• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEPENGGAL KISAH TENTANG SEBUAH PENGABDIAN Siti Rohmah

Dalam dokumen MENABUR BAKTI MENEBAR KARYA (Halaman 179-187)

“Satu ons praktik lebih berharga daripada Satu ton teori”

SEPENGGAL KISAH TENTANG SEBUAH PENGABDIAN Siti Rohmah

Awal Sebuah Perjalanan

Kisah itu berawal dari pertemuan kami yang sengaja dipertemukan oleh pihak LP2M untuk mengikuti program KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang dikoordinir oleh pihak kampus kami UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam mewujudkan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian pada Masyarakat. Melalui program ini kami semua diharapkan mampu untuk mengaplikasikan keilmuan masing-masing dalam kehidupan nyata tidak hanya sebatas teori yang biasa kita pelajari di bangku kuliah.

Kami bersepuluh berasal dari Fakultas yang berbeda yang ada di UIN Jakarta. Saya sendiri berasal dari Fakultas Sains dan Teknologi dengan program utama dalam bidang aplikasi sains dan teknologi dalam kehidupan masyarakat. Kesembilan rekan saya diantaranya adalah Muhammad Iqbal dan Irma Aprianti dari Fakultas Syariah dan Hukum, Chika Cyntia Ayu dan Deny Aprianto berasal dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Nuzulinna Azka Rabbani dan Hodari berasal dari Fakultas Ushuluddin, Ahmad Rafiqi S dan Indah Pertiwi Tanjung berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Alfira Maya Jelitra dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Awal kami bertemu dalam pembekalan KKN, kami masih sama-sama canggung untuk berbicara satu sama lain. Setelah perkenalan kami langsung membentuk struktur kepanitiaan yang akan mempermudah pekerjaan kami dalam pelaksanaan KKN. Itulah awal kami bersama sebagai tim yang kami namai sebagai SOLARITY yang merupakan gabungan dari dua kata Solidarity and Charity berarti solidaritas dalam kebaikan.

Persiapan yang Baik adalah Gambaran Hasil yang Baik

Saya selalu yakin kalau keberhasilan suatu pekerjaan akan diawali oleh persiapan yang matang. Setelah kami menentukan nama dan struktur kelompok, selanjutnya kami melakukan persiapan baik itu kegiatan kelompok maupun pribadi. Untuk persiapan pribadi saya menyiapkan program kerja yang relevan dengan bidang keilmuan saya dan kondisi desa yang akan saya tempati selama KKN. Program tersebut adalah bakti sosial pertanian sebagai pendukung program kerja kelompok karena menurut

156 | Menabur BAKTI Menebar KARYA

aturan PPM masing-masing anggota diwajibkan menyumbangkan satu program kerja yang sesuai dengan bidang keilmuan nya. Persiapan pribadi lainnya adalah dana pribadi selama di tempat KKN, mental yang kuat untuk menjalani KKN dan kesehatan tubuh yang prima untuk kelancaran kegiatan KKN selama satu bulan. Untuk persiapan kelompok, kami menyiapkan program kerja bersama dalam bidang keagamaan, kesehatan, pendidikan, olahraga, infrastruktur, sosial dan lingkungan.

Desa Cikasungka Kecamatan Solear Kabupaten Tangerang adalah tempat yang ditentukan oleh pihak PPM sebagai tempat kami melaksanakan KKN nantinya. Sebelum kami membuat program kerja kelompok maupun individu, kami terlebih dahulu melakukan survei ketempat tersebut agar program kerja yang kami canangkan bisa terarah sesuai kebutuhan desa tersebut.

Setelah program kerja tersebut selesai kami canangkan bersama maka dibuatlah proposal kegiatan KKN. Proposal ini sebagai laporan rencana program untuk pihak PPM dan untuk dijadikan rujukan dalam pencarian dana melalui pihak sponsor. Namun sayangnya tidak ada satu pun proposal yang tembus dari beberapa proposal yang kami ajukan pada pihak sponsor. Hal itu terjadi karena kurangnya koordinasi antar anggota dan jarangnya pertemuan yang dilakukan sehingga komunikasi kelompok hanya terbatas melalui media saja. Selain itu adanya anggota yang jarang untuk kumpul bersama sehingga mereka kekurangan informasi tentang apa yang akan kami lakukan selama KKN.

