? Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sering muncul di benak saya ketika tahu bahwa PPM yang mencarikan teman kelompok, hidup sebulan bersama orang-orang belum pernah saya kenal. Akhirnya saya tergabung kedalam kelompok KKN 199.

Persepsi-persepsi pun bermunculan di kepala saya mengenai mereka, apakah mereka akan menyukai saya, apakah saya akan nyaman dengan mereka, bagaimana apabila mereka bertingkah suka mengatur dan lain-lain. Terbesit kekhawatiran untuk tinggal bersama mereka, menyatukan sebelas kepala tidaklah mudah, begitu juga dengan ego masing-masing. Saat pertama kali bertemu dengan mereka kami masih malu-malu saling diam berbicara seperlunya, saling menunjuk orang lain untuk menjadi ketua sampai akhirnya Iqbal mengajukan diri sebagai ketua dan kami pun memutuskan untuk menamai kelompok kami dengan “KKN SOLARITY”.

Penamaan kelompok SOLARITY merupakan kepanjangan dari Solidarity and Charity. Tujuan dari nama ini dibuat agar terjalinnya

Sepenggal Kisah Pengabdian Kami Di Cikasungka | 117 persaudaraan dan keikhlasan untuk memberikan bantuan berupa pembangunan untuk desa ini.

Hari berganti hari hingga akhirnya saya pun menjalankan KKN dan hidup bersama anggota KKN SOLARITY. Tanggal 25 Juli adalah tanggal perdana untuk memulai KKN. Namun pada tanggal itu saya tiba-tiba jatuh sakit pada pagi hari. Setelah saya ke dokter, saya menuju ke kampus diantar ibu saya menanyakan sekiranya saya bisa izin untuk KKN atau ada opsi lain seperti KKN in Campus karena dokter menyarankan saya untuk cek darah untuk mengetahui secara detail apa yang saya alami dan tidak mengikuti KKN.

Di kampus, saya bertemu dengan Pak Djaka, ketua PPM. Beliau menyarankan saya izin dengan dosen pembimbing dan ketua kelompok atau saya bisa pindah ke KKN in Campus. Namun saya harus mengurus beberapa dokumen dan KKN in Campus memakan waktu 3 bulan. Sedangkan saya saat semester 7 akan disibukkan dengan pekerjaan dan bazaar-bazaar kampus yang akan saya rintis bersama teman. Akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti KKN Reguler.

Ternyata kelompok saya baru akan berangkat besok harinya (26 Juli 2016). Awalnya saya memutuskan untuk mengikuti KKN minggu kedua dan sudah izin dengan ketua kelompok. Namun, saya memutuskan untuk berangkat hari itu juga agar saya tidak tertinggal dalam program kerja-program kerja KKN dan tidak ingin merepotkan anggota kelompok lain. Ketakutan akan kerinduan terhadap keluarga hingga kegagalan beradaptasi menjadi momok paling menakutkan yang ada dalam benak saya.

Beberapa lama setelah sampai di Cikasungka, kelompok saya mengikuti rapat bersama 2 kelompok lainnya yaitu 197 dan 198 di kontrakan tempat tinggal kelompok 197 untuk membicarakan tentang pembukaan KKN di balai desa. Akhirnya setelah didiskusikan bersama-sama, tercapailah kesepakatan pembukaan dimulai minggu depan tanggal 01 Agustus 2016. Karena belum dimulainya pembukaan KKN oleh 3 kelompok Desa Cikasungka maka dari tanggal 26 hingga 31 Juli tidak ada program kerja yang di jalankan.

Tiba tanggal 01 Agustus, kami mempersiapkan diri untuk pembukaan. Salah satunya adalah menyiapkan snack untuk para undangan yang hadir. Acara dimulai pada pukul 11.00 di balai desa. Kami mengundang seluruh pejabat desa dan beberapa warga pada pembukaan kala itu. Di sini

118 | Menabur BAKTI Menebar KARYA

saya berkesempatan mendapat teman-teman dari kelompok lain. Tidaklah sulit bagi saya mendapatkan teman-teman baru di luar kelompok saya.

Setelah selesai, saya dan kelompok saya menuju kontrakan tempat kami tinggal dan bertemu dosen pembimbing kami, Pak Dr. Sandra Hermanto, M.Si. dosen Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Kimia. Sebelumnya, saya mendengar banyak dari mahasiswa-mahasiswa yang pernah diajar beliau bahwa beliau adalah seorang dosen yang baik terhadap mahasiswa. Kesan yang didapat setelah mengenal beliau adalah beliau memang baik dan peduli terhadap mahasiswa-mahasiswanya.

Detik berganti detik. Menit berganti menit. Jam berganti jam. Hari berganti hari dan kami mulai menjalankan program kerja KKN untuk desa yang kami buat. Waktu-waktu saya banyak dihabiskan untuk program kerja namun ada beberapa waktu luang yang saya punya yang dapat saya gunakan untuk berinteraksi dan lainnya. Berinteraksi dengan anggota kelompok di luar anggota kelompok saya jauh lebih mudah dan saya lebih cepat beradaptasi dengan baik jika bertemu teman-teman baru di luar kelompok lain ketimbang di dalam kelompok.

Dari awal saya memang susah sekali beradaptasi dengan kelompok. Saya salah satu pribadi yang kadang cepat beradaptasi dengan orang asing namun kadang susah beradaptasi. Tergantung dari awal yang saya rasakan atau kesan awal pada suatu lingkungan. Dari awal perkenalan saya dengan teman-teman KKN, sudah ada satu orang yang sudah menunjukkan sifat aslinya dan menurut saya sifatnya annoying. Maka dari hari pertama KKN saya pun susah beradaptasi.

Orang yang saya tidak suka pun makin hari makin tidak menunjukkan gelagat baik seperti suka menyindir dan menyuruh-menyuruh. Ada suatu waktu di mana dia menyuruh mengikuti suatu program kerja padahal dia tidak mengikutinya. Sebelumnya saya dikesalkan karena dia memotong ketika saya sedang berbicara depan siswa-siswi dalam program kerja saya. Tetapi saya mencoba untuk bersabar dan tetap berusaha untuk beradaptasi dengan lainnya. Sebenarnya banyak hal yang membuat saya tidak betah namun saya bingung untuk membicarakannya atau sekedar merangkai kata.

Pada malam hari setelah penutupan KKN, saya bersama teman-teman kelompok saya mengunjungi 198 untuk perayaan penutupan yang di mana perayaan ini khusus untuk kelompok-kelompok yang ada di Desa Cikasungka yaitu kelompok 197, 198 dan 199. Di sana kami berkumpul

Sepenggal Kisah Pengabdian Kami Di Cikasungka | 119 dengan kelompok lain dan memakan ayam bakar hasil patungan 3 kelompok. Saat itu saya berkumpul dengan beberapa mahasiswi dari 197 dan 198, canda tawa dan obrolan-obrolan hangat melengkapi perkumpulan kami.

Namun, ada juga kisah sedih ditorehkan oleh salah satu teman karib saya yang kebetulan adalah seorang anak yatim seperti saya. Dia bilang kalau sangat merindukan ayahnya dan air matanya tumpah. Mungkin banyak orang yang beranggapan bahwa apa yang sudah lalu tidak usah ditangisi. Gampang sekali dikatakan karena tidak pernah merasakan. Namun, orang-orang yang pernah kehilangan salah satu orang tersayang tidak akan berkata demikian. Orang yang pernah merasakan kehilangan pasti akan turut simpati.

Dahulu, saya mempunyai teman SMP yang ibunya wafat dan teman saya sangat terpukul. Dia sering sekali menangis dan mengeluh hampir setiap hari atas cobaan yang diberikan. Sebenarnya saya merasa kalau dia terlalu berlebihan dan tidak menerima kenyataan yang ada. Namun sekarang saya tahu apa rasanya.