Selanjutnya kami mencari lokasi yang pas untuk kami tempati selama KKN. Dari berbagai survei yang kami lakukan dan beberapa pertimbangan yang panjang, maka jatuhlah pilihan hati kami pada rumah sederhana di samping rumah kepala dusun III bapak Toto yaitu di Blok E2 No 25 RT.04 RW 07 Taman Adiyasa dusun III Desa Cikasungka.

Setelah diadakan pelepasan oleh pihak kampus, satu hari setelahnya kami berangkat ke lokasi tujuan yaitu Desa Cikasungka dengan tiga kendaraan. Mobil pick up untuk mengangkut barang-barang, sepeda motor untuk mengangkut anggota kelompok pria dan kereta api untuk mengangkut anggota kelompok wanita karena kebetulan lokasi tersebut dekat dengan Stasiun Tigaraksa Tangerang.

Sepenggal Kisah Pengabdian Kami Di Cikasungka | 157 Saya menuju lokasi menggunakan KRL dari Stasiun Pondok Ranji menuju Stasiun Tigaraksa. Hari itu lumayan terik saat kaki ini menginjakkan langkah pertama kali di Desa Cikasungka tepatnya di dusun III orang sekitar menyebutnya sebagai Taman Adiyasa. Daerah tersebut merupakan perumahan yang dibangun sejak rezim orde baru berkuasa. Namun baru ramai penghuni sejak 2013 yang lalu karena adanya perpindahan besar-besaran orang keturunan Tionghoa dari Ibukota Jakarta yang rumahnya digusur oleh pemerintah setempat. Konon, daerah itu adalah bekas perkebunan karet yang disulap menjadi perumahan oleh investor. Saya tidak heran kalau rata-rata penduduk setempat bukanlah penduduk asli melainkan penduduk pendatang baru dari berbagai wilayah di Indonesia. Mata pencaharian mereka pun beragam, kebanyakan dari mereka adalah pegawai negeri dan pelaku usaha konveksi. Dusun ini merupakan dusun termakmur dari keempat dusun yang berada di Desa Cikasungka. Tidak heran kalau sebagian besar penduduk Desa Cikasungka menempati daerah ini sehingga menimbulkan ketidaksetaraan penduduk. Kebanyakan warga dusun ini adalah orang yang berpendidikan sehingga taraf hidupnya lebih baik dibandingkan penduduk dusun lainnya.

Tiba di rumah ibu Toto, panggilan akrab saya. Beliau adalah istri bapak Toto selaku kepala dusun di dusun III, saya dan kelompok SOLARITY disambut dengan hangat. Pasangan ini adalah pasangan aktivis yang mengabdikan hidupnya untuk kepentingan masyarakat. Tidak heran kalau tiga petak rumahnya di samping satu petak rumah yang mereka tempati, dijadikan tempat aktivitas sosial mereka. Tempat yang kami tempati dulunya adalah panti untuk anak-anak serta pemulung yang dulunya tinggal di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat. Di petak yang lain mereka membangun PAUD yang diberi nama Auliya nama anak tunggal mereka. Di bagian garasi mereka sulap sebagai sekretariat kegiatan Posyandu, Arisan ibu-ibu PKK, rapat warga dan kegiatan-kegiatan lainnya. Saya sangat bersyukur karena mendapatkan tempat yang sangat strategis untuk menjalankan program-program kerja yang telah kami canangkan bersama. Kondisi setempat memberikan lampu hijau bagi keberadaan kelompok saya.

Kondisi masyarakat yang aman dengan masyarakat yang melek dengan kemajuan zaman, semakin mempercantik sebuah perumahan yang jauh dari Kota ini.