Perasaan sedih yang mendalam yang pasti hanya anak-anak yatim yang bisa merasakan persis sedihnya teman saya ini. Saya pun sebenarnya demikian saat KKN namun tak ada yang tahu. Saya pernah membayangkan bahwa jika ayah saya masih hidup, kehidupan KKN saya tidak akan sepahit ini karena pasti beliau kana menyambangi saya dan akan mengajak saya untuk wisata kuliner dan mengunjung wisata-wisata alam yang ada di Desa Cikasungka.

Ada salah satu sahabat SMA saya yang mengatakan kepada saya bahwa saya adalah salah satu orang yang kuat. Sahabat saya tahu persis cobaan-cobaan yang saya alami. Sahabat saya ini mengatakan bahwa jika dia di posisi saya dia belum tentu kuat. Kata-kata itulah yang makin menguatkan saya dalam KKN ini.

Lalu saat saya asyik berbincang-bincang saya melihat kelompok saya bersiap untuk pulang. Lalu saya pun bergegas pulang. Namun hal yang tak diinginkan terjadi. Saya ditinggal oleh teman-teman kelompok saya. Kelompok lainpun memandangi sambil berkomentar bahwa yang dilakukan teman-teman saya jahat. Dan banyak yang menyabarkan saya. 2 orang dari kelompok 198 menyarankan saya agar stay di kediamannya namun saya tak ingin merepotkan karena sebelumnya saya sudah pernah menginap. Ternyata kejadian ini sampai di telinga kelompok luar

120 | Menabur BAKTI Menebar KARYA

Cikasungka. Beragam reaksi dari marah kepada teman-teman saya hingga tatapan kasihan pada saya pun terjadi.

Tidak semua hal pahit terjadi di sini. Terkadang, teman-teman saya yang berasal dari desa lain mengajak saya untuk bersilaturrahmi di kontrakan mereka. Jika saya memiliki banyak waktu luang, saya memenuhi ajakan mereka. Sudah ada lima kelompok yang pernah saya sambangi kediamannya yaitu 196, 197, 198, 200 dan 201. Di minggu pertama saya menyambangi 197.

Di minggu kedua saya menyambangi 198 dan malah menginap karena kebetulan ada waktu luang dan hari sudah malam. Di kelompok tersebut bahkan saya memiliki teman yang sebelumnya saya tidak kenal karena kami tidak pernah satu Fakultas atau tidak pernah satu sekolah sebelumnya.

Ada suatu hari di minggu ketiga di mana satu hari tidak ada program kerja. Maka saya ditemani teman saya dari kelompok lain menuju UIN untuk bayaran dan memperbaiki KRS saya yang bermasalah. Setelah itu, saya dan teman menuju kelompok 196. Para mahasiswa yang ada di kelompok 196 menyapa saya dan teman saya serta mempersilahkan masuk dengan baik. Mereka pun welcome dengan kami dan banyak dari mereka yang humoris. Saat itu teman saya di kelompok 196 mengajak saya untuk menginap. Dia adalah salah satu teman dekat saya dan kebetulan sekali di saat itu saya sedang dirundung masalah jadi saya menerima tawaran tersebut. Canda tawa pun menghiasi kelompok ini hingga malam dan saya pun larut dalam tawa.

Pada minggu keempat sehari setelah penutupan KKN saya menyambangi kelompok 200 pada sore hari. Saat saya sampai, saya justru langsung dikejutkan oleh salah satu pertanyaan teman saya. ”Kok jahat banget sih mereka?” Ternyata, kejadian semalam sudah sampai ke telinga teman saya. Lalu teman-teman pun memberikan support untuk saya.

Setelah itu saya menyambangi kelompok 201. Ternyata kelompok 201 sudah mengetahui pula kejadian tersebut dan memberikan support. Kelompok 201 pun welcome dengan saya seperti kelompok 196.

Teman saya di kelompok 201 mengajak saya untuk menceritakan semua yang terjadi selama KKN. Teman saya yang satu ini merupakan salah satu teman terjujur yang saya punya. Ia pun mengatakan bahwa diamnya saya terhadap semua kejadian yang menimpa saya merupakan suatu yang salah. Ia menyarankan saya membicarakan semua dan mengeluarkan emosi

Sepenggal Kisah Pengabdian Kami Di Cikasungka | 121 yang ada. Dia tahu persis saya agak susah menjaga emosi dan dia bingung mengapa saya terdiam padahal saya orang yang agak susah menjaga emosi, berani dan tidak suka ditindas.

Awalnya saya mengatakan pada teman saya bahwa mungkin saya yang salah karena saya mempunyai sifat yang jelek. Namun teman saya tidak setuju karena yang saya torehkan di sana adalah bukan saya. Dan saya mengatakan pada teman saya bahwa saya tidak bisa meladeni emosi saya terus menerus. Saya harus belajar bersabar karena sabar memang tidak mudah bagi saya.

Saya belajar dari masa lalu saya ketika saya sangat emosi kepada tingkah laku salah satu teman saya. Teman saya ini merupakan salah satu anak cowok yang paling ditakuti. saya membentaknya di depan kelas pada saat ada guru. Ya, teman saya terdiam dan mengurangi sifatnya. Namun apa yang saya perbuat ternyata salah di mata guru saya. Beliau bilang bahwa menunjukkan amarah tidak selamanya baik dan terlalu beraninya saya tidak baik. Beliau bilang bahwa sabar dan diam tidak selamanya buruk asal kita memang benar. Namun beberapa hari kemudian beliau meminta maaf karena nasihatnya yang dianggap tidak mengerti perasaan saya. Namun menurut saya beliau benar walau beliau menganggap beliau itu salah.

Hal lucu pun juga ada di sini. Salah satunya ketika saya menyambangi kediaman 210. Saat itu saya berpikir ini merupakan sekedar obrolan dan gossip yang kita jalankan hari ini. Namun ada salah satu teman saya yang mengajak makan di Taman kirana. Hal yang lucu di sini pun terjadi. Jadi, saya menyambangi teman-teman saya menggunakan kerudung biru dengan kaos panjang biru dan celana training biru. Kenapa saya hanya memakai celana training? Karena saya berpikir kita hanya sekedar berbincang-bincang. Saya pun ingin sekali ikut namun enggan keluar karena tidak mungkin saya wisata kuliner dengan hanya memakai celana training. Ledekan pun keluar dari mulut teman-teman saya. Suasana yang tadinya sudah pecah makin pecah. Canda tawa menghiasi kediaman 201 karena tingkah laku saya yang menurut teman-teman saya sangat lucu.

Teman saya dari 201 menawarkan beberapa celana namun celana dia ngatung semua. Lalu saya mengunjungi kelompok 197. Kebetulan kelompok 197 berdekatan dengan 201 dan saya meminjam celana kepada teman dekat saya. Lalu saya meminjam rok model baju kodok karena teman saya bukanlah pemakai celana setelah 2 tahun lalu dia hijrah. Saya memakainya agar bisa wisata kuliner. Canda tawa sepanjang jalan terus pecah karena hal

122 | Menabur BAKTI Menebar KARYA

ini. Setelah itu, saya dan teman-teman berwisata kuliner di Taman kirana. Lalu kami pulang setelah berwisata kuliner.

Saya belajar banyak hal. Tidak semua akan terus pahit dan tidak semua akan terus manis. Apapun yang terjadi dan bagaimanapun saya tidak boleh menyerah dan lemah. Saya harus kuat. Saya menjadikan KKN bukan hanya sebagai pengabdian namun pembentukan mental yang lebih kuat yang lebih baja.

Kesan dari Desa

Seperti yang sudah saya katakan di atas, banyak persepsi yang muncul mengenai Desa Cikasungka sebelum KKN dimulai. Apa itu Cikasungka? Di mana Cikasungka? Apakah Cikasungka masih sangat terbelakang? Apakah aman tinggal di sana? Apakah masyarakat di sana sudah mengenal teknologi? Apakah sanitasi di sana sudah baik?

Masih banyak lainnya pertanyaan-pertanyaan kekhawatiran saya mengenai Desa Cikasungka. Sebelumnya saya tidak pernah mengetahui ataupun mendengar nama Desa Cikasungka. Tidak banyak kabar yang di ekspos media maupun hasil pencarian Google mengenai Solear maupun Cikasungka. Namun, banyak gosip yang beredar di kalangan mahasiswa bahwa Cikasungka adalah daerah yang tidak aman. Sudah banyak kasus pembegalan yang ada di desa ini.