158 | Menabur BAKTI Menebar KARYA

Di sana saya melakukan banyak hal dan sekaligus mendapatkan banyak hal. Diawali dengan pembukaan bersama dua kelompok lainnya yaitu kelompok 197 dan 198 di kantor kelurahan yang dihadiri oleh Kepala Desa, Sekdes, Dosen pembimbing masing-masing kelompok, aparat desa serta warga Desa Cikasungka tiga kelompok ini akan mulai menjalankan program kerja masing-masing. Hal yang pertama kali saya lakukan di desa tersebut adalah ikut terjun dalam proses pemanenan padi oleh warga di sekitar kelurahan. Kebanyakan pemanen itu adalah buruh tani yang diupah sepertiga dari hasil panen oleh pemilik tanah. Proses pemanenan tersebut sama sekali tidak menggunakan mesin. Mereka hanya mengandalkan sabit sederhana sebagai pemotong pohon padi dan papan yang dimodifikasi sebagai alat perontok gabah dari bulirnya, selebihnya mereka mengandalkan keringat sebagai andalan utamanya. Menurut hasil wawancara singkat saya dengan salah satu buruh tani tersebut, mereka bukannya tidak mau menggunakan mesin untuk mempermudah pekerjaan mereka, tetapi mereka tidak mampu untuk membeli alat pertanian yang ada. Penghasilan mereka hanya cukup untuk makan sehari-hari. Mereka tidak mau ambil resiko dan lebih memilih untuk menggunakan alat yang ada walaupun itu sangat sederhana. Kegiatan memanen sore hari ini membuat saya sadar akan mirisnya nasib para petani kita. Jangankan sejahtera, cukup makan saja sudah beruntung.

Malam di sana adalah malam yang berbeda dari tempat tinggal saya di Ciputat, bagaimana tidak, jam 18.00 saya sudah harus stand by di masjid Darussalam, salah satu masjid yang ada di RW 07 Taman Adiyasa untuk shalat berjamaah bersama warga. Setelah itu saya langsung dihadapkan dengan anak-anak kecil yang sangat antusias untuk belajar al-Quran. Wajah mereka berseri-seri menyambut kehadiran saya dan anggota kelompok SOLARITY lainnya sebagai guru ngaji mereka yang akan menemani dan mendampingi mereka selama satu bulan. Tidak hanya saat Maghrib tiba Subuh pun juga begitu karena bapak Toto akan menggedor pintu rumah yang saya tempati setiap jam 04.00 pagi. Kegiatan rutin ini juga diselingi pengajian Subuh setiap minggunya. Tidak hanya itu, saya dan tim juga dipercaya oleh bapak Toto untuk mendampingi anak-anak belajar MTQ bersama salah seorang qari setempat sebagai persiapan untuk mengikuti lomba di tingkat dusun.

Minggu pertama saya dan beberapa orang dari kelompok SOLARITY berkeliling ke setiap RT di wilayah RW 07 untuk mengenalkan keberadaan

Sepenggal Kisah Pengabdian Kami Di Cikasungka | 159 kelompok kami kepada masyarakat sekitar. Setelah berbicara dengan seluruh ketua RT yang ada saya melihat adanya masalah internal yang terjadi di RW 07 tersebut. Yaitu adanya ketidaksamaan suara dalam menyelesaikan setiap masalah yang terjadi di daerah tersebut. Selain itu, mereka juga dihadapkan dengan masalah pembebasan status Taman Adiyasa yang belum dilegalkan oleh pemerintah daerah setempat karena investor yang membangun perumahan tersebut tidak bersedia melepasnya sebagai hak milik warga yang sah secara hukum. Akibatnya, tidak adanya bantuan yang masuk dari pemerintah daerah setempat baik berupa infrastruktur maupun bantuan lainnya. Itu salah satu tantangan warga Taman Adiyasa yang harus diselesaikan secepat mungkin. Masalah yang tidak kalah kompleks lainnya adalah banyaknya warga pendatang yang membuka industri rumahan tanpa izin baik dari pihak RT, RW maupun kelurahan setempat.

Masalah sanitasi air juga tidak kalah pentingnya untuk segera diatasi oleh warga Taman Adiyasa. Sedikitnya sumber dan pompa air yang ada mengharuskan masyarakat untuk menggunakan air PDAM untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Lingkungan perumahan yang tidak berpenghuni mengharuskan masyarakat sekitar untuk lebih peduli terhadap lingkungan agar rumput-rumput liar tidak tumbuh di mana-mana.

Selama KKN berlangsung banyak hal yang saya lakukan dan banyak hal juga yang saya pelajari. Banyak kegiatan kondisional yang saya kerjakan bersama kelompok, salah satunya adalah kegiatan perayaan HUT RI ke 71. Saya ikut serta memeriahkan dengan mengadakan lomba-lomba untuk Peringatan HUT RI bersama warga. Acara dan lomba yang terlaksana adalah lomba masak goreng antar RT, lomba tumpeng, tabligh Akbar, malam renungan, lomba karnaval, lomba tari tradisional, lomba2 lainnya di PAUD dan lain-lain.