Perjalanan menuju Desa Cikasungka cukup jauh dari UIN. Saya ke Desa Cikasungka menggunakan kereta. Jika dari Pondok Ranji maka akan memakan waktu lebih dari 1,5 jam kemudian menaiki KRL ke arah Maja. Untuk KRL nya sendiri dapat dikatakan langka karena hanya terdapat satu kereta sejam sekali, jadi bila ketinggalan kereta maka harus menunggu lagi selama sejam. Stasiun untuk Desa Cikasungka adalah Stasiun Cikoya. Selama perjalanan pemandangan yang disuguhkan sangat indah, hamparan sawah hijau memanjakan mata saya selama perjalanan, hawa desa terasa sekali di sana jauh berbeda dengan di sini. Turun dari kereta hanya dapat menggunakan kendaraan pribadi atau memakai jasa ojek karena tidak adanya angkutan umum dari Stasiun Cikoya menuju tempat saya tinggal bersama kelompok.

Hasil pengamatan saya terkait kondisi di Desa Cikasungka ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan pemikiran saya sebelumnya dan ada pula yang sesuai dengan informasi yang saya dapatkan. Terkait kondisi fisik, Desa Cikasungka sudah tidak sekampung yang saya kira, fasilitas

Sepenggal Kisah Pengabdian Kami Di Cikasungka | 123 jalan raya sudah beraspal namun masih banyak yang rusak khususnya jalan-jalan di komplek perumahan.

Sarana kesehatan seperti puskesmas juga cukup mudah dijangkau, sarana pendidikan tingkat SD juga sudah baik hanya saja Desa Cikasungka tidak mempunyai SMA dan SMK sendiri. Perumahan warga pun sudah baik tidak walaupun sanitasi di desa ini masih kurang begitu bersih. Masyarakat pun sudah mengenal teknologi dengan baik. Warung kelontong, alfamart, indomart, ruko-ruko yang menjual berbagai macam peralatan serta gerobak-gerobak yang menjual berbagai makanan dan minuman banyak dijumpai.

Ada beberapa permasalahan yang dimiliki oleh Desa Cikasungka, salah satunya adalah pendidikan, untuk bidang ini dapat dikatakan perlu perhatian lebih dari pemerintah, banyak permasalahan pendidikan yang perlu dibenahi di Cikasungka seperti kurangnya sarana dan prasarana pendidikan. Lalu di Desa Cikasungka ini tidak mempunyai SMA dan SMK. Jadi, jika ada anak-anak dari Desa Cikasungka ingin melanjutkan ke tingkat SMA dan SMK maka SMA dan SMK di Desa Cikoya bisa menjadi pilihan.

Masalah selanjutnya adalah masalah agama menurut kepala dusun. Menurut beliau di sana, Desa Cikasungka didominasi oleh warga yang beragama Islam. Namun, hanya sedikit sekali yang menjalankan atau mencerminkan agama itu sendiri.

Di bidang ekonomi, permasalahan Desa Cikasungka hampir sama dengan daerah lainnya di Indonesia yakni tingkat pengangguran yang tinggi, pendidikan yang rendah juga menyebabkan ketidakmampuan masyarakat Cikasungka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Banyaknya pendatang juga mempengaruhi pendapatan masyarakat asli Cikasungka karena pada umumnya para pendatang mempunyai pendidikan dan skill yang lebih baik dibandingkan dengan penduduk asli Cikasungka.

Banyaknya warga desa yang bekerja di kota-kota besar seperti Jakarta juga menandakan bahwa sempitnya lapangan pekerjaan di Desa Cikasungka. Dan menurut saya ada sektor perekonomian Cikasungka yang masih dapat dikembangkan lagi namun sayang hal ini tidak berjalan lancar di sana dan hanya dikelola para kaum dewasa saja, sektor perekonomian ini

Dalam dokumen MENABUR BAKTI MENEBAR KARYA (Halaman 139-150)