Saya dan kelompok juga ikut berperan aktif dalam menghidupkan kegiatan Posyandu, pengenalan koperasi syariah, pengolahan hasil alam daerah, pembangunan gapura, pengadaan Taman baca, pengecatan PAUD dan penanaman tanaman toga.

Bagi saya pribadi yang menarik di sini adalah pada saat saya mencoba membuat makanan ringan olahan dari singkong yang disebut dengan Ondol makanan khas Banyumas. Resep tersebut atas saran dari bapak Toto yang berasal dari daerah tersebut.

160 | Menabur BAKTI Menebar KARYA

Saat penanaman toga saya dan kawan-kawan SOLARITY rela berpanas-panasan untuk mencangkul dan menanam bibit tanaman obat keluarga (TOGA) ini, agar nantinya bisa digunakan oleh warga setempat nantinya.

Banyak pembelajaran yang saya dapatkan selama KKN, diantaranya adalah bagaimana seharusnya kita berinteraksi dan berperan aktif bersama masyarakat dalam membangun suatu pemukiman penduduk, baik itu setingkat RT, RW maupun kelurahan. Saya melihat dan menyimpulkan bahwa sikap tenggang rasa adalah kunci sukses masyarakat untuk menciptakan suasana yang tenteram dalam bermasyarakat. Selain itu kesadaran individu sebagai masyarakat sangat penting agar tidak ada individu yang egois mementingkan kepentingan pribadi diatas kepentingan bersama. Pola pikir seperti inilah yang seharusnya ditanamkan kepada masyarakat di mana pun mereka berada. Karena semangat kebersamaan dalam bernegara semakin hari semakin luntur dari sanubari kita. Sebagai usaha untuk memulihkan kebersamaan dalam bernegara perlu dimulai dari lapisan lini kehidupan yang paling bawah, yakni kehidupan bermasyarakat di lingkungan terdekat kita.

Jika Saya Adalah Mereka

Banyak hal yang menjadi PR warga Taman Adiyasa khususnya RW 07 yang harus diselesaikan. Jika saya adalah bagian dari mereka saya akan melakukan pemberdayaan dalam beberapa hal. Yang pertama saya akan menghidupkan kegiatan masjid dengan lebih terarah. Selama saya di sana, masih banyak warga yang enggan untuk melakukan shalat berjamaah walaupun jarak rumah mereka tidak begitu jauh dari masjid. Selain itu, kegiatan TPA yang dilaksanakan di masjid Darussalam akan lebih dihidupkan lagi. Fasilitas yang mendukung masing kurang memadai. Respons dari orang tua anak-anak juga kurang mendukung karena kebanyakan dari mereka lebih mementingkan sekolah umum daripada sekolah agama, padahal ilmu agama sangat penting untuk bekal akhlak mereka kelak. Tidak hanya sebatas kurangnya keaktifan mereka dalam menghidupkan kegiatan masjid, bahkan mukena sebagai pakaian shalat saja sampai saat ini masih belum tersedia. Selain itu politisasi kepengurusan masjid masih sering terjadi, pengurus masjid maupun warga sekitar yang mempunyai kepentingan masih sering bersengketa dalam melaksanakan kegiatan yang bersifat keagamaan yang melibatkan keberadaan masjid

Sepenggal Kisah Pengabdian Kami Di Cikasungka | 161 sebagai sarana ibadah di dalamnya. Hal ini tidak bisa dibiarkan karena kepentingan pribadi ataupun kelompok tidaklah harus dikedepankan melebihi kepentingan bersama. Warga Taman Adiyasa khususnya masyarakat RW 07 harus duduk bersama dalam menyelesaikan permasalahan umat.

Kedua, adanya koordinasi antar pemimpin warga baik itu kepala dusun, ketua rukun warga, ketua rukun tetangga haruslah berjalan dengan baik dan harmonis. Hal ini memudahkan masyarakat dalam mengadakan kerja sama dalam menjaga lingkungan dengan baik. Dalam kegiatan kerja bakti bersih desa misalnya, jika masyarakat kompak maka mereka secara rutin akan mengadakan kerja bakti minimal sebulan sekali dengan dihadiri oleh seluruh lapisan masyarakat. Ini juga akan berlaku dalam hal lainnya selain dalam menjaga kebersihan lingkungan. Dengan koordinasi yang baik seluruh lapisan masyarakat akan ikut merasakan indahnya euforia kehidupan masyarakat yang harmonis dalam semangat kekeluargaan.

Ketiga, adanya perbedaan kondisi geografis dan demografis yang berbeda antar wilayah satu dengan wilayah yang lainnya di Desa Cikasungka berpengaruh langsung pada perbedaan wajah masing-masing daerah tersebut. Perbedaan wajah daerah yang sangat mencolok dirasakan sendiri oleh masyarakat yang tinggal di daerah Taman Adiyasa khususnya wilayah RW 07. Dari segi infrastruktur yang ada di daerah tersebut misalnya, Taman adiyasa adalah wilayah perumahan dengan infrastruktur yang berbeda dengan wilayah pedesaan pada umumnya. Kondisi daerah yang berbentuk perumahan menjadikan Taman Adiyasa layaknya daerah hunian di pinggiran kota. Maka tak ayal jika penduduknya pun berpola pikir jauh lebih maju dibandingkan masyarakat desa pada umumnya. Namun di samping itu bukan berarti daerah tersebut lebih maju dibandingkan daerah di sekitarnya secarah utuh, malah sebaliknya. Status perumahan Taman Adiyasa yang belum legal kepemilikannya secara utuh menjadi bumerang tersendiri bagi kemajuan daerah tersebut. Salah satu dampaknya bantuan dari pemerintah daerah tidak pernah masuk daerah tersebut, baik dalam bentuk dana perbaikan infrastruktur maupun dana sosial untuk kesejahteraan masyarakat. Maka tak heran jika jalan di daerah Taman Adiyasa banyak yang rusak terutama jalan yang masuk gang hunian warga. Sejauh ini untuk perbaikan jalan yang masuk gang hunian warga mereka dapatkan dari hasil sumbangan warga setempat dengan jumlah yang sangat terbatas. Hal ini disebabkan kurangnya rasa kebersamaan antar

162 | Menabur BAKTI Menebar KARYA

warga yang saat ini lebih condong ke arah pola hidup yang bersifat individualis. Seharusnya mereka membentuk tim khusus yang bertugas dalam membangun kesejahteraan masyarakat di wilayah perumahan tersebut.

Menjamurnya usaha konveksi yang banyak digeluti oleh masyarakat Taman Adiyasa bisa meningkatkan kesejahteraan warga sekitar jika lebih diperdayakan lagi. Sejauh ini kepemilikan usaha konveksi tersebut lebih didominasi oleh masyarakat pendatang yang baru menempati daerah Taman Adiyasa baru-baru ini antara tahun 2011 yang lalu. Mereka adalah warga keturunan Tionghoa yang awalnya tinggal di daerah ibukota kemudian hijrah secara besar-besaran karena tempat tinggal mereka digusur. Memang kebanyakan dari mereka adalah bekas pengusaha konveksi yang kemudian memindahkan usahanya ketempat yang lebih aman yaitu di daerah Taman Adiyasa. Sayangnya kebanyakan usaha tersebut tidak memiliki izin usaha dari pemerintah daerah setempat. Sehingga keberadaannya pun bersifat ilegal. Hal ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah setempat secara khusus. Sebab, keberadaan usaha konveksi ini jika dikoordinir oleh pemerintah setempat bisa menjadi gebrakan yang kuat dalam memajukan ekonomi masyarakat. Bahkan jika lebih diseriusi lagi wilayah perumahan Taman Adiyasa Desa Cikasungka suatu saat akan menjadi daerah pusat usaha konveksi di wilayah Kota Tangerang.

Kurangnya sarana prasarana juga tidak luput menjadi masalah bagi dunia pendidikan di Taman Adiyasa. Sarana yang menunjang kualitas pendidikan baik itu formal maupun nonformal masih sangat minim. Belum ada sekolah setingkat SD di wilayah Taman Adiyasa. Gedung sekolah yang ada hanya tingkat PAUD, TK, dan SMK saja. Tak heran jika anak-anak seusia SD di wilayah tersebut meniti pendidikan dasar mereka ditempat yang jauh dari rumah mereka. Seharusnya kepala desa dan warga sekitar memprakarsai pembangunan sekolah dasar di sekitar wilayah perumahan Taman Adiyasa mengingat penduduk di sana yang sangat padat dibandingkan daerah lain di sekitarnya.

163

DAFTAR PUSTAKA

Dalam dokumen MENABUR BAKTI MENEBAR KARYA (Halaman 179-187)